• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK PROGRAM KELUARGA HARAPAN DI TASIKMALAYA

N/A
N/A
Annisa Salsabila Arsya

Academic year: 2023

Membagikan "IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK PROGRAM KELUARGA HARAPAN DI TASIKMALAYA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK PROGRAM KELUARGA HARAPAN DI TASIKMALAYA

(Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Implementasi Kebijakan Publik)

Dosen Pengampu:

Yogi Suprayogi Sugandi, S.Sos., MA., Ph.D.

Dr. Ramadhan Pancasilawan, M.Si.

Hilman Abdul Halim, S.IP., M.AP.

Prof. Dr. Didin Muhafidin, S.IP., M.Si Prof. Dr. Drs. H. Budiman Rusli, MS.

Disusun Oleh:

Annisa Salsabila Arsya 170110200009

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PADJADJARAN 2023

(2)

ii DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Maksud dan Tujuan ... 3

1.4 Kegunaan Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Implementasi Kebijakan Publik ... 6

2.2 Program Keluarga Harapan ... 9

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 12

3.1 Implementasi Program Keluarga Harapan di Tasikmalaya... 12

3.2 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi PKH di Tasikmalaya ... 16

3.3 Dampak dari implementasi PKH terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di Tasikmalaya ... 17

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 20

4.1 Kesimpulan Kesimpulan berikut ini dapat dibuat berdasarkan temuan-temuan diskusi: ... 20

4.2 Saran ... 21

DAFTAR PUSTAKA ... 22

(3)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Setiap negara tentu memiliki cita-cita untuk menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyatnya. Di Indonesia hal itu secara tegas dijelaskan dalam naskah Pembukaan UUD 1945, khususnya Alinea ke IV yang berbunyi “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum…” (Pembukaan UUD 1945).

Kemudian diuraikan lebih lanjut dalam pasal-pasal dan penjelasan yang mengikuti salah satunya tercantum pada Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan Sosial yang dinyatakan dengan jelas bahwa “ Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.” (Seftiani, 2018)

Indonesia, yang terdiri dari banyak wilayah dan daerah, masih menghadapi tantangan dalam mencapai kesejahteraan dan kemakmuran bagi penduduknya. Salah satu isu yang sangat penting dalam mencapai kesejahteraan masyarakat adalah kemiskinan. Kemiskinan berdampak luas terhadap kehidupan masyarakat, termasuk akses mereka terhadap pangan, pendidikan, perumahan, serta layanan kesehatan. Masalah kemiskinan di Indonesia masih menjadi perhatian pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan sosial. Kesejahteraan di Indonesia saat ini belum merata, masih banyak daerah-daerah yang memiliki ketimpangan ekonomi tinggi. Menurut Suryahadi (2020) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa terdapat ketimpangan dalam distribusi kemiskinan di Indonesia. Suryahadi menyebutkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perkotaan lebih rendah dibandingkan dengan daerah pedesaan. (Suryahadi et al., 2006). Menurut Hidayat dan Siregar 2019, Kemiskinan di indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya yaitu rendahnya tingkat pendidikan, keterbatasan akses pelayanan kesehatan, serta rendahnya tingkat penghasilan (Hidayat, B., & Siregar, H. , 2019). Hal itulah yang menjadi kendala bagi masyarakat dalam meningkatkan taraf hidup mereka. Dalam hal ini kemiskinan menjadi salah satu masalah yang selalu dihadapi oleh suatu negara.

Kemiskinan merupakan kondisi ketika masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar seperti sandang (pakaian), pangan (makanan), dan papan (tempat tinggal), serta akses

(4)

2 pendidikan dan kesehatan. (Erna; Adriyani R ; Sri Sulastri, 2020). Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dan program untuk mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia, salah satu instrumen yang digunakan ialah melalui kebijakan publik. Pemerintah Indonesia telah membuat berbagai kebijakan publik serta program kerja untuk dapat membantu mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Kebijakan publik merupakan langkah-langkah dan tindakan yang diambil oleh pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat. Melalui kebijakan publik, pemerintah berupaya meningkatkan akses dan pemerataan pendidikan, pemberian bantuan sosial, pengembangan lapangan kerja, serta peningkatan infrastruktur.

Implementasi kebijakan publik bertujuan untuk mencapai hasil yang nyata dalam mengatasi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Salah satu kebijakan publik yang diimplementasikan di Indonesia dalam upaya menekan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat adalah Program Keluarga Harapan (PKH). PKH merupakan sebuah program yang memberikan Bantuan Tunai Bersyarat atau Conditional Cash Transfers (CCT). Program ini telah terbukti berhasil dalam upaya penanggulangan kemiskinan di beberapa negara di seluruh dunia. PKH bertujuan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin. Fokus utama dari program ini adalah mengurangi tingkat kemiskinan dengan meningkatkan pendidikan dan kesehatan masyarakat yang hidup dalam kondisi miskin. Program ini memberikan bantuan tunai kepada keluarga yang memenuhi kriteria tertentu, Program Keluarga Harapan ini dirancang untuk memberikan bantuan kepada keluarga-keluarga yang memiliki anggota keluarga seperti ibu hamil/nifas, balita, anak-anak yang bersekolah dari tingkat SD hingga SMA, lanjut usia, dan penyandang disabilitas berat (Kementrian Sosial Republik Indonesia, 2019). Program ini telah telah dilaksanakan sejak tahun 2007 dan telah diimplementasikan di berbagai daerah di Indonesia, salah satunya Tasikmalaya.

