• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. DAFTAR GAMBAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "II. DAFTAR GAMBAR "

Copied!
168
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Konsep pembangunan manusia memang terdengar berbeda dengan konsep klasik pembangunan yang berfokus pada pertumbuhan ekonomi. Program pembangunan manusia hendaknya dilaksanakan secara berkesinambungan dan diawasi pelaksanaannya secara terus menerus agar lebih terarah.

Tujuan

Oleh karena itu, perlu melihat hasil pembangunan manusia Kabupaten Purworejo melalui Indikator Pembangunan Manusia (IPM) dan berbagai indikator kesejahteraan masyarakat diantaranya Indeks Pembangunan Gender (IPG), Indeks Pemberdayaan Gender (IDG), indikator kemiskinan dan pendapatan. . ketidaksamaan. Berbagai indikator tersebut dapat menggambarkan hasil pembangunan yang dicapai dan menjadi bahan evaluasi program pembangunan yang dilaksanakan.

Sumber Data

Pada tahun 2015, terlihat 40 persen masyarakat berpendapatan rendah di Kabupaten Purworejo menerima 19,74 persen dari total pendapatan. Susenas 2016 di Kabupaten Purworejo dilaksanakan pada bulan Maret 2016 dengan sampel sebanyak 713 rumah tangga atau 2.321 jiwa. Sakernas 2015 di Kabupaten Purworejo dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 dengan sampel sebanyak 1.215 warga berusia 15 tahun ke atas.

Sedangkan komposisi penduduk Kabupaten Purworejo berdasarkan gender pada tahun 2016 menunjukkan rasio gender sebesar 97,31. Tren perkiraan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah di Kabupaten Purworejo meningkat antara tahun 2010 dan 2016. Di Kabupaten Purworejo, penduduk usia kerja yang masuk angkatan kerja lebih banyak dibandingkan yang bukan angkatan kerja.

Pada tahun 2015, TPAK di Kabupaten Purworejo sebesar 68,86 persen, artinya dari 100 penduduk usia kerja terdapat 69 orang yang bekerja. Misalnya, sekitar 77,01 persen rumah tangga di Kabupaten Purworejo sudah menggunakan air minum bersih (air kemasan, air isi ulang, air ledeng, sumur artesis/pompa, sumur terlindung, dan mata air terlindung). Berdasarkan data Susenas tahun 2016, hanya sekitar 1,09 persen rumah tangga di Kabupaten Purworejo yang memiliki telepon rumah.

Tabel 3.1. Konversi Tahun Lama Sekolah
Tabel 3.1. Konversi Tahun Lama Sekolah

KONSEP DAN DEFINISI

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

Pengukuran Pembangunan Manusia

Menurut UNDP, Indeks Pembangunan Manusia (HDI) mengukur kinerja pembangunan manusia berdasarkan beberapa komponen dasar kualitas hidup. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator penting untuk melihat sisi lain pembangunan.

Perubahan Metodologi IPM

Kelemahan mean aritmatika menjadi salah satu alasan utama dilakukannya pemutakhiran metode penghitungan IPM. Dengan menggunakan mean geometrik, rendahnya pencapaian suatu dimensi tidak dapat ditutupi oleh dimensi lain yang pencapaiannya lebih tinggi.

Penghitungan IPM Metode Baru

Xt = Rata-rata pengeluaran per kapita per tahun pada tahun t. 3) Perhitungan paritas daya beli (PPP) Teknik penghitungan PPP adalah sebagai berikut. Harga yang tidak diperoleh dari modul konsumsi Susenas diberikan berdasarkan harga dari CPI. menghitung harga relatif terhadap Jakarta Selatan.

Pencapaian Pembangunan Manusia Kabupaten Purworejo

Dalam kurun waktu 6 tahun terakhir, capaian pembangunan di bidang kesetaraan gender di Kabupaten Purworejo mengalami peningkatan setiap tahunnya (Gambar 4.1). Perkembangan angkatan kerja di Kabupaten Purworejo dari tahun 2011-2015 menunjukkan peningkatan, meskipun terjadi penurunan pada tahun 2014.

