• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Budaya Tabe’ Suku Bugis Sebagai Tata Krama Adat di Kelurahan Boyaoge

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Implementasi Budaya Tabe’ Suku Bugis Sebagai Tata Krama Adat di Kelurahan Boyaoge"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

___________________________________________Jurnal Randai

Vol. 3 No.2 Januari 2023 ISSN 2723-4657 54

IMPLEMENTASI KEARIFAN LOKAL SUKU BUGIS

BUDAYA TABE’ SEBAGAI TATA KRAMA ADAT MASYARAKAT DI KELURAHAN BOYAOGE KOMPLEKS CEMANGI

Sri Wahyuni1, Roy Kulyawan2

Email: r[email protected]1, [email protected]2

Program Studi Pendidikan Pancasila Dan Kewargenagaraan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah

ABSTRAK

Indonesia mempunyai berbagai macam kebudayaan. Hampir setiap pulau di tinggali oleh suku dan ras dan tiap-tiap suku dan ras mempunyai kebudayaannya sendiri. namun seiring berkembangnya zaman, kebudayaan di indonesia mulai luntur. hal ini dikarenakan semakin berkembangnya teknologi yang mempunyai dampak negatif terhadap kebudayaan indonesia. Seperti hal nya budaya Tabe’ sebagai tata krama adat masyrakat. Hal tersebut lah yang melatar belakangi penelitian ini untuk membuktikan apakah implementasi budaya Tabe’ ini juga sudah tergerus oleh dampak negatif dari perkembangan teknologi. Jenis penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Sumber data di ambil berdasarkan sumber data sekunder yaitu pengamatan dan observasi.

Hasil jurnal ini mengungkapkan pemahaman dan peng-implementasian masyarakat terhadap budaya Tabe’ yang berkaitan dengan norma hukum suku Bugis sebagai bentuk kesopanan dan saling menghormati sesama manusia.

Budaya Tabe’ (Permisi) merupaan ialah budaya yang sangat indah yang ditinggalan oleh leluhur, yang mewariskan sopan santun yang tidak hanya melalui ucapan tetapi juga dengan gerakan tangan. Hal ini perlu tetap dijaga karena tidak hanya diperuntukkan kepada yang muda melakukan ke yang lebih tua tetapi juga sebaliknya. Budaya Tabe’ pada umumnya adalah sikap menghargai orang lain yang masih muda,sebaya atau lebih tua,nilai-nilai yang terkandung dalam budaya Tabe’ adalah,sipakatau (Tidak membeda-bedakan semua orang/saling menghormati), sipakalebbi (Saling menghargai), Sipakainge (Saling mengigatkan). Sekarang ini perkembangan Budaya Tabe’

perlahan-lahan mulai luntur dalam masyarakat,khusunya pada kalangan anak- anak dan remaja.Mereka tidak lagi memiliki sikap Tabe’ dalam dirinya. Entah itu karena orang tua yang tidak mengajarkan sebelumnya ataukah karena faktor

(2)

Jurnal Randai____________________________________________

55 Vol. 3 No.2 Januari 2023 ISSN 2723-4657

dari teman sebayanya. Mereka tidal lagi menghargai orang yang lebih tua dari mereka,melewati tanpa mengatakan Tabe’ (permisi), atau melakukan dengan cara pergerakan.Bahkan yang sering terjadi banyak anak-anak yang memanggil kata ‘BROO’ pada orang yang lebih tua darinya.Padahal sopan santun itu jika digunakan akan mencegah banyak keributan,akan mencegah keributan,melainkan akan memperar suatu rasa persaudaraan (silahturahmi).

Kemudian, saran terhadap Generasi muda agar mau kembali ikut serta dalam melestariakn budaya Tabe’ suku Bugis ini agar tidak hilang dalam kehidupan masyarakat. Jangan sampai budaya asing menghilangkan budaya tersebut.

Kata Kunci : Budaya, Pemahaman, Implementasi

1. PENDAHULUAN

Suatu asumsi dasar bahwa komunikasi berhubungan dengan perilaku manusia dan kepuasan terpenuhinya kebutuhan berinteraksi dengan manusia - manusia lainnya. Hampir setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orang-orang, dan kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai jembatan untuk mempersatukan manusia-manusia yang tanpa berkomunikasi akan terisolasi.