Tasikmalaya, sebagai salah satu kota di Jawa Barat, juga menerapkan program PKH sebagai upaya untuk menekan tingkat kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Tasikmalaya merupakan salah satu wilayah yang memiliki tantangan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tingkat kemiskinan dan ketimpangan sosial-ekonomi masih menjadi permasalahan yang perlu ditangani secara serius. Untuk mengatasi permasalahan ini, Pemerintah Tasikmalaya mengimplementasikan suatu kebijakan berupa Program Keluarga

(5)

3 Harapan sebagai salah satu kebijakan publik yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Namun, dalam implementasi kebijakan ini, masih terdapat sejumlah tantangan dan kendala yang perlu diatasi. Faktor administratif dan logistik, serta permasalahan sosial dan budaya, dapat mempengaruhi keberhasilan program ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis mendalam mengenai implementasi kebijakan PKH di Tasikmalaya, termasuk dampak yang telah dihasilkan serta evaluasi kinerja yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan implementasi program ini.

Dalam makalah ini, akan dilakukan analisis terhadap implementasi kebijakan PKH di Tasikmalaya dengan tujuan untuk memahami bagaimana program ini berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Selain itu, juga akan membahas tantangan dan kendala yang dihadapi serta memberikan rekomendasi untuk perbaikan dan peningkatan implementasi kebijakan PKH di Tasikmalaya. Dengan demikian, diharapkan makalah ini dapat memberikan wawasan yang berguna bagi pengembangan kebijakan publik yang lebih efektif dan berkelanjutan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan digunakan sebagai bahan penulisan adalah:

a. Bagaimana Implementasi Kebijakan Program Keluarga Harapan di Tasikmalaya?

b. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi PKH di Tasikmalaya?

c. Bagaimana dampak dari implementasi PKH terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di Tasikmalaya?

1.3 Maksud dan Tujuan

Berkaitan dengan masalah yang menjadi inti pokok penulisan, maka penulis bermaksud untuk:

a. Menganalisis proses implementasi Program Keluarga Harapan di Tasikmalaya, termasuk langkah-langkah yang diambil untuk melaksanakan program ini.

(6)

4 b. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas dan efisiensi implementasi PKH, seperti kebijakan pemerintah, peran stakeholder, sumber daya yang tersedia, dan faktor sosial-ekonomi.

c. Mengidentifikasi dampak positif yang dihasilkan dari implementasi PKH, baik secara ekonomi maupun sosial, seperti peningkatan akses pendidikan, kesehatan, pengentasan kemiskinan, dan perbaikan kualitas hidup masyarakat.

Berdasarkan maksud yang telah disebutkan, adapun tujuan dilakukannya penulisan makalah adalah sebagai berikut:

a. Untuk memberikan gambaran tentang implementasi Kebijakan Program Keluarga Harapan di Tasikmalaya.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi Kebijakan Program Keluarga Harapan di Tasikmalaya.

c. Untuk mengetahui Dampak Implementasi Program Keluarga Harapan dalam meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Tasikmalaya.

1.4 Kegunaan Penelitian

Dengan adanya tulisan ini, diharapkan dapat memberikan kegunaan baik secara praktis maupun akademis, diantaranya sebagai berikut:

a. Kegunaan Teoritis

● Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, dapat memperluas pengetahuan mengenai kebijakan publik dan implementasi program sosial khususnya Program Keluarga Harapan.

● Hasil penelitian ini dapat membantu dalam pengembangan dan penyempurnaan teori yang ada, seperti teori implementasi kebijakan, interaksi antara kebijakan dan kesejahteraan masyarakat, serta faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kebijakan publik.

● Hasil penelitian ini dapat mendorong lebih lanjut mengenai topik ini serta menyediakan dasar untuk pengembangan teori yang lebih lanjut.

b. Kegunaan Praktis

(7)

5

● Bagi Penulis dapat menambah wawasan dan menambah pandangan yang lebih komprehensif mengenai Implementasi Kebijakan Publik Program Keluarga Harapan di Tasikmalaya.

● Bagi Pemerintah dapat membantu pengambilan kebijakan yang lebih baik terkait implementasi PKH di Tasikmalaya dan memperbaiki program yang ada.

● Bagi Akademisi diharapkan dapat menjadi referensi lanjutan penelitian yang berkaitan dengan Implementasi Kebijakan Publik khususnya Program Keluarga Harapan.

