MORFOLOGI KAWASAN PERMUKIMAN DI WILAYAH PESISIR PANTAI GAMPONG JAWA, BANDA ACEH
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya perubahan fisik yang terjadi di wilayah peisir Aceh akibat bencana tsunami tanggal 26 Desember 2004. Tsunami menghancurkan sebagian besar wilayah padat penduduk di sepanjang pantai barat laut provinsi Aceh yang yang padati oleh penduduk. Salah satu wilayah yang terkena dampak tsunami adalah Gampong Jawa yang merupakan kawasan di pesisir utara Kota Banda Aceh. Penelitian ini bertujuan melihat perubahan morfologi permukiman kawasan Gampong Jawa sebelum terjadinya tsunami dengan morfologi permukiman kawasan gampong Jawa Setelah terjadinya tsunami, hingga terbentuknya kembali kawawan kumuh di sekitar Gampong Jawa. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif, serta observasi langsung kelapanngan dan di bandingkan dengan hasil pengamatan menggunakan peta citra. Hasil yang didapatkan berupa tidak banyak terjadinya perubahan pola permukiman di kawasan Gampong Jawa, pola Jalan dan permukiman hampir sama dengan pola yang sudah ada sebelum terjadinya tsunami..
Kata Kunci : Morfologi, Tsunami, Gampong Jawa
1.1 Latar Belakang
Morfologi merupakan salah satu cabang ilmu geografi dan arsitektur yang mempelajari perkembangan arsitektur bangunan, sistem sirkulasi, ruang terbuka dan bentuk fisik yang berhubungan dengan infrastruktur perkotaan di kawasan perkotaan. Pendekatan morfologi perkotaan merupakan kajian mengenai bentuk ruang kota yang tidak hanya mencakup fisik saja, namun juga mencakup unsur- unsur non fisik yang mempengaruhi perubahan ruang kota.
Morfologi adalah struktur kata suatu bahasa atau cabang linguistik yang mempelajari struktur kata suatu bahasa (Trask, 2007:178; Crystal, 2008: 314).
morfologi kota merupakan ilmu terapan yang mempelajari tentang sejarah terbentuknya pola ruang suatu kota dan mempelajari tentang perkembangan suatu kota mulai awal terbentuknya kota tersebut hingga munculnya daerah-daerah hasil ekspansi kota tersebut. Bentuk morfologi kawasan tercermin dalam pola ruang, bentuk arsitektur bangunan, dan unsur fisik kota lainnya dalam konteks umum perkembangan kota. Pada fase selanjutnya terjadi aktivitas sosial, ekonomi, dan budaya di masyarakat yang mempengaruhi perubahan sifat dan bentuk morfologi pusat kota. Kota ini mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.
Perkembangan tersebut mencakup aspek politik, sosial, budaya, teknologi, ekonomi, dan fisik. Aspek khusus yang berkaitan langsung dengan lahan perkotaan dan budidaya adalah pembangunan fisik, khususnya perubahan
wilayah. Oleh karena itu, keberadaan kota dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. (Yunus, 1982:107).
Seiring berjalannya waktu, Kota Banda Aceh terus berkembang dan pertumbuhan kotanya semakin meluas ke berbagai daerah. Tak terkecuali juga perkembangan pada kawasan pesisir Kota Banda Aceh, khususnya di kawasan pesisir pantai.
Berkembangnya kota Banda Aceh berdampak pula pada jumlah penduduk yang semakin bertambah. Sehingga memerlukan tempat tinggal. Perubahan perkembangan kota inilah menyebabkan daerah baru muncul termasuk daerah pesisir pantai. Pembangunan daerah pesisir pantai tanpa dilandasi oleh aturan pemerintah me
nyebakan kawasan terebut akan kumuh, karena banyaknya rumah-rumah warga yang dibangun. Tidak terkecuali pada daerah Gampong jawa. Gampong Jawa adalah sebuah gampong yang terletak di pesisir pantai Kota Banda Aceh tepatnya di Kecamatan Kuta Raja, Provinsi Aceh.
