47
Identifikasi Timbulnya Kawasan Kumuh di Kota Banda Aceh (Studi Kasus : Gampong Jawa, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh)
Susi Ardilla1 Zahrul Fuady2 Zahriah 3
1Mahasiswa Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitar Syiah Kuala 2Dosen Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala
Email: [email protected]
Abstract
Gampong Jawa is one of the villages located in Kutaraja sub-district, Banda Aceh. History records where the glory of the kingdom of Aceh once this village is the entrance gate to enter the city of Banda Aceh through the sea.
However, the present condition of Gampong Jawa is better known as the garbage dump facility (TPA) of Banda Aceh City. Due to the existence of the TPA, this village appears illegal buildings that residents livelihood as scavengers in the landfill, so from that emerged slum area around the landfill. Slum conditions in Gampong Jawa are located in the Teungku Muda hamlet, with many piles of garbage and illegal houses with poor physical condition and insufficient infrastructure
Keywords: slum area, Gampong Jawa, Banda Aceh
Abstrak
Gampong Jawa adalah salah satu kampung yang terletak di kecamatan Kutaraja, Banda Aceh. Sejarah mencatat dimana dimasa kejayaan kerajaan Aceh dulu kampung ini merupakan gerbang masuk untuk masuk ke Kota Banda Aceh melalui jalur laut. Namun kondisi sekarang Gampong Jawa lebih dikenal dengan fasilitas tempat pembuangan akhir ( TPA) sampah Kota Banda Aceh. Karena adanya TPA tersebut kampung ini muncul bangunan- bangunan ilegal yang penghuninya bermatapencaharian sebagai pemulung di TPA, maka dari itu timbullah kawasan kumuh di sekitar TPA tersebut. Kondisi kumuh di Gampong Jawa terdapat di dusun Teungku Muda, dengan kondisi banyaknya tumpukan sampah dan rumah ilegal yang kondisi fisik memprihatinkan dan sarana prasarana tidak memadai.
Kata kunci : Kawasan Kumuh, Gampong Jawa, Banda Aceh.
1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang
Kota Banda Aceh adalah salah satu kota yang berada di Aceh dan menjadi ibukota provinsi Aceh, Indonesia. Dengan jumlah penduduk sekitar 259.913 pada tahun 2017 dan luas wilayahnya adalah sekitar 61,36 km² [1]. Sekarang, kota Banda Aceh sudah berusia 814 tahun. Dalam usianya yang sudah melebihi delapan abad tentu Banda Aceh banyak memiliki permasalahan dalam kehidupan masyarakatnya. Salah satunya adalah permasalahan tentang permukiman kumuh yang terdapat di Gampong Jawa.
Gampong Jawa adalah sebuah kampung yang terletak di kecamatan Kutaraja merupakan kampung yang bersejarah di Kota Banda Aceh dengan jumlah penduduk sekitar 1211 jiwa dan luas 30,24 ha.
Gampong Jawa berbatasan dengan Selat Malaka di sebelah utara, sebelah selatan berbatasan dengan Peulanggahan dan di sebelah timur berbatasan dengan Krueng Aceh sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Gampong Pande. Pada zaman pemerintahan Kerajaan Aceh kawasan ini dahulunya merupakan salah satu bandar pelabuhan yang megah, dan juga merupakan pintu gerbang masuk untuk masuk ke Kota Banda Aceh melalui jalur laut.
Gampong Jawa juga merupakan salah satu daerah yang paling parah diterjang gelombang Tsunami pada 26 Desember 2004 silam. Gempa bumi dan Tsunami
yang melanda Aceh menyebabkan berbagai dampak dalam kehidupan masyarakat maupun pemerintah Aceh.
Banyak rumah-rumah, perkantoran, pertokoan, bangunan sekolah dan fasilitas lainnya dengan sekejap rata dengan tanah. Akibat musibah tersebut, aktivitas perekonomian Aceh mengalami kelumpuhan. Pasca Tsunami 2004 melanda Gampong Jawa juga mendapatkan bantuan- bantuan baik dari dalam negeri maupun luar negeri, salah satunya adalah badan khusus bentukan presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yakni Badan Rehabilitas dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias. Kondisi Gampong Jawa saat ini bahkan sudah tergerus oleh abrasi pantai.
Gampong Jawa memiliki fasilitas TPA (Tempat Pembuangan Akhir) dari sampah-sampah yang berasal dari Kota Banda Aceh [2].