(8)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Implementasi Kebijakan Publik

Menurut Grindle (1980: 7), Implementasi ialah suatu proses general tindakan administratif, yang dapat diteliti pada tingkat program tertentu. Anderson (1978:3) mengemukakan bahwa Kebijakan publik ialah kebijakan yang dikembangkan oleh badan-badan ataupun pejabat-pejabat pemerintah. Pendapat lain mengenai Kebijakan publik dikemukakan oleh Thomas R Dye (1978;1987:1), menurut Dye Kebijakan publik adalah “whatever governments choose to do or not to do” yang artinya Kebijakan publik merupakan pilihan tindakan apapun yang dilakukan atau tidak ingin dilakukan oleh Pemerintah (Wahab, Solichin Abdul;, 2012). Sebagai suatu organisasi publik, negara tidak hanya memiliki tujuan yang harus dicapai akan tetapi juga perlu menghadapi berbagai masalah yang perlu diatasi, dicegah maupun dikurangi (Tachjan, H;, 2006) . Maka dari itu, dibuat lah suatu kebijakan yang perlu diimpelemntasikan agar dapat terbentuk suatu jalinan yang dapat memungkinkan tujuan-tujuan atau sasaran tersebut dapat dicapai sebagai outcomes (Wahab, Solichin Abdul;, 2012).

Implementasi dalam kebijakan publik ialah proses melaksanakan atau menerapkan suatu kebijakan yang telah dirumuskan oleh pemerintah maupun lembaga yang berwenang. Menurut Mazmanian dan Sabatier (1983), Implementasi kebijakan publik merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh organisasi dan individu untuk menerjemahkan kebijakan menjadi tindakan konkret yang menghasilkan dampak pada masyarakat (Mazmanian, D.A ; Sabatier, P. A, 1983).

Dalam Implementasi kebijakan publik memuat serangkaian tindakan yang dirancang untuk memastikan bahwa tersebut dijalankan dengan efektif dan efisien. Implementasi kebijakan itu pada prinsipnya merupakan cara atau langkah yang dilakukan agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya (Mansur, 2021).

Implementasi kebijakan publik merupakan tahapan penting dalam siklus kebijakan publik, dimana kebijakan yang telah dirumuskan akan dijalankan oleh pihak pelaksana. Implementasi kebijakan publik ini dianggap sebagai tahapan yang krusial dalam siklus kebijakan publik karena kebijakan yang tidak terimplementasi dengan baik tidak akan memberikan manfaat bagi masyarakat (Walker, Hill M; Boyne, George A;, 1988).

(9)

7 A. Model dan Pendekatan Implementasi Kebijakan Publik

Dalam mengimplementasikan kebijakan publik, terdapat model dan pendekatan yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam memastikan kebijakan tersebut tidak menyimpang dari yang telah direncanakan atau dirumuskan sebelumnya. Model implementasi kebijakan publik merujuk pada pendekatan atau kerangka kerja yang digunakan dalam menerapkan kebijakan publik di dalam suatu sistem atau organisasi. Model ini dapat membantu dalam memberikan pemahaman dan merencanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengubah kebijakan yang dimulai dari tingkat perencanaan hingga menjadi tindakan nyata yang terukur dan dapat dijalankan. (Tachjan, H;, 2006) menyebutkan komponen-komponen model sistem implementasi kebijakan publik terdiri atas program yang dilaksanakan, target groups atau sasaran dalam implementasi program, implementor atau unsur pelaksana serta faktor lingkungan. Tacjhan juga dalam bukunya menjelaskan beberapa pandangan mengenai model implementasi publik yang dikemukakan oleh para Ahli salah satunya yaitu Model Klasik Smith (1973), Menurut Smith dalam implementasi kebijakan terdapat empat variabel yang merupakan satu kesatuan serta saling mempengaruhi dan terjadi hubungan timbal balik yang harus diperhatikan. Keempat variabel ini terdiri dari idealis policy, target groups, implementing organization, serta environmental factor. (Tachjan, H;, 2006) Selanjutnya terdapat Pendekatan dalam Implementasi Kebijakan Publik. Pendekatan dalam implementasi publik merujuk pada cara atau strategi yang digunakan untuk menerapkan kebijakan pemerintah atau organisasi. Pendekatan-pendekatan tersebut dapat membantu dalam proses implementasi kebijakan publik agar lebih efektif. Dalam bukunya, (Mustari, N, 2018) menyebutkan terdapat 3 pendekatan dalam implementasi kebijakan publik, yaitu diantaranya:

- Teori Pendekatan top-down , yaitu melibatkan pengambilan keputusan dari pihak otoritas pusat yang diimplementasikan ke level bawah. Pendekatan ini melibatkan pembuatan kebijakan di tingkat puncak pemerintah atau organisasi yang kemudian diterapkan pada tingkat yang lebih rendah. Keputusan dan arahan diberikan dari atas ke bawah dengan otoritas tertinggi memegang kendali utama atas implementasi kebijakan ini.