Gampong Jawa berbatasan dengan Selat Malaka di sebelah utara, disebelah selatan berbatasan dengan kelurahan Peulanggahan, sebelah barat berbatasan dengan Gampong Pande dan sebelah timur berbatasan dengan Krueng Aceh, Desa Gampong Jawa ini memiliki Luas 150,60 Ha, yang terdiri atas 5 (lima) Jurong,yaitu Jurong Nyak Raden, Jurong Hamzah Yunus, Jurong Tuan Dibanda, Jurong Said Usman dan Jurung Tgk Muda yang setiap Jurongnya Dipimpin oleh seorang Ulee Jurong.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pola morfologi permukiman yang berkembang di gampong Jawa?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini berupa
1. Mengetahui pola morfologi permukiman yang berkembang di Gampong Jawa.
2.1 Landasan Teori
Morfologi berasal dari kata morphology (Inggris) yang berarti ilmu bentuk. Menurut Schulz (1988), morfologi menyangkut kualitas spasial figural
dan konteks wujud pembentuk ruang yang dapat terbagi melalui pola, hirarki dan hubungan ruang satu dengan lainnya.Morfologi terdiri dari dua suka kata yaitu morf yang berarti bentuk dan loagos yang berarti ilmu. Secara sederhana morfologi kota berarti ilmu yang mempelajari produk bentukbentuk fisik secara logis.
Morfologi lebih ditekankan pembahasan bentuk geometris memberi makna pada ekspresi tersebut mode harus dikaitkan dengan suatu nilai ruang dimana nilai ruang berkaitan erat dengan bentuk, hubungan dan organisasi ruang yang tersedia. Morfologi juga perhatikan sambungan dan batasnya yang memberikan karakter berbeda terhadap lingkungan.
Morfologi juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari proses- proses yang membentuk bentuk, struktur, atau wujud bagian, unsur, atau unsur.
Menurut Loeckx dan Vermeulen (Adriana, 2007), morfologi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana setiap elemen satuan membangun suatu kota.
Menurut Paul Frank (Hadi, 2002), morfologi diklasifikasikan menjadi:
a. Bentuk ruang, adalah aspek perkembangan bentuk yang dimulai dari unsur-unsur individu hingga menjadi satu kesatuan yang utuh, begitu pula sebaliknya.
b. bentuk fisik (bentuk fisik). Artinya, perkembangan bentuk-bentuk yang terjadi semata-mata untuk memenuhi kebutuhan lahiriah manusia.
c. Bentuk Visual (Bentuk Visual). Ini merupakan aspek perkembangan bentuk yang terjadi tergantung pada apakah karya tersebut dilihat dari satu sudut atau dari berbagai sudut.
d. Bentuk niat yang bermanfaat (niat yang bertujuan). Ini merupakan aspek perkembangan bentuk yang muncul dari perpaduan ruang, aktivitas, fungsi dan sirkulasi.
Morfologi tidak hanya sekedar mengklasifikasikan bentuk dan struktur suatu entitas, tetapi juga memahami evolusi dan transformasi (metamorfosis) dalam sejarah identitasnya. Penentuan perkembangan suatu kota dipengaruhi beberapa faktor, Menurut Branch, 1995 (dalam Alie.C.P, Su wandono.D, 2013). faktor yang mempengaruhi perkembangan suatu kota adalah :
a. Keadaan geografis: berupa bentuk fisik, dan lokasi kota
b. Tapak ( site) : berupa faktor-faktor geografis antara lain kelerengan dan keadaan geologis.
c. Fungsi kota : terkait dengan unsur dasar utama berkembanganya suatu kota yang tampak dari kehidupan ekonomi, sosiopolitik, aspek fisik elemen pembentuk kota, dan tata ruang kota
d. Sejarah dan kebudayaan: terkait dengan keberadaan tempat-tempat yang memiliki kepentingan sejarah atau kebudayaan.
e. Unsur-unsur umum : terkait dengan penyedian sarana dan prasarana perkotaan seperti jaringan jalan dan air bersih yang dapat menarik perkembangan kea rah tertentu.
3.1 Metode Penelitian
Metode dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode kualitataif deskriptif. Jenis penelitian deskriptif kualitatif merupakan sebuah metode penelitian yang memanfaatkan data kualitatif dan dijabarkan sejara deskriptif.
Cara memperoleh data dalam penelitian ini dengan melakukan survei langsung ke lapangan dan melakukan dokumentasi pada area yang dipilih, serta penelusuran menggunakan google citra.
