• Tidak ada hasil yang ditemukan

ilovepdf merged

N/A
N/A
Fitria Purbaasih

Academic year: 2025

Membagikan "ilovepdf merged"

Copied!
176
0
0

Teks penuh

(1)

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA BAB I :

ISTILAH DAN PENGERTIAN

1. Istilah dan Pengertian.

a. Etimologi :

1) Dalam Bahasa Belanda disebut Administratief Recht atau Bestuursrecht.

2) Dalam Bahasa Inggris disebut Administrative Law.

3) Dalam bahasa Prancis disebut Droit Administratif.

4) Dalam bahasa Jerman disebut Verwaltungsrecht

5) Dalam bahasa Indonesia penyebutannya ada tiga macam yaitu: “Hukum Tata Usaha Negara”, “Hukum Tata Pemeritahan”, dan “Hukum Administrasi Negara”.

b. Peraturan Perundang-undangan :

1). Surat Keputusan Mendikbud Tahun 1972, tentang Pedoman Kurikulum Minimal Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta, menggunakan istilah Hukum Tata Pemerin- tahan (HTP)

(2)

2) Surat Keputusan Mendikbud No. 31 Tahun 1983, tentang Kurikulum Inti Program Pendidikan Sarjana Hukum menggunakan Istilah Hukum Administrasi Negara.

3) Undang-undang Pokok Kekuasaan Kehakiman No. 14 Tahun 1970 dan TAP MPR No.

II/1983 tentang GBHN memakai istilah Hukum Tata Usaha Negara.

4) UU Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, memakai Istilah Tata Usaha Negara, namun dalam Pasal 144 ditegaskan bahwa UU ini dapat dise- but juga UU Peradilan Administrasi Negara.

c. Kurikulum Perguruan Tinggi :

Kurikulum Fakultas Hukum 1983 yang lazim dikenal Kurikulum Inti, menggunakan istilah Hukum Administrasi Negara. Penggunaan istilah Hukum Administrasi Negara (HAN) banyak dipengaruhi oleh keputusan/kesepakatan Pengasuh Mata Kuliah tersebut pada pertemuan di Cibulan tanggal 26-28 Maret 1973.

(3)

Kurikulum minimal Tahun 1972, istilah yang digunakan dalam SK Menteri P dan K tanggal 30 Desember 1972 No. 0198/U/1972 adalah Hukum Tata Pemerintahan. Dalam Praktik, penggunaannya Tidak Seragam : Hukum Tata Usaha Negara, Hukum Tata Pemerin- tahan, dan Hukum Administrasi Negara.

Rapat Staf Dosen Fakultas Hukum Negeri seluruh Indonesia bulan Maret 1973 di Cibulan, memutuskan sebaiknnya menggunakan istilah Hukum Administrasi Negara dengan alasan Hukum Administrasi Negara penger- tiannya lebih luas dan sesuai dengan perkembangan pembangunan dan kemajuan Negara Republik Indonesia kedepan.

Surat Keputusan Mendikbud No. 31 Tahun 1983, tentang Kurikulum Inti Program Pendidikan Sarjana Hukum menggunakan istilah Hukum Admi- nistrasi Negara.

(4)

1. Makna “Administrasi” dalam Konsep Hukum sudah memuat makna Publik, Pemerintah- an, Negara, sehingga sebenarnya Tidak Diperlukan lagi tambahan kata

“Negara” dalam Hukum Administrasi.

2. Literatur asing Tidak ada yang menambahkan kata “State”, “Staat” dalam Administra- tive Law, Administratif Recht, Droit Administratif, maupun Verwaltungsrecht.

3. Seyogyanya Cukup hanya menggunakan istilah Hukum Administrasi saja.

Hukum Administrasi Negara (HAN)

Ilmu Administrasi Negara (IAN)

Istilah Administrasi Negara dalam IAN meliputi seluruh kegiatan Negara (Legislatif, Ekse- kutif, dan Yudikatif), sedangkan Administrasi Negara dalam HAN hanya meliputi lapangan

“Bestuur” (lapangan kegiatan Negara diluar Wetgeving (Legislatif) dan Rechtspraak (Yudi- katif).

Jika HAN dilambangkan dengan A1, dan IAN dilambangkan dengan A2, maka A1

A2,

karena A1 < A2 atau A2 > A1.

TEPATKAH ADA KATA “NEGARA” DALAM “HUKUM ADMINISTRASI NEGARA” ?

(5)

Pengguna Istilah Hukum Tata Usaha Negara : Amrah Muslimin, Prins, dll.

---//--- Hukum Tata Pemerintahan : Kuntjoro Purbopranoto, dll.

---//--- Hukum Administrasi Negara : Utrecht, Philipus M Hadjon, dll.

PENGERTIAN

a. Istilah Administratief Recht mengandung pengertian Administrasi, yakni Administrare atau Besturen;

b. Besturen mengandung Pengertian Fungsional dan Struktural;

c. Arti Fungsional Bestuur/Sturen adalah Fungsi Pemerintah, sedangkan Arti Struktural Bestuur/Sturen berarti keseluruhan Organ Pemerintah;

d. Lingkungan Bestuur adalah lingkungan di luar lingkungan Wetgeving (Legislatif) dan Rechtspraak (Yudikatif).

(6)

e. Van Wijk/Konijnenbelt : Administratief Recht / Bestuursrecht semuanya bersangkut paut dengan Administrare, dengan Besturen;

Administratief Recht / Bertuursrecht meliputi peraturan2 yang bersangkut paut dengan pemerintah, namun tidak semua peraturan yang menyangkut pemerintahan termasuk la- pangan hukum administrasi;

f. F.A.M. Stroink: Administratief Recht berisi peraturan2 yg berhubungan dgn administrasi, Administrasi sama artinya dengan Bestuur, dengan demikian Administratief Recht disebut juga Bestuurrecht. Bestuur dapat diartikan pula sebagai fungsi pemerintahan, yaitu fungsi penguasa yang tidak termasuk Pembentukan UU dan Peradilan.

g. R.J.H.M Huisman : HAN merupakan bagian dari Hukum Publik, yaitu Hukum yang mengatur Hubungan antara Pemerintah dengan Warga Negara atau Hubungan antar Organ Pemerintahan.

(7)

Baron de Gerando

:”Hukum Administrasi Negara adalah Peraturan hukum yang mengatur

Hubungan Timbal-balik antara Pemerintah dan Rakyat.”

Bapak HAN

J. Oppenheim

: HAN adalah Keseluruhan Aturan Hukum yang harus diperhatikan oleh Alat Perleng- kapan Negara dan Pemerintah dalam Menjalankan Kekuasaannya (mengatur Negara dalam keadaan bergerak – Staat in Beweging)

Mengatur

PEMERINTAH JAMINAN DAN PERLIN-

DUNGAN HUKUM RAKYAT

(8)

Berperanserta

(9)

HAN merupakan Aturan Hukum yang memberi Kekuasaan kepada Pemerintah/Pejabat Administrasi untuk membuat / membentuk Aturan Hukum dalam hal Konkrit

HAN merupakan Instrumen Yuridis bagi Pemerintah / Pejabat Administrasi untuk melibatkan diri / campur tangan dalam kehidupan Masyarakat/ Rakyat

Instrumen Yuridis bagi Pemerintah / Pejabat Administrasi Untuk Memberi Layanan terhadap segala seluk beluk Ke- pentingan Masyarakat/Rakyat, Jaminan dan Perlindungan Hukum kepada Rakyat.

SIMPULAN DARI PENDAPAT BARON DE GERANDO DAN J. OPPENHEIM

(10)

PANDANGAN TERHADAP HAN DARI MAZHAB KONTINENTAL DEWASA INI :

Paul de Haan, Drupsteen dan Fernhout (2001 : 1) menggambarkan hukum administrasi dengan baik dan ringkas sebagai 'hukum untuk, dari/oleh dan terhadap administrasi pemerintah (bestuursrecht mooi en bondig als het ‘recht voor, van en tegen het overheidsbestuur). Definisi tersebut disandarkan pada preposisi khusus, yang merepresentasikan secara singkat tentang apa hukum administrasi, yaitu :

1) de normen voor het overheidsbestuur, die bij het besturen in acht moeten worden genomen; (norma-norma untuk administrasi pemerintahan, yang harus diperhatikan ketika badan administrasi menjalankannya/mengurusnya);

2) het instrumentarium van het overheidsbestuur, waarmee het bestuurt; (instrumen dari/oleh administrasi pemerintah, yang dikendalikannya/dikontrol);

3) de (rechtsbeschermings) mogelijkheden voor betrokkenen om zich tegen het overheidsbestuur te verzetten. (perlindungan hukum - yang memberi peluang bagi mereka yang terlibat untuk melakukan gugatan terhadap administrasi pemerintahan.)

