PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat
- Implikasi
- Aplikasi
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Apa saja bentuk miskonsepsi yang terjadi pada siswa mengenai konsep materi pokok pecahan berdasarkan kemampuan matematika?”. Bagi guru diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman agar guru mampu meminimalisir miskonsepsi yang terjadi pada siswa pada setiap tingkat kemampuan matematika. Peneliti dapat memperluas pengetahuan tentang bagaimana siswa memahami konsep, apakah memiliki kemampuan matematika tinggi, sedang, atau rendah.
Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
- Ruang Lingkup
- Setting Penelitian
Telaah Pustaka
Kesamaan penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah materi yang dipelajari adalah pecahan dan siswa digolongkan menjadi siswa dengan kemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah peneliti tidak menggunakan tes CRI dan soal yang digunakan dalam bahasa Indonesia. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah mengelompokkan siswa menjadi siswa yang mempunyai kemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah penelitian sebelumnya membahas persamaan kuadrat sebagai topiknya. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah membahas tentang miskonsepsi pada materi yang sama yaitu pecahan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah peneliti sebelumnya menganalisis miskonsepsi ditinjau dari gaya kognitif dan materi pecahan yang dipelajari adalah pecahan dalam bentuk aljabar.
Persamaan penelitian ini dengan peneliti adalah meneliti miskonsepsi pada materi yang sama yaitu pecahan, mengelompokkan siswa menjadi siswa berkemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah, serta mengambil 2 responden untuk setiap kemampuan matematika. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah peneliti sebelumnya menggunakan soal pilihan ganda sedangkan peneliti menggunakan soal deskriptif dan peneliti sebelumnya menggunakan tes diagnostik.
Kerangka Teori
Penambahan pecahan boleh dilakukan dengan menambah pengangka jika penyebut pecahan yang ditambah adalah sama. Penurunan pecahan boleh dilakukan dengan mengurangkan pengangka jika penyebut pecahan yang ditambah adalah sama. Pendaraban pecahan boleh dilakukan dengan mendarab nombor berlawanan atau dengan mendarab pengangka dengan pengangka dan mendarab penyebut dengan penyebut.
Gagne dalam Karso mengartikan konsep sebagai gagasan abstrak yang memungkinkan kita mengelompokkan sesuatu menjadi contoh dan noncontoh, misalnya segitiga dan bukan segitiga, antara bilangan asli dan bilangan bukan bilangan asli, dan sebagainya. Walaupun diketahui bahwa matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang konsepnya jelas, namun hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan penafsiran terhadap konsep yang diperoleh. Menurut Berg dalam Yuanita, konsepsi adalah pemahaman atau interpretasi seseorang terhadap suatu konsep tertentu dalam kerangka yang telah ada dalam pikirannya, dan konsep-konsep baru diperoleh serta diproses dengan konsep-konsep yang telah dimilikinya.30. Miskonsepsi atau miskonsepsi mengacu pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pemahaman ilmiah atau pemahaman yang diterima oleh para ahli di bidang tersebut.
29Ziadatul Malikha, Analisis Miskonsepsi Siswa Kelas V-B MIN Buduran Sidoarjo pada Materi Pecahan Dilihat dari Kemampuan Matematika, Pi: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol antara konsep dan ide intuitif 1, Nomor 2, April 2018, hal. Dalam penelitian ini definisi miskonsepsi yang tepat menurut peneliti adalah definisi yang disampaikan oleh Sarlina dalam jurnalnya yang berjudul “Miskonsepsi Siswa Mengenai Pemahaman Konsep Matematika Pada Mata Pelajaran Persamaan Kuadrat Siswa Kelas X5 SMA Negeri 11 Makassar” yaitu miskonsepsi. atau kesalahpahaman mengacu pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pemahaman ilmiah atau pemahaman yang diterima oleh para ahli di bidang tersebut. 31Sarlina, Miskonsepsi siswa mengenai pemahaman konsep matematika pada mata pelajaran persamaan kuadrat siswa kelas X5 SMA Negeri 11 Makassar, MaPan: Jurnal Matematika dan Pembelajaran, Vol.