Berkomunikasi berfokus pada pemberian makna kepada perilaku.pemberian disini berarti bahwa kita memberikan makna yang telah kita miliki kepada perilaku yang kita observasi dilingkungan kita. Berbagai makan ini telah tumbuh sepanjang hidup kita sebagai akibat dari pengaruh budaya kita terhadap kita dan sebagai hasil dari pengalaman- pengalaman pribadi dalam budaya. Budaya dan komunikasi tak dapat dipisahkan oleh karena budaya tidak hanya menentukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa, dan kondisikondisinya untuk mengirim, memperhatikan dan mentafsirkan pesan. Bila budaya beraneka ragam, maka beraneka ragam pula praktik-praktik komunikasi

Setiap komunitas masyarakat dari berbagai suku berbeda memiliki budayanya sendiri-sendiri, ketika di suatu tempat terjadi pencampuran budaya lokal setempat, pergeseran budaya dari budaya asal tidaklah menjadi konflik komunal yang meresahkan, sebab banyak contoh di berbagai daerah di nusantara setiap etnis yang menimpati suatu wilayah mengusung budayanya sendiri tanpa membuat budaya asli setempat “ternodai”

walaupun telah terjadi pencampuran budaya dai berbagai suku yang menempati budaya tersebut.

Seperti hal nya di Wilayah Kelurahan Boyaoge Kompleks Cemangi banyak suku yang mendiami daerah ini namun belum pernah terjadi gesekan budaya yang menimbulkan konflik justru masyarakat mampu bersifat terbuka dan menciptakan kehidupan yang rukun dari beragam budaya, suku dan bangsa.

Membahas soal budaya dan adat istiadat suku bangsa lainnya yang telah bermukim di Wilayah Kelurahan Boyaoge Kompleks Cemangi berpuluh-puluh tahun sebagai masyarakat perantau di daerah ini yaitu Suku Bugis dari Sulawesi Selatan, kelompok masyarakat ini mendiami wilayah tersebut dengan berprofesi sebagai pedagang atau pun pengusaha. Meskipun mereka telah meninggalkan Negeri leluhurnya di Tanah Bugis,

(3)

___________________________________________Jurnal Randai

Vol. 3 No.2 Januari 2023 ISSN 2723-4657 56

kebiasaan dan adat istiadat warisan luhur suku bangsa ini tidaklah diabaikan, mereka tetap menjaga tradisi nenek moyang Bugis saat hidup di perantauan sehingga mereka bisa hidup berdampingan dengan suku lain yaitu budaya Tabe’.

Tata krama ataupun sopan santun hendaknya tidak hilang dalam diri manusia.Orang yang soapan akan disenangi oleh orang lain Sekilas Budaya Tabe’ Suku Bugis terlihat mudah, namun hal ini sangat penting dalam tata karma dalam kebudayaan suku bugis.

Sikap Budaya Tabe’ Suku Bugis dapat memunculkan rasa keakraban meskipun sebelumnya tidak pernah bertemu atau tidak saling kenal. Apabila ada yang melewati orang lain yang sedang duduk sejajar tanpa sikap tabe’ maka yang bersangkutan akan dianggap tidak mengerti adat sopan santun atau tata krama. Budaya Tabe’ Suku Bugis merupakan nilai lokalitas dari Suku Bugis dan nilai luhur yang sangat tinggi sehingga harus dilestarikan untuk menopang kehidupan yang lebih baik agar tidak terjadinya pergeseran Budaya Tabe’ Suku Bugis .Dalam jurnal ini , sikap Budaya Tabe’ Suku Bugis yang di maksudkan adalah suatu bentuk penghormatan kepada sesame manusia dalam hal berinteraksi

2. METODE PENELITIAN

Dilihat dari objek dan hasil yang akan didapat maka penelitian ini termasuk dalam tipe penelitian deskriptif dengan menggunakan metode kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan dan menghubungkan dengan variabel lain.

Menurut Indriantoro dan Supono (2012:26) mendefinisikan penelitian deskriptif adalah penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu popularisasi.