- Pendekatan bottom-up melibatkan partisipasi masyarakat dalam proses implementasi kebijakan. Pendekatan ini berfokus pada partisipasi dan masukan dari tingkat bawah dalam proses implementasi kebijakan. Stakeholder termasuk masyarakat atau kelompok yang terkena dampak kebijakan terlibat dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan

(10)

8 kebijakan. Pendekatan ini memungkinkan perencanaan yang lebih baik dengan memperhitungkan kebutuhan serta keinginan masyarakat yang terlibat.

- Pendekatan campuran (Collaborative Governance) yang mengkombinasikan pendekatan top-down dan bottom-up untuk memperoleh keuntungan dari kedua pendekatan tersebut.

Pendekatan ini melibatkan kerjasama antara pemerintah, organisasi non pemerintah, sektor swasta dan masyarakat sipil dalam merencanakan dan melaksanakan kebijakan.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan

Dalam implementasi kebijakan publik, terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi jalannya proses implementasi. Faktor-faktor ini dapat bervariasi tergantung pada konteks kebijakan dan kondisi spesifik yang terlibat. Terdapat beberapa pandangan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan publik. Menurut Merilee S. Grindle (1980), keberhasilan implementasi kebijakan publik dipengaruhi oleh dua variabel besar, yaitu isi kebijakan (content of policy) dan lingkungan implementasi (context of implementation). Selain itu terdapat juga menurut (Mustari, N, 2018) dalam bukunya yang berjudul Implementasi Kebijakan Publik Pemahaman Teoritis Empiris, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan publik yaitu diantaranya

- Faktor lingkungan yaitu seperti lingkungan politik, sosial, ekonomi, dan budaya yang ada di sekitar pelaksanaan kebijakan publik dapat mempengaruhi implementasinya.

- Faktor organisasi yaitu didalam suatu organisasi terdapat struktur organisasi, sistem manajemen, kemampuan sumber daya manusia, dan peraturan-peraturan yang berlaku di organisasi pelaksana kebijakan yang dimana hal tersebut dapat mempengaruhi implementasi kebijakan publik.

- Faktor kebijakan yaitu karakteristik kebijakan seperti kompleksitas, konsistensi, kesesuaian dengan tujuan, dan konflik kepentingan dapat mempengaruhi implementasi kebijakan publik.

- Faktor pelaksana yaitu Karakteristik pelaksana kebijakan seperti sikap, motivasi, kemampuan, dan pengalaman dalam melaksanakan kebijakan, tidak hanya itu kemampuan teknis, keahlian manajemen, dukungan atasan, dan budaya kerja juga dapat mempengaruhi implementasi kebijakan publik.

(11)

9 - Faktor partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan publik seperti adanya dukungan, pemahaman, dan partisipasi masyarakat dalam kebijakan publik.

Dr Nuryanti menjelaskan bahwa faktor-faktor ini saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain dalam implementasi kebijakan publik. Oleh karena itu, implementasi kebijakan publik yang berhasil adalah implementasi yang memperhatikan faktor-faktor ini secara holistik dan terintegrasi. Penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor ini selama proses perencanaan dan implementasi kebijakan. Memahami dan mengelola faktor-faktor ini dengan baik dapat membantu meningkatkan peluang keberhasilan implementasi kebijakan publik dan mencapai tujuan kebijakan yang diinginkan.

Selain itu, terdapat penelitian yang dilakukan oleh Yustika dan Arsyad (2009) dalam mengkaji implementasi kebijakan Publik di Indonesia. Kebijakan publik di Indonesia mengalami berbagai masalah yang menyebabkan implementasi kebijakan tidak terlaksana secara efektif dan efisien. Masalah yang sering dihadapi Indonesia dalam implementasi kebijakan publik adalah kurangnya koordinasi antarinstansi, birokrasi yang lambat dan korupsi, serta minimnya partisipasi masyarakat dalam proses implementasi. Yustika dan Arsyad (2009) memaparkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan publik di Indonesia, yaitu diantaranya kesesuaian kebijakan dengan kebutuhan masyarakat, dukungan politik yang kuat, komitmen birokrasi, serta partisipasi masyarakat yang aktif. (Yustika, Ahmad Erani; Arsyad, Nurdin;, 2009)

2.2 Program Keluarga Harapan

Program Keluarga Harapan atau dikenal dengan sebutan PKH merupakan salah satu program pemerintah berupa bantuan sosial bersyarat yang ditujukan pada keluarga miskin yang telah ditetapkan sebagai keluarga penerima manfaat PKH. Program ini menjadi salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengurangi kemiskinan antar keturunan. Dalam kurun waktu yang panjang, program ini memiliki fokus dalam melakukan investasi dalam bidang kesehatan serta pendidikan bagi penerus bangsa yang diharapkan nantinya dapat meningkatkan pengembangan sumber daya manusia sebagai generasi mendatang. Sedangkan dalam kurun waktu yang singkat, adanya transfer dana ditujukan untuk mengurangi kesulitan yang dialami oleh masyarakat, menumbuhkan konsumsi serta mendorong pertumbuhan ekonomi lokal (TNP2K,

