27
Naskah masuk : 17/04/2023, revisi pertama : 24/04/2023, revisi kedua : 08/05/2023, revisi terakhir :22/05/2023.
Pemisahan Pasir Besi menggunakan Metode Jigging dengan Variabel Ukuran dan Stroke
Separation of Iron Sand using Jigging Method with Size and Stroke Variables Muhammad Yoga Fadilla 1*, Subandrio1, Christin Palit1, Wiwik Dahani1, Fadliah1
1 Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti, Jalan Kyai Tapa No.1, Tomang, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, 11440
*E-mail untuk korespondensi (corresponding author): [email protected]
ABSTRAK – Mineral pasir besi memiliki nilai ekonomis yang bermanfaat untuk kehidupan manusia. Pasir besi yang terdapat mineral seperti oksida besi, ilmenit, magnetit, hematite yang dibentuk dan tercuci oleh gelombang sehingga dalam proses pembentukannya terdapat sejumlah pengotor berupa kuarsa, piroksen, dan lain-lain.
Pasir besi merupakan mineral besi yang memiliki perbedaan berat jenis dengan mineral kuarsa dan lain-lain. Oleh karena itu penelitian ini memiliki tujuan untuk melakukan pemisahan dengan perbedaan berat jenis antara mineral berharga dan mineral pengotornya (tailing) menggunakan metode Jigging guna meningkatkan kadar mineral berharga. Recovery yang didapatkan dengan pemisahan menggunakan metode perbedaan berat jenis ini mendapatkan kesimpulan bagaimanakah yang lebih efektif dalam pemisahannya. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini berupa variasi ukuran pasir besi dan pukulan atau stroke, dari penelitian ini didapatkan hasil paling efektif pada ukuran material 100 mesh dengan pukulan atau stroke 35 dengan perolehan konsentrat sebanyak 167,4 gram dan tailing 12,27 gram dengan nilai recovery sebesar 94,99%.
Kata kunci: Konsentrat, Pasir Besi, Jig, Recovery, Variasi ukuran, pukulan atau stroke.
ABSTRACT – Iron sand minerals have economic value that is beneficial to human life. Iron sand contains minerals such as iron oxide, ilmenite, magnetite, hematite which are formed and washed by waves so that in the formation process there are a number of impurities in the form of quartz, pyroxene, and others. Iron sand is an iron mineral that has a different specific gravity with quartz minerals and others. Therefore, this study has the objective of separating valuable minerals and their impurities (tailings) using the Jigging method to increase the levels of valuable minerals. The recovery obtained by separating using the difference in specific gravity method draws conclusions about which method is more effective in separating it. The variables used in this study were variations in the size of iron sand and blows or strokes. From this study, the most effective results were found on material size 100 mesh with 35 strokes with a gain of 167.4 grams of concentrate and 12.27 grams of tailings with a recovery value of 94.99%.
Keywords: Concentrate, Iron Sand, Jig, Recovery, Variation in size, punch or stroke.
PENDAHULUAN
1
Indonesia memiliki akan kekayaan alam yang salah satunya merupakan sumberdaya mineral pasir besi,
2
di garis pantai Indonesia yang sangat panjang terdapat potensi pasir besi dengan jumlah sumberdaya
3
bertotal beserta cadangan 4.290 juta ton dan 750 juta ton derajat kemagnetan endapan pasir
4
mencapai 65% dan pula kandungan Fe total dari konsentrat pasir besi mencapai 45%. Pasir besi yang
5
merupakan sumber besi yang pemanfaatannya masih kurang optimal, oleh karena itu hanya di
6
gunakan sebagai bahan tambahan pada pabrik semen. Sementara pemanfaatan pasir besi di
7
internasional pasir besi di gunakan sebagai bahan baku pembuatan baja.
8
9
28
Naskah masuk : 17/04/2023, revisi pertama : 24/04/2023, revisi kedua : 08/05/2023, revisi terakhir :22/05/2023.