Gambar 3.2. Pertumbuhan IPM Kabupaten Purworejo,  2010-2016
Gambar 3.2. Pertumbuhan IPM Kabupaten Purworejo, 2010-2016

PEMBANGUNAN GENDER

Kesetaraan Gender dalam Pembangunan

Kesetaraan gender merupakan hak yang harus diperoleh agar laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk berperan dan berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan. Dengan cara ini, laki-laki dan perempuan akan memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan ini.

Metodologi Indeks Pembangunan Gender (IPG)

Semakin kecil kesenjangan antara angka IPG dan 100, maka semakin setara pembangunan antara laki-laki dan perempuan. Sebaliknya, semakin besar kesenjangan antara skor IPG dan 100, maka semakin besar pula kesenjangan pembangunan antara laki-laki dan perempuan.

Tabel 4.1. Batas Minimum dan Maksimum Indikator IPG
Tabel 4.1. Batas Minimum dan Maksimum Indikator IPG

Pencapaian Pembangunan gender Kabupaten Purworejo

Seperti halnya lama sekolah yang diharapkan (HLS), rata-rata lama bersekolah (RLS) juga lebih tinggi pada penduduk laki-laki dibandingkan penduduk perempuan. Pada periode ini, pola peningkatan rata-rata lama sekolah laki-laki dan perempuan relatif sama (Gambar 4.4).

Gambar 4.2. Perkembangan Angka Harapan Hidup (AHH) menurut Jenis Kelamin   Kabupaten Purworejo, 2010-2015
Gambar 4.2. Perkembangan Angka Harapan Hidup (AHH) menurut Jenis Kelamin Kabupaten Purworejo, 2010-2015

Capaian Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Kabupaten Purworejo

Sedangkan Garis Kemiskinan (PW) Kabupaten Purworejo mengalami tren peningkatan selama tahun 2010-2016 yaitu dari Rp. Berdasarkan data proyeksi penduduk, jumlah penduduk Kabupaten Purworejo pada tahun 2016 sebanyak 712.686 jiwa atau 2,09 persen dari total penduduk Provinsi Jawa Tengah. Secara keseluruhan, pada tahun 2012 hingga tahun 2016, angka rasio gender di Kabupaten Purworejo menunjukkan tren yang sama.

Penduduk yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam per minggu) disebut setengah menganggur, sedangkan sebanyak 30,95 persen penduduk yang bekerja di Kabupaten Purworejo pada tahun 2015 termasuk dalam kelompok ini.

Gambar 4.6. Perkembangan IDG dan Komponen IDG  Kabupaten Purworejo, 2010-2015
Gambar 4.6. Perkembangan IDG dan Komponen IDG Kabupaten Purworejo, 2010-2015

KEMISKINAN MAKRO DAN KEMISKINAN MIKRO

Kemiskinan Makro, Ketimpangan Pendapatan, dan Kemiskinan Mikro

  • Kemiskinan Makro
  • Kemiskinan Mikro
  • Ketimpangan Pendapatan

Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Purworejo

Jumlah tersebut mengalami penurunan sebanyak 2.180 orang dibandingkan kondisi tahun 2015 yang jumlah penduduk miskinnya sebanyak 101,25 ribu orang (14,27 persen). Pada tahun 2016, GK di Kabupaten Purworejo mengalami peningkatan sebesar Rp. NOK 19.773 per penduduk per bulan atau 6,73 persen dibandingkan tahun 2015. Pada periode tahun 2015, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami fluktuasi, keduanya menunjukkan tren menurun sejak saat itu, namun pada tahun 2015 meningkat dan meningkat lagi. pada tahun 2016 (gambar 5.4).

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,24 poin dan 0,13 persen pada tahun 2016 dibandingkan tahun 2015. Kondisi ini mencerminkan kesenjangan antara rata-rata pengeluaran masyarakat miskin dengan garis kemiskinan pada tahun 2016. menjadi lebih luas dan kesenjangan pengeluaran rata-rata di kalangan masyarakat miskin akan semakin lebar.