(12)

10 2018). Program ini telah diimplementasikan sejak tahun 2007 dan hingga saat ini telah mencapai 10 juta keluarga di seluruh indonesia. Program ini telah diakui sebagai program bantuan tunai bersyarat terbesar di dunia (Huda et al., 2018). Dalam implementasinya program perlindungan sosial atau dikenal juga dengan istilah Conditional Cash Transfers (CCT) ini telah berhasil diterapkan dalam menanggulangi kemiskinan yang dihadapi oleh negara negara dengan tingkat kemiskinan yang tinggi.

Program PKH sebagai program bantuan sosial bersyarat, memiliki tujuan dalam memberikan dukungan kepada keluarga miskin terutama kepada ibu hamil dan anak-anak, agar mereka dapat memanfaatkan fasilitas layanan kesehatan serta layanan pendidikan yang tersedia (Kementrian Sosial Republik Indonesia, 2019). Tidak hanya itu, program ini juga ditujukan untuk membantu penyandang disabilitas dan lanjut usia dalam mempertahankan serta meningkatkan kesejahteraan sosial sesuai dengan amanat konstitusi dan Nawacita Presiden RI. Program Nawacita yang diumumkan oleh Presiden Joko Widodo saat memulai masa jabatannya mengandung 9 prioritas pembangunan, di mana terdapat 2 program yang fokus pada pengentasan kemiskinan, yaitu memperkuat daerah-daerah dan desa serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Program tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia (Murdiyana & Mulyana, 2017).

Dana yang diberikan oleh Program PKH berkisar antara Rp. 1.450.00 hingga Rp 9.750.000 per keluarga per tahun, hal ini bergantung pada tingkat pendidikan anak. Berdasarkan data pada tahun 2019, lebih dari separuh anggota keluarga penerima PKH ialah anak-anak yang memiliki usia sekitar 0 - 14 tahun serta remaja berusia 15-20 tahun. Sekitar sepertiganya termasuk dalam kelompok usia dewasa yaitu usia 41-59 tahun dan 31-40 tahun, kemudian sekitar 6% lainnya berusia 60 tahun ke atas.

Gambar 1.1 Data Penerima Bantuan Program PKH

(13)

11 Sumber: Kementrian Sosial Republik Indonesia

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Cahyadi et.al : 2018, menujukan bahwa hasil evaluasi dampak Program Keluarga Harapan menujukan bahwa selama enam tahun pelaksanaanya, program PKH berhasil meningkatkan pengembangan sumber daya manusia secara signifikan. Namun demikian, penting untuk dicatat bahwa program ini tidak dapat menggantikan pekerjaan, sehingga belum memberikan dukungan yang cukup bagi keluarga dalam mencapai kemandirian dalam mata pencaharian (Cahayadi et al.2018; TNPK 2015). Implementasi program PKH hampir telah diterapkan pada sejumlah wilayah di Indonesia. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Iva Faulana et. al, 2021 , di Kabupaten Wonosobo, implementasi PKH masih belum maksimal dikarenakan banyak Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang berpenghasilan rendah dan masih banyak menerima bantuan sosial yang kurang sesuai dengan tujuannya. Kondisi wilayah yang terletak di pegunungan membuat akses fasilitas kesehatan sulit bagi sebagian besar KPM.

Selain itu, rendahnya motivasi KPM untuk berfikir lebih maju menyebabkan masyarakat masih bergantung pada bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) yang bersifat sementara (Iva Faulana, Indri Murniawaty, 2021). Selain itu, terdapat juga penelitian yang dilakukan oleh (Fajri et al., 2022) mengenai kebijakan penanggulangan kemiskinan melalui program PKH, hasilnya menunjukan bahwa dalam pelaksanaanya masih terdapat masalah serta tantangan yang dihadapi berkaitan dengan kuantitas, kualitas dan integritas penyelenggaraan kebijakan publik. Selain itu terdapat faktor faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan kebijakan PKH, diantaranya faktor pendukung pelaksanaan program PKH ialah terdapat ketentuan yang jelas terkait mekanisme pelaksanaan program sedangkan faktor penghambatnya yaitu terdapat kurangnya koordinasi secara intens antara pihak yang terlibat (Fajri et al., 2022).

