ILMU TILIK TERNAK
Adalah sikap atau perangai dan tingkah laku alami
seekor ternak, sekaligus menyangkut juga kemungkinan ada tidaknya penyakit atau cacat tubuh yang terdapat pada seekor ternak
TEMPERAMENT TERNAK
Terdapat beberapa perbedaan temperament pada beberapa bangsa/breed ternak yang berbeda, misal : - Temperament sapi bangsa Inggris (British Breed) akan
berbeda dengan sapi bangsa India (Indian Breed)
TEMPERAMENT TERNAK
Perbedaan temperament akan menyebabkan perbedaan pula di dalam pengelolaan ternak-ternak tersebut
supaya ternak mampu memberikan produksi secara maksimal
Ayam-ayam import atau Ras akan berbeda apabila dibandingkan dengan temperamentnya ayam
kampung/bukan ras (Buras), sehingga manajemen
penanganan harus dibedakan agar dapat memberikan produksi yang maksimal
TEMPERAMENT TERNAK
Pengelolaan/manajemen terhadap ternak-ternak yang dipelihara tidak boleh memberikan tingkah laku atau temperament ternaknya
Ternak akan mampu memberikan produksi secara
maksimal apabila ternak merasa diperlakukan secara alami/lestari sesuai di alam bebasnya
TEMPERAMENT TERNAK
Tingkat kemurnian bangsa ternak akan dapat
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan di dalam menduga kemampuan berproduksi ternak
Pada sekelompok ternak yang tergolong bangsa murni (pure breed) akan mampu berproduksi secara maksimal apabila dikelola secara memadai, sedang untuk
kelompok ternak yang tingkat kemurnian bangsanya
rendah (sering disebut bangsa peranakan/turunan) akan berproduksi lebih rendah apabila dibandingkan dengan kelompok ternak yang tergolong bangsa murni (pure breed)
TINGKAT KEMURNIAN BANGSA
Tingkat kemurnian bangsa akan dapat dipergunakan untuk melakukan pendugaan mengenai kemampuan ternak tersebut untuk berproduksi secara maksimal
Akan tetapi perbedaan kemampuan untuk berproduksi antara ternak tergolong bangsa murni, bangsa silangan, serta bangsa lokal
Perkecualian pada kasus heterosis, dimana produksi ternak silangan justru lebih tinggi daripada ternak bangsa murninya
TINGKAT KEMURNIAN BANGSA
BANGSA TERNAK
POTONG
Sistematika Ternak Sapi
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
Sub ordo : Ruminansia
Famili : Bovidae
Genus : Bos
Spesies : 1. Bos Taurus, golongan sapi-sapi eropa
2. Bos Indicus, golongan sapi-sapi berpunuk 3. Bos Sondaicus, golongan banteng
Bangsa-bangsa Sapi Potong Import
a. Bangsa Sapi Inggris (British Breed) - Sapi Hereford
- Sapi Shorthorn
- Sapi Aberdeen Angus Sifat-sifat umum :
- Tergolong pandai merumput
- Postur tubuh tergolong sedang
- Pubertas (dewasa kelamin) : cepat
- % karkas : sedang s/d tinggi
- Kemampuan mengasuh anak : sedang (mothering ability)
- Pandai untuk bekerja
- Resistensi terhadap penyakit : rendah
- Rata-rata pertambahan berat : tinggi
Bangsa-bangsa Sapi Potong Import
a. Bangsa Sapi Eropa (European Breed) - Sapi Simmental
- Sapi Charolais - Sapi Limousine Sifat-sifat umum :
- Tergolong pandai merumput
- Postur tubuh tergolong besar
- Pubertas (dewasa kelamin) : cepat
- % karkas : sedang/tinggi
- Kemampuan mengasuh anak : sedang (mothering ability)
- Pandai untuk bekerja
- Resistensi terhadap penyakit : rendah
- Rata-rata pertambahan berat : tinggi
Bangsa-bangsa Sapi Potong Import
a. Bangsa Sapi India (Indian Breed) - Sapi Ongole
- Sapi Kankrey - Sapi Sahiwal Sifat-sifat umum :
- Tergolong pandai merumput
- Postur tubuh tergolong sedang
- Pubertas (dewasa kelamin) : lambat
- % karkas : sedang
- Kemampuan mengasuh anak : rendah s/d sedang (mothering ability)
- Pandai untuk bekerja
- Resistensi terhadap penyakit : sedang s/d tinggi
- Rata-rata pertambahan berat : rendah
KLASIFIKASI TERNAK POTONG
Ruminansia (polygastric) → Herbivora - Ternak besar : Sapi, Kerbau
- Ternak kecil : Kambing, Domba
Non-Ruminansia (monogastric) - Herbivora : Kuda, Kelinci
- Non-Herbivora : Babi
- Pseudo ruminasi : Kelinci - Non ruminasi : Kuda, Babi
BANGSA SAPI
Sapi lokal : Bali, Madura, PO, SO, PFH, SimPO Sapi impor : Brahman, Brahman Cross atau ACC
(Australian Commercial Cross)
Keterangan : PO : Peranakan Ongole, SO : Sumba Ongole, PFH : Peranakan Friesian Holstein
SAPI BALI
Termasuk Bos condaicus → “sapi perintis”
Tersebar di prop Sulsel, NTT, Bali
Sapi asli Indonesia
Warna bulu penutup : pada betina merah bata atau kuning tua; pada jantan, merah bata saat muda, berwarna hitam saat dewasa