TPA Gampong Jawa pertama kali dibangun pada tahun 1994 dengan luas 12 Ha. Saat bencana gempa bumi dan Tsunami pada tahun 2004 silam TPA ini hancur total dan menyapu semua sampah yang ada di sana. TPA Gampong Jawa direhabilitas pada tahun 2008 oleh Badan Rehabilitas dan Rekontruksi (BRR) Aceh- Nias serta diperluas menjadi 21 Ha dan TPA mulai beroperasi secara sanitary landfill (sampah ditimbun harian) pada januari 2009. Untuk penutupan sampah ini, setiap tahunnya dibutuhkan tidak kurang dari 5000 m3 tanah dan 3500 m3 kompos. Kompos digunakan untuk mengurangi bau tak sedap yang di timbulkan oleh sampah [3].
Tempat pembuangan akhir (TPA) di Gampong Jawa ini sudah melebihi kapasitas dan sudah sangat memprihatinkan karena terletak di sekitar permukiman penduduk. Kementrian Pekerjaan Umum membangun TPA Regional baru yang berlokasi di Kabupaten Aceh Besar yaitu TPA Blang Bintang dengan luas 200 Ha, TPA Blang Bintang diproyeksikan untuk menjadi TPA terpadu bagi Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar [4]. Sebelum tsunami 2004 melanda Banda Aceh, Gampong Jawa tidak termasuk dalam kategori permukiman kumuh, namun kawasan kumuh di Gampong Jawa mulai terlihat pasca Tsunami 26 Desember 2004 tepatnya di dusun Tengku Muda yang penghuni kawasan tersebut merupakan orang pendatang yang berprofesi pemulung dan menjadikan TPA sebagai sumber kehidupannya. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian di Gampong Jawa ini khusus nya di dusun Tengku Muda, mengingat Gampong Jawa yang dulunya adalah tempat pelabuhan yang megah di masa kejayaan Kerajaan Aceh dan sekarang di jadikan sebagai tempat pembuangan sampah Kota Banda Aceh.
1.2 Perumusan masalah
Perumusan masalahnya adalah sebagai berikut : a. Faktor apa sajakah penyebab timbulnya kawasan kumuh di Gampong Jawa?
b. Bagaimana kondisi eksisting Gampong Jawa?
c. Bagaimana alternatif penyelesaian
permasalahan kawasan kumuh di Gampong Jawa?
1.3 Tujuan penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
a. Mengkaji dan mengidentifikasi faktor apa sajakah penyebab timbulnya kawasan kumuh dan dampaknya bagi Kota Banda Aceh.
b. Mengidentifikasi kondisi eksisting Gampong Jawa
c. Memberi gambaran penyelesaain tentang permasalahan kawasan kumuh di Gampong Jawa
1.4 Manfaat penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah : a. Kegunaan teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi pihak-pihak yang menangani permasalahan kawasan kumuh, sehingga permasalahan tersebut tidak semakin memprihatinkan.
b. Kegunaan praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat bagi penentu kebijakan dalam penataan wajah Kota Banda Aceh umumnya dan Gampong Jawa khususnya, serta penyusunan konsep-konsep program perbaikan perumahan dan permukiman di Kota Banda Aceh untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.
1.5 Batasan penelitian
Pembatasan masalah dilakukan untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas. Agar penelitian ini menjadi lebih terarah, maka penulis memberikan batasan sebagai berikut :
a. Penelitian ini dilakukan khusus pada Jln. Tgk Di Anjoeng, Dusun Tgk. Muda, Gampong Jawa kecamatan Kutaraja Banda Aceh.
b. Dalam laporan penelitian ini yang dimaksud dengan kondisi umum adalah sejarah kawasan, kondisi geografis dan demografis kawasan dan kondisi sosial ekonomi masyarakat di kawasan permukiman kumuh Dusun Tuan Dibanda, Gampong Jawa.
2. Tinjauan Pustaka
Sesuai dengan judul jurnal yaitu identifikasi timbulnya kawasan permukiman kumuh di Kota Banda Aceh dengan studi kasus Gampong Jawa maka akan ditinjau mengenai kawasan kumuh.
2.1 Pengertian kawasan
Kawasan merupakan daerah yang mempunyai ciri tertentu, seperti tempat tinggal, pertokoan, industri dan sebagainya. Kawasan yaitu sebuah tempat yang memiliki ciri serta memiliki kekhususan untuk menampung semua kegiatan manusia berdasarkan kebutuhan hidupnnya [5].