(11)

PANDANGAN TERHADAP HAN DARI MAZHAB ANGLO SAXON DEWASA INI :

Kenneth F. Warren (2018 : 11) : administrative law deals with (1) the ways in which power is transferred from legislative bodies to administrative agencies; (2) how administrative agencies use power; and (3) how the actions taken by administrative agencies are reviewed by the courts. (hukum administrasi berkaitan dengan (1) cara kekuasaan dialihkan dari badan legislatif ke badan administratif; (2) bagaimana badan administratif menggunakan kekuasaan;

dan (3) bagaimana tindakan yang diambil oleh badan administratif ditinjau / diuji oleh pengadilan).

TITIK TEMU PANDANGAN KONTINENTAL DAN ANGLO SAXON THD HAN

HAN MERUPAKAN :

1. Hukum Untuk Pemerintah (Kekuasaan yang Dialihkan dari Legislatif kpd Pemerintah);

2. Hukum Oleh/Dari Pemerintah (Bagaimana Pemerintah menggunakan kekuasaan);

3. Hukum Terhadap Pemerintah (Bagaimana Tindakan dan/atau Keputusan yang diambil oleh Pemerintah Diuji/Ditinjau oleh Pengadilan).

(12)

LINGKUP NORMA HAN

Hukum Untuk

Pemerintah (Het recht Voor het Bestuur)

Hukum Oleh/dari Pemerintah (Het recht

Van het Bestuur)

Hukum Terhadap Pemerintah (Het

recht Tegen het Bestuur)

HAN HETERONOM HAN OTONOM HAN HETERONOM

DIBUAT OLEH LEGISLATIF (Wetgeving / Legislation)

(13)

DIBUAT OLEH PEMERINTAH

(Regeling/Regulation)

DIBUAT OLEH YUDIKATIF (Rechter maakte Wet / Judge

Made Law)

(14)

NORMA HAN

SCRIPTA (TERTULIS

NON SCRIPTA (TIDAK

TERTULIS)

PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN

ASAS-ASAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK (AUPB)

HARUS DIPERHATIKAN OLEH SETIAP BADAN/PEJABAT PEMERINTAHAN SEBELUM ME- NGAMBIL KEPUTUSAN DAN ATAU MELAKUKAN TINDAKAN BERDASARKAN WEWENANG PEMERINTAHANNYA

(15)

In Enge Zin / In Narrow Sense

(Dalam Arti Sempit – Sampai Abad 19)

In Ruime Zin / In a Broad Sense

(Dalam Arti Luas – Mulai Abad 20 s/d Skrg)

Legalitas Formil (Formele Legaliteit) :

 Wewenang (Bevoegd);

 Prosedur (Procedure). Legalitas Materiil

(Materiele Legaliteit) :

 Substansi (Substantie)

ASAS LEGALITAS DALAM HAN

(Het Legaliteitsbeginsel van Bestuursrecht / The Principle of Legality of Administrative Law)

Wetmatigheid van Bestuur

WET / LEX / ACT---Scripta RECHT / IUS / LAW Scripta & Non Scripta

Doel / Goal (Tujuan) Specialiteitsbeginsel Wetmatigheid van Bestuur Rechtmatigheid

van Bestuur

(16)

Administrare (Administrasi Negara) :

a) Usaha & Kegiatan yang meliputi Penetapan Tujuan (Doelsteling) serta Cara-cara Penye- lenggaraan Organisasi;

b) Usaha & Kegiatan yang berkaitan dengan Penyelenggaraan Kebijakan serta Pencapaian Tujuan (Doelgericht);

c) Kegiatan yang berkaitan dengan Penyelenggaraan Pemerintahan (Overheidsbestuur);

d) Kegiatan yang dilakukan Badan/ lembaga / kantor & tata usaha Negara.

Organisasi Administrasi Negara (Penyelenggara Pemerintahan) :

 Himpunan dari Kekuasaan-kekuasaan;

 Kekuasaan tersebut yang menurut Hukum (diformalkan) disebut Kewenangan;

 Pelaksanaan Kewenangan disebut Tugas dan Fungsi;

 Kewenangan yang dipangku disebut Jabatan & orang yang memangku sebagai Pejabat;

 Keseluruhan Pejabat disebut Penguasa.

(17)

HAKIKAT PERAN TUJUAN

Substansi Sistem Hukum Nasional

(Hukum Pemerintahan) Mengatur, Membatasi, dan Me- nguji Hubungan Hukum antara Pemerintah (Penguasa) dengan Rakyat

Menjamin adanya Pemerintahan yang Efektif dan Efisien (doel- treffenheid en doelmatigheid), karena Keputusan yang dikeluar- kan & Tindakan yang dilakukan dapat digugat bila keliru & merugi- kan.

Pengertian/Definisi tentang HAN dari para Sarjana, lebih lanjut silahkan baca Buku.

Memberi Jaminan & Perlindungan Hukum kepada Masyarakat/Rakyat.

CAKUPAN HAN :

Mengatur Wewenang, Tanggung jawab, Tugas, Fungsi, dan Perilaku Pejabat Pemerintah;

(18)

Subyek Hukum : Pemangku Hak dan Kewajiban (rechten en plichten)

RAKYAT/MASYARAKAT

Sanksi Administrasi, Perdata Sanksi Adm., Perdata, Pidana

2. SUBYEK DAN OBYEK HAN

Tanggung jawab Pribadi

(Maladministrasi) Tanggung jawab Jabatan

(Cacat Wewenang, Prosedur, Substansi), Berlaku Asas

Vicarious Liability

Mengajukan Gugatan Thd Tindakan &

Kepu- tusan yang Merugikan Orang (Pejabat Publik) & Badan Hukum Publik

Berlaku Asas Praesumptio Iustae Causa

SUBYEK

HAN

(19)

Obyek Hukum : Sesuatu yang berguna bagi Subjek Hukum dan dapat menjadi Pokok dari suatu Hubungan Hukum.

Formal Material

Obyek HAN :

Bestuursfunctie

(Penyelenggaraan Fungsi Pemerintahan, Khususnya dalam penggunaan Wewe- nang Pemerintahan)

Melindungi Kepentingan Publik dari Bestuursfunctie, khususnya dengan

adanya Regelgeving, Besluit, Beschikking, dll.

(20)

3. LAPANGAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

HAN UMUM HAN KHUSUS

Peraturan-peraturan Hukum yang Tidak Terikat pada suatu Bidang

tertentu dari Kebijaksanaan Penguasa (misal AUPB), dan dapat ditandai dari 2 (dua) Saluran

Masyarakat mempe- ngaruhi pihak Peme- rintah

Pihak Pemerintah mem- pengaruhi Masyarakat Umum

Keterikatan pada Bidang-bidang ter- tentu mengakibatkan peraturan

HAN bersifat Sektoral

Peraturan-peraturan Hukum yang Terikat pada suatu Bidang tertentu dari Kebijak- sanaan Penguasa

(21)

< Abad 18 Monarchi

Teori Trickle Down Effect

4. SEJARAH PERKEMBANGAN HAN

Abad 19

Nachtwakerstaat (Negara Hukum

Formil)

Abad 20 Welvaarstaat/

Welfare State (Negara Hk

Materiil) Tuntutan Kebebasan Individu &

HAM, sistem Demokrasi sebagai awal pelaksanaan HAN dalam Pemerintahan

Di Inggris lahir ajaran John Lock tentang “Tri Praja”

(Legislatif, Eksekutif, Federatif) & diteruskan oleh Montesquieu sebagai “Trias Politica” (Legislatif, Eksekutif, Yudikatif)

Bestuurszorg sebagai Antitesa

Doktrin Laissez Faire – Laissez Passer (Aller Passer)

Rak- Kemakmuran

Urusan yat Besar

Intervensi Negara terhadap Abad 18

Revolusi Industri 1789 Renaissance/Aufklarung

(22)

Menghendaki Campur tangan Pemerintah sangat terbatas / minim.

Doktrin Laissez Faire-Laissez Passer (Aller Passer) – Bahasa Prancis Arti Harfiah : Biarkan berbuat / Biarkan terjadi, Biarkan lewat.

Melahirkan teori Trickle Down Effect

(menetes ke bawah), dan ternyata gagal Paham/mazhab

Liberalisme/Kebebasan Ekonomi

kegiatan ekonomi diserahkan kePasar.