Tingkat reproduksinya paling baik
Peka / rentan thdp penyakit jembrana / ramadewa dan ingusan (Malignant Cattharal Fever = MCF atau Coryza gangraenosa bovis) ditularkan melalui domba (carrier)
Hasil persilangan dengan bangsa lain → tidak rentan thdp penyakit khusus tersebut; misal: Simbal
(Simmental x Bali), Herbal (Hereford x Bali), Limbal (Limousin x Bali)
SAPI MADURA
Sapi asli Indonesia → dilestarikan
Pulau Bali, Timor, Sulsel → pembibitan sapi Bali
Pulau Madura → wilayah Pembibitan sapi Madura
Pulau sumba → wilayah Pembibitan sapi SO
Fungsi sapi Madura: dikembangkan, ternak kerja, hiburan, budaya dan olah raga (mis: sapi sonok/
peragaan, sapi karapan)
SAPI SUMBA ONGOLE (SO)
Masuk pulau Sumba tahun 1906 dari India
Sebagai sapi kerja dan disebarkan melalui pola kontrak Sumba ke wilayah Sumba
Penyebaran ke pulau Jawa → sapi Peranakan Ongole (PO) yang merupakan hasil grading up. Populasi sapi PO terbesar di Jawa Timur
SAPI BRAHMAN
Ponok longgar, gelambir dan lipatan kulit di bawah perut lebar, telinga panjang
Warna putih abu-abu (ada juga yang merah)
Di Australia disilangkan dengan sapi Hereford-Shorthorn (HS) → Brahman Cross (BX)
Nama dagang sapi BX adalah ACC (Australian Commercial Cross)
▪ Warna bulu : hitam atau hitam kecoklat-coklatan
▪ Berat badan dewasa : jantan 35 kg betina 25 kg
▪ Produksi anak : kembar (Prolifik)
▪ Daging : Kualitas baik
▪ Ambing : bulat seperti mangkok
▪ Tanduk : Jantan dan betina
▪ Lokasi : Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga Kambing Kejobong
Keunggulan ;
Karakteristik Kambing Gembrong
Berat badan jantan dewasa 50 – 60 kg
Berat badan betina dewasa 30 – 40 kg
Tinggi gumba jantan dewasa 75 cm
Tinggi gumba betina dewasa 65 cm
Bulu panjang
Domba Texel Wonosobo (Dombos Texel)
SUMBER HAYATI/PLASMA NUTFAH TERNAK LOKAL (KHAS) JAWA TENGAH
Keunggulan :
-Postur tubuh Besar tegap dan kokoh
-Type : Dwi guna (Produksi daging, woll dan kulit) -Tinggi dewasa : Jantan 80 cm betina 65 cm
-Berat badan : jantan 100 kg betina 70 kg
-Lokasi penyebaran : Kecamatan Klowoh Kabupaten Wonosobo
Skor tubuh 1 = mutu rendah
Skor tubuh 2 = mutu cukup
Tidak ada lemak pada pangkal ekor dan iga pendek jangan memilih sapi dengan
skor tubuh 1
Iga pendek terlihat dan terasa sudah agak tumpul, pangkal
ekor terdapat sedikit lemak Sapi dengan skore tubuh 2
dapat dipilih
MEMILIH SAPI BAKALAN
Skor tubuh 3 = baik
Skor tubuh 4 = gemuk
Iga pendek susah dirasakan, pangkal ekor mulai gemuk,
kantong pelir sudah mulai terisi
Sapi dengan skore tubuh 3 dapat dipilih
Sapi telah gemuk dan penam- bahan berat badan selanjut- nya akan menjadi mahal dan
tidak menguntungkan Sapi dengan skore tubuh 4
sudah siap dipotong
Umur 1 th Umur 1.5 - 2 th
Umur 2 - 2.5 th Umur 3 - 3.5 th
Umur 4 th Umur tua Permanen
ESTIMASI UMUR BERDASARKAN
PERGANTIAN
GIGI SERI
DATA UKURAN TUBUH
Panjang badan
Lingkar dada
Tinggi gumba
Tinggi pinggul
Estimasi berat badan dengan rumus Schoorl, Lambourne dan Djagra
UKURAN TUBUH SAPI
PERALATAN UNTUK MENENTUKAN BERAT
Timbangan ternak sapi
Tongkat ukur
Pita Ukur
ESTIMASI BERAT BADAN
Rumus Schoorl:
Berat badan (kg) = (Lingkar dada (cm) + 22)
2100
Rumus Lambourne:
Berat badan (kg) = Panjang badan (cm) x Lingkar dada2 (cm) 10840
Rumus Djagra:
Berat badan jantan (kg) = Panjang badan x (Lingkar dada)2 11045
Berat badan betina(kg) = Panjang badan x (Lingkar dada)2 11050
KARKAS DAN NON KARKAS
➢ Bobot Potong (kg) diperoleh dari hasil penimbangan sapi sebelum dipotong dengan menggunakan timbangan sapi hidup
➢ Bobot Karkas (kg) diperoleh dari hasil penimbangan bagian tubuh sapi sehat yang telah disembelih secara halal, telah dikuliti, dikeluarkan jeroan, dipisahkan kepala dan kaki mulai dari tarsus/karpus ke bawah, organ
reproduksi dan ambing, ekor serta lemak yang berlebih (BSN 2008).
➢ Persentase Karkas. Persentase karkas (%) diperoleh dari bobot karkas dibagi dengan bobot potong sapi dikalikan 100%.
➢ Bobot Non karkas (kg) diperoleh dengan menimbang kepala, kulit, ekor, kaki depan dan belakang, offal merah (jeroan merah= hati, jantung, paru, dll) dan offal hijau (jeroan hijau= babat, usus, dll) serta bagian bagian lain seperti kikil dan ekor
➢ Persentase Non karkas diperoleh dari bobot non karkas dibagi dengan bobot potong sapi dikalikan 100%.