PAPER PRAKTIKUM GEOMAGNETIK
IDENTIFIKASI PENGONTROL SISTEM PANAS BUMI DENGAN PEMODELAN 2,5D METODE GEOMAGNETIK DAERAH CANDI UMBUL,
MAGELANG, JAWA TENGAH
Virnanda Eka Cahyaningtyas
Jurusan Teknik Geofisika, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta
Jalan SWK 104 Condongcatur Yogyakarta [email protected]
ABSTRAK
Metode Geomagnetik adalah metode geofisika pasif yang tergantung pada kontras magnetik suatu benda dengan lingkungan sekitarnya. Metode geomagnet dilakukan berdasarkan pengukuran anomali geomagnet yang diakibatkan oleh perbedaan kontras suseptibilitas atau permeabilitas magnetik tubuh jebakan dari daerah sekelilingnya. Target dalam penelitian kali ini adalah untuk mengidentifikasi adanya struktur pengontrol sistem panas bumi dengan pemodelan 2,5D pada daerah Candi Umbul, Magelang, Jawa Tengah dengan menggunakan metode geomagnetic dan filter pada metode ini. Penelitian dilakukan dengan luas kavling sebesar 812 m x 1016 m dengan menggunakan instrument geomagnetik berupa PPM Magnetometer. Pengolahan dilakukan dengan menggunakan software Microsoft excel, , Geosoft Oasis Montaj,dan surfer.
Kata Kunci: Geomagnetik, Struktur 1. PENDAHULUAN
Energi panasbumi (geothermal energy) adalah energi alternatifyang sangat potensial untuk dikembangkan dimasa depan terutama untuk digunakan sebagai energi pembangkit listrik, menggantikan ketergantungan
akan penggunaan sumber energi hidrokarbon yang semakin hari semakin menurun jumlah cadangan nya. Indonesia mempunyai sumber panas bumi mencapai 40% potensi di dunia dan termasuk sumber energi yang terbarukan (renewable) dan
energi yang ramah lingkungan dalam tahap produksinya (Fahmi, Lela Chaerunisah, 2016). Salah satunya sumber sumber daya panas bumi berada pada daerah Candi Umbul, Desa Kartoharjo, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Dalam upaya eksplorasinya dapat menggunakan metode-metode yang ada dalam Geofisika. Dalam penelitian ini menggunakan metode geomagnetic. Secara garis besar geofisika adalah ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip fisika untuk mengetahui dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan bumi, atau dapat pula diartikan
mempelajari bumi dengan
menggunakan prinsip-prinsip fisika (Santoso, 2002). Ilmu geofisika dapat dimanfaatkan dalam penyelidikan kebumian seperti mitigasi bencana gempa bumi, mitigasi bencana gunung api, eksplorasi minyak bumi, eksplorasi mineral dan logam, dan juga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan dan bangunan. Dalam hal ini yang menjadi target adalah
bumi bawah permukaan. Parameter- parameter fisika yang digunakan adalah parameter mekanika yang meliputi metode seismik, gravitasi (gravity) dan magnetik. Untuk pemanfaatan ilmu geofisika tersebut, maka diperlukan metode yang sesuai.
Hal ini yang membuat terdapat berbagai macam metode Geofisika.
Salah satu hal yang melekat dalam geofisika adalah tentang metode geomagnetik.
Metode geomagnetik ini dapat digunakan untuk mengetahui struktur geologi dari batuan penyusun berdasarkan dari perubahan nilai respon kemagnetan batuannya (Telford, 1976). Metode magnetik merupakan salah satu metode geofisika tertua yang mempelajari karakteristik medan magnet bumi. Metode Geomagnetik adalah metode geofisika pasif yang tergantung pada kontras magnetik suatu benda dengan lingkungan sekitarnya. Metode geomagnet dilakukan berdasarkan pengukuran anomali geomagnet yang diakibatkan oleh perbedaan kontras suseptibilitas atau permeabilitas
magnetik tubuh jebakan dari daerah sekelilingnya. Dalam penelitian menggunakan metode magnetik ini alat yang digunakan untuk mengukur nilai anomali geomagnet berupa magnetometer.