Laissez Passer artinya segala Passer),Faire -

Laissez (Aller

(23)

Stellinga mengembangkan lebih lanjut Fungsi Pemerintahan “Panca Praja” menjadi :

 Fungsi Wetgeving (Membuat UU);

 Fungsi Bestuur (Menjalankan Pemerintahan);

 Fungsi Politie (Tugas-tugas Kepolisian);

 Fungsi Rechtspraak (Peradilan);

 Fungsi Burger (Urusan Warga Negara)

Selanjutnya muncul ajaran “ Panca Praja” : - Lemaire

 Fungsi Bestuurszorg (Urusan Kesejahteraan Umum);

 Fungsi Bestuur (Urusan Pemerintahan);

 Fungsi Kepolisian;

 Fungsi Mengadili;

 Fungsi Pembuat Peraturan.

Tahap selanjutnya muncul ajaran “Catur Praja” : – Van Vollenhoven

 Fungsi membuat Peraturan (Regeling);

 Fungsi Bestuur (pemerintahan dalam arti Sempit);

 Fungsi Peradilan (Rechtspraak)

 Fungsi Kepolisian (Politie)

(24)

5. KEDUDUKAN HAN DALAM LAPANGAN ILMU HUKUM LAINNYA 1. HUKUM KONSTITUSI (HUKUM TATA NEGARA)

2. Hukum Perdata Formil 4. Hukum Administrasi Formil 6. Hukum Pidana Formil 3. Hukum Perdata Materiil 5. Hukum Administrasi Materiil 7. Hukum Pidana Materiil

1. HAN Terletak diantara Hukum Perdata dan Hukum Pidana. HAN dikatakan sebagai Hukum Antara;

2. Penegakan Hukum Perdata diselesaikan secara Privat (Pihak Partikelir);

3. Penegakan Hukum Pidana diselesaikan secara Publik (Pihak Penguasa);

4. Penegakan HAN diselesaikan secara Privat dan Publik.

5. Hampir setiap peraturan berdasarkan HAN diakhiri “in cauda venenum” dengan sejum- lah ketentuan sanksi pidana (W.F Prins).

Ada Racun di Ekor : Maksudnya pada bagian akhir peraturan/norma HAN

(25)

1. Hukum Privat (Perdata)

: 2. Hukum Pidana :

Pembentuk UU

Penduduk Penduduk

Hakim

Penduduk Penduduk

Pembentuk UU

Penduduk

Hakim Pidana

Penduduk 3. Hukum Administrasi Negara

Penguasa

Penetapan Sepihak oleh Penguasa

Penduduk Pengua

sa

Pe n

egakan sepiha k oleh Pengua sa(Paksa

Perbandingan Skema Pembentukan & Penegakan Hukum Materiil

Penguasa

(26)

an Peme- rintahan

atau sanksi ad-ministrasi lainnya

Penduduk

Penduduk

Perlindungan hukum

(27)

1. Wilayah HAN identik dengan kekuasaan eksekutif, tetapi Tidak Sama dengan konsep Trias Politica yang menempatkan kekuasaan Eksekutif semata-mata dimaksudkan sekedar me- laksanakan UU.

2. Istilah Administrasi (Bestuur) berkaitan dengan Sturen atau Sturing : lingkungan kekua- saan Negara di luar lingkungan kekuasaan legislatif dan kekuasaan yudisial.

3. Kekuasaan Pemerintahan merupakan kekuasaan yang Aktif dan menjadi Unsur Utama dari Bestuur/Sturen.

Merupakan Kegiatan yang Kontinyu. Kekuasan pemerintahan dalam menerbitkan Izin misalnya, Tidak selesai saat Izin jadi dan diserahkan kepada Pemohon, tetapi juga Mengawasi Penggunaan Izin tersebut oleh Pemohon.

Sturen berkaitan dengan Penggunaan Kekuasaan, yang berlandaskan Asas Negara Hukum, Asas Demokrasi, dan Asas Instrumental

Sturen menunjukkan lapangan di luar Legislatif dan Yudisial, di samping diarahkan kepada suatu Tujuan (doel ).

Ruang Lingkup HAN :

Bestuur / Sturen

(28)

Ruang Lingkup HAN Menurut Soehardjo S.S :

1. Sarana (instrumen) bagi Penguasa untuk mengatur, menyeimbangkan, dan mengendali- kan berbagai kepentingan masyarakat;

2. Mengatur cara-cara Partisipasi warga masyarakat dalam proses penyusunan dan pengen- dalian tersebut, termasuk proses penentuan kebijaksanaan;

3. Perlindungan hukum bagi warga masyarakat;

4. Menyusun dasar-dasar bagi pelaksanaan pemerintahan yang baik.

Ruang Lingkup HAN Menurut Bachsan Mustafa :

1. Obyek Material : menyangkut studi tentang Aparat pemerintah sebagai Pihak yang Me- merintah, dan Warga masyarakat atau Badan Hukum Privat sebagai pihak yang Diperin- tah;

2. Obyek Formal : menyangkut Perilaku, Kegiatan, dan Keputusan Hukum Badan Pemerintah baik yang bersifat Peraturan (Regeling), maupun bersifat Keputusan (Beschikking).

(29)

Keseluruhan Fungsi Yang Dijalankan Oleh Pemerintah Beserta Aparaturnya

Pelaksanaan atau

Penyelenggaraan UU

HAN

Keseluruhan Jabatan dan

Satuan Organisasi Negara Yang Digerakkan Oleh Pemerintah

Keseluruhan Aktivitas Negara Yang Bersumber Dari Penetapan Pemerintah

(30)

1. Hubungan Antara HAN dengan HTN :

a). HAN dan HTN terdapat Perbedaan Prinsip, baik secara Sistematika maupun Isinya.

(Van Vollenhoven, J.H.A Logemann, G.Stellinga)

b). HAN dan HTN Tidak terdapat Perbedaan yang Asasi, melainkan karena pertimbangan Manfaat atau Kepentingan Praktis saja. (R. Kranenburg, Van der Pot, G. Vegting).

c). Secara sederhana dapat dikatakan HTN mengatur Pembagian Kewenangan antara Lembaga Negara, termasuk lembaga Eksekutif. Pembahasan HTN berhenti pada saat kewenangan yang diberikan UUD diterima oleh lembaga-lembaga Negara termasuk Eksekutif. Sedangkan HAN mengatur Cara Kekuasaan Pemerintahan (Eksekutif) melaksanakan Fungsi dan Kewenangan Sehari-hari. Pembahasan HAN dimulai pada saat kewenangan itu dilaksanakan secara efektif oleh Pemerintah.

d). J. Oppenheim : HAN merupakan Hukum Mengenai Negara dalam Keadaan Bergerak (de staat in beweging), dan HTN merupakan Hukum Mengenai Negara dalam Keadaan Diam (de staat in rust).

6. HUBUNGAN HAN DENGAN BIDANG ILMU HUKUM LAINNYA

(31)

2. Hubungan antara HAN dengan Hukum Perdata.

a). Menurut Paul Scholten : Hukum Perdata berlaku sebagai Hukum Umum sepanjang Hukum Publik (HAN) tidak menentukan lain.

b). Dalam perkembangannya HAN mendesak Hukum Perdata. Asas Kebebasan Ber-kontrak dalam Hukum Perdata dapat digugurkan dengan dalil Untuk Kepentingan Umum. Hak Milik menurut Hukum Perdata sebagai Hak terpenuh yang dapat dimiliki Individu, namun untuk Kepentingan Umum Hak Milik dimaknai memiliki Fungsi Sosial.

3. Hubungan HAN dengan Hukum Pidana :

a). Menurut Romeyn : Hukum Pidana berfungsi sebagai “Hulprecht” (hukum pembantu) dalam menegakkan norma-norma Hukum Administrasi Negara;

b). Dalam perkembangan penyusunan peraturan HAN, Sanksi Hukum Pidana senantiasa dipergunakan dan ditempatkan dibagian akhir dari peraturan HAN (in cauda venenum) – Administrative Penal Law.

(32)

4. Hubungan HAN dengan Hukum Internasional :

a). HAN saat ini meliputi kegiatan Pemerintahan yang bersifat lintas Negara, sehingga HAN memerlukan bantuan Hukum Internasional. Misal mengatur koordinasi antara Pejabat Pemerintah dari berbagai Negara dalam kerjasama antara kawasan Regional di bidang Pemerintahan maupun Perekonomian (Asean, Apec, Afta, dsb);

b). Konvensi-konvensi internasional yang telah diratifikasi oleh Negara dengan UU tentang Ratitifikasi, tidak serta merta dapat diberlakukan, tetapi harus ditindak-lanjuti dengan Pembentukan UU Khusus yang substansinya memperhatikan Isi Konvensi, berikut Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaan UU.

c). HAN dan Hukum Internasional sama-sama memiliki sifat “Sui Generis” dan keber-lakuan normanya yang bersifat “Erga Omnes”.