32Ziadatul Malikha, Analisis miskonsepsi siswa kelas V-B MIN Buduran Sidoarjo tentang materi pecahan ditinjau dari keterampilan matematika, Pi: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol 1, Nomor 2, April 2018, hal. Ketidakmampuan dan kegagalan guru dalam menyajikan aspek-aspek esensial dari konsep yang dimaksud, serta ketidakmampuan menunjukkan hubungan antara konsep yang satu dengan konsep yang lain dalam situasi dan keadaan yang sesuai.36. Penggunaan metode pengajaran yang tidak tepat, pengungkapan kesalahan penerapan konsep yang dimaksud, dan penggunaan alat peraga yang tidak mewakili konsep yang digambarkan secara akurat.37.
Indikator kemampuan pemahaman konsep matematika siswa menurut Kilpatrick, Swafford dan Findell39. a) Mengulangi secara lisan konsep-konsep yang telah dipelajari. Berdasarkan indikator kemampuan pemahaman konsep matematika menurut Kilpatrick dkk, peneliti mengangkatnya sebagai indikator kesalahpahaman, yang dalam penelitian ini dijadikan tolak ukur. 39Ali Mutohar, “Analisis Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Pandanarum Pada Materi Kesesuaian dan Kesesuaian”, (disertasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto, 2016), hal. 8. untuk mengidentifikasi jenis-jenis kesalahan prosedur yang dilakukan oleh orang-orang peneliti.
Metode Penelitian
- Pendekatan Penelitian
- Kehadiran Peneliti
- Lokasi Penelitian
- Sumber Data
- Prosedur Pengumpulan Data
- Teknik Analisis Data
- Pengecekan Keabsahan Data
Kata-kata tertulis diambil dari hasil tes hasil kerja siswa dalam menjawab soal pecahan, sedangkan kata-kata lisan diambil dari wawancara subjek penelitian pada saat menjawab tes tertulis. Acara meliputi kegiatan tanya jawab bagi siswa, sedangkan topik penelitian merupakan objek yang akan dipelajari untuk memperoleh data yang diperlukan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs Islahul Ummah NW Dasan Aman tahun ajaran 2018/2019.
Pemilihan subjek dalam penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber yang akan digunakan untuk mengetahui kesalahpahaman siswa terhadap pecahan. Kriteria topik penelitian adalah mampu mengemukakan pendapat baik secara tertulis maupun lisan dengan jelas serta memiliki kemampuan matematika awal yang tinggi. Pengelompokan kemampuan matematika tingkat awal dicapai melalui tes kemampuan matematika sehingga diperoleh kelompok tinggi, sedang, dan rendah.
Dalam penelitian ini data dikumpulkan langsung oleh peneliti, sehingga instrumen utama penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai pewawancara, yang dibantu dengan instrumen bantu berupa soal tes subproblemsolving. Tes kemampuan matematika adalah pemberian soal tes materi pecahan yang bertujuan untuk mengelompokkan subjek menjadi 3 kelompok sesuai dengan tingkat kemampuan matematikanya, yaitu kelompok kemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah. Keterampilan matematika siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
Kemampuan matematika hanya akan menjadi kriteria untuk mengelompokkan siswa menjadi siswa berkemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah. Tujuan dilakukannya wawancara dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui respon siswa ketika mengerjakan soal tes. Dalam penelitian ini peneliti akan terjun langsung ke lapangan dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat berupa deskripsi singkat, grafik, hubungan antar kategori, dan sejenisnya, namun paling sering berupa teks naratif. Pada tahap akhir analisis data, peneliti akan menarik kesimpulan tentang bentuk-bentuk miskonsepsi pecahan pada setiap tingkat kemampuan matematika. Dalam penelitian ini untuk mencari data yang valid digunakan teknik triangulasi dengan langkah-langkah sebagai berikut.