Dalam penelitian ini
menggunakan metode geomagnetik ini digunakan filter Total Horizantal Derrivative (THD), Reduce To Pole (RTP), Upward Continuation, dan filter Tilt Derrivative (TDR). Proses-proses tersebut digunakan agar dapat menghasilkan peta yang memperkuat asumsi pada peta RTP pada batas-batas anomali untuk identifikasi adanya struktur pada suatu keadaan di bawah permukaan bumi. Serta penggunaan pemodelan pada penelitian ini untuk mempermudah dalam Analisa keadaan pada penelitian.
DASAR TEORI
Metode geomagnetik
merupakan salah satu metode survey geofisika teknik yang digunakan untuk eksplorasi kondisi bawah permukaan bumi dengan menganalisis properti variasi anomali medan magnet bumi di setiap titik yang diamati dari permukaan bumi (Hinze., et al., 2013).
Menurut Sismanto (1999), asumsi dasar yang harus dipenuhi untuk penelitian perlapisan dangkal adalah:
1. Medium bumi dianggap berlapis-lapis dan setiap lapisan menjalarkan gelombang seismik dengan kecepatan yang berbeda beda.
2. Semakin bertambah kedalamannya, batuan lapisan akan semakin kompak.
3. Panjang gelombang seismik lebih kecil daripada ketebalan lapisan bumi.
4. Perambatan gelombang seismik dapat dipandang sebagai sinar, sehingga mematuhi hukum – hukum dasar lintasan sinar.
5. Pada bidang batas antar lapisan, gelombang seismik merambat dengan kecepatan pada lapisan dibawahnya.
6. Kecepatan gelombang bertambah dengan bertambahnya kedalaman
Dalam prinsip penjalaran ke segala arah di bawah permukaan bumi, gelombang seismik mengikuti asas-asas:
a. Asas Fermat
Fermat yang menyatakan bahwa
“lintasan yang dilalui oleh cahaya untuk merambat dari satu titik ke titik lain adalah sedemikian rupa sehingga waktu perjalanan itu tidak berubah sehubungan dengan variasi – variasi dalam lintasan tersebut”.
b. Prinsip Huygens
Prinsip Huygens menyatakan bahwa setiap pada muka gelombang merupakan sumber bagi gelombang baru.
c. Hukum Snellius
Prinsip Huygens menyatakan bahwa sudut pantul dan sudut bias merupakan fungsi dari sudut datang dan kecepatan gelombang.
Metode delay time digunakan pada bidang batas lapisan dangkal dengan kontras kecepatan yang besar. Turunan dari metode Delay Time antara lain:
1. Generalized Reciprocal Method merupakan turunan terakhir dari metode delay time yang memetakan lapisan bawah permukaan dengan tingkat kekerasan dan undulasi refraktor yang tinggi.
Gambar 1. Ilustrasi Penjalaran Metode GRM a. Fungsi Analisis Kecepatan (Tv) Analisis Tv digunakan untuk menentukan kecepatan dengan persamaan:
Tv=1
2(TAY−TBY+TAB)
b. Fungsi Analisis Time-Depth (Tg) Time-Depth merupakan waktu tempuh untuk mencapai kedalaman bawah permukaan tegak terhadap geophone, sehingga dapat diketahui besarnya kedalamannya dengan cara sebagai berikut:
1) Analisis Tg digunakan untuk mencari kedalaman di bawah geophone (Maka dapat diperoleh :
Tg=
(
1/2(
TAY−TBY−(
TAB+XYV ') ) )
Tg = fungsi time- depth
2) Metode GRM menggunakan nilai kecepatan rata-rata pada lapisan 1 dengan persamaan :
Vavg=
√
XYV+22XYTgV2Maka, kedalaman lapisan di bawah geophone (h) dapat dicari dengan :
h=TgVavg cosic
atauh=TgVavgV2
√
2V22−Vavg2Ada dua cara penentuan jarak optimum XY, antara lain :
•Perhitungan Langsung o Menggunakan persamaan
XY=2ztanic
o Cara ini menjadi sulit karena yang kita cari adalah kedalaman tiap geophone (Zg).