Setiap tahun kebutuhan pasir besi meningkat pada skala internasional, beberapa tahun terakhir
10
permintaan pasir besi dan pembuatan baja dunia semakin tinggi, di Indonesia seiring dengan
11
peningkatan infrastruktur industri dan perkembangan jaman yang cenderung meningkat dalam
12
penggunaan baja maka kebutuhan pasir besi pun kian meningkat. Pada tahun 2014 penggunaan baja
13
indonesia sekitar 13,4 juta ton dengan total produksi 8 juta ton, pada tahun 2015 penggunaan baja
14
Indonesia sekitar 15 juta ton dengan produksi total 8 juta ton menurut dari data SEAISI (south east asia
15
iron and steel institute).
16 17
Pengolahan bahan galian merupakan suatu proses pengolahan yang dalam suatu prosesnya
18
memanfaatkan suatu perbedaan sifat fisik pada bahan galian yang ingin di ujinya. Perlu di lakukan
19
pengolahan mineral karena pada biasanya mineral yang di temukan sudah tidak begitu berharga akibat
20
adanya mineral pengotor yang teralu banyak dan perlu di olah agar mendapatkan peningkatan kadar,
21
untuk meningkatkan kadar tersebut metode gravitasi konsentrasi merupakan salah satu metode yang
22
dapat memisahkan pasir besi dari mineral pengotornya.
23 24
Jig merupakan alat pengolahan bahan galian mineral dengan metode gravitasi konsentrasi yang
25
digunakan meningkatkan kadar mineral pada bahan galian pasir besi, dengan melalui prinsip
26
perbedaan berat jenis. Penelitian ini akan membahas pemisahan pasir besi dengan mineral yang
27
lainnya, agar mendapatkan konsentrat dan recovery yang ideal berdasarkan perbedaan berat jenis
28
menggunakan alat jig. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah fraksi ukuran mesh +100, -
29
100 +170, -170 +250 dan variasi pukulan 25, 35, 45.
30 31
METODE
32
33
Penelitian ini melakukan metode pendekatan kuantitatif dengan metode yang di gunakan pada
34
penelitian ini adalah action research (penelitian tindakan) dengan penjelasan uji deskriptif yang
35
menggunakan analisa kuantitatif dan memiliki arti bahwa suatu langkah nyata dalam mencari cara
36
paling tepat untuk memperbaiki keadaan tertentu. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan data-
37
data berupa angka yang nanti akan di analisa hubungan variabel dengan data yang di dapat.
38 39
Metode Jig Concentrator
40
41
Jig merupakan metode konsentrasi gravitasi tertua. Dalam pemisahan menggunakan alat ini biasanya
42
relatif menggunakan bahan kasar, semakin besar perbedaan berat jenis material maka pemisahan
43
akan semakin bagus.
44 45
Jig adalah alat untuk proses pemisahan material dari pengotornya dengan berdasarkan berat jenis dari
46
material tersebut dengan aliran fluida vertikal. Jig meggunakan aliran fluida yang tipis sehingga jig
47
sering disebut flowing film concentration. Didalam proses jig terdapat perlapisan pada partikel yang
48
dipisahkan. Ini terjadi karena material yang terpisahkan berdasarkan berat jenis material yang
49
dipisahkan.
50 51
Mekanisme kerja pada jig akan langsung berkaitan dengan pengendapan secara umum cara kerja
52
mekanisme jigging dilakukan tahapan :
53
54
1. Percepatan awal Differensial
55
Dalam waktu yang relatif singkat partikel dengan berat jenis lebih besar akan mempunyai jarak tempuh
56
yang lebih besar pula dari pada partikel yang berat jenisnya lebih kecil (differential acceleration).
57
Percepatan awal dari partikel tidak bergantung pada ukuran dan bentuk partikel tersebut, tetapi
58
dipengaruhi oleh berat jenis partikel dan fluida yang digunakan.
59
60
61
29
Naskah masuk : 17/04/2023, revisi pertama : 24/04/2023, revisi kedua : 08/05/2023, revisi terakhir :22/05/2023.
2. Hindered Settling
62
Hal ini menunjukkan bahwa bukan pengendapan bebas dari satu partikel, melainkan dari sekelompok
63
partikel yang menjadi satu sehingga terbentuk seperti suatu perlapisan. Efek hindered settling akan
64
menyebabkan partikel yang lebih berat akan mengalami settling lebih cepat dibandingkan partikel
65
yang lebih ringan.