Menurut Moleong (2017:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khususyang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian kualitatif menurut Hendryadi, et. al, (2019:218) merupakan proses penyelidikan naturalistik yang mencari pemahaman mendalam tentang fenomena sosial secara alami.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara formal budaya mendefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan,nilai, makna, agama serta ruang dan waktu. Menurut E.B Taylor (1832-1917) "kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai anggota masyarakat".

Antara manusia, masyarakat, dan kebudayaan memperhatikan suatu hubungan koneksitas, dimana dari hubungan itu dapat disimpulkan masyarakat yang melahirkan kebudayaan itu hidup, tumbuh, dan berkembang yang diperlukan oleh masyarakat untuk meningkatkan mutu hidup dan kehidupannya.

(4)

Jurnal Randai____________________________________________

57 Vol. 3 No.2 Januari 2023 ISSN 2723-4657

Masyarakat di Wilayah Kelurahan Boyaoge terutama di Kompleks cemangi memahami Budaya Tabe’ suku bugis sebagai bentuk kesopanan dan saling emnghargai sesama manusia. Namun, sebagian masyarakat tidak mengetahui makna yang terkandung d dalam Budaya Tabe’ Suku Bugis tersebut. Padahal jika di pahami dengan baik makna yang terkandung dalam Budaya Tabe’ Suku Bugis maka akan leih mudah untuk mengaplikasikan nya. Karena Budaya Tabe’ Suku Bugis mengandung nilai-nilai kesopanan yang penuh syarat dan makna.

Persamaan kata Tabe’ atau sinonim dari kata tabe’ itu sendiri adalah; Permisi dan mohon maaf kata tersebut sama-sama mengandung arti tentang saling menghormati sesama manusia. Budaya Tabe’ merupakan budaya yang turun temurun dilakukan oleh masyarakat khusnya Suku Bugis, sehingga diharapkan kepada generasi selanjutnya untuk tetap menjaga budaya tersebut. Dengan tetap menjaga budaya tabe’ setidaknya bisa memotifasi kepada orang lain untuk tetap menjalankan budaya tersebut.

Budaya Tabe’ Suku Bugis sebagai bukti kesopanan dalam berberprilaku. Masa kini, Budaya Tabe’ Suku Bugis tidak lagi menjadi hal penting, banyak anak yang melewati orang tuanya tanpa membungkukkan badan, bahkan ada yang cenderung mengedepankan dadanya yang mengesankan sifat angkuh. Maka sangat perlu membiasakan sejak dini menghormati siapapun, menanamkan di dalam diri bahwa apapun yang dilakukan orang tua hari ini pada anaknya akan berulang dilakukan oleh anaknya dimasa yang akan mendatang.

Arti dan tingkah nilai mappatabe’ dalam masyarakat Kompleks Cemangi dapat dilihat secara jelas melalui pengamatan tigkah laku mereka. Adakalanya tampak dan muncul secara spontan, dan dapat menunjukkan melalui perilakunya dalam kehidupan sehari-harinya. Pun dapat dilihat juga melalui interaksi kepada keluarga, teman, kerabat dan lingkunganya. Dikalangan masyarakat, di antara mereka banyak yang meremehkan budaya dari mappatabe’ itu sendiri, tanpa mereka sadari bahwa dalam mappatebe’

mengandung nilai positif yang dapat mempererat tali persaudaraan,harga diri, dan etika seserangan. Berbicara mengenai tentang nilai Mappatabe’ dalam Budaya ada beberapa unsur nilai yang terkandung di dalamnya seperti:saling menghargai, membudayakan mappatabe’ dan menjaga nilai siri‟.

 saling menghargai

Nilai Tabe’ adalah saling menghargai. Hidup ini secara bersosial bukan individu, untuk itu mewujudkan silaturahmi yang erat haruslah saling menghargai, untuk melestarikan sikap saling menghargai yaitu tradisi mappatabe’ yang mana dapat kita lihat pada perilaku sesorang yang baik bertutur kata secara verbal maupun secara non verbal

Orang bugis mengenal atau menyebut saling menghargai dengan sebutan sipakatau yang berarti memanusiakan manusia. dalam interaksi sosial masyarakat kejuara, baik berinteraksi dengan etnis yang sama maupun bukan, nilai sipakatau, sipakalebbi dan sipakaige ini harus mengharuskan seseorang memeperlakukan orang lain layaknya manusia dan menghargai hak-haknya sebagai manusia.