• Observasi
o XY didapat dari kurva Tv dan Tg
2. Metode Plus-Minus menggunakan dua jenis analisis, yaitu :
• Analisis Plus Time (T+) : untuk analisa kedalaman
• Analisa Minus Time (T-) : untuk determinasi kecepatan
1. Analisis Time Plus (T+)
Analisis Plus Time merupakan adalah metode yang digunakan untuk menganalisis kedalaman bawah permukaan dengan menggunakan jumlah waktu rambat gelombang dari sumber forward dan sumber reserve dikurangi waktu total.
Plus Time dapat dirumuskan dengan,
T
¿ +¿¿ 2 cosθc
Z1D¿=¿
(2.18)
Gambar 2. 1 Ilustrasi Dua Lapisan Metode Plus Minus untuk analisis Plus Time
(Sulystyaningrum, 2014).
Sedangkan untuk mencari kecepatan V1 didapat dari inverse slope gelombang arrival lapisan pertama (Sulystyaningrum, 2014).
1. Analisis Minus Time (Tˉ)
Analisis minus time adalah metode yang digunakan untuk mendetreminasi kecepatan refraktor (V2) yang didapatkan dari pengurangan waktu rambatan gelombang dari sumber forward dijumlahkan dengan pengurangan waktu rambat gelombang dari sumber reserve.
Gambar 2. 2 Analisis Minus Time untuk mencari informasi kecepatan V2
(Sulystyaningrum, 2014).
Berdasarkan gambar diatas di dapat persamaan Minus time yaitu
TD−TD '=ATD=2(∆ X) V2 (2.22)
2. METODOLOGI
Pada penelitian ini dilakukan pengukuran dua hari yaitu pada tanggal 12 Maret 2022 dimulai pukul 08.00 sampai pukul 17.00 dan tanggal 13 Maret 2022 dimulai pukul 08.00 sampai pukul 17.00. Keadaan cuaca saat akuisisi data seimik yaitu cerah dengan suhu sekitar 27oC. Peta desain survei di bawah digunkan skala 1: 5500 dimana setiap 1 cm pada peta menggambarkan 5500 cm pada lokasi penelitian sesungguhnya.
Penelitian dilakukan di daerah Candi Umbul, Desa Kartoharjo, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Berdasarkan desain survei, penelitian dilakukan pada 154 titik dibagi menjadi 8 kelompok.
3. DIAGRAM ALIR
4.1. Diagram Alir Pengambilan Data
Gambar 3.1 Diagram alir pengambilan data
Berikut merupakan langkah- langkah saat melakukan proses pengambilan data di lapangan, sebagai berikut:
1. Memulai proses pengambilan data dengan menentukan titik lokasi dari pengukuran deng melakukan plotting koordinat di gps untuk mempermudah dalam tracking menuju titik pengukuran
2. Kemudian melakukan persiapan alat sebelum memulai pengukuran
3. Kemudian memulai pengukuran dengan membagi pada 2 jobdesk base dan rover
4. Pada base sebelum memulai pengukuran melakukan penentuan arah utara pada titik base dan melakukan pengaturan hari dan waktu pengukuran sebagai data yaitu dengan memencet tombol tune shift memasukkan nilai IGRF enter time shift Julian Day (menghitung hari dari 1 Januari hingga hari pengukuran)
mengatur pengaturan auto 3 menit
5. Kemudian memasang sensor dan menghubungkan sensor ke main unit untuk pengambilan data base 6. Kemudian melakukan pengaturan
hari dan waktu pengukuran sebagai data yaitu dengan memencet tombol tune shift memasukkan nilai IGRF enter
time shift Julian Day (menghitung hari dari 1 Januari hingga hari pengukuran)
7. Setelah itu melakukan pengambilan data dengan mencatat waktu dan nilai medan
magnet yang dimunculkan pada main unit
8. Sedangkan pada rover memulai pengambilan data dengan menuju titik lokasi pengukuran dengan tracking sesuai koordinat yang sudah di plot di GPS dan desain survei
9. Setelah sampai pada titik lokasi pengukuran kemudian melakukan penentuan arah utara pada sensor 10.Setelah itu melakukan
pengambilan dan pencatatan koordinat titik lokasi pengukuran 11.Setelah itu melakukan
pengambilan data dengan memperhatikan waktu pada saat pengambilan (waktu dan pengambilan data pada alat bersamaan)
12.Ketika melakukan pengambilan data melakukan QC data dengan memastikan selisih data tidak lebih dari 1
13.Setelah mendapatkan data kemudian melakukan pencatatan data waktu dan nilai medan magnet pada tabel tabulasi
14.Setelah mendapatkan data medan magnet pada suatu titik kemudian
melakukan pengambilan data dengan mengulangi langkah 9-13 pada setiap lokasi titik pengukuran
15.Setelah semua titik pengukuran tercover dan mendapatkan data dan mencatatnya kemudian kembali ke lokasi awal
16.Setelah melakukan proses-proses di atas pengambilan data telah selesai.