2.2 Pengertian kumuh
Kumuh adalah kesan atau gambaran secara umum tentang sikap dan tingkah laku yang rendah dilihat dari standar hidup dan penghasilan kelas menengah. Dengan kata lain, kumuh dapat diartikan sebagai tanda atau cap yang diberikan golongan atas yang sudah mapan kepada golongan bawah yang belum mapan [6].
2.3 Ciri-ciri permukiman kumuh
Ciri-ciri kawasan kumuh dapat didefinisikan sebagai berikut :
a. Lingkungan yang berpenghuni padat (melebihi 500 orang per Ha),
b. Kondisi sosial ekonomi masyarakat rendah, c. Jumlah rumahnya sangat padat dan ukurannya dibawah standar,
d. Sarana prasarana tidak ada atau tidak memenuhi syarat teknis dan kesehatan,
e. Hunian dibangun diatas tanah milik negara atau orang lain dan diatur perundang undangan yang berlaku [7].
2.4 Faktor-Faktor penyebab timbulnya permukiman kumuh
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kawasan kumuh adalah :
a. Kurangnya pelayanan dasar
b. Penghuni kawasan kumuh mempunyai
keterbatasan atau tidak memiliki akses terhadap pelayanan dasar seperti fasilitas sanitasi, sumber air bersih, sistem pengumpulan dan pengolahan sampah
c. Rumah tidak layak untuk dihuni
49 d. Kondisi rumah yang tidak layak huni dapat
diartikan sebagai rumah yang dibangun dengan material tidak permanen untuk atapnya bukan genteng, lantainya tidak keras, dinding terbuat dari bambu atau bahan-bahan bekas. Selain itu, rumah tidak layak huni juga dapat dilihat dari sisi luasan hunian dimana standar minimum luasan yaitu 7,2 m2.
e. Permukiman dengan tingkat kepadatan tinggi f. Kepadatang bangunan tergolong tinggi apabila
lebih dari 100 bangunan per hektarnya dengan penduduk lebih dari 200 jiwa/km.
g. Kondisi hidup yang tidak sehat dan lokasi yang beresiko
h. Kawasan yang terbangun di lokasi yang cukup beresiko terhadap kesehatan dan keselamatan penghuninya seperti kawasan pinggiran sungai, kawasan tanah rawan longsor dan sebagainya dimana hal ini beresiko terhadap keselamatan jiwa manusia.
i. Ketiadaan jaminan hak bermukim
j. Pembangunan kawasan kumuh secara ilegal menyebabkan kawasan tersebut terbilang tidak aman [8].
3. Metodologi Penelitian
Dalam menulis karya tulis ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode kombinasi (mixed method) antara kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari observasi, kuesioner, dan wawancara. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur terhadap hasil-hasil penelitian, laporan, peta, undang-undang, data yang diperoleh dari instansi pemerintah dll.
Penelitian ini dilakukan di Gampong Jawa, khususnya di Dusun Teungku Muda yang berlokasi di jalan Teungku di Anjong kecamatan Kutaraja, Banda Aceh.
Gambar 1 lokasi penelitian Sumber : Google Earth, 2018 Adapun batas-batas dari objek penelitian yaitu Batas utara : berbatasan dengan Selat Malaka Batas selatan : berbatasan dengan Gampong Pande Batas timur : berbatasan Dengan Krueng Aceh Batas barat : berbatasan dengan Dusun Tuan Dibanda
4. Hasil dan Pembahasan
Pada bab ini akan dikemukan hasil dari penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan
dilapangan sesuai dengan motodologi penelitian dan hasil penelitian yang dicapai dengan teori-teori yang di kemukakan pada tinjauan kepustakaan.
4.1 Identifikasi kondisi eksisting aspek fisik kawasan kumuh gampong Jawa
4.1.1 Identifikasi kondisi bangunan hunian
Kriteria hunian yang sehat adalah memenuhi kebutuhan fisiologis, antara lain pencahayaan, penghawaan, ruang gerak yang cukup, dan terhindar dari gangguan kebisingan[9]. Namun di kawasan kumuh Gampong Jawa ini bangunannya tidak sesuai dengan persyaratan diatas dimana sebuah hunian tempat tinggal harus memiliki ventilasi tidak kurang dari 5% dari luas lantai ruangan dan jendela 10% dari luas lantai ruangan, maka dari itu sekitar 80% bangunan hunian kawasan permukiman kumuh di Gampong Jawa tidak layak huni.