 Membudayakan tabe’

(5)

___________________________________________Jurnal Randai

Vol. 3 No.2 Januari 2023 ISSN 2723-4657 58

Bagi masyarakat bugis orang yang membudayakan tabe’ dinilai sebagai orang yang baik dan berahlaq mulia. Peneliti mengamati anak-anak sampai orang dewasa saai ini, sudah jarang menggunakan tabe’ karena mereka merasa bahwa mappatabe‟ sudah kuno tidak gaul jika menggunakan kata tabe’. Bentuk sapaan seperti permisi, halo, hai, menjadi sapaan yang bisa terjadi dalam bentuk keakraban mereka.

Berdasarkan hasil pengamatan yang sudah di lakukan, peneliti mengemukakan adanya sebuah pergeseran yang terjadi di dalam masyarakat. Hal ini dikarenakan oleh sapaan sapaan yang dibudayakan seperti halo, hai, sambil mengangkat tangan, yang dimana masyarakat sebelumnya menggunkan tabe’ dengan menurunkan tangan kanan kebawah sambil membungkukan badan. Inilah salah satu bentuk komunikasi dalam berinteraksi yang perlu kita dipertahankan.

Menjaga nilai siri’

Nilai siri’sangat di junjung tinggi oleh masyarakat bugis terutama masyarakat yang ada di Kelurahan Boyaoge kompleks Cemangi. Siri’ ini sangat berkaitan dengan mappatabe’ yang berarti saling memuliakan dan saling menjaga harga diri serta kepercayaan terhadap orang lain. Maka apabia ada anak yang tidak menggunkan tabe’ maka dia telah melupai tradisinya, atau bahkan tidak ingin melakukan karena budaya siri’yang mulai hilang dari diri mereka.

Perlu kita refresh kembali etika yang diterapkan dan diaplikasikan orang tua terdahulu dan diajarakan kepada anak-anaknya terutama di suku bugis yaitu istilah

"TABE" ini adalah adab/etika yang di terapkan orang tua terdahulu kita yang mengandung nilai-nilai yang bermakna kita harus menghormati dan menghargai orang yang lebih dewasa atau lebih tua dari kita, namun di era milenial ini "TABE" sudah jarang ditemui di kalangan masyarakat bahkan hampir tidak ditemukan sama sekali.

Mengenal budaya luar boleh, tapi tetap pelihara dan junjung tinggi budaya sendiri agar tidak bias dalam identifikasi diri. Semestinya sebagai masyarakat yang cinta akan budaya leluhur dan menjunjung tinggi nilai siri', budaya "TABE" tidak bisa lepas dari kepribadian masyarakat suku bugis.

Implementasi tabe dalam kehidupan sehari-hari sebagai tata krama adat masyarakat dengan makna konseptual yaitu tidak menyeret sendal tau menghentakkan kaki, tetapi dengan mengucapkan salam atau menyapa dengan sopan, juga bahwa sikap tabe adalah permohonan untuk melintas. Tabe mengoptimasi untuk tidak berkacak pinggang, dan tidak usil mengganggu orang lain. Tabe berakar sangat kuat sebagai etika dalam tradisi atau sama halnya seperti pelajaran dalam hidup yang didasarkan pada akal sehat dan rasa hormaat terhadap sesama. Budaya tabe’ sesunggunya sangat tepat diterapkan dalam kehidupan sehari–hari, terutama dalam mendidik anak dengan cara mengajarkan hal–hal yang berhubungan dengan akhlak sesama, seperti mengucapkan tabe’ (permisi) sambil berbungkuk setengah badan bila lewat di depan sekumpulan orang-orang tua yang sedang bercerita, mengucapkan iyé’ jika menjawab pertanyaan sebelum mengutarakan alasan, ramah, dan menghargai orang yang lebih tua serta menyayangi yang muda.