3.2. Diagram Alir Pengolahan Data Adapun tahapan yang perlu dilakukan dalam pengolahan data berdasarkan diagram alir berikut ini
Gambar 3.2 diagram alir pengolahan data Setelah peneltian dilakukan, selanjutnya yaitu mengolah data yang telah didapat sebelumnya. Adapun
langkah-langkah dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:
Dalam melakukan proses pengolahan data yang telah didapatkan di lapangan diperlukan langkah- langkah sebagai berikut:
1. Memulai pengolahan data dengan menyiapkan data yang didapatkan dari lapangan
2. Kemudian memasukkan data lapangan ke Ms. Excel
3. Melakukan picking data hasil pengukuran pada lapangan
4. Kemudian melakukan koreksi variasi dalam Ms. Excel
5. Setelah melakukan koreksi akan mendapatkan nilai Hvar Ha yang akan digunakan untuk membuat peta
6. Membuka software geosoft oasis montaj untuk membuat peta HA dengan menggunakan nilai HA 7. Setelah mendapatkan peta HA
kemudian melakukan filtering reduce to pole untuk mendapatkan peta RTP yang akan digunakan untuk membuat peta yang lain 8. Setelah mendapatkan peta RTP
kemudian melakukan filter Total Horizontal Derrivative untuk
mendapatkan peta THD kemudian melakukan filtering Tilt Derrivative untuk mendapatkan peta TDR
9. Untuk mendapatkan pemodelan melakukan sayatan pada peta RTP di software geosoft oasis montaj yang kemudian memasukkan data sayatan ke dalam software surfer 10. Setelah melakukan pengolahan
data sayatan dalam software surfer kemudian melakukan pengolahan pemodelan pada software mathlab dengan menggunakan menu GM- SYS
11. Kemudian akan mendapatkan data untuk melakukan pengolahan untuk mendapatkan grafik FFT 12. Kemudian kembali ke software
geosoft oasis montaj untuk melakukan pemodelan 2,5 D 13. Setelah medapatkan pemodelan
dan output-output melakukan Analisa dan pembahasan interpretasi pada setiap output 14. Kemudian menarik kesimpulan
setelah melakukan pembahasan pada setiap output
15. Pengolahan data telah selesai
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Grafik Hvar vs Waktu yang menunjukan hubungan antara nilai variasi harian dengan waktu pada setiap titik pengukuran yang digambarkan dengan grfaik Hvar vs Waktu. Dari gambar diatas dapat kita ketahui bahwa sumbu X mempresentasikan waktu setiap pengukuran dilapangan dan sumbu Y menunjukkan nilai variasi harian (Hvar). Pada grafik diatas dapat dilakukan pengukuran sebanyak 23 titik pengukuran.