(33)

7. Hubungan HAN Dengan Ilmu Lainnya Yang Obyeknya Administrasi Negara (Pemerintah) ILMU PEMERINTAHAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA HKM. ADMINISTRASI NEGARA

Pendekatan : Legalistik Empirik Pendekatan : Ekologikal, Organisasi- onal, Struktural-Fungsional, Empirik, Interdisipliner, Situasional.

Pendekatan : Legalistik Normatif

Ilmunya : Ilmu Kebijakan Pemerin-

tah dan Politik Ilmunya : Ilmu Administrasi & Sosial. Ilmunya : Ilmu Hukum

Studinya : Sosial dan Politik Studinya : Administrasi sebagai Fe-

nomena Masyarakat Modern Studinya : Administrasi sbg aparatur penyelenggara dan aktivitas penye- lenggaraan peraturan Per-UU-an.

Penekanannya pada Aspek Hukum.

(34)

PEMBEDA HUKUM ADMINISTRASI NEGARA ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Pengertian Pemerintahan Manajemen

Sifat Normatif Empirik

Ruang Lingkup Pemerintahan (Kekuasaan Untuk

Memerintah) Tata Laksana Pemerintahan,

Manajemen Dalam

Pemerin- tahan

PERBEDAAN HAN DAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

(35)

A. SIFAT HAN

:

Faktor Historis : HAN tumbuh secara Sektoral, Pembuat peraturan TIDAK pada satu lembaga

Sulit

Tdk Bisa, Banyak Neg sdh melakukan Mengikuti Perkembangan Konsep Negara (campur tangan Negara)

Pemerintah dengan wewenang publiknya memiliki kewajiban menetapkan kebijakan negara

(Umum - Abstrak); (Umum- Konkrit) (Individual - Abstrak); (Individual- Konkrit).

8. SIFAT DAN FUNGSI HAN

5. SIFAT NORMA

HUKUMNYA

4. PEKA THD PERKEM- BANGAN POLITIK 3. MEREMBES KE SEGALA

ASPEK KEHIDUPAN 2. SULIT DIKODIFI-

KASIKAN 1. PERATURAN

HAN TDK SERAGAM

(36)

Ad 1. PERATURAN HAN TIDAK SERAGAM HAN mrp

Bidang Hukum

paling Muda, shg Pertum-

buhannya Sektoral

Wewenan g

Membuat Peraturan

Tdk Terletak pada satu

Masing- masing lem- baga

memiliki kepentinga

n yg tdk sama

Doelmatigheid en

Doeltreffendheid

Beleidregels (Peraturan Kebijaksanaa

n)

Perlu dila- kukan tindak- an/keputus

an segera

(37)

Ad 2. Sulit Dikodifikasikan

Krn Sektoral maka Menyebar. Negara yg sdh punya :

Negara Kontinental Negara Anglo Saxon

Germany (1976) Verwaltungsverfahrengesetz (Federal

Administrative Pro-cedure Act) Amerika

Serikat (USA) (1946)

Administrative Procedure Act

Austria (1925 modified count- less times” and thoroughly

1991)

Allgemeines Verwaltungs- verfahrensgesetz

California (1946) Administrative Procedure Act

Denmark (1985) Administrative Procedure Act ; Forvaltningsloven (lov nr. 571 af

19 December 1985) Michigan (1969)

Administrative Procedures Act of 1969 No. 306

Sweden (1986) The Administrative Procedure Act

Australia (1977) Administra-tive Decisions Act

(38)

Italy (1990) Act No. 241/90, Italian

Administrative Procedure Act -- --

(39)

Lanjutan NEGARA KONTINENTAL

Portugal (1991) Administrative Procedural Code

Netherlands (1993) General Administrative Law Act (GALA)/Algemene Wet Bestuursrecht – (AWB)

Spain (1992) Act No 30/1992 of 26 November, The Legal Regime of Public Administra-tions

and The Common Administra-tive Procedure Act Poland (1960

amended

in 1980 and 1998)

Code of Administrative Procedure Act

Czech Republic (1967 amended several times

especially during the 1990s-2004)

Act No. 500/2004 Act on Administrative Procedure

Greece (1999) Administrative Procedure Code

Lithuania (1999) Law on Public Administration and Law on Administrative Proceedings Estonia (2002) Administrative Procedure Act

Finland (2004) Administrative Procedure Act

(40)

Indonesia (2014) UU No.30/2014 Tentang Administrasi Pemerintahan (?) Dan lain-lain.

(41)

Komponen Dasar Hukum Administrasi Umum Untuk Kodifikasi

(1)

Hukum Untuk Penyelenggaraan

Pemerintahan

(2) (3)

Hukum Oleh

Pemerintah Hukum Terha- dap

Pemerintah

(42)

a. Hukum untuk Penyelenggaraan Pemerintahan :

1)Hak Untuk Mengurus Oleh Pemerintah (het recht voor het besturen door de overdheid);

2)

Hukum untuk Pemerintah : Standardisasi / Penormaan Tindakan Pemerin-tah (recht voor het bestuur : normering van het

bestuursoptreden)

Bidang 1) dan 2) tsb menyangkut Norma Tentang Wewenang Pemerintahan :

a). Sumber wewenang: Atribusi, Delegasi dan Mandat.

b). Asas penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan asas Negara

Hukum. Asas dasarnya adalah asas legalitas (rechtmatigheid van

bestuur).

(43)

c).Diskresi

d). Prosedur Penggunaan Wewenang.

(44)

b. Hukum Oleh Pemerintah

Menyangkut hal-hal sbb :

1) Syarat-syarat sahnya keputusan yang meliputi Wewenang, Prosedur dan Substansi.

2) Parameter untuk menguji keabsahan Keputusan Pemerintahan adalah Peraturan perundang-undangan dan Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik (bandingkan ketentuan Pasal 53 ayat 2 UU No. 5 th. 1986

jo. UU No. 9 th. 2004).

3) Berkaitan dengan keabsahan keputusan pemerintahan berlaku asas Praesumptio Iustae Causa / Vermoeden van Rechtmatig-heid.

Atas dasar itu diatur tentang perubahan, pencabutan dan

(45)

pembatalan keputusan.

(46)

c. Hukum Terhadap Pemerintah

Menyangkut Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Terhadap Tindakan Pemerintahan.

PERLINDUNGAN HUKUM

PERLINDUNGAN HUKUM

PREVENTIF

a. partisipasi rakyat da- lam penerbitan

kepu- tusan pemeritahan;

b. pendapat pihak yang

berkepentingan;

c. hak mengakses do- kumen administrasi

PERLINDUNGAN HUKUM

REPRESIF

a. Tanggung Jawab : 1) Jabatan

(keabsah- an Keputusan) 2) Pribadi

(47)

(Maladmi- nistrasi) b. Upaya Hukum

(48)

Ad 3. MEREMBES KE SEGALA ASPEK KEHIDUPAN MASYARAKAT Adanya Pengaruh Perkembangan Konsep Negara

Welfare State

Staats in Bewegung (Negara dlm keadaan

aktif/bergerak) Staats in de Rust / Nacht-

wakersstaat (Negara dlm kea- daan diam / Penjaga malam)

Menjadi landasan kedudukan dan fungsi pemerintahan (bestuursfunctie) oleh Negara - negara modern (modern- rechtsstaat) dalam mewujud- kan Kesejahteraan Rakyat.

menghendaki negara dan pemerintah aktif dalam kehidupan ekonomi dan social masyarakat

membatasi peran negara dan pemerintah dalam mencampu- ri kehidupan ekonomi dan so- sial masyarakat (Laissez faire)

Staatsonthouding

(ketidakhadiran Negara)

Staatsbemoeienis

(intervensi Negara)

(49)

Ad 4. Peka Terhadap Perkembangan Politik

1 2 3

4 6

5

POLITIK NEGARA

Kebijakan Pemerin-

tah

DINAMIKA SOSIAL, POLITIK, HUKUM, EKONOMI, AGAMA, DLL.

Mengatur,

Mengarahkan, dan Mengendalikan

Masyarakat

POLITIK HUKUM

Ius Operatum Ius Constitutum

Ius

Constituendum

(50)

ABSTRAK UMUM (1)

UU : Sifat Unifikasi, berlaku Fiksi Hukum Izin

Gangguan/

Lingkungan

INDIVIDUAL ABSTRAK

(3)

NORMA HAN

INDIVIDUAL KONKRIT

(4) KTUN

KONKRIT UMUM

(2)

Rambu-rambu Lalu Lintas

Ad 5. Sifat Norma HAN

(51)

Normatieve/Legitimerende Functie

(Fungsi Normatif/

Legitimasi)

Instrumentele Functie

(Fungsi Instrumental) Waarborg

Functie (Fungsi Jaminan/

Perlindungan)

B. FUNGSI HAN

(52)

Mrp Rangkaian 3 Fungsi yang dapat dibedakan, tetapi tidak bisa dipisahkan

(53)

a. Secara konkret, fungsi normatif/legitimasi hukum administrasi tercermin dalam pembentukan dan pengembangan badan administrasi/pemerintahan, pemberian wewenang administrasi dan prosedur pengambilan keputusan.