Dalam hal ini, penulis mengklasifikasi kan budaya Tabe’ kedalam bentuk dan pelaksanaan-nya, yaitu:

(6)

Jurnal Randai____________________________________________

59 Vol. 3 No.2 Januari 2023 ISSN 2723-4657

a Budaya tabe’ dalam bentuk tindakan

Budaya tabe’ dalam bentuk tindakan ditandai dengan bentuk simbolik maupun gerakan badan yang dapat menandai bahwa seseorang sedang menghormati maupun menghargai orang lain, yaitu dengan cara membungkukkan badan mengulurkan tangan ke bawah sambil mengucapkan kata tabe’, namun ada juga sebagian masyarakat hanya sekedar melakukan gerakan simbolik tanpa disertakan kata tabe’. Memberikan senyuman kepada orang lain juga merupakan bagian dari tabe’, gerakan yang tadinya membungkukkan badan kemudian diganti dengan yang lainnya misalkan memberi senyuman kepada orang lain maupun kepada tamu.

b Budaya tabe’ dalam bentuk ucapan

tabe’ dalam bentuk ucapan digunakan pada saat sedang melewati orang lain namun tidak memungkinkan untuk membungkukkan badan maka digantilah dengan ucapan, seperti hanya mengucapkan kata tabe’ atau permisi.

Dengan menjadikan budaya Tabe’ sebagai polah asuhan, Pola berarti corak, model, atau cara kerja, sedangkan asuh berarti menjaga, mendidik, membimbing dan memimpin. Jadi pola asuhan dalam budaya tabe adalah pengasuhan dengan menampilkan orang tua sebagai model yang mengargai, menghormati, dan mengingatkakan, memimpin sesuai dengan budaya tabe yaitu sopan mendidik anak, sehingga mencertak anak yang berkarakter sopan pula. Sebenarnya, budaya tabe’ berperan besar dalam pembentukan karakter anak dalam perkembangan sifat santun dan hormat. Oleh karena mangaktualkan sikap tabe’ ini dalam menghormati orang yang lebih tua demi nilai etika dan budaya yang harus diingat. Sebab tabe’ merupakan sejenis kecerdasan sikap yang memungkinkan terbentuknya nilai-nilai luhur bangsa atas anak didik atau generasi muda. Tabe menurut orang bugis merupakan nilai budaya yang sudah menjadi sebuah karakter yang sarat dengan muatan pendidikan yang memiliki makna anjuran untuk berbuat baik, bertata krama melalui ucapan maupun gerak tubuh. Pola asuhan keluarga sangat mempengaruhi keawetan budaya tabe’ dalam masyarakat bugis. Didikan keluarga akan mencetak generasi yang beradat, sopan, dan saling menghargai

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Indonesia mempunyai berbagai macam kebudayaan. Hampir setiap pulau di tinggali oleh suku dan ras dan tiap-tiap suku dan ras mempunyaikebudayaannya sendiri. namun seiring berkembangnya zaman, kebudayaan di indonesia mulai luntur. hal ini dikarenakan semakin berkembangnya teknologi yang mempunyai dampak negatif terhadap kebudayaan indonesia. dengan banyaknya media elektronik kebudayaan barat mulai mengubah pola pikir masyarakat Indonesia. pola pikir masyarakat Indonesia masih rendah, mereka dengan mudah mengikuti budaya barat tanpaadanya filtrasi sehingga mereka cenderung melupakan kebudayaan sendiri. Seperti Budaya Tabe yang merupakan budaya sikap menghormati kepada orang yang lebih tua.budaya Tabe bisa juga dilakukan dengan cara pergerakan atau dengan cara memberikan senyuman kepada orang yang ingi kita sapa,bukan cuman dengan cara memberikan senyuman tetapi sedikit menundukkan kepala juga sebagian dari cara menghargai seseorang dalam budaya Tabe.Nilai yang terkandung dalam budaya Tabe’

adalah, sipakatuo(Tidak membeda-bedakan semua orang), Sipakalebbi (Salig

(7)

___________________________________________Jurnal Randai

Vol. 3 No.2 Januari 2023 ISSN 2723-4657 60

Menghormati), Sipakainge (Saling mengingatkan). Namun budaya Tabe’ yang hampir di lupakan oleh kaum generasi muda maupun orang dewasa akibat pergeseran zaman yang semakin merajalela. Dalam melestarikan budaya Tabe’ ini tentu nya di butuh kan kerja sama yang baik dalam keluarga sehingga bisa tercipta nya generasi yang beradat, sopan dan saling menghargai.

