Indri Susliman Dira NIM Implementasi Konsep Humanisme Religius Dalam Pembelajaran Al-Qur'an Hadits di Madrasah Tsanawiyah DDI Walimpong Kabupaten Soppeng. Faktor penghambat dan pendukung penerapan konsep humanisme religius dalam pembelajaran Hadits dari Al-Qur'an. Bagaimana penerapan konsep humanisme religius dalam pembelajaran Al-Quran Hadits di Madrasah Tsanawiyah DDI Walimpong.
Apa saja faktor penghambat dan pendukung penerapan konsep humanisme religius dalam pengajaran Al-Qur'an Hadits di Madrasah Tsanawiyah DDI Walimpong. Bagaimana mengatasi kendala penerapan konsep humanisme religius dalam pembelajaran Al-Qur'an Hadits di Madrasah Tsanawiyah DDI Walimpong. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan berkaitan dengan implementasi konsep humanisme religius dalam kajian Al-Qur'an.
Mengetahui implementasi konsep humanisme religius dalam pembelajaran Al-Qur'an Hadits di Madrasah Tsanawiyah DDI Walimpong. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat dan mendukung penerapan konsep humanisme religius dalam pembelajaran Al-Qur'an Hadits di Madrasah Tsanawiyah DDI Walimpong. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai implementasi konsep humanisme religius dalam pembelajaran Al-Qur'an Hadits.
Humanisme dalam Al-Qur’an
Driyakara mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk “memanusiakan manusia”, melalui proses “humanisasi dan hominisasi” atau singkatnya disebut dengan pendidikan humanistik. Namun pendidik yang tidak humanistik beranggapan bahwa peserta didik tidak boleh melupakan ilmu yang telah dipelajarinya. Menurut M. Quraish Shihab, setiap orang diperlakukan secara adil, siapa pun yang bekerja walaupun setitik debu pun, kapan dan di mana ia pasti akan melihatnya.
Bahkan dalam Al-Quran terdapat nilai-nilai pendidikan yang patut dijadikan acuan pendidikan humanistik, yaitu seorang pendidik hendaknya menghormati setiap peserta didik dan memberikan perhatian sesuai dengan kemampuan yang dimiliki peserta didik, tanpa harus menggeneralisasi kemampuannya. Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya.27 Kewajiban yang dibebankan Allah kepada manusia adalah kewajiban yang luas. Seseorang yang kesulitan mendapatkan air untuk berwudhu atau khawatir akan gangguan kesehatannya, dapat melakukan tayamum, dan masih banyak lagi contohnya, maka Allah tidak ingin kesulitan sekecil apapun menimpa manusia.
Selain sebagai individu, manusia juga adalah makhluk sosial yang tidak boleh hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia bertanggungjawab atas segala yang dilakukannya, baik secara individu mahupun dalam kumpulan. Ini adalah orang-orang dahulu; baginya apa yang dia lakukan dan bagi kamu apa yang kamu lakukan dan kamu tidak akan bertanggungjawab terhadap apa yang mereka lakukan.
Menurut Sayyed Hossein Nasr yang dikutip Nusyirwan dalam bukunya Pendekatan Pendidikan Humanistik Belajar Bahasa Arab menyatakan bahwa fitrah adalah sifat asli, sifat asli alam yang diberikan Allah SWT sejak awal. Namun dalam kehidupan manusia sehari-hari, unsur laut suci tersebut tercemar oleh berbagai perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.31. Ia juga mengutip pengertian guru menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: guru adalah seseorang yang diciptakan untuk kepentingan anak.
Dijelaskan Isjoni, guru adalah pendidik yang menjadi sosok dan teladan bagi peserta didik dan lingkungannya.