Fenomena yang diamati berupa morfologi perubahan bentuk kawasan Gampong Jawa pasca terjadinya tsunami yang menimpa Kota banda Aceh pada tahun 2004, karena setelah diamati banyak kawasan atau perumahan kumuh yang dibangun oleh warga pada daerah tersebut.
4.1 Hasil Dan Pembahasan A. Analisis Historis Kawasan
Gampong Jawa merupakan salah satu nama desa yang ada di Banda Aceh. Gampong Jawa terletak di pinggiran Krueng Aceh. Belum banyak yang tahu kenapa desa ini diberi nama Gampong Jawa, namun banyak warga yang percaya bahwa nama Gampong Jawa karena di sinilah banyak pendatang dari Pulau Jawa bermukim. Para pendatang dari Pulau Jawa tidak datang ke Gampong Jawa untuk menetap, namun dalam perjalanan pulang dari kota suci Mekah, mereka yang pulang dari Mekkah singgah disini bukannya langsung pulang ke tempat asalnya. Sebagian dari mereka menetap di Gampong Jawa untuk memperdalam ilmu agama, sehingga daerah tersebut diberi nama Gampong Jawa.
Morfologi gampong jawa pada saat itu adalah sebagai berikut : terdapat Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang hancur karena terbawa arus tsunami pada tahun 2004. Kemudian pada tahun 2008 pemerintah kembali merehap TPA terbuat hingga di fingsikan sampai sekarang.
Selanjutnya terdapat SMPN 12 Bnnda Aceh dan SDN 70 Bands Aceh yang masih beroperasi sampai sekarang sebagai salah satu tempat pendidikan yang ada Gampong Jawa. Ditemukan makan SyahBandar Mu”tabar Khan pada tahun 2016 dengan kondidi rusak yang didiga salah satu akbiat datangnya tsuami 2004.
Dalam mengambangkan kawasan Gampong jawa, pengembang terlebih dahulu membangun akses kembali atau pembersihan kembali kawasan Gampong Jawa dari bekas rerumtuhan tsunami. Kemudian barulah di bangun rumah-rumah warga atau permukiman sederhana, yang merupakan elemen penting yang harus ada pasca terjadinya tsunami.
B. Analisis Bentuk Pola Kawasan
Berdasarkan pembentukan morfologi settlement suatu kota, terdapat dua jenis bentuk kota yaitu planned city dan un-planned city.
Planned City merupakan bentuk kota yang dihasilkan dengan perencanaan tertentu dengan menghasilkan output tertentu, sedangkan Un-Planned City adalah bentuk kota tanpa perencanaan sehingga kota akan berkembang tidak teratur. Hal yang paling mudah dalam mengidentifikasi bentuk morfologi kota suatu daerah adalah dengan melihat pola jaringan jalan nya.
Lokasi penelitian yang terdapat di daerah Ggampong Jawa merupakan un-planned city karena daerah yang terbangun masih membentuk pola yang tidak beraturan.
C. Analisis Pokok Produk Ruang Kota
a. Analisis Kawasan Gampong Jawa Sebelum Tsunami
Sebelum terjadinya tsunami kawasan gampong jawa adalah sebuah kawasan yang di tempati oleh penduduk yang tidak telalu padat, seperti terlihat pada gambar berikut.
Pada gambar di atas menunjukan kepadatan penduduk pada Kawasan Gampong Jawa, terlihat masih banyak lahan kosong yang belum di bangun rumah atau fasilitas lainnya.
Gambar 4 1 Peta citra Kawasan Gampong Jawa sebelum terjadinya tsnamu, juli 2004
Bentuk kawasan Gampong Jawa membentruk grid, Namun, Masih tidak beraturan, bangunan di bangungn mengikuti bneruk badan jalan, memanjang sepanjang garis jalan dekat dengan pesisir pantai, seprti gambar di bawah ini.
b. Analisis Kawasan Gampong Jawa Pasca Tsunami 1. Januari 2005
Bencan tsunami yang menimpa aceh terjadi pada tanggal 26 Desember 2004, akbiat dari bencana tersebut kawasan pesisir pantai termasuk Gampong Jawa terkena dampak dari bencana tersebut,, Akibat dari tsunami bangunan di Gampong Jawa telah hancur, masyarakat yang selamat lebih memilih meninggalkan kawasan untuk mencari tempat yang dirasa lebih aman.