DAFTAR RUJUKAN

Abdu, S.H.A.U. 2007. Pengaruh Nilai Bugis Terhadap Prilaku Masyarakat. Kabupaten Bone. Makassar

Afifuddin dan Beni Ahmad. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.

Ahmad Sultra Rustan.,Pola Komunikasi Orang Bugis, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2018

A Moein MG, Menggali Nilai Sejarah Kebudayaan Sulselra Siri ‘ Dan Pacce, Ujung Pandang : SKU Makasar Press,1977

A Rahman rahim, Nilai-Nilai Utama Kebudayaan Bugis, Yogyakarta: Ombak,2011

Asriani. (2010). Budaya Tabik Kearifan Lokal Masyarakat Sulawesi Selatan Yang Perlahan Mulai Tergerus Oleh Waktu

http://journal.isi-padangpanjang.ac.id/index.php/Ekspresi/article/view/392/290 Deddy Mulyana, Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya, Bandung : PT Remaja

Rosdakarya,2009

Mahmud. Tang. 2016. Nilai-Nilai Budaya Di Dalam Sastra Daerah Yang Mendasari Sekuritas Sosial Tradisional Etnis Bugis Di Dalam Prosiding; Kongres Internasional Bahasa-Bahasa Daerah Sulawesi Selatan Tahun 2007. Pusat Bahasa Depdiknas Pemerintah Sulawesi Selatan. Makassar.

Muh. Ali Jennah, Kaharuddin Nawing, Roy Kulyawan. 2021. Makna Padungku Pada Komunitas Pamona di Kecamatan Pamona Pasulemba. No 1, Vol 9

Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori Aplikasi, Jakarta : Bumi Aksara, 2009

Septiani, Nurhuda & Tumadi, Hidayah (2020) penerapan budaya tabe’ suku bugis pada generasi milenial sebagai bentuk norma hukum (studi kasus di kelurahan tungkal III): Jurnal Hukum Tata Negara, 3

Suharsimi Arikonto, Prosedur Penelitian Kualitatif Edisi Revisi 2010, Cet Ke-14, Jakarta : Rineka Cipta, 2010 http://jurnal.unmer.ac.id/index.php/jmdk

Koentjanigrat,Manusia dan kebudayaan indonesia,Jakarta:Djambata

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian berarti perlu dipahami bahwa nilai yang terkandung pada etos kerja suku Bugis-Makassar tidak berarti menghilangkan nilai pada konsep kerja dalam budaya kapitalisme

Suatu kebanggaan tersendiri bagi penulis karena dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Praktik Resepsi (Walimah) Perkawinan Adat Suku Bugis Dalam

Alasan ini penting menurut peneliti, karena model Perda tersebut sangat memungkinkan bersentuhan nilai-nilai budaya (Ade’ atau panggadereng ) masyarakat Bugis dan

Proses sosial dan budaya bernaf- kah yang berlangsung dalam kehidupan Suku Duano pada saat ini, berkaitan erat dengan perubahan lingkungan, baik yang yang bersifat ekologikal

Skripsi ini adalah salah satu kajian ilmiah yang merumuskan judul ke dalam bentuk pokok masalah (1) Bentuk penerapan adat-istiadat suku Bugis dalam memebentuk etika pada

Masyarakat Bugis dikenal sangat kental dengan budaya leluhurnya, seperti yang dilakukan oleh masyarakat Bugis di Tanjung Jabung Timur dalam tradisi maccérak

Berdasarkan hasil penelitian, maka jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional oleh Suku Bugis dilokasi penelitian yaitu mengkudu, belimbing wuluh, sidaguri, pinang, kelor,

PEMBANGUNAN KARAKTER PEMERINTAHAN “Nilai-nilai yang Terkandung dalam Budaya Tabe’ dan Siri’ sebagai Faktor yang Membangun Karakter Bangsa” Pengantar Kearifan Lokal merupakan