66 67
3. Consolidation Trickling
68
Mekanisme menunjukkan bahwa partikel kecil dapat lolos di antara partikel besar. Terbentuknya
69
lapisan stratifikasi mineral, dimana lapisan paling bawah di tempati mineral berat berukuran besar dan
70
diatasnya ada mineral berat dan ringan memiliki pengendapan sama. Lalu ada material berukuran kecil
71
dan ringan memiliki pengendapan terlama, namun adanya gaya gravitasi yang membuat partikel kecil
72
masuk dalam celah rongga.
73 74
Media yang digunakan dalam pemisahan gravitasi adalah fluida, yang dapat berupa air atau udara.
75
Biasanya media pemisahnya adalah air. Dalam medium fluida, partikel bergerak sesuai dengan
76
kepadatan dan ukurannya.
77 78
Pemisahan gaya berat adalah operasi pemusatan atau pemisahan satu atau lebih mineral dari mineral
79
lain, perbedaan massa jenis digunakan untuk memisahkan berat jenis mineral yang akan dipisahkan.
80
Mineral yang terkandung di dalam bijih akan bereaksi terhadap gravitasi sesuai dengan nilai
81
densitasnya. Mineral dengan massa jenis tinggi umumnya disebut mineral berat, sedangkan mineral
82
dengan massa jenis rendah disebut mineral ringan.
83 84
XRF (X-Ray Fluoresence)
85
86
XRF merupakan alat yang digunakan untuk menganalisis komposisi kimia dan konsentrasi unsur-unsur
87
dalam suatu sampel dengan menggunakan spektroskopi secara kuantitatif. XRF biasanya digunakan
88
untuk menganalisis unsur-unsur dalam mineral atau batuan.
89 90
XRD (X-Ray Diffraction)
91
92
Difraksi sinar-X (XRD) adalah teknik non-destruktif untuk menganalisis struktur bahan kristal atau semi-
93
kristal, XRD (X-Ray Diffraction) merupakan salah satu metode analisis yang efektif dalam
94
mendeskripsikan batuan dan suatu senyawa kimia tertentu dalam wujud padat dengan menggunakan
95
difraksi/pantulan sinar X. Sinar X merupakan radiasi elektromagnetik yang dihasilkan oleh deselerasi
96
partikel dengan kecepatan tinggi secara tiba-tiba. Voltase tinggi dalam tabung sinar X menghasilkan
97
elektron yang lalu ditembakkan pada logam target (anode) sehingga menghasilkan sinar X yang
98
memancar ke segala arah.
99 100
Rumus Recovery Dan Kriteria Konsentrasi
101
102
Tingkat perolehan Recovery adalah perbandingan antara berat logam mulia dalam konsentrat dan
103
berat logam mulia dalam umpan, dinyatakan dalam persentase (%).
104 105
𝑅 = 𝐶 𝑥 𝑐
(𝐶 𝑥 𝑐)+(𝑇 𝑥 𝑡) 𝑥 100% (1)
106 107
Keterangan:
108 109
R = Recovery (%)
110
30
Naskah masuk : 17/04/2023, revisi pertama : 24/04/2023, revisi kedua : 08/05/2023, revisi terakhir :22/05/2023.
C = Kadar Konsentrat (Gr)
111
c = Kadar Konsentrat Setelah XRF (%)
112
T = Kadar Tailing (Gr)
113
t = Kadar Tailing Setelah XRF (%)
114
115
Besaran yang dapat digunakan untuk memprediksi apakah operasi konsentrasi berdasarkan gravitasi
116
dapat dilakukan dengan mudah atau sulit.
117 118
𝐾𝐾 =(𝜌𝑏−𝜌𝑓)
(𝜌𝑟−𝜌𝑓)
(2)
119 120
Keterangan:
121 122
KK = Kriteria Konsentrasi,
123
ρb = spesifik gravity mineral berat
124
ρr = spesifik gravity mineral ringan
125
ρf = spesifik gravity fluida
126
127
HASIL DAN PEMBAHASAN
128
129
Dalam penelitian ini, alat jigging yang digunakan menggunakan variasi pukulan atau stroke 25, 35 dan
130
45, pasir besi sebagai umpan yang digunakan dalam percobaan ini telah di lakukan pengayakan oleh
131
peneliti sehingga didapatkan variasi ukuran +100, -100 +170, dan -170 +250 satuan mesh. Sampel pasir
132
besi tersebut sudah dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 100º dan di bersihkan dari kotoran
133
yang terlihat dari asalnya. Sampel pasir besi tersebut sudah dilakukan pula metode riffling agar
134
pendistribusian merata terhadap kualitasnya dan sama setiap variasi ukuran.