Gambar 5.3.  Perkembangan Garis Kemiskinan Kabupaten Purworejo (Rupiah/Kapita/Bulan),  2010-2016
Gambar 5.3. Perkembangan Garis Kemiskinan Kabupaten Purworejo (Rupiah/Kapita/Bulan), 2010-2016

Data Kemiskinan Mikro di Kabupaten Purworejo

Distribusi dan Ketimpangan Pengeluaran di Kabupaten Purworejo

Perkembangan persentase penduduk perempuan umur 10 tahun ke atas yang pernah kawin menurut umur kawin pertama di Wilayah Purworejo Tahun 2014-2016. Dilihat dari persentase perempuan usia 15-49 tahun yang pernah menikah, sebagian besar penolong persalinan di Kabupaten Purworejo pada tahun 2016 adalah bidan sebesar 52,99 persen dan dokter sebesar 42,93 persen. Jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten Purworejo tercatat sebanyak 543.222 orang pada tahun 2015, atau meningkat sebanyak 4.637 orang atau 0,86 persen dibandingkan tahun lalu.

Persentase penduduk umur 10 tahun ke atas menurut kemampuan membaca dan menulis serta jenis kelamin Kabupaten Purworejo tahun 2015-2016. Persentase penduduk perempuan umur 10 tahun ke atas yang pernah kawin menurut umur kawin pertama Kabupaten Purworejo Tahun 2014-2016.

Gambar 5.6.  Perkembangan Persentase Kelompok I Kriteria Bank Dunia   Kabupaten Purworejo dan Provinsi Jawa Tengah, 2010-2015
Gambar 5.6. Perkembangan Persentase Kelompok I Kriteria Bank Dunia Kabupaten Purworejo dan Provinsi Jawa Tengah, 2010-2015

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT

Pendahuluan

Bab ini menyajikan data dan informasi mengenai kondisi kesejahteraan penduduk Kabupaten Purworejo yang digambarkan melalui indikator kesejahteraan masyarakat. Seluruh indikator berasal dari BPS yaitu dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas). Susenas bulan Maret 2016 diselenggarakan untuk mengumpulkan data inti dengan Kuesioner Inti (VSEN16.K) dan data konsumsi/pengeluaran rumah tangga dengan Kuesioner Konsumsi dan Pengeluaran (VSEN16.KP).

Sedangkan data ketenagakerjaan yang disajikan berasal dari Sakernas 2015 karena pada tahun 2016 Sakernas tidak diselenggarakan untuk perkiraan tingkat kabupaten. Data yang dihasilkan Sakernas melalui pengumpulan data dengan kuesioner SAK15.AK berupa informasi dasar tentang ketenagakerjaan secara umum seperti partisipasi penduduk dalam angkatan kerja, kesempatan kerja, status pekerjaan, jenis pekerjaan dan rata-rata jam kerja per minggu, yang menggambarkan produktivitas tenaga kerja.

Kependudukan dan Keluarga Berencana

Jumlah penduduk Kabupaten Purworejo (2,09 persen) merupakan kabupaten terendah kedua dari 29 kabupaten di Provinsi Jawa Tengah setelah Kabupaten Rembang (1,83 persen) dengan kepadatan penduduk 686 jiwa/km2. Jumlah penduduk Kecamatan Kutoarjo sebanyak 59.618 jiwa (8,37 persen) dengan kepadatan penduduk 1.586 jiwa/km2 dan merupakan terbesar kedua setelah Kecamatan Purworejo dengan jumlah penduduk 74.966 jiwa atau 11,92 persen dari total penduduk Kabupaten Purworejo dengan kepadatan penduduk. sebanyak 1.612 orang/km2. Untuk memperoleh gambaran umum yang lebih lengkap mengenai jumlah penduduk di Kabupaten Purworejo, maka diamati juga komposisi penduduk menurut kelompok umur yang berguna untuk mengetahui persebaran penduduk usia muda (0-14 tahun), produktif. dan produktif untuk diketahui. usia (15-64 tahun) dan lanjut usia (15-64 tahun).