Sistematika Pembahasan
Yang dimaksud dengan konsisten dalam hal ini adalah pengumpulan data pertama yaitu tes dan pengumpulan data kedua yaitu wawancara menghasilkan hasil yang identik atau sama. Kemudian berdasarkan hasil penelitian dirumuskan saran yang fokus pada dua hal, yaitu saran untuk memperluas hasil penelitian dan saran untuk menentukan kebijakan di bidang yang berkaitan dengan masalah atau fokus penelitian.
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
Data Hasil Tes Kemampuan Matematis
Dari data yang tersaji pada tabel 2.2 di atas terlihat bahwa 1 siswa mempunyai kemampuan matematika tinggi, 5 siswa dengan kemampuan matematika sedang, dan 9 siswa dengan kemampuan matematika rendah. Karena hanya 1 siswa saja yang mempunyai kemampuan matematika tinggi, maka otomatis siswa tersebut menjadi subjek penelitian ini. Selanjutnya dari data hasil tes kemampuan matematika dipilih siswa yang akan menjadi subjek penelitian, terdiri dari siswa dengan kemampuan matematika tinggi, siswa dengan kemampuan matematika sedang, dan siswa dengan kemampuan matematika rendah.
Pemilihan subjek penelitian menggunakan metode purposive sampling berdasarkan pertimbangan kemampuan matematika setiap siswa dan kemudahan memperoleh informasi saat melakukan wawancara.
Paparan Data dan Identifikasi Miskonsepsi Siswa pada
Hasil wawancara dengan subjek A, soal nomor 2 bagian b. Karena hasil wawancara konsisten dengan tanggapan tertulis Subjek A, memang benar bahwa Subjek A memiliki kesalahpahaman tentang penerapan algoritma dengan benar. Karena hasil wawancara konsisten dengan jawaban tertulis Subjek A, maka memang benar Subjek A mengalami miskonsepsi tentang penerapan algoritma yang benar. Karena hasil wawancara sesuai dengan jawaban tertulis subjek, maka memang benar Subjek A mengalami miskonsepsi dalam memahami konsep pecahan secara umum dan dalam mengklasifikasikan benda.
Karena hasil wawancara sesuai dengan jawaban tertulis subjek B, maka memang benar subjek B mengalami kesalahpahaman dalam merepresentasikan pecahan dalam bentuk matematika lainnya. Karena hasil wawancara sesuai dengan jawaban tertulis subjek, maka memang benar subjek B mengalami kesalahpahaman dalam memahami konsep pecahan secara umum dan mengklasifikasikan benda. Karena hasil wawancara sesuai dengan jawaban tertulis subjek C, maka memang benar subjek C mengalami kesalahpahaman tentang penerapan algoritma yang benar.
Karena hasil wawancara sesuai dengan jawaban tertulis subjek C, maka memang benar subjek C mengalami miskonsepsi tentang penerapan algoritma yang benar. Karena hasil wawancara sesuai dengan jawaban tertulis subjek C, maka memang subjek C mengalami miskonsepsi dalam penyajian pecahan dalam bentuk matematika lainnya. Karena hasil wawancara sesuai dengan jawaban tertulis subjek, maka memang benar subjek C mengalami miskonsepsi dalam pemahaman pecahan secara umum dan klasifikasi benda.
Karena hasil wawancara sesuai dengan jawaban tertulis subjek D, maka memang benar subjek D mengalami miskonsepsi tentang penerapan algoritma yang benar. Karena hasil wawancara sesuai dengan jawaban tertulis subjek D, maka memang benar subjek D mengalami miskonsepsi tentang penerapan algoritma yang benar. Karena hasil wawancara sesuai dengan jawaban tertulis subjek D, maka memang benar subjek D mengalami miskonsepsi dalam memahami pecahan secara umum dan mengklasifikasikan benda.
Karena hasil wawancara sesuai dengan jawaban tertulis subjek E, maka memang benar subjek E mengalami miskonsepsi tentang penerapan algoritma yang benar. Karena hasil wawancara sesuai dengan jawaban tertulis subjek, maka memang benar subjek E mengalami miskonsepsi dalam memahami pecahan secara umum dan mengklasifikasikan benda.