(14)

12 BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 3.1 Implementasi Program Keluarga Harapan di Tasikmalaya

Kebijakan publik memiliki peranan yang penting dalam mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial. Kebijakan publik yang efektif harus didasarkan pada pemahaman yang komprehensif terkait penyebab kemiskinan dan kesenjangan sosial serta faktor-faktor yang mempengaruhi. Dalam penelitiannya, Rahmat Salam menyebutkan penyebab kemiskinan dan kesenjangan sosial disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi yang tidak merata, Ketimpangan distribusi pendapatan dan kekayaan serta Ketidakmampuan untuk mengakses dan memanfaatkan sumber daya alam secara efektif. Selain itu juga dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor demografis, geografis, ekonomi, sosial dan politik. Berbagai upaya untuk mengentaskan kemiskinan telah dilakukan oleh pemerintah yang diaplikasikan dalam wujud kebijakan dan Program-program baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Pemerintah Indonesia telah menerapkan berbagai kebijakan dan program untuk mengurangi kemiskinan, mulai dari masa orde lama hingga masa kepemimpinan Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Kebijakan tersebut tercermin dalam beberapa regulasi dan program yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan salah satunya program PKH. (Murdiyana,2017).

` Tajchan; 2006 menyebutkan unsur-unsur model sistem implementasi kebijakan publik terdiri atas program yang dilaksanakan, target groups atau sasaran dalam implementasi program, implementor atau unsur pelaksana serta faktor lingkungan (Tachjan, H;, 2006). Unsur-unsur tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi dalam konteks Program Keluarga Harapan. Unsur pertama adalah program yang dilaksanakan, yaitu PKH itu sendiri. Program ini berupa bantuan tunai untuk membantu keluarga miskin dan rentan dalam meningkatkan kesejahteraan. Unsur kedua yaitu, kelompok sasaran atau target groups. Dalam PKH kelompok sasaran adalah keluarga miskin terutama pada ibu hamil, anak untuk memanfaatkan berbagai fasilitas layanan akses kesehatan dan layanan pendidikan serta membantu penyandang disabilitas dan lanjut usia . Unsur ketiga adalah implementor, dalam PKH Kementerian Sosial Republik Indonesia menjadi implementor paling utama. Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Timbuan, 2021) mengemukakan bahwa untuk mencapi keberhasilan dalam suatu program dalam upaya menanggulangi kemiskinan di masyarakat, sangat penting untuk memiliki koordinasi yang baik antara implementor di lapangan dan juga komitmen yang kuat untuk menerapkan kebijakan sesuai

(15)

13 dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Selanjutnya terdapat faktor lingkungan yang menjadi unsur terakhir. Salah satunya yaitu faktor sosial seperti adanya dukungan masyarakat atau partisipasi masyarakat dalam menerima program.

Dalam implementasi kebijakan publik, pendekatan diperlukan sebagai cara atau strategi yang untuk menerapkan kebijakan pemerintah atau organisasi. Pada Program Keluarga Harapan, menggunakan pendekatan bottom up yang dimana menekankan pada partisipasi aktif dan peran langsung masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program. Pada program keluarga harapan pendekatan bottom up dimulai dengan mengidentifikasi keluarga penerima manfaat secara partisipatif. PKH juga melibatkan mekanisme musyawarah keluarga sebagai bentuk partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan terkait program. Pada pemberdayaan ekonomi, keluarga penerima manfaat didorong untuk mengembangkan usaha sesuai dengan potensi dan kebutuhan lokal dengan melalui pelatihan dan pendampingan.

Pendekatan bottom up memungkinkan keluarga penerima manfaat secara aktif berkontribusi dalam peningkatan pendapatan keluarga sehingga dapat mengurangi ketergantungan pada bantuan sosial. Terakhir, PKH juga melibatkan pendekatan evaluasi partisipatif dimana keluarga penerima manfaat berperan dalam mengidentifikasi masalah, mengevaluasi program serta memberikan masukan terhadap perbaikan yang diperlukan. (Satibi & Sudrajat, 2019).

Tasikmalaya, sebagai salah satu kota di Jawa Barat, juga menerapkan program PKH sebagai upaya untuk menekan tingkat kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Kemiskinan di tasikmalaya pada tahun 2022 berdasarkan data bps sebesar 12,72

% dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 87,13 ribu jiwa. Hal ini mengalami penurunan sebesar 0,41 persen dibandingkan dengan tahun 2021 (Badan Pusat Statistik, 2022). Dalam rangka menyukseskan program pemerintah untuk mengurangi dan menekan angka kemiskinan, pemerintah tasikmalaya ikut mengimplementasikan program keluarga harapan untuk meningkatkan sumber daya manusia dalam bidang kesehatan, pendidikan dan perbaikan gizi.

Tasikmalaya baru menerima dan melaksanakan Program PKH pada tahun 2013 Sedangkan Pemerintah kabupaten tasikmalaya melaksanakan launching penyaluran dana Program Keluarga Harapan pada tahun 2017 di Kecamatan Manonjaya yang dibuka secara langsung oleh Bupati Tasikmalaya.