Dari grafik Hvar vs Waktu diatas dibuat berdasarkan data pengukuran yang dilakukan mulai pukul 09:32:36 sampai dengan pukul 12:41:45. Dilihat dari Hvarnya titik yang memiliki nilai tertinggi yaitu pada pengukuran dengan nilai sebesar 6,455801105 meter yang dilakukan pada pukul 13:57:30 dan nilai terendah terdapat pada titik pengukuran
dengan nilai sebesar -14,06271186 meter yang dilakukan pada pukul 11:11:02 dari nilai tertinggi dan terendah ini dapat kita ketahui bahwa nilai Hvar ini dipengaruhi oleh nilai medan magnet luar.
Dari grafik diatas juga kita dapat mengetahui bahwa pada pengukuran yang dilakukan pada siang hari itu mendapatkan nilai yang tinggi, hal ini terjadi akibat adanya pengaruh medan magnet luar seperti matahari karena secara umum dari waktu pagi hingga siang nilai gelombangnya besar apabila keadaan terang begitupun sebaliknya apabila dilakukan pengukuran sore hari ataupun malem.
Nilai dari Ha dapat bervariasi karena berbagai faktor seperti kandungan magnet pada batuan yang rendah dan ada pula yang tinggi.
faktor matahari yang selalu berubah sepanjang hari semakin terang pancaran yang dipancarkan dari matahari akan semakin besar pula nilai Hvar nya, begitu juga sebaliknya dan lain sebagainya. Hal itu disebabkan karena sumber medan luar terutama efek dari radiasi
matahari ini berhubungan dengan arus listrik yang mengalir dalam lapisan terionisasi di atmosfer, sehingga perubahan pada medan ini terhadap waktu jauh lebih cepat, oleh karena itu setiap perbedaan waktu akan memiliki pengaruh terhadap medan magnet bumi itu sendiri.
Grafik Ha vs Posisi menunjukan hubungan nilai anomali magnetik (Ha) dengan posisi Y saat rover melakukan pengukuran pada titik-titik yang telah ditentukan. Pada grfaik komponen sumbu X mempresentasikan nilai posisi Y atau koordinat setiap pengukuran dan sumbu Y mempresentasikan nilai anomali magnetik (Ha) yang diperoleh dari perhitungan data. Data yang diperoleh menggunakan Microsoft Excel, data Ha yang diperoleh telah
dilakukan koreksi IGRF dan variasi harian.
Pembacaan grafik diatas dimulai dari kanan ke kiri karena PPM rover I berjalan dari posisi Y 918572 ke 9185526. Pada pengukuran dilapangan titik pertama terdapat pada posisi Y 918572 diperoleh nilai Ha sebesar -218,91 meter dan titik pengukuran terakhir yaitu pada titik 14 Terdapat pada posisi Y 9185526 yang dimana diperoleh nilai Ha sebesar -215,55 meter dapat dilihat pada grafik diatas bawah nilai Ha tertinggi terdapat pada titik ke 13 Dengan nilai Ha sebesar 560 meter, dan nilai Ha terendah terdapat pada titik pengukuran ke 1 dengan nilai Ha sebesar -218,9066667 meter.
Pada grafik Ha vs Posisi menunjukkan posisi grafik yang mengalami naik turun atau fluktuatif.
Hal tersebut menunjukkan ketika nilai Ha rendah maka menunjukkan nilai dari anomali medan magnet yang rendah pula, dan sebaliknya ketika pada posisi tinggi. grafik yang fluktuatif tersebut diakibatkan oleh noise, ketika didapatkan informasi
pada grafik terdapat nilai Ha yang tinggi hal tersebut dapat diasumsi kan bahwa di bawah permukaan pada posisi tersebut dimungkinkan adanya noise. Selain disebabkan oleh noise, grafik yang fluktuatif juga kemungkinan disebabkan oleh sifat kemagnetan batuan yang berbeda-beda pada batuan sehingga menyebabkan respon batuan yang berbeda-beda, pada sifat kemagnetan feromagnetik akan memberikan respon anomali yang tinggi, sifat paramagnetik memberikan respon anomali yang sedang dan sifat diamagnetik memberikan respon anomali yang rendah. Hal ini dapat kita ketahui bahwa dari nilai grafik Ha vs posisi ini disebabkan karena adanya pengaruh dari medan magnet luar.