Salah satu permasalahan kependudukan yang dapat menyebabkan tingginya pertumbuhan penduduk adalah tingginya angka kelahiran di suatu daerah. Kesadaran masyarakat Kabupaten Purworejo akan perlunya mempersiapkan kedewasaan sebelum melangsungkan pernikahan nampaknya mengalami peningkatan selama tahun 2014-2016.

Gambar 6.1. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Purworejo ,  2010-2016
Gambar 6.1. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Purworejo , 2010-2016

Kesehatan

Semakin banyak masyarakat yang mengalami keluhan kesehatan berarti semakin rendah tingkat kesehatan di daerah tersebut dan menunjukkan tingginya angka kesakitan di daerah tersebut (semakin banyak penduduk yang sakit). Peningkatan angka kesakitan pada tahun 2016 belum tentu dapat dikatakan sebagai penurunan derajat kesehatan penduduk, namun justru terjadi penurunan persentase penduduk yang sakit lebih dari 3 hari. Hasil Susenas 2016 menunjukkan jumlah penduduk yang menderita penyakit tersebut lebih dari 3 hari dalam sebulan terakhir mengalami penurunan menjadi 45,56 persen dari 52,20 persen pada tahun lalu.

Indikator kesehatan lainnya antara lain pemanfaatan fasilitas kesehatan oleh warga yang mengalami keluhan kesehatan dan tersedianya jaminan kesehatan untuk rawat jalan. Berdasarkan data Susenas tahun 2016, diketahui bahwa 55,70 persen penduduk yang mengalami keluhan kesehatan menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia untuk berobat jalan, namun hanya 28,46 persen penduduk yang berobat jalan yang menggunakan asuransi kesehatan.

Gambar 6.9. Angka Kesakitan di Kabupaten Purworejo, 2015-2016
Gambar 6.9. Angka Kesakitan di Kabupaten Purworejo, 2015-2016

Pendidikan

Harapan Lama Sekolah (HLS) menghitung tingkat pendidikan mulai umur 7 tahun ke atas, sedangkan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dihitung mulai umur 25 tahun ke atas. Namun rata-rata lama pendidikan relatif lebih lambat dibandingkan dengan perkiraan lama pendidikan. Di sisi lain, rata-rata durasi pendidikan merupakan indikator hasil pembangunan jangka panjang, sehingga pembangunan relatif lebih lambat.

Rata-rata, perkiraan lama sekolah bagi anak usia 7 tahun meningkat sebesar 1,05 persen per tahun sepanjang tahun, sedangkan rata-rata lama sekolah bagi anak berusia 25 tahun ke atas hanya tumbuh sebesar 0,60 persen per tahun pada periode yang sama. . periode. Selain perkiraan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah, tingkat pendidikan tertinggi yang diselesaikan juga menjadi tolak ukur kualitas sumber daya manusia (SDM).

Gambar 6.13 Harapan Lama Sekolah (Tahun) dan Rata-rata Lama Sekolah (Tahun), 2010-2016
Gambar 6.13 Harapan Lama Sekolah (Tahun) dan Rata-rata Lama Sekolah (Tahun), 2010-2016

Ketenagakerjaan

Berdasarkan jenis kegiatannya, angkatan kerja meliputi kegiatan bekerja dan menganggur, sedangkan angkatan bukan kerja meliputi kegiatan sekolah, mengurus rumah, dan kegiatan lainnya. Dibandingkan dengan jumlah penduduk bekerja pada tahun 2014 yang tercatat sebanyak 368.602 orang, pada tahun 2015 terjadi peningkatan penduduk bekerja sebesar 1,48 persen. Angkatan non-tenaga kerja terdiri dari 6,94 persen penduduk yang bersekolah; Sebanyak 18,67 persen penduduk mengurus rumah tangga dan 5,53 persen penduduk mempunyai kegiatan lain.