135 136
XRD Dan XRF Sampel Raw
137
138
139
Gambar 1. Grafik Hasil XRD Sampel Raw140
141
142
143
144
145
31
Naskah masuk : 17/04/2023, revisi pertama : 24/04/2023, revisi kedua : 08/05/2023, revisi terakhir :22/05/2023.
146 147
Tabel 1. Hasil XRD Software Match!
148
Kode
Warna Komposisi Nama Senyawa
Analisis Kuantitatif
%
Fe2 O3 Hematite 21,6
Al2 O3 Corundum 1,6
Ca O Lime 7
Fe3 O4 Magnetite 14,8
Si O2 Silicon Dioxide 52.1
149
Berdasarkan hasil Tabel 1 dan Gambar 1 maka sampel pasir besi sebelum dilakukan pengolahan
150
mengandung senyawa Fe2 O3 hemtite sebesar 21,6%, Al2 O3 corundum sebesar 1,6%, Ca O lime
151
sebesar 7%, Fe3 O4 magnetite sebesar 14,8 %, Si O2 silikon dioxide 52,1%.
152 153
Tabel 2. Hasil Uji XRF Pasir Besi Raw
154
Komponen Konsentrat Unit
Al 11 %
Si 34,5 %
P 0,62 %
K 0,85 %
Ca 22,5 %
Ti 1,78 %
V 0,082 %
Cr 0,12 %
Mn 0,51 %
Fe 26,8 %
Ni 0,03 %
Cu 0,11 %
Sr 0,58 %
Eu 0,4 %
Yb 0,07 %
Re 0,27 %
155
Berdasarkan Tabel 2., pasir besi dapat awal yang peneliti gunakan sebelum dilakukan pengolahan Fe
156
atau besi sebesar 26.8%.
157 158
Data Perolehan Konsentrat Dan Tailing
159
160
Pasir besi yang digunakan oleh peniliti sudah melalui proses homogenisasi menggunakan teknik
161
riffling, dan pengayakan dengan alat sieve shaker untuk mendapatkan ukuran yang diinginkan oleh
162
peneliti, selanjutnya dilakukan pemisahan dengan menggunakan alat jigging untuk memisahkan
163
antara mineral berharga dan mineral pengotornya ditampilkan Tabel 3.
164
165
166
167
32
Naskah masuk : 17/04/2023, revisi pertama : 24/04/2023, revisi kedua : 08/05/2023, revisi terakhir :22/05/2023.
Tabel 3. Data Perolehan Konsentrat Dan Tailing
168
Test Feed (gr) Variabel Experiment
Konsentrat (gr) Tailing (gr)
Pukulan Mesh
1
250
25 +100 121,60 18,12
2 25 -100 +170 97,45 47,73
3 25 -170 +250 100,81 56
4 35 +100 167,40 12,27
5 35 -100 +170 179,03 28,34
6 35 -170 +250 131,94 54,73
7 45 +100 183,99 27,79
8 45 -100 +170 200,95 39,94
9 45 -170 +250 160,10 41,33
169
Dari perolehan konsentrat dan tailing sampel pasir besi yang dilakukan pengolahan menggunakan jig
170
untuk peningkatan kadar mineral berharga, dapat dilihat bahwa dari ketiga ukuran sampel yang paling
171
efisien pada ukuran sampel 100 mesh diaplikasikan dengan pukulan 5 Karena menghasilkan recovery
172
paling efisien, namun pada sampel ukuran tersebut saat di aplikasikan dengan pukulan 25,
173
menghasilkan konsentrat paling sedikit diantara sampel dengan ukuran lainnya. Hal ini disebabkan
174
karena pukalan 25 terlalu lemah dalam gaya suction dan pulsion pun melemah dan juga terhalang oleh
175
jig screen lalu terbawa aliran air kedalam penampungan tailing.