Gambar 2 kondisi hunian kawasan kumuh Gampong Jawa
4.1.2 Identifikasi kondisi jalan lingkungan
Pada kondisi eksisting jalan lingkungan kawasan kumuh Gampong Jawa ini dari segi fisiknya berkondisi baik, jalan rabat beton dengan lebar jalan 3 meter hal ini masih memungkinkan dilalui oleh truk-truk sampah.
Tetapi hunian-huniannya terlalu dekat dengan jalan, hal ini tidak sesuai persyaratan dimana standar garis sempadan bangunan untuk jalan lingkungan adalah 3 meter.
Gambar 3 Kondisi jalan lingkungan kawasan kumuh Gampong Jawa
4.1.3 Identifikasi kondisi drainase lingkungan Kondisi eksisting drainase di kawasan kumuh Gampong Jawa ini belum memadai, drainase pada kawasan ini merupakan sistem drainase permanen terbuka, dengan begitu sampah-sampah mudah memenuhi drainase dan membuat drainase tersebut tersumbat akibat adanya sampah-sampah tersebut dan menjadikan drainase tidak berfungsi dengan baik.
Gambar 4 Kondisi drainase lingkungan kawasan kumuh Gampong Jawa
4.1.4 Identifikasi kondisi penyediaan air bersih dan air minum
Saat ini pelayanan air bersih dan di Gampong Jawa masih dilayani oleh PDAM namun hanya sebagian saja.
Masyarakat Gampong Jawa belum sepenuhnya terlayani oleh air bersih, banyak di antara mereka susah mendapatkan air bersih dikarenakan air sumur nya terasa asin disebabkan mereka berada di daerah pesisir pantai.
Masyarakat yang berdekatan dengan TPA memilih mengambil air untuk keperluan sehari-harinya dari TPA.
Gampong Jawa diapit oleh Krueng Aceh yang membelah Gampong tersebut dengan Gampong Lampulo, karena dialiri sungai, banyak masyarakatnya terutama yang berada di pemukiman kumuh memanfaatkan air sungai tersebut untuk mencuci piring dan baju. Untuk kondisi air minum, masyarakat penghuni kawasan kumuh memperoleh air minum dengan cara membeli air galon yang dijual di depot- depot air isi ulang dengan harga Rp.5000 per galonnya.
Gambar 5 Kondisi air bersih kawasan kumuh Gampong Jawa
4.1.5 Identifikasi pengelolaan air limbah
Pengelolaan air limbah di kawasan kumuh Gampong Jawa ini terbilang buruk, dimana air limbah tidak dikumpulkan dalam satu saluran, dan tidak terdapat sumur resapan. Hal ini mengangkibat efek buruk pada lingkungan dan kesehatan. Jika dibiarkan begitu saja hal ini akan memperparah kondisi terjadi nya kumuh.
Pengelolaan air limbah merupakan salah satu aspek penting dalam lingkungan permukiman dan perumahan padat penduduk. Pengelolaan sanitasi atau air limbah yang baik, meningkatkan kualitas lingkungan dan terhindar dari pencemaran terhadap air tanah
4.1.6 Identifikasi sistem pengelolaan persampahan Berdasarkan analisis diperoleh bahwa semua hunian di kawasan permukiman kumuh Gampong Jawa tidak memiliki pengelolaan persampahan yang baik yang
sesuai dengan persyaratan teknis. Hal ini dibuktikan dengan bertaburnya sampah-sampah rumah tangga di jalanan, samping rumah, depan rumah, di belakang, dan dilahan kosong yang dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah. Dari hasil analisis bahwa di kawasan kumuh Gampong Jawa tidak terdapat bak sampah maupun TPS, dan juga tidak adanya mobil pengangkut sampah yang mengangkut sampah ke TPA.
Gambar 6 Kondisi persampahan di kawasan kumuh Gampong Jawa
4.2 Identifikasi kondisi eksisting aspek non fisik kawasan kumuh gampong jawa 4.2.1 Identifikasi faktor urbanisasi
faktor urbanisasi merupakan faktor utama terbentuknya permukiman kumuh di kawasan studi, bisa di katakan hampir semua masyarakat yang menghuni permukiman kumuh ini merupakan pendatang dari berbagai kota di indonesia, sekitar 14% berasal dari kota Banda Aceh, 42 % berasal dari luar Kota Banda Aceh, dan 44% merupakan pendatang yang berasal dari luar Provinsi Aceh.
