• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hukum Pidana Lingkungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Hukum Pidana Lingkungan"

Copied!
199
0
0

Teks penuh

Permasalahan Lingkungan Hidup

Data dari website Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menunjukkan kebakaran hutan terjadi di dua belas provinsi. Menurunnya kualitas lingkungan hidup secara global telah memberikan kesadaran baru pada umat manusia untuk menjaga dan melestarikan lingkungan hidup secara optimal.

Pengertian Lingkungan Hidup

Permasalahan lingkungan hidup yang keempat yaitu politik juga berpotensi menimbulkan kerusakan dan pencemaran lingkungan. Dalam hal ini yang dimaksud dengan lingkungan hidup adalah meliputi lingkungan hidup manusia, hewan, dan tumbuhan yang ada di dalamnya.

Pengertian Hukum Lingkungan

Kembali pada penjelasannya mengenai pengertian hukum lingkungan hidup, Drupsteen menyatakan bahwa hukum lingkungan hidup (milieurecht) adalah hukum yang berkaitan dengan lingkungan hidup (natuurlijkmilieu) dalam arti yang seluas-luasnya. Drupsteen membagi hukum lingkungan hidup pemerintah menjadi beberapa bidang, yaitu hukum kesehatan lingkungan hidup (milieuhygienerecht), hukum perlindungan lingkungan hidup (milieubeschermingsrecht), dan hukum penataan ruang (ruimtelijk ordeningsrecht).

Pengertian Hukum Pidana

Hal inilah yang menyebabkan belum adanya definisi tunggal mengenai hukum pidana sebagai pengertian yang utuh dan utuh. Menurut definisi hukum pidana Moeljatno, Andi Zainal Abidin Farid berpendapat bahwa istilah tersebut adalah hukum pidana.

Istilah Hukum Pidana Lingkungan

Istilah hukum pidana lingkungan hidup yang dikemukakan Leobby Luqman tidak disetujui oleh Kusnadi Hardjasoemantri. Memperhatikan perbedaan pendapat para ahli hukum lingkungan hidup, penulis lebih setuju dengan istilah hukum pidana lingkungan hidup karena tiga alasan.

Esensi Lingkungan Hidup

Unsur-unsur yang mempengaruhi ciri-ciri lingkungan hidup tersebut di atas bukanlah unsur-unsur yang berdiri sendiri satu sama lain, dalam arti unsur-unsur tersebut mempunyai pola hubungan tertentu yang bersifat tetap dan teratur satu sama lain.

Asas-asas Lingkungan Hidup

Namun, di samping perbedaan pendapat tersebut, buku ini menggunakan istilah hukum pidana lingkungan hidup karena mengkaji permasalahan lingkungan hidup dari sudut pandang hukum pidana. Dengan kata lain, buku ini ditulis dengan penekanan pada kajian hukum pidana terhadap sejumlah hukum pidana di luar KUHP yang muatannya berkaitan dengan lingkungan hidup.

Ruang Lingkup Hukum Pidana Lingkungan 53

Sifat lingkungan hidup yang tidak dapat dibatasi oleh batas negara, menyadarkan masyarakat internasional bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tidak dapat dilakukan hanya oleh satu atau beberapa negara saja. Pada tahun 1962, buku berjudul The Silent Spring diterbitkan oleh Rachel Carson yang memberikan dampak besar terhadap kesadaran lingkungan.

Konferensi Stockholm Swedia

Majelis Umum PBB menerima banyak tawaran dari pemerintah Swedia untuk menyelenggarakan Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup Manusia di Stockholm pada bulan Juni 1972.

Konferensi Nairobi

Perbedaan mencolok antara Konferensi Nairobi dan Konferensi Stockholm adalah bahwa konferensi ini menunjukkan antusiasme dan kemauan politik negara-negara berkembang di belakang banyak negara maju yang kini mengabaikan lingkungan50. Negara-negara berkembang juga menghadapi masalah lingkungan hidup, namun esensinya sama dengan negara-negara maju. Banyak permasalahan lingkungan hidup di negara-negara berkembang disebabkan oleh kemiskinan, yang memaksa masyarakat untuk merusak lingkungan alam.51.