176 177
Kemudian, pengaturan pukulan atau stroke yang tinggi maka semakin besar pula konsentrat yang
178
dihasilkan karena pada pukulan 45 yang merupakan varibel tertinggi mengakibatkan gaya pulsion dan
179
suction juga meningkat, sehingga material yang masuk kedalam konsentrat lebih banyak akibat suction
180
yang kuat, namun saat terjadi pulsion menyebabkan dorongan kuat pula yang mana membuat material
181
masuk kedalam penampungan tailing lebih banyak pula.
182 183
Hasil Setelah XRF Pengolahan Konsentrat Dan Tailing Fe
184
185
Tabel 4. Hasil Setelah XRF Pengolahan Konsentrat Dan Tailing Fe
186
Test
Variabel Experiment
Konsentrat Fe
(%) Tailing Fe (%) Pukulan
Fraksi Ukuran (Mesh)
1 25 -80 +100 45,98 32,6
2 25 -100 +170 41,1 31,4
3 25 -170 +250 50,54 36,6
4 35 -80 +100 47,27 34
5 35 -100 +170 46,1 30,1
6 35 -170 +250 46,65 35,3
7 45 -80 +100 45,4 34,4
8 45 -100 +170 46,68 35,2
9 45 -170 +250 46,88 35,2
187
Terlihat dari Tabel 4 bahwa adanya peningkatkan kadar Fe yang telah dilakukan pemisahan dengan
188
sampel awal Fe 26,8 % dan setelah dilakukan proses jigging mendapatkan hasil tertinggi pada variabel
189
pukulan 25 diaplikasikan dengan fraksi ukuran 250 mesh dengan jumlah kadar Fe pada konsentrat
190
sebesar 50,54 %, namun memiliki kadar Fe pada tailing tertinggi pula yaitu sebesar 36,6 %.
191
33
Naskah masuk : 17/04/2023, revisi pertama : 24/04/2023, revisi kedua : 08/05/2023, revisi terakhir :22/05/2023.
192
Perolehan Nilai Konsentrat
193
194
Recovery itu sendiri merupakan nilai perbandingan antara logam berharga dalam perolehan
195
konsentrat dengan logam berharga dalam umpan yang dinyatakan dalam persen (%). Recovery
196
memiliki peran sangat penting untuk kandungan yang terdapat dalam logam berharga di sampel yang
197
telah dilakukan pengolahan karena keuntungan dan kerugian dalam pengolahan memiliki biaya
198
tersendiri yang tidak murah.
199 200
Tabel 5. Perolehan Nilai Recovery
201
Test
Variabel Experiment
Recovery (%) Pukulan Fraksi ukuran
(mesh)
1 25 +100 90,44
2 25 -100 +170 72,76
3 25 -170 +250 71,31
4 35 +100 94,99
5 35 -100 +170 90,63
6 35 -170 +250 76,11
7 45 +100 89,73
8 45 -100 +170 86,96
9 45 -170 +250 83,7
202
Hal ini menunjukan bahwa material yang berukuran kecil akan menghasilkan recovery yang kurang
203
baik. Dalam hal ini pengolahan akan mengalami kerugian. Material yang kecil akan memiliki berat jenis
204
yang kecil pula sehingga pengolahan tidak baik karena partikel terlalu ringan dan mudah terbawa arus
205
air dan juga ada gaya pulsion atau gaya dorongan dari alat jigging tersebut yang mengakibatkan
206
material akan terhempas menuju tailing.
207 208
Begitu pula untuk material berukuran lebih besar, hasil recovery menunjukan hasil yang bagus namun
209
kurang memuaskan, hal ini disebabkan material pengotor ikut terbawa oleh gaya suction atau gaya
210
hisapan yang diakibatkan oleh alat jigging sehingga material pengotor tersebut masih terdapat
211
didalam penampungan konsentrat.