Dalam gagasan negara konstitusional yang demokratis, legitimasi ini diberikan oleh hukum. Hukum Administrasi mencakup pembentukan badan-badan administrasi baru untuk keperluan pelaksanaan tugas-tugas pemerintah baru, pemberian kekuasaan baru atau perubahan yang ada dan pengaturan prosedur untuk pelaksanaannya.

b. Tindakan administrasi secara substansial (material) juga harus dilegitimasi.

Ini berarti bahwa mereka harus mematuhi aturan hukum tertulis dan tidak tertulis.

c. Hukum administrasi bertujuan untuk membenarkan seluruh tindakan badan administrasi dengan menyediakan dasar hukum yang memadai, dan dengan membakukannya baik secara substantif maupun prosedural melalui aturan hukum.

1. Normatieve/Legitimerendefunctie (Fungsi Normatif/Legitimasi)

(54)

a. Dalam pendekatan instrumental, hukum terutama dilihat sebagai perantara untuk mencapai Tujuan tertentu. Sasaran (kebijakan) yang ingin dicapai ditempuh melalui Perumusan Keputusan Pemerintah dengan karakter Normatif. Ini merupakan instrumen khusus.

b. Badan Administrasi diharuskan untuk mengambil keputusan dan mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk melindungi kepentingan publik.

c.Tugas-tugas pemerintah ini telah berkembang menjadi intervensi/ campur tangan pemerintah yang sangat luas dan beragam sejak abad ke-20 (Sbg Antitesa thd doktrin Laissez Faire, Laissez Passer (Aller Passer) - Biarkan berbuat, biarkan terjadi). Doktrin Ekonomi Liberal, segala kegiatan Ekonomi diserahkan ke Pasar dengan Campur tangan Pemerintah seminimal mungkin.

2. Instrumentelefunctie (Fungsi Instrumental)

(55)

3. Waarborgfunctie (Fungsi Jaminan/Perlindungan)

a. Melalui standarisasi hukum administrasi, posisi hukum warga negara ketika berhadapan dengan pemerintah harus terjamin (hukum administrasi substansial dan hukum administrasi prosedural/formal).

b. Jaminan yang paling penting bagi warga negara adalah hak dan prosedur umum dan khusus yang diberikan oleh hukum administrasi : aturan hukum khusus, dilengkapi dengan materi umum dan jaminan formal dari Hukum Administrasi Umum dan Prinsip-prinsip pemerintahan yang tidak tertulis.

c. Prinsip-prinsip tsb telah dielaborasi pada hukum positif dalam prinsip-prinsip umum administrasi yang baik, yang berisi bahan dan perlindungan prosedural yang dengannya tindakan administratif yang sebenarnya dapat diuji untuk legitimasi. Prinsip Demokrasi juga harus dinyatakan dalam jaminan hukum secara lebih konkret seperti partisipasi publik dan publisitas.

(56)

Sumber Hukum : “Segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan hukum yang bersifat mengikat dan memaksa, yang apabila dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata bagi pelanggarnya”.

Segala sesuatu yaitu faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya hukum, faktor- faktor yang merupakan sumber kekuatan berlakunya hukum secara formil dan dari mana hukum itu dapat di temukan, dari mana asal mulanya hukum dll.

Sumber Hukum Formil :

Sumber yang menentukan Cara Pembentuk- an dan Bentuknya, sehingga Kaidah Hukum menjadi Berlaku Umum.

9. SUMBER HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

kum, menyangkut hal Konkrit Tindakan Ma- nusia yang sesuai dengan Apa yang Diang- gap Seharusnya

Sumber Hukum Materiil :

yang Menentukan Isi Kaidah Hu- Sumber

(57)

b) Menunjukan Bahan Hukum Terdahulu : yaitu yang memberi bahan-bahan kepada hukum yang sekarang berlaku.

c) Memberi Kekuatan berlaku secara formil sebagai peraturan hukum : misal Penguasa, Masyarakat.

d) Sebagai Sumber dari mana Hukum itu dapat Diketahui : misal UU a) Sebagai Asas Hukum : yaitu suatu yang merupakan Permulaan Hukum,

misal kehendak Tuhan, akal manusia dan jiwa bangsa.

e) Sebagai Sumber Terbentuknya Hukum/ Sumber yang Menimbulkan Hukum.

Istilah Sumber Hukum Sering Dipergunakan Dalam Beberapa Arti :

(58)

Faktor-faktor yang Menentukan :

HISTORIS

UU dan sistem hukum tertulis yang berlaku pada masa lampau di suatu tempat, Dokumen-dokumen, surat-surat serta keterangan lain dari masa lampau.

FILOSOFIS (Idiil)

a) Untuk menciptakan Keadilan maka hal-hal yang secara filo- sofis dianggap Adil dijadikan sebagai sumber;

b) Mendorong Orang tunduk pada Hukum (kekuasaan penguasa dan Kesadaran Hukum Masya- rakat).

KEMASYARAKATAN

(Sosiologis, Antropologis, Ekonomis, Agama)

Menyoroti lembaga-lembaga sosial sehingga dapat diketahui apa yang dirasakan sebagai hukum oleh lem- baga-lembaga itu.

SUMBER HUKUM MATERIIL

SUMBER HUKUM MATERIIL

(59)

Sumber Hukum Formil adalah Bahan Sumber Hukum Materiil yang SUDAH DIBENTUK mela- lui Proses Tertentu, sehingga menjadi Berlaku Umum dan ditaati berlakunya oleh Umum.

UU N0.12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang- undangan Pasal 7 Ayat (1) :

UUD

1945; TAP MPR;

UU / Perpu;

Peraturan Pemerintah;

Peraturan Presiden;

Peraturan Daerah Provinsi;

Peraturan Daerah

Kabupaten/Kota. Pasal 8 : Peraturan SUMBER HUKUM FORMIL

INDONESIA HAN

Undang-Undang

Konvensi

Yurisprudensi

Doktrin

Traktat

(60)

Diluar yang diatur Pasal 7 di atas, diakui keberadaannya.

(61)

NEGARA

KONTINENTAL

Hukum Kebiasaan/Konvensi, memiliki peranan dalam Pene- muan Hukum

SUMBER HUKUM FORMIL HAN DI NEGARA KONTINENTAL DAN ANGLO SAXON

Yurisprudensi

Peraturan Perundang-undangan : 1. Konstitusi/UUD;

2. Kodifikasi (UU);

3. Perundang-undangan Bukan Produk Legislatif (dari Badan Pemerintah);

4. Peraturan Tertulis (Beleidregels)

Doktrin

Asas Hukum – Khusus di Jerman Penafsiran UU – Khusus di Jerman

(62)

Negara Anglo Saxon

Yurisprudensi

Statuta Law

Custom

Reason/Akal Sehat

Berfungsi sebagai sumber hukum jika sumber hukum yang lain tidak memberi penyelesaian terhadap perkara yang di tangani oleh hakim, artinya tidak didapatkan norma hukum yang mampu memberi penyelesaian mengenai perkara yang sedang di periksa.

Berfungsi sbg koreksi (penambah) thd common law yang kadang-kadang be- lum lengkap, jadi tidak di buat untuk mengatur suatu bidang secara menye- luruh.

Di Inggris Terikat pada Asas Stare Deci- sis, Putusan Hakim terdahulu harus di- ikuti oleh Hakim kemudian dalam mem- buat Putusan (Case Law). Dalam perkembangannya Hakim saat ini me- makai ukuran-ukuran tertentu.

Kebiasaan yang sudah berlaku berabad- abad di Inggris dan merupakan sumber nilai-nilai. Hakim menggali serta mem- bentuk norma hukumnya. Custom itu di tuangkan dalam Putusan Pengadilan &

menjadi Common Law.

(63)

ANGGAPAN PENTINGNYA

YURISPRU- DENSI SEBA- GAI SUMBER

HUKUM

ALIRAN LEGISME

Semua Hukum terdapat dalam UU, sehingga Yurisprudensi kurang Penting.

UU berfungsi secara Primer, sedangkan Yurisprudensi berfungsi secara Sekunder.