Konferensi Rio De Jeneiro

Pada awalnya permasalahan lingkungan hidup hanya menjadi permasalahan di negara-negara maju, yaitu negara-negara industri yang terkena dampak dari kemajuan perekonomian negaranya sendiri. Selain konferensi tingkat tinggi yang disebutkan di atas, dihadiri oleh negara-negara dan badan-badan resmi PBB. Prinsip 13 menekankan bahwa negara harus mengembangkan undang-undang nasional mengenai pengenaan denda dan kompensasi terhadap korban pencemaran atau kerusakan lingkungan lainnya.

Konferensi Johannseburg

Menyusul permasalahan yang terjadi antara negara berkembang dan negara maju, pada tanggal 1 hingga 5 September 2002 kembali diadakan konferensi mengenai pembangunan berkelanjutan di Johannesburg, Afrika Selatan. Konferensi ini berhasil merencanakan kembali komitmen politik seluruh lapisan masyarakat internasional dan menguraikan prinsip-prinsip dasar yang patut dijadikan acuan dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Di sini disepakati komitmen yang juga mencakup hak-hak masyarakat adat dengan setidaknya 12 dampak, termasuk aspek masyarakat adat sebagai pemangku kepentingan dan akses perempuan terhadap hak atas tanah dan sumber daya lainnya;

Konferensi Bali

Konferensi Kopenhagen

Salah satu isinya antara lain pernyataan perlunya percepatan gerakan menuju pengelolaan hutan lestari; Dalam konferensi ini, para peserta menyerukan kepada seluruh pengambil keputusan untuk berpartisipasi dalam 'menghijaukan Bumi' melalui kegiatan reboisasi, reboisasi, pengelolaan hutan berkelanjutan dan multifungsi serta partisipasi terpadu seluruh masyarakat dalam kerangka kebijakan pengelolaan lahan. Peserta konferensi juga berharap melihat upaya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap permasalahan kehutanan sehingga mendapat perhatian lebih besar dari masyarakat luas.59.

Konferensi Negara Negara Asean

Resolusi ini mencerminkan kesadaran negara-negara ASEAN akan perlunya mengadopsi dan menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, negara-negara ASEAN sepakat untuk membentuk badan lingkungan hidup regional yang: (a) merekomendasikan kerangka kebijakan lingkungan hidup untuk menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan; Resolusi Singapura juga meminta agar kepentingan negara-negara berkembang dimasukkan dalam amandemen Protokol Montreal di masa depan, (b) di bawah judul ketiga “Pengelolaan Berkelanjutan Semua Hutan, Resolusi Singapura tentang Hak Kedaulatan Negara Anggota ASEAN.

Asas, Tujuan dan Ruang Lingkup

Asas yang dimaksud dalam Pasal 2 UUPPLH adalah sebagai berikut: (a) tanggung jawab negara, bahwa negara menjamin pendayagunaan sebesar-besarnya kesejahteraan dan mutu hidup penduduk, baik generasi sekarang maupun generasi yang akan datang; negara menjamin hak warga negara atas lingkungan hidup yang baik dan sehat; Selain ketentuan mengenai asas pengelolaan lingkungan hidup dan perlindungan lingkungan hidup, Pasal 3 UUPPLH mengatur tentang tujuan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, yang meliputi; (a) melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup; b) menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan masyarakat; (c) menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem; (d) menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup; e) mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup; (f) menjamin terpenuhinya keadilan bagi generasi sekarang dan generasi mendatang; g) menjamin pemenuhan dan perlindungan hak lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia; (h) pengendalian penggunaan sumber daya alam secara bijaksana; (i) realisasi pembangunan berkelanjutan; (j0 untuk mengantisipasi permasalahan lingkungan hidup global. Ruang lingkup perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 UUPPLH meliputi: perencanaan, pemanfaatan, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.