Kompetensi Guru
Oleh karena itu, guru harus mempunyai standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wewenang, disiplin dan kemandirian.34. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pengertian umum guru adalah “segala orang yang berwenang dan bertanggung jawab serta mempunyai amanah untuk membimbing dan mengembangkan peserta didik baik secara individu maupun klasikal. Guru sebagai teladan bagi peserta didiknya harus mempunyai sikap dan kepribadian yang utuh. yang dapat dijadikan teladan idola dalam segala aspek kehidupan.
Menurut Syaiful Salaga, kompetensi pribadi meliputi kemampuan mengembangkan kepribadian, kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi, kemampuan melakukan bimbingan dan konseling. Kompetensi kepribadian berkaitan dengan penampilan guru sebagai individu yang disiplin, berpenampilan baik, bertanggung jawab, mempunyai komitmen dan menjadi teladan 35. Menurut Syaiful Bahri Djarmah, guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan, peserta didik, baik yang bersifat individual maupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah.37.
Guru agama merupakan perangkat fungsional yang mempunyai tugas dan tanggung jawab ganda, yaitu selain mengajarkan ilmu Al-Qur’an dan Hadits kepada peserta didik. Sebagai guru, guru agama harus menjadi guru yang baik, artinya harus mempersiapkan diri sebelum mengajar. Dalam proses belajar mengajar yang pertama kali dilakukan adalah tujuan pembelajaran khusus (TIK) yang ingin dicapai, penguasaan materi yang akan diajarkan, memberikan pendidikan yang dapat dipahami siswa, mampu memilih dan menggunakan metode yang sesuai. dengan situasi dan tujuan pendidikan agama, menetapkan teknik evaluasi dan pengolahannya sesuai dengan tujuan.
Guru yang tekun dan berdisiplin mengajar murid di sekolah, yang dibuktikan dengan kebolehan menyusun reka bentuk pembelajaran, memotivasikan murid untuk belajar, menggunakan kaedah dan media yang sesuai, serta mampu menjalankan pentaksiran yang boleh dijadikan bahan pembangunan program di sekolah. .39 . Islam sangat menghargai orang yang berilmu (guru, ulama) sehingga hanya mereka yang layak mencapai taraf dan keutuhan hidup yang tinggi. Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam jamaah", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Dan apabila dikatakan: “Berdiri”, maka berdirilah, sesungguhnya Allah akan membangkitkan kembali orang-orang yang beriman dariku dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dengan demikian, secara umum dapat dikatakan guru agama adalah orang yang menyampaikan risalah ilmu agama Islam serta mendidik dan bertanggung jawab terhadap pembentukan karakter peserta didik.
Syarat-syarat Guru Pendidikan Agama Islam
Permasalahan pokok pekerjaan profesional adalah implikasi dan akibat pekerjaan terhadap tugas dan tanggung jawabnya. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan, mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan melatih berarti mengembangkan keterampilan pada peserta didik. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa guru hadis Al-Quran selain bertanggung jawab membentuk karakter peserta didik sebagai wali, guru juga bertanggung jawab atas amanah yang diberikan kepadanya, dan keduanya bertanggung jawab membentuk kepribadian anak. dan dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Allah SWT. -Tugasnya mengajarkan ilmu keislaman, menanamkan nilai-nilai agama dalam jiwa anak, mendidik anak menghormati agama.
Jenis dan Lokasi Penelitian
Sumber data primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari para informan, yang erat kaitannya dengan masalah yang ingin diteliti yaitu implementasi konsep humanisme religius dalam pengajaran hadis Al-Quran di madrasah. Sumber data utama adalah guru Al-Quran Hadits, guru Bimbingan Konseling (BK), guru kelas VII. kelas dan siswa VII.
Sumber data sekunder
Observasi
Wawancara
Dokumentasi
Pedoman Wawancara
Alat Dokumentasi
Reduksi data artinya merangkum, memilih yang pokok, memusatkan perhatian pada hal yang lebih penting, mencari tema dan pola. Reduksi data dapat dibantu dengan alat elektronik seperti komputer dan dengan memberikan kode-kode pada beberapa aspek. Oleh karena itu, apabila peneliti menemukan sesuatu yang dianggap asing atau berbeda atau tidak diketahui dan belum mempunyai pola pada saat melakukan penelitian, hal itulah yang perlu diperhatikan peneliti dalam reduksi data.