Satu bulan pasca terjadinya tsunami, kawasan Gampong Jawa masih dalam proses pemulihan kawasan dan pembersihan dari reruntuhan bangunan dan masyarakat belum berani untuk menetap kembali ke kawasan tersebut.
Akibat dari tsunami tersebut akses untuk ke gampong jawa sempat tertutup oleh reruntuhan bangunan, meyisakan lahan kosong bekas perumahan warga. Dari satelit citra bagian gampong Jawa hanya menyisakan jalan atau pedestrian yang sudah ada sebelum terjadinya tsunami, seperti pada gambar berikut.
2. Juli 2010
Gambar 4 2 Kondisi jalan/pedestrian Gampong Jawa sebelum Terjadinya
tsunami, Juli 2004
Gambar 4 3 Kondidi Gampong Jawa Setelah terjadinya tsunami, Januari 2005
Setelah melalui masa lima tahun masa pemulihan dan pembenahan lokasi di kawasan Gampong Jawa, banyak infrastruktur yang sudah kembali di bangun, seperti kembalinya di bangin SMP dan SD yang sudah ada sebelum tejadinya tsunami.
Pada tahun 2008 pihak pemerindah kembali membangun Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang sebelumnya hancur karena terkena ombak tsunami. Pembangunan TPA kembali menjadi salah satu faktor kembalinya masyrakat yang dulunya berprofesi sebagai pemulung ke Gampong Jawa.
Pada Tahun 2010 para warga juga sudah membangun kembali rumah-rumah semi permanen, di bangunnya rumah bantuan untuk para korban tsunami dengan pola yang hampr sama yaitu pola grid yang mengikuti garis jalan. terdapat pembangunan pola jalan yang di bangun ulang dengan pola grid yang lebih teratur dan tertata, seperti gambar di bahah ini.
3. Januari 2015
Setelah 10 tahun terjadinya tsunami, tepatnya pada tahun 2015, kawasan Gampong Jawa sudah kembali dipadati oleh penduduk, lahan kosong juga sudah mulai di bangun dengan sarana-prasarana lainnya. Di bangunnya hutan mangroof di tep i pantai untuk mengurangi abrasi pantai.
Pada tahun ini perkampungan kumuh semakin banyak di tinggali oleh para pemulung, dan mendirikan bangunan non- permanen di kawasan Gampong Jawa,. Terdapat beberapa titik lahan kosong yangdah mulai di tinggali oleh para penduduk.
Gambar 4 5 Peta citra sebelum tejadinya tsunami, juni 2005
Gambar 4 4 Perbandingan peta Citra Gampong Jawa setelah 5 tahun terjadinya
tsunami terdapat beberapa perubahan pola jalan, juli 2010
Pola jalan tidak memiliki perubahan masih sama seperti tahun 2010, dengan membentuk pola grid horizontal dan vertikal, yang lebih teratur dan rumah-rumah warga di bangun di sepanjang jalan tersebebut, seperti pada gambar di bawah ini.
4. April 2023
Hampir 20 tahun Aceh melalui masa penyembuhan pasca terjadinya tsunami. Kawasan Gampong Jawa juga sudah banyak mengalami banyak perubahan. Pertumbuhan penduduk yang makin meningkat di setiap tahun, membuat kebutuhan rumah tinggal juga semakin tinggi.
Kawasan Gampong Jawa kembali dipadati oleh penduduk.
Pembangunan rumah-rumah non-permanen juga semakin banyak diakibatkan benyaknya pemulung di daerah tersebut, sehingga kawasan Gampong Jawa sampai saat ini menjadi salah satu gampong pemulung yang ada di Banda Aceh. Para pemulung mendiami Gampong Jawa dikarenakan berada dekat dengan TPA.
Pola bangnan yang di bangun di kawasan tersebut tersusun secara organis mengikuti pola jalan yang di atur secara grid.
Sepanjang jalan banyak bangunan pemulung yang di bangun seadanya dengan menggunakan bahan yang yang tersedia pada kawasan tersebut. Manyoritas rumah terbuat dari kayu yang di beberapa titik rumah di tutupi oleh kardus bekas. Di halaman
Gambar 4 6 Peta citra perubahan pola kawasan gampong Jawa, Januari 2015
depan rumah merupakan tempat pengumpulan sampah sederhana sebelum kembali di jual.