Perencanaan dan Pemanfaatan

Inventarisasi lingkungan hidup dilakukan untuk memperoleh data dan informasi mengenai sumber daya alam termasuk potensi dan ketersediaannya; Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (EPMP) terdiri atas RPPLH Nasional, RPPLH Provinsi, dan RPPLH Kabupaten/Kota. Walaupun pemanfaatan sumber daya alam dilakukan berdasarkan RPPLH, namun apabila RPPLH belum disusun, maka pemanfaatan sumber daya alam dilakukan berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, dengan memperhatikan; keberlanjutan proses dan fungsi lingkungan hidup; keberlanjutan produktivitas lingkungan hidup; dan keselamatan masyarakat, kualitas hidup dan kesejahteraan.

Pengendalian dan Pemelihraan

Strategis (KLHS); (b) rencana tata ruang; (c) baku mutu lingkungan hidup; (d) kriteria baku kerusakan lingkungan hidup (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan hidup (UPL); (g) perizinan; (h) instrumen ekonomi lingkungan hidup; (i) peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup; j) anggaran berbasis lingkungan hidup; (k) analisis risiko lingkungan hidup; (l) audit lingkungan hidup; (m) instrumen lain sesuai dengan kebutuhan dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, setiap usaha dan/atau kegiatan yang mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki Amdal. 5 Tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib mempunyai analisis mengenai dampak lingkungan hidup.

Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun

Fungsi wajib audit lingkungan hidup merupakan salah satu instrumen penataan ketidakpatuhan penanggung jawab perusahaan dan/atau kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan lingkungan hidup. Zat berbahaya dan beracun adalah zat energi dan/atau komponen lain yang menurut sifat, konsentrasi, dan/atau kuantitasnya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat membahayakan lingkungan hidup dan dapat mencemarkan dan/atau merusaknya, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, dan kelangsungan hidup. manusia dan makhluk hidup lainnya. Hal serupa juga tertuang dalam Pasal 59, bahwa setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan B3. Kewajiban pelaksanaan pengelolaan B3 ini merupakan upaya untuk mengurangi kemungkinan terjadinya risiko terhadap lingkungan hidup berupa pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup, karena potensi B3 cukup tinggi untuk menimbulkan dampak negatif.

Tugas dan Wewengan Pemerintahan dn

Dalam pasal 63 ayat (1) UUPPLH ditentukan bahwa tugas kewenangan pada pemerintah pusat di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup meliputi: (a) menetapkan kebijakan nasional; (b) menetapkan norma, standar, prosedur dan kriteria; (c) menetapkan dan melaksanakan kebijakan terkait RPLH nasional; (d) membuat dan melaksanakan kebijakan terkait ESM; (e) membuat dan melaksanakan kebijakan terkait Amdal dan UKP-UPL; (f) melakukan inventarisasi sumber daya alam nasional dan emisi gas rumah kaca; (g) pengembangan standar kerja sama; (h) mengoordinasikan dan melaksanakan pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. Selain itu, Pasal 63 ayat (2) UU Lingkungan Hidup menjelaskan tugas dan wewenang pemerintah provinsi dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Penetapan tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota yang tegas dan jelas dalam bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup akan mencegah terjadinya tumpang tindih kewenangan.

Hak, Kewajiban dan Larangan

Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia. Setiap orang berhak berperan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; Dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, berbagai upaya dilakukan untuk menciptakan lingkungan hidup yang baik dan sehat.

Peran Serta Masyarakat

Peran masyarakat atau biasa disebut partisipasi masyarakat dalam partisipasi masyarakat menurut Syukur Abdullah.79 adalah sikap tanggung jawab masyarakat setempat (Respon Lokal) terhadap rekomendasi. Menurut Lothar Gundling80, berbagai pokok pikiran yang mendasari perlunya partisipasi masyarakat dalam upaya perlindungan lingkungan hidup dapat dikemukakan sebagai berikut. 80 Lotha Gundling dan Koesnadi Hardjosomantri, Aspek Hukum Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup, Yogjakarta: Gadjah Mada University Press, 1995, hal. 2-4.