Reduksi data juga dapat diartikan sebagai suatu proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan, keluasan dan kedalaman wawasan.
Penyajian Data
Penarikan Kesimpulan
Selain itu, faktor interaksi antara guru dan siswa juga sangat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Dalam Al-Qur’an terdapat nilai-nilai pendidikan yang patut dijadikan acuan pendidikan humanistik, yaitu seorang pendidik hendaknya menghormati dan memperhatikan setiap siswa sesuai dengan kemampuan siswanya tanpa perlu menggeneralisasi kemampuannya. Prinsip ini bertujuan untuk menarik minat dan perhatian siswa untuk senantiasa mempelajari pengetahuan baru.
Metode ini mendorong siswa untuk belajar dengan gembira di berbagai tempat dan keadaan. Apabila santri melanggar peraturan, maka dikenakan sanksi berupa menghafal atau menulis Al-Quran yang telah ditentukan. Faktor penghambat penerapan konsep humanisme religius dalam pembelajaran Al-Qur'an Hadits di Madrasah Tsanawiyah DDI Walimpong adalah (1) siswa sering bolos sekolah pada saat mata pelajaran Al-Qur'an Hadits.
Salah satu faktor penghambat penerapan konsep humanisme religius dalam pengajaran hadis Al-Qur'an adalah (1) peserta didik tidak mampu menahan berbagai tekanan dan peraturan yang ada. 2) dapat mengendalikan emosi, tetapi tidak dapat menggunakannya secara konstruktif. Faktor psikologis merupakan faktor yang muncul dari keadaan psikologis siswa dan dapat mempengaruhi proses belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakan untuk menciptakan materi pembelajaran yang selalu menarik perhatian.
Faktor pendukung penerapan konsep humanisme religius dalam pembelajaran hadis Al-Qur'an adalah kepiawaian guru hadis Al-Qur'an dalam memberikan motivasi dan bimbingan kepada siswa. Implementasi konsep humanisme religius dalam pembelajaran Al-Qur’an hadis dengan cara memberi reward dan punishment dilakukan oleh guru dengan cara mengajari siswa tajwid satu per satu dan memberi contoh, kemudian siswa meniru guru, dan setelah itu dilakukan peniruan. , siswa membaca dan memberikan contoh lain.di depan guru, guru menilai siswa. Hal ini ditunjukkan pada saat observasi di dalam ruangan, seluruh siswa membaca Al-Qur’an maju satu per satu, guru memuji siswa yang lancar membaca dan memberikan petunjuk kepada siswa yang kurang lancar membaca.
Berdasarkan hasil observasi peneliti “implementasi konsep humanisme religius dalam pembelajaran hadis Al-Qur’an di Madrasah Tsanawiyah DDI Walimpong menunjukkan bahwa guru yang mempelajari hadis Al-Qur’an memuji siswanya saat pembelajaran. yang diberikan guru kepada siswanya, tergantung kesalahan yang dilakukan siswanya.22 Dengan menerapkan konsep humanisme religius dalam pengajaran hadis Al-Qur’an di Madrasah Tsanawiyah DDI Walimpong melalui konsep pemberian reward dan punishment. Dapat disimpulkan bahwa guru menggunakan konsep reward dan punishment sebagai bentuk upaya guru untuk lebih besarnya motivasi belajar siswa.
Kepada seluruh guru dan pengawas Madresah Tsanawiyah DDI Walimpong Kabupaten Soppeng agar selalu menjaga nilai-nilai humanisme religius dalam pengajaran Hadits Al-Quran agar terus melahirkan peserta didik yang interaktif, kreatif, inovatif, aktif dan menyenangkan pula. sebagai terciptanya generasi baru yang berakal dan cerdas, berimanlah kepada Allah swt.