4.2.2 Identifikasi jumlah penghuni
Berdasarkan hasil kuesioner dan observasi lapangan diperoleh hasil bahwa faktor jumlah penghuni merupakan faktor kedua terbentuknya kawasan permukiman kumuh di Gampong Jawa ini. mereka yang menempati permukiman kumuh ini rata-rata menempati rumah dengan luas 5x4 m2 dihuni oleh 5 sampai 6 orang, hal ini tidak memenuhi standart yang ditetapkan oleh Dirjen Cipta Karya yaitu 7,2 m/orang. dengan begitu dapat diasumsikan bahwasanya 1 kamar tidur dihuni oleh 2-3 orang, dan juga dengan luasan yang terbatas menjadikan ruang-ruang tidak terpenuhi dan tidak dapat untuk diorganisasikan dengan baik. Jumlah penghuni rumah di permukiman kumuh di Gampong Jawa ini juga ikut andil dalam terbentuknya permukiman kumuh tersebut. Dan apabila jumlah penghuni rumah bertambah maka pemilik rumah akan memperluas bangunan mereka tanpa mehiraukan aturan-aturan yang berlaku, seperti KDB, KLB dan GSB yang diperbolehkan.
4.2.3 Identifikasi status kepemilikan hunian
Menurut hasil pengamatan dan hasil kuesioner, jika rumah mereka dengan status sewa kebanyakan penghuninya tidak memperhatikan keadaan lingkungan atau kondisi hunian yang mereka sewa. Mereka tidak peduli jika terjadi kerusakan pada hunian tersebut karena mereka mengganggap bukan tanggung jawab mereka.
Dengan begitu semakin lama hunian tersebut semakin buruk disebabkan mereka tidak merawatnya. Dari
51 wawancara dengan pak keucik Gampong Jawa, di
kawasan permukiman kumuh Gampong Jawa ini banyak sekali pendatang-pendatang yang hanya menempati kawasan ini sementara waktu saja dikarenakan mereka memiliki matapencaharian sebagai pemulung yang memulung sampah di TPA, bahkan mereka juga membawa serta barang-barang yang sudah dikumpulkan tersebut ketempat tinggal mereka dan diletakkan dihalaman maupun ditepi jalan dan menyebabkan kualitas lingkungan permukiman kumuh ini menjadi rendah. Status hunian di kawasan permukiman kumuh Gampong Jawa ini 65 % milik pribadi, yaitu mereka membangunnya sendiri, dan 35% adalah hak sewa.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat grafik di bawah ini.
4.2.4 Faktor luas lahan
Sesuai hasil analisis data kuesioner terhadap faktor luas lahan maka di peroleh hasil bahwasanya faktor luas lahan memiliki pengaruh yang rendah terhadap terbentuknya permukiman kumuh ini, menurut masyarakat yang menempati permukiman ini jumlah luas lahan tidak mempengaruhi terjadinya kumuh, akan tetapi mereka menganggap tempat hunian mereka sudah cukup nyaman untuk di tempati, walaupun tempat hunian mereka dihuni sekian banyak anggota keluarga mereka tidak merasa terganggu.
4.2.5 Identifikasi kondisi ekonomi a. Jenis pekerjaan
Gambar 7 Pemulung TPA Gampong Jawa Bermacam jenis pekerjaan masyarakat permukiman kumuh Gampong Jawa ini, dari pemulung, nelayan, petugas kebersihan bahkan ada yang berstatus mahasiswa. Tetapi lebih dominan pemulung dan nelayan ketimbang lainnya. Berdasarkan data kuesioner didapat yang berprofesi sebagai pemulung adalah sebesar 58%, nelayan 21%, mahasiswa 12 % dan petugas kebersihan 9%.
b. Tingkat pendapatan
Menurut hasil pengumpulan data kuesioner di dapat penghasilan perbulan dari hasil memulung barang bekas yaitu 44% berpenghasilan <
Rp.500.000, 46% berpenghasilan Rp.750.000 dan 10% berpenghasilan >Rp. 1.000.000.
4.3 Penyelesaian permasalahan kawasan kumuh gampong Jawa
Penyediaan tong sampah. Dikarenakan dilokasi penelitian ini masyarakatnya membuat sampah sembarangan, maka perlu diadakan tong sampah supaya masyarakatnya tidak membuang sampah sembarangan lagi
(a)
(b)
(a)
(b)
Untuk mencegah sampah-sampah yang dibuang sembarangan masuk kedalam drainase, maka drainase di buat secara tertutup menggunakan grill besi supaya sampah-sampah tidak masuk ke drainase yang membuat drainase tersumbat dan tidak berfungsi akibatnya kawasan tersebut jadi kumuh.