Wana-warna pada peta disebut sebagai simbol tingkatan intensitas
kemagnetan pada batuan dibawahnya.
Tingkatan pertama dengan intensitas yang rendah ditunjukkan oleh warna biru tua hingga muda dengan rentang nilai dari -268,69 nT hingga -127,81 nT menandakan bahwa daerah tersebut memiliki nilai anomali medan magnet rendah, kemudian warna hijau muda hingga jingga yang menandakan daerah tersebut memiliki nilai anomaly medan magnet sedang dengan nilai -112,07 nT hingga 85,53 nT dan warna merah hingga merah muda pada peta Ha tersebut menandakan bahwa daerah tersebut memiliki nilai anomali yang tinggi dengan rentang nilai dari 96,36 nT hingga 313,68 nT.
Diketahui pada area timur laut dan barat daya memiliki nilai intensitas yang tinggi ditunjukkan dengan nilai yang tinggi dengan warna merah hingga merah muda pada peta.
Sedangkan pada area tenggara dan barat menunjukkan nilai intensitas yang rendah ditunjukkan dengan warna biru hingga biru muda pada peta. Area dengan nilai intensitas yang tinggi menunjukkan batuan pada area tersebut mudah termagnetisasi.
Sedangkan pada area dengan nilai intensitas yang rendah merupakan area dengan batuan yang sulit termagnetisasi.
Pada peta RTP nilai variasi medan magnet yang rendah terdapat pada bagian utara peta yang ditunjukkan oleh warna biru sampai hijau. Pada daerah selatan peta cenderung memiliki nilai variasi magnetik yang tinggi yang ditunjukkan oleh warna merah hingga merah muda.
Pada peta yang memiliki medan magnetik yang tertinggi ditandai dengan warna merah hingga merah muda dengan rentan nilai antara 236,2 nT sampai 439,4 nT, yang memiliki nilai medan magnet sedang ditandai dengan warna hijau hingga oranye yang memiliki rentang nilai antara 80,2 nT samapi 223,6 nT, sedangkan yang memiliki nilai medan magnet
rendah ditandai dengan warna biru tua hingga biru muda dengan rentan nilai antara –69,3 nT sampai 66,3 nT.
Pada area tengah terlihat pada peta menunjukkan warna merah yang mana menunjukkan nilai dengan intensiatas yang tinggi. pada area tersebut menunjukkan adanya litologi batuan memiliki tingkat kekompakan batuan yang tinggi sehingga memiliki nilai intensitas kemagnetan yang tinggi. kemudian pada area barat daya memiliki warna biru hingga biru muda yang mana menunjukkan nilai intensitas yang rendah dan dapat mengindikasikan bahwa pada area tersebut merupakan batuan sedimen sebab memiliki kekompakan batuan yang rendah sehingga memiliki intensitas yang rendah. Pada peta menunjukkan adanya sesar yang membentang di arah barat daya timur laut pada zona area timur ditunjukkan dengan adanya garis putus-putus warna hitam dan lingkaran hitam menunjukkan adanya intrusi.
Tingkatan pertama dengan intensitas yang rendah ditunjukkan oleh warna biru tua hingga muda dengan rentang nilai dari 0,4 nT hingga 1,2 nT menandakan bahwa daerah tersebut memiliki nilai anomali medan magnet rendah dan warna hijau hingga oranye menandakan daerah yang memiliki nilai intensitas yang sedang dengan sebaran nilai antara 1,1 nT hingga 3,3 nT sedangkan warna merah hingga merah muda pada peta THD tersebut menandakan bahwa daerah tersebut memiliki nilai anomali yang tinggi dengan rentang nilai dari 3,5 nT hingga 6,9 nT.
Sesuai dengan konsep THD yakni meninggikan batas-batas dari suatu badan anomaly maka daerah yang ditunjukkan dengan lingkaran
warna hitam merupakan sebuah badan anomaly. Hal itu disebabkan karena pada peta area tersebut dikelilingi oleh oleh anomaly yang tinggi yang diidentifikasi sebagai batas dari anomaly.
Pada gambar di atas berupa peta TDR yang dapat diinterpretasikan berdasarkan variasai warna yang mana menunjukkan adanya perbedaan nilai intensitas kemagnetan yang menyebar pada daerah penelitian. Klasifikasi warna pada peta berdasarkan besar nilai intensitas kemagnetan dibagi menjadi 3 tingkatan, rendah, sedang, dan tinggi. Nilai terendah sebesar -1,4 rad hingga -0,9 rad ditandai dengan warna biru tua – biru muda. Nilai sedang ditandai dengan warna hijau hingga oranye dengan nilai -0,8 rad
hingga 0,7 rad, dan nilai tertinggi ditandai sebesar 0,9 rad hingga 1,3 rad dengan warna merah tua – muda.
Pada peta Tilt Derivative ini mampu mengidentifikasi sebuah struktur maupun dengan melihat kontras warna atau kontras anomali.
Terdapat sebuah arah struktur mayor yang diberi garis putus-putus dengan pada fase 0 derajatnya atau yang berwarna kuning dimana hal ini sesuai dengan dugaan sebelumnya bahwa ada sebuah struktur yang berkembang pada daerah penelitian. Sesar tersebut membentang dari arah barat daya – timur laut di area timur penelitian.
Dari variasi warna ini kita dapat mengetahui nilai anomali pada peta diatas yang dimana pada variasi warna biru memiliki nilai anomali rentan antara -175,5 hingga -53,4,
variasi warna hijau hingga kuning memiliki nilai anomali sedang dengan rentan antara -48,8 hingga -14, dan variasi warna orange hingga merah muda memiliki nilai anomali tinggi dengan rentan antara -5,6 hingga 164,9.
Sumbu X menunjukkan nilai K dan sumbu Y menunjukkan nilai Ln A.
Sedangkan pada grafik yang berwarna biru merupakan grafik yang menunjukkan regional dengan fungsi yang didapatkan Y= -123,778x + 4,118 R2 = 0,7631. Kemudian grafik berwarna oranye menunjukkan grafik residual dengan fungsi yang didapatkan yaitu Y= -13,504x + 1,7881 R2 = 0,2946. Sedangkan pada grafik abu-abu menunjukkan grafik residual dengan persamaan yang didaptakan y= -27,505x + 0,4668 R2= 0,0692. Dengan grafik FFT ini kita
dapat mengetahui bahwa sayatatan yang dilakukan pada peta RTP.
Kemudian sayatan tersebut dapat di analisis melewati anomaly lokal atau regional. Dengan demikian kita dapat menganalisis bagian mana yang merupakan sayatan anomaly lokal dan regional.
Sayatan diatas memiliki 5 litologi yaitu dilihat dari lapisan paling bawah yakni berupa sedimen, tuff, lava andesit, aluvium dan di atas permukaan tertutupi oleh soil.
Kemudian sayatan diatas juga melewati struktur berupa sesar yang berada pada sebelah kanan. Dimana pada struktur tersebut mengontrol adanya suatu sistem panas bumi di daerah Candi Umbul, Magelang, Jawa
Tengah dan ditemukan suatu manifestadi air panas di sana
5. KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Dari pembahasan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Nilai maksimal di Hvar adalah 6,455801105 nT pada jam 13.57 WIB sedangkan nilai minimum Hvar adalah -14,06271186 nT pada jam 11.11 WIB Nilai Hvar yang terukur dipengaruhi oleh waktu pengukuran dan kondisi cuaca.
Pada grafik nilai Ha tertinggi terdapat pada titik ke 13 Dengan nilai Ha sebesar 560 meter, dan nilai Ha terendah terdapat pada titik pengukuran ke 1 dengan nilai Ha sebesar -218,9066667 meter.
Nilai Ha yang terukur bergantung pada material yang
terkandung di bawah permukaan, namun sifatnya masih dipole.
Peta Ha menyatakan
persebaran anomali magnetik secara keseluruhan. Warna biru tua hingga muda dengan rentang nilai dari -268,69 nT hingga -127,81 nT menandakan bahwa daerah tersebut memiliki nilai anomali medan magnet rendah, warna hijau muda hingga jingga yang menandakan daerah tersebut memiliki nilai anomaly medan magnet sedang dengan nilai -112,07 nT hingga 85,53 nT dan warna merah hingga merah muda pada peta Ha tersebut menandakan bahwa daerah tersebut memiliki nilai anomali yang tinggi dengan rentang nilai dari 96,36 nT hingga 313,68 nT.
Peta RTP peta yang bersifat monopol dan pada daerah yang mempunyai nilai rendah merupakan daerah dugaan adanya struktur. Ditandai dengan rentang nilai 236,2 nT
sampai 439,4 nT, yang memiliki nilai medan magnet sedang ditandai dengan warna hijau hingga oranye yang memiliki rentang nilai antara 80,2 nT samapi 223,6 nT, sedangkan yang memiliki nilai medan magnet rendah ditandai dengan warna biru tua hingga biru muda dengan rentan nilai antara –69,3 nT sampai 66,3 nT.
Pada peta THD ditunjukkan dengan warna biru tua hingga muda dengan nilai dari 0,4 nT hingga 1,2 nT menandakan bahwa daerah tersebut memiliki nilai anomali medan magnet rendah dan warna hijau hingga oranye menandakan daerah yang memiliki nilai intensitas yang sedang dengan sebaran nilai antara 1,1 nT hingga 3,3 nT sedangkan warna merah hingga merah muda pada peta THD tersebut menandakan bahwa daerah tersebut memiliki nilai anomali yang tinggi dengan rentang nilai dari 3,5 nT hingga 6,9 nT.
Pada peta TDR nilai terendah sebesar -1,4 rad hingga -0,9 rad ditandai dengan warna biru tua – biru muda. Nilai sedang ditandai dengan warna hijau hingga oranye dengan nilai -0,8 rad hingga 0,7 rad, dan nilai tertinggi ditandai sebesar 0,9 rad hingga 1,3 rad dengan warna merah tua – muda. Pada peta Tilt Derivative Terdapat sebuah arah struktur berupa sesar yang membentang dari arah barat daya – timur laut di area timur penelitian.
Grafik FFT di gunakan untuk analisa anomali lokal, regional, dan nois pada sayatan RTP sehingga dapat digunakan untuk mengetahui kedalaman sayatan dan mendapatkan kedalaman sebesar 689,801 m pada regional dan pada residual sebesar 75,72611 m.
Permodelan 2,5 D menggambar kondisi bawah permukaan, pada sayatan memiliki 5 litologi yaitu dilihat dari lapisan paling bawah yakni
berupa sedimen, tuff, lava andesit, alluvium, dan paling atas ditutupi oleh soil.
DAFTAR PUSTAKA
Rahardjo, W., Sukandarrumidi, dan Rosidi, H.M.D., 1995. Peta Geologi Lembar Yogyakarta, Skala 1:100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Raharjo, S.A dkk. (2002). Analisis Kecepatan Perambatan Gelombang Bias pada Medium dan Faktor Kualitas Medium di Lereng Barat Gunung Merapi, Yogyakarta.
Skripsi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Sismanto. (1999). Ekplorasi dengan Menggunakan Seismik Refraksi.
Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Telford, dkk. 1976. Applied Geophysics.
New York : Cambridge University Press. Telford, dkk. (1990). Applied Geophysics. Second Edition.
Cambridge: Cambridge University Press.
Telford, W.M., L.P. Geldart, R.E. Sheriff dan D.A. Keys. 1982. Applied Geophysic. London: Cambridge University Press.
Prasetyadi, C., Sudarno, I., Indranadi, V.
B., dan Surono, 2011. Pola dan
Genesa Struktur Geologi Pegunungan Selatan, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah. Badan Geologi, Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 21, No. 2, h. 91-107.
Kaiser, S., Heiland D. H.,2019.
Neuroprotection after Hermorrhagic stroke depends on cebeal heme oxtgenase-i. Antioxidantss (Basel).8(10)