ALIRAN RECHTSVINDING

Hakim terikat UU tetapi tidak seketat Aliran Legisme, karena Hakim memi- liki kebebasan tetapi tidak sebebas Aliran Freie Rechtsbewegung. Hakim memiliki Kebebasan yang Terikat (Gebonden Vrijheid), atau Keterikatan yang Bebas (Vrije Gebondenheid). Dengan demikian Tugas Hakim disebutkan melakukan “Rechtsvinding”, yaitu menyelaraskan UU dengan tuntutan zaman.

ALIRAN FREIE RECHTSBEWEGUNG

Dalam melaksanakan tugasnya, Hakim BEBAS untuk melakukannya menurut UU atau Tidak. Tugas Hakim adalah melakukan Penciptaan Hukum (Rechtschepping). Yurisprudensi berfungsi secara Primer, sedangkan UU berfungsi secara Sekunder.

(64)

Asas Precedent (Preseden)

(Anglo Saxon : Inggris, Amerika Serikat) Hakim terikat / tidak boleh menyimpang dari Putusan-putusan yang terlebih dahu- lu dari Hakim yang lebih tinggi atau sede- rajat tingkatnya. Perkembangan saat ini memakai ukuran-ukuran tertentu.

Asas Bebas

(Kontinental : Jerman, Belanda, Prancis) Hakim tidak terikat pada Putusan-putusan Hakim yang lebih tinggi maupun yang se- derajat tingkatnya.

Asas-Asas Yurisprudensi

Dalam praktik : Pelaksanaan masing- masing Asas tidak ketat.

Alasan yang mendasari Yurisprudensi : Alasan Praktis & Sependapat, Alasan Psikologis (mencegah timbulnya pandangan yang kurang baik pada pihak atasan, Alasan Mencegah Pengeluaran Biaya yang Kurang Perlu, dan Alasan Waktu yang lebih Cepat dlm Mengadili.

(65)

FUNGSI

YURISPRUDENSI

To Settle Law Standard Jurisprudence

(Untuk Menciptakan / Menyelesaikan Standar Hukum Yurisprudensi)

Unified Legal Framework & Unified Legal Opinion

(Membina Terwujudnya Kerangka Hukum yang Sama / Terpadu & Opini Hukum yang Sama / Terpadu)

Legal Certainty Enforcement & Prevent Rulings from being Disparity

(Menegakkan kepastian hukum & mencegah putusan menjadi disparitas)

(66)

Klasifikasi Konstitutif

Klasifikasi Nilai

Yurisprudensi

Klasifikasi Sosiatif atau Efektif

Klasifikasi Konstruktif

Berdasarkan Parameter Rasional, Praktis dan Aktual, Maka Dapat Diaplikasikan Ketertiban Dalam Menegakkan Kepasti- an Hukum Dalam Pergaulan Masyarakat.

Rumusan Norma Memuat Unsur Kepastian Hukum, Kemanfaatan dan Keadilan Secara Proporsio- nal.

Mencakup Sengketa Yang Berkaitan De- ngan Penegakan Hukum Yang Bersifat Na- sional/Global seperti Hukum Hak Asasi Manusia (HAM), Hukum Lingkungan.

(67)

Yurisprudensi Tidak Tetap Yurisprudensi

Tetap

JENIS

YURISPRUDENSI

Putusan Hakim Yang Berulangkali Diper- gunakan Pada Kasus-kasus Yang Sama &

Menjadi Standaard arresten (Penilaian Standar), Yaitu Putusan MA yang Menja- di Dasar Bagi Pengadilan untuk Me- ngambil Putusan.

Yurisprudensi Yang Belum Menjadi Yurispru- densi Tetap, Karena Tidak Selalu Diikuti Oleh Hakim.

(68)

Norma yang dirumuskan harus paralel dengan ke- pentingan perubahan so- sial yang berbeda-beda dan dinamis.

Hakim mempunyai Peranan yang besar dalam mengarah- kan dan Memutus Perkara.

Hakim aktif dalam menemu- kan Fakta dan Cermat dalam menilai Alat Bukti.

Hakim bebas Memutus tan- pa harus berpatokan dengan putusan-putusan Hakim ter- dahulu. Peraturan Per-UU- an menjadi Rujukan utama.

INDONESIA Tidak Menganut Sistem Precedent/Stare Decisis Tetapi Sistem Bebas

Penggunaan Yurisprudensi Di Indonesia

Hakim Tidak Terikat Pada Preseden & Undang-undang

Menjadi Sumber Utama

KARAKTERISTIK SISTEM

HUKUM CIVIL LAW

Adanya Kodifikasi Hukum Sistem Peradilan Bersifat

Inkuisitorial

(69)

A precedent that a court must follow. A lower court as bound by an applicable holding of a higher court in the same jurisdiction (suatu preseden yang harus diikuti oleh pengadilan. Pengadilan di tingkat bawah terikat pada putusan pengadilan di atasnya dalam satu yurisdiksi yang sama).

A precedent that a court may either follow or reject, but that is entitled to respect and careful conside- ration. (suatu preseden yang oleh pengadilan boleh diikuti atau menolak, tetapi berhak untuk dihormati dan digunakan secara hati-hati sebagai pertimbang- an).

Persuasive Precedent (Preseden yang Persuasif) The Binding Force of Precedent

(Preseden yang Mengikat)

PRECEDENT SYSTEM – (NEGARA ANGLO SAXON)

Yurisprudensi Mahkamah Agung di Indonesia dapat digolongkan sebagai “Persuasive Pre- cedent”, Karena itu TIDAK WAJIB diikuti oleh Pengadilan-Pengadilan Negeri atau Tinggi, Melainkan hanya disarankan untuk diikuti.

(70)

Badan Pembinaan Hukum Nasonal (BPHN) berdasarkan penelitian pada tahun 1994/1995 merumuskan bahwa sebuah putusan dapat dikatakan sebagai yurisprudensi apabila sekurang-kurangnya memiliki 5 (lima) unsur pokok :

1) Keputusan atas sesuatu peristiwa yang belum jelas pengaturan perundang-undangannya;

2) Keputusan itu merupakan keputusan tetap;

3) Telah berulang kali diputus dengan keputusan yang sama dan dalam kasus yang sama;

4) Memiliki rasa keadilan;

5) Keputusan itu dibenarkan oleh Mahkamah Agung.

UNSUR-UNSUR YURISPRUDENSI

(71)

I. Pengantar : Peraturan Per-UU-an di bidang Hukum Administrasi (dewasa ini)

BAB II. DIMENSI NORMATIF & LANDASAN HUKUM ADMINISTRASI

SEKTORAL DAN

TIDAK

NORMATIF

Asas Praesumptio Iustae Causa sebagian besar pe- raturan sektoral tidak me- nerapkan asas ini

Diskresi dijumbuhkan de- ngan melanggar UU; Pe- nyalahgunaan wewenang dijumbuhkan dengan Pe- nyalahgunaan Sarana dan Kesempatan

Melampaui Wewenang dijumbuhkan dengan pe- nyalahgunaan wewenang KTUN dijumbuhkan dgn Keputusan Administrasi

A. SEKTORAL

Tidak ada Standard Baku menyangkut Istilah di

bidang Hukum Administrasi, Asas maupun Konsep

Tidak terdapat Sinkronisasi Asas Hukum Administrasi Tidak terdapat Pemahaman

yang sama menyangkut Konsep-konsep dalam

Hukum Administrasi

(72)

B. TIDAK NORMATIF

Tidak Normatif : Peratur- an Per-UU-an yang

Tidak Memenuhi

Standard sbg Peraturan Per-UU-an, yg

seharusnya memuat Nor- ma .

Kondisi demikian sangat berpengaruh bagi : Public Service , Penegakan Hukum, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat, dan Usaha Pemberantasan Korupsi

Kebutuhan akan

Kodifikasi Hukum Administrasi

Umum CACAT YANG PALING

MENONJOL

UU Memuat Daftar Asas (Asas bukan norma; UU seharusnya memuat nor- ma ; Asas harus dirumus- kan menjadi Norma).

Aturan yang memuat per- nyataan (bukan norma).

Tidak melakukan Perbuat- an KKN normanya apa ? (lihat Pasal 5 (4) UU No.28 Tahun 1999)

(73)

1. Asas Legalitas dlm Pelaksanaan Pemerintahan;

2. Perlindungan Hak-hak Asasi

3. Pembagian Kekuasaan Pemerin- tahan;

4. Pengawasan oleh Pengadilan

II. L A N D A S A N H A N

PRINSIP NEGARA HUKUM

PRINSIP DEMOKRASI

PRINSIP

INSTRUMENTAL

1. Kedudukan Badan Perwakilan Rakyat;

2. Keterbukaan dlm Pemerintahan

3. Peranserta Masyarakat dlm Pemrthn 4. Tidak ada Jabatan Seumur Hidup 1. HAN mrp Instrumen Yuridis untuk

mengarahkan dan mengendalikan Masyarakat;

2. Doelmatigheid & Doeltreffendheid

(74)

1. KEKUASAAN PEMERINTAHAN DALAM HAN

Legaliteitsbeginsel (Asas Legalitas)

Specialiteitsbeginsel

(Asas Spesialitas / Yuridikitas)

Actieve aard van

Bestuur / Sturen (Sifat

Aktif Pemerintahan)

(75)

1. Sturen mrp Kegiatan yang Kontinyu. Kekuasaan Pemerintahan dlm mener- bitkan Izin Mendirikan Bangunan misalnya, tidaklah berhenti dengan diter- bitkannya Izin & diberikan kpd Pemohon. Kekuasaan Pemerintahan senan- tiasa MENGAWASI agar Izin tsb digunakan & ditaati.