Bentuk jalan di kawasan Gampong Jawa tidak mengalami perubahan, memiliki pola jalan yang relatif sama seperti jalan yang di bangun pasca terjadinya tsunami. Namun, dibebeapa titik lahan kusong sudah kembali di bangun rumah oleh warga yang mendiami tempat tersebut. Mulai dibangunnya perumahan bersubsidi di lahan-lahan kosong di sekitar Gampong Jawa.
Gambar diatas menunjukkan bawa gampong jawa sudah kembali di padati oleh penduduk, terbukti lahan kosong yang semakin hari semkain sedikit, penduduk yang mendiami kawasan kosong tersebut menyoritas bekerja sebagai pemulung, sehingga kawasan terbuat di sebut kawasan kumuh. Kawasan kumuh tersebar hampir di setiap pinggir jalan gampong jawa hingga menuju ke TPA. Kondisi gampong Jawa Dapat Dilihat pada Hambar dibawah ini.
Gambar 4 7 terjadinya perubahan pada kawasan Gampong Jawa yang semakin
dipadati Penduduk, April 2023 Gambar 4 8 peta Citra gampong Jawa,
januari 2015
D. Citra Kota
Kawasan Gampong Jawa memiliki elemen citra kota, yang meliputi path (jalur), district (kawasan), edge (Tepian), node (simpul), landmark (tetenger). Masyarakat dapat merasa nyaman dan memahami keberadaannya dengan adanya identitas bangunan-bangunan yang ada di sekitarnya.
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpilkan bahwa:
1. Tidak banyak terjadi perbahan pola permukiman di kawasan Gampong jawa setelah terjadinya tsunami.
2. Membutuhkan waktu lebih dari 5 tahun untuk warga kembali menetap dan tinggal di tempat baru.
3. Membutuhkan waktu sekitar 20 tahun kawasan Gampong Jawa kembali di padati oleh penduduk.
4. Manyoritas penduduk yang mendiami kawasan gampong jawa berprofesi sebagai pemulung dikarenakan lokasi dekat dengan TPA, sehingga menjadikan kawasan yang kumuh.
5. Pola jalan pada Gampong Jawa sebelum tsunami membentuk pola grid namun masih kurang teratur dan rapi.
6. Setelah terjadinya pembangunan kembali kawasan Gampong Jawa Setelah terjadinya tsiunami pola jalan yang di bangun lebih teratur
Gambar 4 9 kondisi kawasan kumuh Gampong Jawa
membentuk pola grid, membentuk geomteris vertikal dan horizzzontal sepanjang garis pesisir.
DAFTAR PUSTAKA
Adimagistra, T., & Wahjoerini. (2020). Isentifikasi Morfologi Kawasan Pesisir Pantai Di Kota Semarang Dan Perkembangnnya (Studi Kasus : Pantai marina). Indonesian Journal Of Spatial Planing.
Adriana, M. (2012). Transformasi Morfologi Permukiman Di Tepian Sungai Martapura.
Branch, M. (1995). Perencanaan Kota Komprehensif. Pengantar dan Penjelasan.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Masrul, W., & Samra, B. (2020). Struktur Pengembangan Kawasan Permukiman Lama Sebagai Identitas Morfologi Kawasan Kabupaten Kepulauan Meranti. Jurnal Teknik, 96-105.
Putri, M. A., Rahayu, J. M., & Putri, R. A. (2016). Bentuk Kenampakan Fisik (Morfologi) Kawasan Permukiman Di Wilayah Pinggiran Selatan Kota Surakarta. Jurnal Pengembangan Kota, 120-128.
Sari, D. R., & Prayitno, B. (2011). Perubahan Pola Permukiman Kawasan
Gampong Jawa Pasca Bencana Tsunami Aceh (26 Desembar 2004) Dalam Zona (Studi Kasus : Gampong Jawa, Banda Aceh, Provinsi Aceh.
Zhao, L., Wong, B. W., & Hanafi, B. Z. (2019). The Evolution Of George Town's Urban Morphology In The Straits Of Malacca, Late 18 th Century-Early 21st Century. Higher Education Press, 513-534.