Tabel 1.1 Kategori Komponen Program Keluarga Harapan di Tasikmalaya

(16)

14

No Kategori Keterangan

1 Anak Usia 0 s.d 6 tahun Maksimal 2 (dua) anak di dalam keluarga PKH 2 Anak SD/Sederajat Seluruh Anak

3 Anak SMP/Sederajat Seluruh Anak 4 Anak SMA/Sederajat Seluruh Anak

5 Ibu Hamil/ Nifas Maksimal kehamilan kedua di dalam keluarga PKH 6 Lanjut Usia Usia 70 tahun atau lebih dan maksimal satu orang 7 Penyandang Disabilitas Berat Maksimal satu orang dalam keluarga PKH

Program Keluarga Harapan (PKH) terdiri dari beberapa komponen yang dirancang untuk memberikan perlindungan sosial dan meningkatkan kesejahteraan keluarga penerima manfaat.

Berikut ini terdapat data jumlah komponen program keluarga harapan di Tasikmalaya pada tahun 2022

Tabel. 1.2 Data jumlah komponen program keluarga harapan di Tasikmalaya pada tahun 2022

No Kecamatan

Anak Balita

Anak SD

Anak SMP

Anak SMA

Ibu Hamil/Nifas

Lanjut Usia

Penyandang Disabilitas

Berat

Satuan

1 Kawalu 1.503 2.725 1.881 1.985 91 2.592 114 Jiwa

2 Taman Sari 1.784 2.832 1.854 1.767 143 2.179 93 Jiwa

3 Cibereum 859 1.685 1.123 1.235 73 2.202 64 Jiwa

4 Purbaratu 793 1.507 1.014 1.038 58 1.523 47 Jiwa

5 Tawang 302 705 567 609 18 1.131 34 Jiwa

6 Cihideung 544 1.209 873 1.029 17 1.694 54 Jiwa

7 Mangkubumi 1.363 2.650 1.874 1.979 100 2.596 142 Jiwa

8 Indihiang 677 1.387 906 1.006 45 1.429 52 Jiwa

9 Bungursari 721 1.356 996 1.007 66 1.495 67 Jiwa

10 Cipedes 859 1.685 1.123 1.235 43 2.202 64 Jiwa

Sumber: Dinas Sosial Kota Tasikmalaya, data.tasikmalayakota.go.id 2022

(17)

15 Jika dilihat dari data diatas, penerima manfaat program keluarga harapan di Tasikmalaya banyak diterima oleh masyarakat Lanjut Usia. Di Tasikmalaya, terdapat tingkat kemiskinan yang lebih tinggi pada populasi lansia dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Hal tersebut didukung oleh pernyataan yang dikatakan Menteri Sosial RI Tri Rismaharini yang mengatakan populasi kaum lanjut usia (lansia) tunggal di Tasikmalaya khususnya di Kabupaten sebagai yang terbanyak di Indonesia. (Budho Santoso, 2022) Kemiskinan pada lansia dapat terkait dengan beberapa faktor seperti keterbatasan akses terhadap pekerjaan, keterbatasan kesehatan serta kurangnya jaminan sosial, sehingga PKH mengidentifikasi kelompok lansia sebagai penerima manfaat bantuan. Untuk jumlah keluarga penerima manfaat PKH di Tasikmalaya pada tahun 2022 Kawalu menduduki posisi terbanyak penerima manfaat PKH yaitu sebanyak 6.054 keluarga.

Pelaksanaan program PKH di tasikmalaya pada tahun 2023, sebanyak 10.645 warga tasikmalaya akan menerima bantuan sosial melalui program sembako dan program PKH, hal tersebut disampaikan oleh Ihsan Firdaus Manajer Operasional PT. Pos Indonesia. Program sembako Triwulan I dan PKH 2023 akan dilakukan pada 10 kecamatan dan tersebar di 69 kelurahan dengan jumlah nominal sebanyak Rp. 6.387.000.000. Di Tasikmalaya Cipedes merupakan kecamatan yang paling banyak KPM nya yaitu sekitar 1.246 Jiwa, untuk daerah yang paling sedikit penerima manfaatnya yaitu terdapat kecamatan purbaratu sekitar 538 Jiwa. (antara news). Terdapat tahapan pencairan dana PKH tahap 1 2023, diantaranya:

- Telah terdaftar sebagai penerima PKH 1 yang dapat dicek pada cekbansos.kemensos.go.id

- Saldo mutasi rekening Himbara atau BSI KPM penerima PKH tahap I 2023 bertambah

- Terdapat pesan singkat melalui sms banking yang menunjukan bahwa dana PKH tahap 1 2023 telah cair

- Terdapat surat pengambilan dana atau pencairan uang PKH tahap 1 2023 dari PT Pos Indonesia yang dikirimkan langsung ke rumah penerima bansos.