2. Sturen berkaitan dengan penggunaan Kekuasaan (konsep hukum publik).

Penggunaan Kekuasaan Pemerintahan sbg konsep Hukum Publik, HARUS berlandaskan Asas Negara Hukum, Asas Demokrasi, dan Asas

Instrumental.

3. Sturen menunjukkan lapangan di luar legislatif dan yudisial. Lapangan ini lebih luas dari sekedar lapangan eksekutif semata.

4. Sturen senantiasa diarahkan kepada suatu TUJUAN (Doelgericht / Terarah).

Unsur-Unsur Pembentuk Sifat Aktif Kekuasaan Pemerintahan

(Bestuur/Sturen)

(76)

KEKUASAAN TERIKAT

(GEBONDEN BEVOEGDHEID) DASAR : PRINSIP LEGALITAS

KEKUASAAN BEBAS (VRIJ BEVOEGDHEID)

DASAR : PRINSIP DISCRETIO- NARY POWER (SPESIALITAS)

BENTUK KEKUASAAN PEMERINTAHAN

(VORM VAN BESTUURSBEVOEGDHEID)

(77)

Kebebasan Interpretasi (Interpretatievrijheid)

KATEGORI SEMPIT

Kebebasan Mempertim- bangkan

(Beoordelingsvrijheid) KATEGORI ANTARA

Kebebasan Kebijaksanaan / Kebebasan Mengambil Kebijakan (Beleidsvrijheid)

KATEGORI LUAS

(78)

Kebebasan Kebijaksanaan / Mengambil Kebijakan (Beleidsvrijheid) : Ada Kebebasan Kebijaksanaan Bila Peraturan Perundang-undangan Memberikan Wewenang Tertentu Kepada Organ Pemerintahan, untuk melakukan Inventarisasi dan memperhatikan berbagai Kepentingan. Sedangkan Organ Pemerintah BEBAS Untuk Tidak Melakukannya, Meskipun Syarat-Syarat Bagi Penggunaannya Secara Sah dipenuhi). Umumnya dalam Peraturan Per- UU-an dirumuskan dengan kata DAPAT. Kategori Luas

Kebebasan Mempertimbangkan (Beoordelingsvrijheid) : Kebebasan Mempertimbangkan ada, Sejauh menurut UU Diberikan Dua Alternatif Wewenang terhadap Syarat² tertentu yang untuk Pelaksanaannya Dapat Dipilih oleh Organ Pemerintah. Atau dalam suatu Peris- tiwa Konkrit dimana untuk Pemenuhan terhadap Syarat² itu ada Pertimbangan dari Organ Pemerintah. Kategori Antara

Kebebasan Interpretasi (Interpretatievrijheid): Kebebasan yang dimiliki Organ Pemerintah untuk Menafsirkan UU. UU yang telah Jelas Batasannya, Tidak ada Interpretasi. Kate- gori Sempit

(79)

1. Dalam hal pemegang Izin tidak memenuhi kewajiban-kewajiban dalam kepu- tusan ini, Izin dapat dicabut. Kebebasan Kebijaksanaan

2. Demi ketertiban umum Gubernur dapat melarang penggunaan bahasa asing dalam reklame. Kebebasan Interpretasi / Penilaian

3. Rumusan Norma Samar (Vaguenorm) :

“Hal-hal yang belum diatur dalam keputusan ini, akan ditetapkan kemudian”.

Rumusan diatas menunjukkan ketidakjelasan. Hal-hal apa yang belum diatur ? Akan ditetapkan kemudian juga tdk jelas, syarat-syarat apa dan apa batasan- nya. Bertentangan dengan Asas Kepastian Hukum & Asas Vermoeden

van Rechtmatigheid / Praesumptio Iustae Causa.

Seyogyanya Rumusan seperti di atas ditinggalkan & tidak dipergunakan lagi.

Contoh Dalam Rumusan Peraturan Per-UU-an :

(80)

Dalam HAN : Pemerintahan Dipahami Sebagai Pemerintahan Umum

Pendekatan : Yuridis Pemerintahan, baik Secara Struktural maupun Fungsional

2. SUSUNAN ORGANISASI PEMERINTAHAN

Badan/Instansi Pemerintahan Umum yang Bertanggungjawab atas Garis Kebijaksanaan Politik Umum dan Pelaksanaannya

Disebutkan dalam UUD & Per-UU- an Pusat/Daerah

Badan/Lembaga yang dibentuk Diluar Struktur UUD (Auxiliary Bodies)

Dibentuk dengan UU, Perpres, Perda,

PerGub/Perbup/Perwal Yayasan Pemerintah, BUMN/BUMD, Swasta dengan Pengendalian

oleh Pemerintah (UU,Perpres, dll)

(81)

Tentang Susunan Pemerintahan menurut UUD, silahkan Baca UUD 1945 pasca Perubahan Pembedaan Wewenang yang Bersifat Hukum Publik

dan Hukum Privat

PENDEKATAN YURIDIS

PEMERINTAHAN

Pembedaan Surat Keputusan Pembentukan Badan yang Bersifat Hukum Publik dan Hukum Privat

Pembedaan antara Para pegawai dan Pejabat Negara (atas dasar Dekonsentrasi dan Desentralisasi)

(82)

Merupakan Sarana atau Alat-alat Yang Diperlukan dan Dipergunakan Oleh Administrasi/

Pemerintah dalam rangka Menjalankan Tugas-tugasnya.

Instrumen Pemerintahan

Gedung/Bangunan, Sarana Kantor (Meja, Kursi, Alat Tulis), Kendaraan dsb.

3. INSTRUMEN PEMERINTAHAN

Personal/Kepe- gawaian

Keuangan Ne- gara

Fisik / Material

Bersifat Yuridis 1. Sebagai Alat untuk menterjemahkan Kewenangan Pemerintah, melalui Peja- bat Pemerintah dalam menerbitkan Keputusan;

2. Sebagai Penangkal / pagar untuk Menghindari Penyalahgunaan Wewe- nang oleh Pemerintah.

(83)

2. Keputusan Administrasi

I. STRUKTUR NORMA HAN

: Bersifat Berjenjang (Bertingkat), berbeda dengan Struktur Norma Dalam Hukum Pidana dan Hukum Perdata Yang Bisa Langsung Diketahui Dalam Pasal-pasal dari UU nya (Misal : pasal yang mengatur Pencurian, Pembunuhan, Perjan- jian, Sahnya Perjanjian, dsb). Struktur Norma dalam HAN ditemukan dalam berbagai Tempat dan dalam Dua atau lebih Tingkatan dari Semua Peraturan Per-UU-an, dari tingkat yang paling tinggi (UU) sampai tingkat paling rendah (Keputusan). Struktur Norma dalam HAN dibedakan berdasarkan Sifatnya menjadi : Umum-Abstrak; Umum- Konkrit; Individual-Abstrak dan Individual Konkrit.

II. JENIS INSTRUMEN YURIDIS

:

3. Sarana Hukum Perdata

Instrumen Yuridis

1. Peraturan Perundang-undangan

(84)

Ad 1. Peraturan Perundang-undangan (Algemeen Verbindende Voorschriften)

1)Di Indonesia penjenjangan/pertingkatan peraturan per-UU-an pertama kali dilakukan melalui Ketetapan MPRS No.XX/MPRS/1966 tentang Memorandum DPR GR mengenai Sumber Tata Tertib Hukum Republik Indonesia dan Tata Urutan Peraturan

Perundangan RI, susunannya : - UUD 1945 - Ketetapan MPR

- UU + Peraturan Pemerintah Pengganti UU - Peraturan Pemerintah

- Keputusan Presiden

- Peraturan Pelaksanaan Lainnya : - Peraturan Menteri - Instruksi Menteri - dan lain-lainnya.

(85)

2). UU No.10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Pasal 7 Ayat (1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan adalah sebagai berikut : a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

c. Peraturan Pemerintah;

d. Peraturan Presiden;

e. Peraturan Daerah.