Pengawasan dan Sanksi Administrasi

  • Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup

Besarnya ganti rugi yang dapat dibayarkan atas pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dapat dibayarkan atas pencemaran dan/atau batas-batas tertentu. Hak untuk menggugat pemerintah pusat dan pemerintah daerah berupa tuntutan ganti rugi dan tindakan tertentu terhadap penanggung jawab kegiatan dan/atau usaha apabila usaha dan/atau kegiatan tersebut menimbulkan pencemaran/atau kerusakan lingkungan hidup yang mengakibatkan kerugian. terhadap lingkungan. Kerugian lingkungan hidup adalah kerugian akibat pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang bukan merupakan hak milik pribadi.

Komponen Subjek Hukum

Meskipun undang-undang menetapkan bahwa masyarakat adalah pembawa hak dan kewajiban, namun segala sesuatu tentang masyarakat yang berkaitan dengan hukum telah dipertimbangkan. Teori Fictie (Perumpamaan) Von Savigny yang menyatakan bahwa badan hukum dianggap/didefinisikan sebagai penunjang hak dan kewajiban, sama seperti manusia. Oleh karena itu, badan hukum dapat bertindak (melalui pengurus dan anggotanya) untuk mempertahankan hak dan memenuhi kewajiban.

Subjek Hukum Korporasi

Kepentingan suatu badan hukum pada hakikatnya adalah kepentingan bersama para anggotanya; anggotanya identik dengan badan hukum.85. Berdasarkan uraian tersebut jelas sekali bahwa subjek hukum dapat berupa orang, namun dapat juga berbentuk badan hukum. Contoh badan hukum adalah PT (Personal Limited), perseroan terbatas publik N.V.), dan yayasan; bahkan negara juga merupakan badan hukum.89.

Doktrin dapat dihukumnya Korporasi

Pengakuan perusahaan sebagai subjek hukum pidana telah diakui secara de facto di Indonesia, sejak Undang-Undang Nomor 5 Drt. 1995 tentang kejahatan ekonomi, dimana undang-undang ini mengatur bahwa perusahaan, undang-undang ini mengatur bahwa perusahaan dapat dipidana. Undang-undang lingkungan hidup, kehutanan, dan perkebunan telah menjadikan korporasi sebagai subjek hukum yang dapat dikenakan sanksi.

Pertanggung Jawaban Pidana Korporasi

Berdasarkan uraian tersebut yaitu korporasi sebagai subjek hukum pidana, hal ini menimbulkan permasalahan terkait dengan akuntabilitas dalam hukum pidana yaitu yang dapat dimiliki oleh badan hukum. Namun upaya menjadikan korporasi tunduk pada hukum pidana melalui beberapa tahapan sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan korporasi di suatu negara. Dalam hal pengurus perusahaan adalah pencipta dan pengurusnya bertanggung jawab, maka pengurus perusahaan dibebani kewajiban-kewajiban tertentu.

Penyidikan

Dalam perkara tindak pidana lingkungan hidup telah diatur kewenangan penyidik ​​pegawai negeri sipil (PPNS) di bidang lingkungan hidup. Melakukan pemeriksaan terhadap kebenaran laporan atau keterangan yang diterima mengenai adanya tindak pidana dalam kegiatan usaha pertambangan; Melakukan penyidikan terhadap orang atau badan yang diduga melakukan tindak pidana dalam kegiatan usaha pertambangan;

Pembuktian

Disebut Wettelijk atau menurut undang-undang karena untuk pembuktian, undang-undang menentukan jenis dan jumlah alat bukti yang harus tersedia; Untuk membuktikan kesalahan terdakwa tentunya harus didukung dengan bukti-bukti hukum yang mendukung dakwaan JPU. Selain alat bukti sebagaimana dimaksud dalam UUPPLH, disebutkan juga Pasal 37 Undang-Undang Pencegahan dan Perusakan Hutan.

Referensi

Dokumen terkait

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang