• Tidak ada hasil yang ditemukan

identifikasi potensi konflik tenurial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "identifikasi potensi konflik tenurial"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

Identifikasi potensi konflik real estate di sepanjang jalur batas kawasan hutan di Desa Pucak Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif yang dipadukan dengan sistem informasi geografis. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan 2 (dua) parameter yaitu Kemasyarakatan dan Kawasan Hutan di Desa Pucak Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros.

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan dan Manfaat

Dari latar belakang di atas, penulis melakukan penelitian dengan judul “Identifikasi Potensi Konflik Pertanahan di Sepanjang Jalur Perbatasan Kawasan Hutan di Kawasan Desa Pucak Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros”. Peta sebaran klasifikasi potensi konflik tenurial di sepanjang jalur perbatasan Kawasan Hutan di Wilayah Desa Pucak, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros. Sedangkan manfaatnya adalah untuk memberikan informasi mengenai potensi konflik tenurial di sepanjang jalur sempadan kawasan hutan serta sebagai masukan dan pertimbangan dalam menentukan arah perencanaan dan pengelolaan serta pengawasan pembangunan kehutanan.

Kawasan Hutan

Penggunaan Lahan

Penggunaan Lahan Non-Pertanian (hutan kering/lembab, semak belukar, sabana, padang rumput, alang-alang, dll.). Lahan terbuka (lahan terbangun/tidak terbangun) seperti pemukiman, jaringan jalan umum/kereta api, bandar udara/pelabuhan dan sebagainya; Kawasan perairan seperti danau, waduk, rawa, sungai, jalur pelayaran, terumbu karang dan lain-lain (BSNI.

Namun dari keseluruhan uraian pengelompokan tutupan lahan dan kelas penggunaan lahan, yang akan penulis gunakan adalah kelas tutupan lahan yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sesuai dengan peraturan Direktorat Jenderal Perencanaan. Hutan. : P.1/VII-IPSDH/2015 tentang Pedoman Pemantauan Tutupan Lahan (Lampiran 1).

Kawasan Hutan Produksi

Hutan produksi dikelompokkan menjadi 3 yaitu hutan produksi tetap (HP), Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi (HPK). Hutan produksi terbatas ini merupakan hutan yang diperuntukkan bagi produksi kayu dengan intensitas rendah. Hutan produksi terbatas ini umumnya terletak di daerah pegunungan yang lerengnya terjal sehingga menyulitkan kegiatan penebangan.

Kegiatan yang diperbolehkan pada hutan produksi adalah untuk izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu, hutan alam (HPH), dan hutan tanaman (HTI). Untuk hutan produksi terbatas tidak diperkenankan pembukaan lahan untuk HTI karena masalah kemiringan lereng, biasanya HPT dikelola dengan penebangan Select Tanam Indonesia (TPTI).

Konflik

Sumber Konflik

Setiap individu mempunyai kepentingan yang berbeda-beda dalam organisasi sesuai dengan tanggung jawab dan perannya masing-masing. Upaya mencapai tujuan selalu memerlukan penggunaan sumber daya, konflik juga terjadi ketika sumber daya yang ada terbatas sehingga sumber daya yang terbatas tersebut dapat menghambat upaya mencapai tujuan masing-masing pihak yang berkonflik.

Jenis dan Tipe-tipe Konflik

9 yang tidak ada kaitannya dengan substansi/obyek konflik, hanya cenderung mencari-cari kesalahan lawan dengan cara kekerasan, agresi/paksaan. Konflik menurut dimensi produksi dibedakan menjadi dua, yaitu konflik konstruktif, yaitu konflik dalam konteks pencarian solusi dan pendapat, dan konflik deskriptif, yaitu konflik yang tidak menghasilkan atau tidak berorientasi pada penyelesaian, menghancurkan, menang. sendirian dan hanya menyalahkan. satu sama lain. Konflik dalam dimensi bidang kehidupan termasuk bidang ekonomi termasuk sumber daya alam merupakan konflik yang lebih sering terjadi disebabkan oleh terbatasnya sumber daya alam, masyarakat cenderung berkembang dan adanya perebutan akses terhadap sumber daya ekonomi, perebutan kendali atas sumber daya ekonomi. , perebutan penguasaan sumber daya Sumber daya ekonomi dapat menimbulkan konflik di bidang kehidupan lain, yaitu konflik sosial, politik, dan budaya.

Tenurial Lahan

10 a) Hak pakai, yaitu hak untuk menggunakan tanah (padang rumput, budidaya tanaman subsisten, pemungutan hasil hutan: kayu bakar, madu, dan lain-lain). Hak menguasai adalah hak untuk memutuskan bagaimana lahan tersebut akan digunakan, termasuk memutuskan apa yang akan ditanami dan menerima keuntungan finansial dari penjualan tanaman tersebut. Misalnya, dalam masyarakat, sebuah keluarga mungkin mempunyai hak eksklusif atas bidang perumahan, lahan pertanian, dan pepohonan tertentu; kecuali masyarakat adat pemilik tanah, mereka tidak memerlukan persetujuan pemegang hak untuk menggunakan sumber daya tanahnya.

11 c) Akses terbuka: hak-hak tertentu tidak diberikan kepada siapa pun dan tidak ada yang dapat dikecualikan. Hal ini biasanya melibatkan penguasaan laut dimana akses terhadap laut lepas umumnya terbuka bagi siapa saja, contoh lainnya adalah padang rumput dan hutan. Misalnya, di beberapa negara, lahan hutan mungkin berada di bawah mandat negara, baik di tingkat pusat maupun di tingkat pemerintahan yang didesentralisasi.

Citra Satelit

Besar kecilnya resolusi spasial citra satelit ini dipengaruhi oleh kemampuan sensor dalam merekam objek terkecil. Satelit Landsat TM mampu merekam objek terkecil pada bidang 30 x 30 meter, Satelit Ikonos mencatat objek terkecil sebesar 1 x 1 meter.

Penutupan Lahan

Kerangka Fikir

Waktu dan Tempat

Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra satelit tanggal 12 April 2022, Peta Tata Usaha Desa Pucak, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan, serta Peta Kawasan Hutan Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan dan Peta Kawasan Hutan Provinsi Selatan. Sulawesi.

Sumber Data

Prosedure Pengumpulan Data .1 Titik Sample .1 Titik Sample

Identifikasi Lapangan

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu metode untuk mengkaji status sekelompok orang, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu golongan peristiwa pada masa kini. Penelitian deskriptif kualitatif berupaya untuk menggambarkan gejala-gejala atau keadaan-keadaan yang ada, yaitu keadaan gejala-gejala itu menurut keadaannya pada saat penelitian itu dilakukan, yaitu dengan cara dilakukannya. Penulis akan melakukan wawancara dengan berbagai sumber, dalam hal ini masyarakat setempat, dan mencoba mendapatkan informasi mengenai permasalahan yang muncul, yaitu bagaimana masyarakat memanfaatkan sumber daya dan bagaimana mereka menilai pemanfaatan sumber daya alam di lokasi penelitian.

Observasi yaitu proses pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati atau mencatat secara sistematis fenomena-fenomena yang diteliti. Jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi non partisipan, dimana peneliti tidak terlibat langsung dengan objek penelitian, namun hanya berperan sebagai pengamat. Dokumentasi, metode dokumentasi yang digunakan peneliti adalah pengumpulan data berupa dokumen yaitu data yang berkaitan dengan lokasi penelitian, serta data hasil wawancara dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan masalah penelitian, kemudian menelaah dokumen-dokumen tersebut dan mengumpulkan penelusuran. hasil. yang telah dilakukan.

Teknik Analisis Data

17 2. Observasi, yaitu proses pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati atau mencatat secara sistematis fenomena-fenomena yang diteliti. Klarifikasi materi data dapat dilakukan dengan mengelompokkan data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

Konsep Oprasional

Data adalah keterangan atau juga keterangan tentang sesuatu yang diperoleh melalui pengamatan atau pencarian sumber-sumber tertentu. 4. Penggunaan lahan adalah proses penggunaan lahan yang telah ditambahkan ke dalam lingkungan oleh manusia dalam suatu lingkungan binaan seperti ladang, pertanian, dan pemukiman. Ground Check adalah suatu cara yang digunakan untuk menjamin kebenaran suatu benda atau data yang perlu dibuktikan dengan cara mengamati dan mengetahui keadaan sebenarnya atau kebenaran di lapangan sehingga8.

Risalah umum Lokasi Penelitian

Berdasarkan tabel diatas diketahui jumlah penduduk Desa Pucak Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros sebanyak 2.740 jiwa dengan jumlah 609 KK dengan kepadatan penduduk 154 Km² dengan luas wilayah 17,76 Km². Berdasarkan tabel diatas diketahui jumlah sarana dan prasarana penunjang yang ada di Desa Pucak Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros yaitu 4 Masjid, 1 Mushollah, 5 Sarana Kesehatan (4 Posyandu dan 1 Puskesmas), serta sekolah (SD, SMP, dan SMA). ) sebanyak 9 unit. 22 Berdasarkan tabel tersebut diketahui jumlah penduduk yang tinggal dan bertempat tinggal di Desa Pucak Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros sebanyak 2.740 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 1.362 jiwa dan perempuan sebanyak 1.378 jiwa.

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa penduduk desa dikelompokkan berdasarkan tingkat umur. Mayoritas penduduk di Desa Pucak didominasi oleh kelompok umur 0 sampai 4 tahun dengan jumlah 302 orang, terbagi atas laki-laki 151 orang dan 4 tahun. 161 wanita. Berdasarkan tabel jarak dan ketinggian di atas, jarak yang dibutuhkan untuk mencapai Desa Pucak dari ibu kota Kabupaten adalah ± 25 kilometer.

Tabel 2. Sarana Pra-Sarana Penunjang di Desa Pucak
Tabel 2. Sarana Pra-Sarana Penunjang di Desa Pucak

Aksesibilitas

Tutupan Lahan pada Kawasan Hutan Produksi Tetap di Desa Pucak Hasil dari interpretasi klasifikasi kelas penutupan lahan hasil interpretasi

Diagram persentase kelas tutupan lahan wilayah Desa Pucak Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Berdasarkan hasil rendering/interpretasi citra satelit di atas, tutupan lahan di Desa Pucak Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros diperoleh dari 5 Kelas Tutupan Lahan yang didominasi oleh kelas Perkebunan Lahan Campuran seluas 1.242,70 Ha atau 67,32% dan berupa semak belukar. meliputi suatu area. Dari hasil tersebut sebagian besar wilayah desa Pucak didominasi oleh tanaman perkebunan campuran yaitu seluas 1242,70 hektar atau 67,32 hektar.

Kegiatan pemantauan lapangan yang dihasilkan dari interpretasi citra satelit resolusi menengah untuk menghasilkan data tutupan lahan dimaksudkan untuk mengetahui kondisi sebenarnya tutupan hutan/lahan di lapangan dan memperbaiki data tutupan hutan. Hasil interpretasi citra Landsat berupa kelas tutupan lahan sebaiknya dilakukan untuk mengetahui kondisi lapangan sebenarnya dan membandingkan hasil interpretasi citra.

Gambar 3. Diagram persentase kelas Penutupan Lahan di Wilayah Desa  Pucak
Gambar 3. Diagram persentase kelas Penutupan Lahan di Wilayah Desa Pucak

Interpretasi Penggunaan Lahan

Hasil Pengecekkan Lapangan

Berdasarkan hasil groundcheck/pemeriksaan lapangan diketahui total kepemilikan lahan di wilayah Desa Pucak, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros seluas 178,39 hektar. Diagram persentase kelas tutupan lahan hasil pemeriksaan lapangan di Kawasan Desa Pucak Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Bentuk-bentuk Penggunaan lahan yang menyebabkan terjadinya konflik Berdasarkan Hasil Cek Lapangan, penggunaan lahan pada areal yang