Gambar 8 (a) Kondisi eksisting (b) Saran perbaikan
Sumber: Dokumentasi pribadi dan hasil analisa
Gambar 9 (a) Kondisi eksisting (b) Saran perbaikan Sumber: Dokumentadi pribadi dan hasil analisa
(a)
(b)
Kondisi jalan yang masih bermaterial tanah diganti dengan paving blok, agar memudahkan warga yang menggunakan jalan tersebut selain itu juga memberikan kenyamanan bagi penggunanya
(a)
(b)
Penyediaan desain rumah layak huni bagi masyarakat yang memiliki tanah dan rumah pribadi terutama masyarakat yang berada di kawasan kumuh, peyediaan desain rumah ini dimaksudkan agar masyarakatnya tidak lagi menghuni hunian yang memprihatinkan, dalam hal ini penyediaan rumah layak huni sebaiknya ikut serta campur tangan pemerintah sehingga penyediaan rumah layak huni dapat dilaksanakan dan terutama sekali rumah ini diperuntukkan bagi masyarakat kawasan kumuh yang kurang mampu dalam hal ekonomi.
6. Kesimpulan dan Saran 6.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan : Bahwa faktor utama penyebab terjadinya kawasan kumuh adalah karena adanya sampah dan TPA di Gampong Jawa sehingga sampah tersebut memicu masyarakat luar untuk mencari sumber kehidupan dan mendirikan hunian-hunian ilegal sehingga membuat kawasan tersebut menjadi kumuh. Selain itu tidak adanya peraturan-peraturan dari pemerintah ataupun perangkat desa setempat, sehingga membuat mereka lebih leluasa mendirikan hunian-hunian ilegal tersebut.
6.2 Saran
Saran ini berdasarkan temuan dan kesimpulan dari hasil penelitian. Saran ini berfungsi sebagai masukan kepada berbagai pihak yang berhubungan dengan penyelesaian permasalahan kawasan permukiman kumuh yang terdapat di Gampong Jawa. Saran ini ditujukan kepada pemerintah dan masyarakat
6.2.1 Saran untuk pemerintah Kota Banda Aceh a. Perlu disusun rencana program penangganan
kawasan kumuh untuk menyelesaikan permasalahan di kawasan kumuh Gampong Jawa.
b. Perlu adanya kebijakan dan peraturan-peraturan terkait kawasan permukiman kumuh agar tidak menjadi lebih kumuh lagi di masa yang akan datang
6.2.2 Saran untuk masyarakat Gampong Jawa khususnya masyarakat dusun Tengku Muda a. Perlu adanya persiapan baik moril maupun
materil terkait rencana penangganan kawasan kumuh ini.
b. Perlunya peran aktif masyarakat, kerjasama masyarakat dan pemerintah memberikan kemudahan dalam mencapai tujuan untuk mewujudkan lingkungan yang sehat dan bersih.
c. Mendukung penuh program pemerintah yang akan dijalankan.
Daftar Pustaka
[1] Badan Pusat Statistik Banda Aceh (2017) tentang Jumlah penduduk Kota Banda Aceh
[2] Bappenas tahun (2005) tentang Tempat Pembuangan Akhir Kota Banda Aceh.
[3] Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Keindahan Kota Banda Aceh (2015) tentang Pengelolaan Dan Daur Ulang Limbah. Banda Aceh
[4] Kementrian Pekerjaan Umum tahun (2015).
[5] Kamus Besar Bahasa Indonesia Online (Diakses pada 07 januari 2018)
[6] Kurniasih, 2007. Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan Lingkungan Perumahan Dan Permukiman Yang Sehat (Contoh Kasus: Kota Pangkalpinang). Bandung: Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Islam Bandung.
Gambar 10 (a) Kondisi eksisting (b) Saran perbaikan Sumber: Dokumentadi pribadi dan hasil analisa
Gambar 11 (a) Kondisi eksisting (b) Saran perbaikan Sumber: Dokumentadi pribadi dan hasil analisa
53 [7] Khomarudinm. 1997. Menelusuri Pembangunan
Perumahan dan Permukiman, Jakarta: Yayasan Real Estate Indonesia, PT. Rakasindo, Jakarta.
[8] Prayitno, B. 2016, Skema Innovasi Penangan Permukiman Kumuh, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
[9] Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI). 2013 tentang Kriterian Hunian Sehat. Jakarta