212 213
Pengaturan pukulan juga sangat berpengaruh dalam penelitian ini. Semakin kecil pukulan maka gaya
214
suction dan pulsion pun akan semakin kecil hal ini menyebabkan aliran air pada jig screen tidak
215
bergelombang atau lebih tenang. Semakin besar pukulan maka gaya suction dan pulsion pun akan
216
semakin besar hal ini menyebabkan aliran air pada jig screen bergelombang sangat kuat. Sehingga
217
terlalu kecil dan besar pengaturan pukulan mengakibatkan terlalu lemah dan terlalu kuatnya suction
218
dan pulsion, menyebabkan penurunan dalam perolehan recovery Fe dengan peningkatan perolehan
219
kadar tailing yang didapatkan dalam penampungan tailing.
220 221
KESIMPULAN DAN SARAN
222
223
1. Recovery Fe menurun diakibatkan oleh pukulan yang terlalu rendah maupun terlalu tinggi. Ukuran
224
partikel juga mempengaruhi hasil dari recovery Fe. Semakin besar ukuran partikel maka semakin
225
meningkat juga perolehan recovery Fe.
226
34
Naskah masuk : 17/04/2023, revisi pertama : 24/04/2023, revisi kedua : 08/05/2023, revisi terakhir :22/05/2023.
2. Semakin kecil fraksi ukuran pasir besi, maka pengolahan tidak optimal karena dengan ukuran yang
227
lebih kecil, maka massa dari material tersebut juga semakin kecil, sehingga material akan mudah
228
terbawa oleh aliran air yang disebabkan oleh pukulan atau stroke menuju penampungan tailing.
229
3. Fraksi ukuran dan variasi pukulan paling optimal adalah pada ukuran tertahan 100 mesh dan
230
pukulan 35 yang didapatkan berat konsentrat 167,44 gram dengan tailing 12,27 gram dengan nilai
231
recovery sebesar 94,99%.
232 233
DAFTAR PUSTAKA
234
235
S. Samad and N. Nurany, “Perhitungan Sumberdaya Pasir Besi di Desa Tuada Kecamatan Jailolo
236
Kabupaten Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara,” J. GEOMining, vol. 2, no. 1, pp. 24–30, 2021.
237 238
P. M. Hilman et al., “PASIR BESI DI INDONESIA Geologi, Eksplorasi dan Pemanfaatannya,” Pus. Sumber
239
Daya Geol. - Badan Geol. Kementeri. Energi dan Sumber Daya Miner., pp. 1–141, 2014.
240 241
A. D. Febrianto, L. Y. Irawan, A. Barid, A. Yulina, and B. Robita, “Kajian ekologis penambanganpasir besi
242
beserta dampaknya terhadap keberlangsungan pariwisata pantai (Studi Kasus Pantai Dlodo,
243
Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur),” J. Georafflesia, vol. 3, no. 2, pp. 45–61, 2018.
244 245
T. D. S. Mineral, “Pedoman Teknis Eksplorasi Pasir Besi,” Pus. Sumber Daya Geol., pp. 1–17, 2005.
246
Environmental Protection Agency (EPA), “Appendix c.2 procedures for laboratory analysis of
247
surface/bulk dust loading samples 7/93,” vol. 93, pp. 1–9, 1995.
248 249
G. J. LYMAN, “Review of Jigging Principles and Control,” Coal Prep., vol. 11, no. 3–4, pp. 145–165, Jan.
250
1992, doi: 10.1080/07349349208905213.
251 252
D. V. Subba Rao and D. V. Subba Rao, “Gravity concentration,” Miner. Benef., no. Chapter 9, pp. 83–
253
98, 2012, doi: 10.1201/b11327-15.
254 255
B. A. Wills and J. A. Finch, “Introduction,” Wills’ Miner. Process. Technol., pp. 1–27, 2016, doi:
256
10.1016/b978-0-08-097053-0.00001-7.
257 258
R. K. Sari, “Potensi mineral batuan tambang bukit 12 dengan metode XRD, XRF dan AAS,” Eksakta, vol.
259
2, no. Juli, pp. 13–23, 2016.
260 261
[D. D. Wicaksono, N. I. Setiawan, W. Wilopo, and A. Harijoko, “Teknik Preparasi Sampel dalam Analisis
262
Mineralogi dengan XRD di Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,”
263
Proceeding Semin. Nas. Kebumian ke-10, no. September, pp. 1864–1880, 2017.