Penggunaan Lahan

Sebaran Potensi Terjadinya Konflik Tenurial di sepanjang garis trayek batas Kawasan Hutan Produksi Tetap

Berdasarkan hasil Interpretasi Tutupan Lahan dan Pengecekan Lapangan, sebaran kawasan yang berpotensi konflik di sepanjang jalur perbatasan Kawasan Hutan Produksi Tetap di Desa Pucak Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros terbagi dengan luas 178,39 Hektar. . untuk lahan garapan dan penggunaan lahan berupa perkebunan seluas 33,73 Ha. Hektar, lahan garapan menggunakan lahan berupa sawah seluas 56,40 Ha dan padang penggembalaan seluas 88,26 Ha. Dari 178,39 hektar lahan hutan produksi di Desa Pucak, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, terdapat 30 bidang atau 90,12 hektar atau 50,52% dari lahan hutan produksi yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat. Fakta di lapangan membuktikan bahwa sebagian lahan hutan produksi masih dialihfungsikan oleh masyarakat menjadi lahan pertanian seperti lahan persawahan dan lahan perkebunan seperti : Kopi, Jagung, Ubi Jalar, Kacang Tanah dan Kedelai yang dalam hal ini adalah.

32 sumber potensi konflik real estate karena tanah merupakan sumber penghidupan untuk memenuhi kebutuhan dan menunjang penghidupan masyarakat Desa Pucak Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros. Pemanfaatan hutan yang tidak sesuai dengan peruntukannya berdampak pada kondisi kawasan hutan, khususnya terganggunya beberapa flora dan fauna endemik yang dapat merusak habitat dan tempat tumbuh kembangnya, sehingga dapat berujung pada kepunahan. . Selain itu kawasan tersebut merupakan hutan produksi tetap, sehingga penggunaan kawasan hutan produksi untuk keperluan di luar sektor kehutanan harus mendapat izin dan persetujuan dari pihak yang berwenang sesuai dengan norma hukum yang berlaku, karena hutan juga berperan sebagai produsen. manfaat ekonomi, dengan tetap memperhatikan fungsi keberlanjutannya.

KESIMPULAN DAN SARAN

  • Kesimpulan
  • Saran

Gambar

Gambar 2. Peta Wilayah Adminstrasi Desa  3.2. Alat dan Bahan
Tabel 1. Data Administrasi di Kecamatan Tompobulu Desa  Luas Lahan
Tabel 2. Sarana Pra-Sarana Penunjang di Desa Pucak
Tabel 4. Banyaknya Penduduk Desa Pucak menurut Kelompok Umur
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wilayah yang mempunyai potensi obyek/daya tarik wisata berpotensi tinggi adalah Kecamatan Mojolaban, untuk wilayah berpotensi sedang

Situasi yang menjadi potensi konflik adalah ditengah meningkatnya kemerdekaan berfikir tentang agama yang notabenenya menghasilkan juga progress pemahaman yang

Sedangkan hasil akhir dari metode tersebut bisa mengetahui interpretasi potensi sebaran batubara dengan menggunakan metode geolistrik resistivitas konfigurasi wenner-alpha dan

Evaluasi Potensi Terjadinya Konflik Sosial Pada Masyarakat Miskin Kota dilakukan untuk mengetahui bentuk-bentuk konflik serta potensi konflik, pelanggaran HAM dan

Dalam menangani konflik di Propinsi Jambi Pemerintah mengambil peran dalam menangani konflik melalui beberapa tahap yiatu dengan Meredam Potensi Konflik, yan dilakukan

Penelitian ini dirancang dengan mengumpulkan data sekunder dan data primer untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana sebaran daerah yang berpotensi terjadinya rawan

Sejumlah langkah yang dapat diadopsi dan dise- suaikan menurut kondisi di lapangan tempat KPH itu berada, antara lain: (1) melokalisir seluruh areal konflik tenurial

Potensi Konflik Kepentingan Antara Presiden Dan DPR Dalam Pengangkatan Panglima TNI |Wardhani, Madjid, Utama | 321 Latarbelakang pengangkatan dan pemberhentian Panglima TNI harus