Permasalahan ketenagakerjaan yang sering mendapat perhatian adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang menunjukkan besar kecilnya jumlah penduduk usia kerja di suatu daerah. Indikasi penduduk usia kerja yang termasuk dalam kelompok pengangguran diukur dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT), dimana TPT adalah persentase jumlah pengangguran terhadap total angkatan kerja.

Gambar 6.15. Jumlah dan Persentase Penduduk Usia Kerja menurut Jenis Kegiatan   Kabupaten Purworejo, 2015
Gambar 6.15. Jumlah dan Persentase Penduduk Usia Kerja menurut Jenis Kegiatan Kabupaten Purworejo, 2015

Perumahan

Berdasarkan data Susenas 2016, persentase rumah tangga yang berstatus tempat tinggal dimiliki sebesar 86,14 persen, sedangkan rumah tangga yang menempati rumah berstatus kontrak/sewa, bebas sewa, dan lain-lain sebesar 13,86 persen. Status kepemilikan rumah merupakan salah satu indikator yang dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan rumah tangga. Dapat dikatakan bahwa rumah tangga yang menempati rumah sendiri telah mampu memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal yang aman dan tetap dalam jangka panjang.

Semakin tinggi status sosial suatu rumah tangga maka semakin besar pula luas lantai yang dikuasai rumah tangga tersebut. Dilihat dari fasilitas buang air besar, sekitar 78,95 persen rumah tangga mempunyai fasilitas buang air besar sendiri.

Gambar 6.18. Persentase Rumah Tangga menurut Luas Lantai   Kabupaten Purworejo, 2016
Gambar 6.18. Persentase Rumah Tangga menurut Luas Lantai Kabupaten Purworejo, 2016

Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk

Persentase penduduk menurut jenis kelamin dan rawat inap dalam setahun terakhir, Kabupaten Purworejo, 2015-2016. Persentase penduduk usia 5 tahun ke atas yang merokok menurut gender selama sebulan terakhir. Rata-rata usia kehamilan pertama bagi wanita pernah kawin (PPK) Usia 15-49 tahun menurut kelompok umur Kabupaten Purworejo Tahun 2015-2016.

Persentase wanita pernah kawin umur 15–49 tahun menurut tempat lahir terakhir hidup, Kabupaten Purworejo, 2015–2016. Persentase wanita pernah kawin umur 15-49 tahun, rata-rata jumlah kelahiran hidup dan rata-rata jumlah kelahiran hidup Kabupaten Purworejo tahun 2014-2016. Persentase Penduduk Wanita Usia 15-49 Tahun Menikah dengan Menggunakan Metode/Cara KB di Kabupaten Purworejo Tahun 2014-2016.

Persentase penduduk perempuan usia 15-49 tahun yang menikah menurut metode/cara KB yang saat ini digunakan di Kabupaten Purworejo Tahun 2014-2016.

Tabel Lampiran 2
Tabel Lampiran 2

Gambar

Gambar 5.2.  Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin  di Kabupaten Purworejo, 2010-2016
Gambar 5.4.  Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan  Kabupaten Purworejo , 2010-2016
Tabel 5.1.  Jumlah Rumah Tangga Miskin dan Penduduk Miskin Hasil PBDT 2015   menurut Kecamatan di Kabupaten Purworejo , 2015
Tabel 5.2. Perkembangan Nilai Gini Ratio dan Kriteria Bank Dunia   Kabupaten Purworejo, 2010-2015
+7

Referensi

Dokumen terkait

3.11 Roughness profile along the X-X′ and Y-Y′ axis 56 3.12 Width and depth of microchannels on PC for aluminium, copper and stainless steel as the metal targets 57 3.13 Width and

26 INDEX Malenal facts of a decisive character- Material facts ielating to a right of action- Meaning of term- meaning of rerni for the purposes of s 32 meaning of term for the