3). UU No.12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Pasal 7 Ayat (1), Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas :

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

d. Peraturan Pemerintah;

e. Peraturan Presiden;

f. Peraturan Daerah Provinsi; dan

g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

(86)

Ad 2. Keputusan Administrasi/Pemerintah (Administratieve Beslissing)

“Administratieve Beslissing (Keputusan Administrasi), adalah Keputusan yang masih dalam bentuk Pernyataan Kehendak (wilsvorming) yang dapat diwujudkan/ dituangkan ke dalam berbagai bentuk”. Keputusan Administrasi merupakan manifestasi responsivitas sosial dari hukum yang dilakukan oleh Badan Administrasi.

Administratieve Beslissingen (Keputusan² Administrasi)

PLAN (Rencana)

CONCRETE NORMGEVING (Norma Jabaran)

BELEIDREGELS – Pseudo Wetgeving

(Peraturan Kebijaksanaan, Per-UU-an Semu)

BESCHIKKING (Keputusan - Individual) BESLUIT (Keputusan – Umum)

REGERINGS/VERORDENING (Pengaturan)

(87)

1) Merupakan Keputusan Pelaksanaan (Politiek Daad);

2) Sifat Keputusan adalah Umum-Abstrak;

3) Berlaku Terus-menerus (dauer haflig);

4) Disebut Juga sebagai Delegated Legislation.

a. REGERINGS / VERORDENINGS

(PENGATURAN)

(88)

Adalah “Keputusan Tertulis dari suatu Badan Pemerintahan, yang berisi Tindakan Hukum Publik”. Kata-kata "tindakan hukum publik" menyiratkan bahwa harus ada efek hukum publik yang dituju (Pasal 1 : 3 paragraf 1 AWB – Algemene Wet Bestuurrecht/UU Hukum Administrasi Umum Belanda, Kodifikasi 1993). Tindakan hukum publik secara khusus diartikan sebagai “Besluit” apabila dituangkan dalam bentuk Tertulis.

JENIS BESLUIT

Besluit dalam banyak kasus didahului dengan permohonan/permintaan terlebih dahulu (Pasal 1: 3 paragraf 3 AWB memberikan definisi :” een verzoek van een belanghebbende, een besluit te nemen.” -"Permintaan dari Pihak yang Berkepentingan, untuk membuat Ke- putusan").

Pihak Berkepentingan adalah Mereka yang mempunyai kepentingan dan terkait secara langsung dengan suatu Besluit.

b. BESLUIT

Ditujukan untuk Individu : Beschikking

Ditujukan untuk Umum : Besluit van Algemene Strekking

(89)

Tahap-tahap dikeluarkannya Besluit menyangkut hal-hal pokok sbb :

1. Kecermatan dan Pertimbangan Kepentingan (Pengetahuan yang memadai tentang Fakta yang Relevan, Larangan Detournement de Pouvoir, mempertimbangkan Kepentingan terkait);

2. Prosedur Persiapan;

3. Pengajuan Permohonan/Permintaan;

4. Rancangan Besluit;

5. Peranserta berupa Nasihat dan Pengajuan Keberatan;

6. Besluit;

7. Penyampaian Pengumuman dan Pemberian Alasan.

Bentuk-bentuk KHUSUS dari Besluit : - Beschikking;

- Subsidie;

- Beleidregels

(90)

Istilah Beschikking di Belanda diperkenalkan oleh Van der Pot dan Van Vollenhoven, se- hingga A.M Donner & van Wijk/Konijnenbelt menyebutnya sebagai “Bapak”

Beschikking. Masuk di Indonesia melalui Prins.

Di Perancis disebut Acte Administratif, di Jerman oleh Otto Meyer disebut Verwaltungsakt

Kuntjoro Purbopranoto menyarankan istilah “Ketetapan” di Indonesia sudah mempunyai arti Yuridis Teknis sebagai Keputusan MPR, maka seyogyanya Beschikking diartikan sebagai “Keputusan” BUKAN “Ketetapan”.

Van Vugt dan De Waard mengartikan Beschikking (Keputusan) sebagai Suatu Tindakan Hukum Publik yang ditujukan kepada Seseorang tentang Objek tertentu.

Prins mengartikan Beschikking sebagai Suatu Tindakan Hukum yang bersifat Sepihak dalam bidang Pemerintahan, dilakukan oleh suatu Badan Pemerintah berdasarkan Wewenang yang Luar Biasa.

c. BESCHIKKING (KEPUTUSAN/KEPUTUSAN TUN/ KETETAPAN)

(91)

Pengertian yang disampaikan Prins mengandung 5 (lima) Unsur, yaitu :

1. Adanya Tindakan Hukum;

2. Bersifat Sepihak;

3. Dalam Bidang Pemerintahan;

4. Dilakukan oleh Badan Pemerintah;

5. Berdasarkan Wewenang yang Luar Biasa.

Adanya Tindakan Hukum :

Sebagai Tindakan Hukum, Beschikking (Keputusan) itu akan melahirkan Hak dan/atau Kewajiban – yang lazim disebut Keputusan Positif. Misal : Sertifikat Tanah “memberikan Hak” kepada orang yang namanya tercantum di dalam Sertifikat untuk menggunakan tanahnya secara leluasa dan “meletakkan Kewajiban” untuk membayar Pajak atas Tanah.

Bersifat Sepihak :

Tindakan Hukum harus bersifat Hukum Publik (Publiekrechtelijk) yang bersifat Memaksa dan bukan hanya Mengatur. Misal : Pencabutan Hak Milik atas tanah seseorang untuk Kepentingan Umum (contoh : Pelebaran Jalan), harus berdasarkan Peraturan Per-UU-an.

(92)

Dalam Bidang Pemerintahan :

Perbuatan yang dilakukan Badan Pemerintah Khusus dalam “Lapangan Pemerintahan”

karena sesuai dengan fungsi Bestuur sebagai Badan yang melaksanakan UU. Keputusan berfungsi merealisasikan Peraturan Per-UU-an ke dalam suatu peristiwa yang Konkrit.

Dilakukan oleh Badan Pemerintah :

Membuat Keputusan adalah Perbuatan Pemerintah yang khusus dilakukan oleh Badan- badan Pemerintah (Bestuur), seperti Menteri, Gubernur, Walikota, Bupati, dsb.

Wewenang Luar Biasa :

Kekuasaan diperoleh dari UU yang diberikan khusus/istimewa kepada Pemerintah (Bestuur), tidak diberikan kepada badan-badan swasta.

Pendapat Beschikking sebagai Keputusan : Prins, Kuntjoro Purbopranoto, Philipus M Hadjon, Marbun, Djenal Hoesin, Muchsan.

Pendapat Beschikking sebagai Ketetapan : E. Utrech, Bagir Manan, Sjahran Basah.

(93)

Beschikking Menurut Van Vollenhoven :

Beschikking Merupakan Perbuatan Hukum Sepihak oleh Administrasi Negara dalam rangka Realisasi Suatu Kehendak atau Ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang :

1. Secara Nyata (Concreet);

2. Kasuistik (Casuistis); dan

3. Individual (Individualiserend).

Sebagai Perbuatan Hukum, Tindak/Perbuatan Administrasi Negara akan melahirkan Hak dan Kewajiban;

Sepihak : tinda

Referensi

Dokumen terkait

o Hukum privat, Hukum Privat adalah hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dengan orang yang lain, dengan menitik beratkan pada kepentingan

(3) Anggaran dasar badan hukum pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi, dapat menetapkan wakil unsur lain sebagai anggota organ representasi pendidik selain

(3) Anggaran dasar badan hukum pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi, dapat menetapkan wakil unsur lain sebagai anggota organ representasi pendidik

2) Badan hukum publik (Negara, Propinsi, Instansi Pemerintah dan sebagainya) maupun privat (Perseroan Terbatas, Koperasi, Yayasan dan sebagainya) boleh berperkara dengan

Jabatan Struktural dalam Gereja Protestan Maluku ditandai dengan adanya kedudukan sebagai pemimpin satu badan dan atau unit kelembagaan tertentu pada Pola Organisasi GPM

(4) Dalam hal terjadi lowongan jabatan Wakil Sekretaris, jabatan tersebut hanya dapat diisi oleh salah seorang Anggota Dewan Pembina Wilayah/Cabang, dan Pimpinan Badan

Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dan Uraian Serta Tata Kerja Perangkat daerah Bidang Cipta Karya dalam Struktur Organisasi Pemerintah Kota Payakumbuh.. Badan Perencanaan

Menurut pendapat para kalangan sarjana Jerman bahwa kriteria untuk membedakan badan hukum publik dengan badan hukum privat adalah kekuasaan sebagai penguasa, yaitu badan hukum publik