Selama program berlangsung, keluarga penerima manfaat akan mendapatkan pendampingan dari petugas PKH. Petugas ini nantinya akan membantu keluarga dalam mengakses layanan sosial serta program-program pemberdayaan ekonomi lainnya. Selain itu, terdapat juga sistem monitoring untuk memastikan bantuan diterima secara tepat waktu dan efektif oleh keluarga penerima manfaat. Pemerintah setiap tahunnya memberikan target dalam mewujudkan

(18)

16 kesejahteraan peserta PKH sehingga mereka siap untuk “Graduasi Mandiri” atau keluar dari kepesertaan PKH. Graduasi mandiri merupakan proses pengakhiran kepesertaan keluarga penerima PKH. Tidak tercapainya target dalam melakukan pendampingan, menunjukkan bahwa kinerja pendamping sosial PKH tidak berjalan dengan optimal.

3.2 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi PKH di Tasikmalaya Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) di tasikmalaya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor ini dapat bervariasi tergantung pada konteks kebijakan dan kondisi spesifik yang terlibat. Dalam implementasi PKH tidak terlepas dari adanya faktor pendukung serta faktor penghambat. Faktor pendukung program yaitu adanya ketentuan yang jelas terkait dengan mekanisme pelaksanaan program sedangkan faktor penghambat program yaitu kurangnya komunikasi dan koordinasi secara intens antar pihak yang terlibat sehingga menyebabkan adanya salah sasaran dalam pemberian bantuan (Fajri et al., 2022). Berikut adalah faktor faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi PKH di Tasikmalaya:

- Kebijakan dan dukungan pemerintah: Keberhasilan pelaksanaan PKH di Tasikmalaya sangat bergantung pada dukungan pemerintah daerah. Implementasinya akan lebih efektif dan efisien jika pemerintah daerah memiliki komitmen yang kuat dan memberikan prioritas yang tepat pada program tersebut. Pemerintah Tasikmalaya sangat mendukung kebijakan ini, hal tersebut dibuktikan dengan implementasinya yang menjadikan program PKH menjadi salah satu prioritas sebagai upaya menanggulangi kemiskinan di Tasikmalaya.

- Anggaran dan alokasi dana: Ketersediaan anggaran dan alokasi dana yang memadai juga merupakan faktor penting. Jika program mendapatkan anggaran yang memadai dan dana dialokasikan dengan baik, maka akan lebih banyak keluarga miskin yang mendapat manfaat dari program tersebut.

- Sumber Daya Manusia yang Berkualitas Keberhasilan pelaksanaan PKH juga sangat bergantung pada kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang terlibat dalam pelaksanaannya. Petugas yang terlatih dengan baik dan memiliki pengetahuan tentang program ini akan dapat memberikan bimbingan dan dukungan yang diperlukan kepada keluarga penerima manfaat. Pemerintah Tasikmalaya melaksanakan rakor dalam upaya meningkatkan kinerja para pendamping PKH di kabupaten tasikmalaya, rakor tersebut

(19)

17 dihadiri sebanyak 300 SDM PKH. (Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Tasikmalaya, 2017)

- Keterlibatan Masyarakat: Sejauh mana keterlibatan masyarakat dalam program PKH juga mempengaruhi keberhasilan pelaksanaannya. Jika masyarakat Tasikmalaya dapat memahami program secara utuh, berpartisipasi aktif dalam kegiatan terkait, dan memanfaatkan bantuan yang diberikan dengan baik, maka program akan lebih efektif dalam mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga penerima manfaat.

- Sistem monitoring dan evaluasi yang efektif: Pelaksanaan PKH di Tasikmalaya juga membutuhkan sistem monitoring dan evaluasi yang efektif untuk memastikan bahwa proyek berjalan sesuai rencana dan mencapai hasil yang diharapkan. Melalui pemantauan dan evaluasi yang baik, perbaikan dan penyesuaian yang diperlukan dapat dilakukan untuk memungkinkan program mencapai tujuannya dengan lebih baik. Hal tersebut didukung berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Deden Taupiq, 2020) yang menunjukan bahwa Pelaksanaan Kebijakan program keluarga harapan di Tasikmalaya saat belum terdapat supervisor tidak terlalu signifikan dalam mengentaskan kemiskinan

3.3 Dampak dari implementasi PKH terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di Tasikmalaya

Dilihat dari implementasi program PKH di tasikmalaya yang cukup baik, program PKH memberikan dampak yang cukup signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat tasikmalaya. Implementasi PKH dapat membantu mengurangi tingkat kemiskinan di Tasikmalaya melalui adanya bantuan yang diberikan sehingga program ini dapat mengangkat keluarga miskin dari garis kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Adanya program PKH di Tasikmalaya memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam mengurangi tingkat kemiskinan di Tasikmalaya. Selain itu Program PKH juga memberikan dampak yang positif dalam meningkatkan akses pendidikan, kesehatan serta pemberdayaan ekonomi di Tasikmalaya meningkat setelah implementasi PKH.6 Berikut terdapat data Garis Kemiskinan, Jumlah, dan Persentase Penduduk Miskin di Kota Tasikmalaya 2014-2022:

Tabel. 1.3 Garis Kemiskinan, Jumlah, dan Persentase Penduduk Miskin di Kota Tasikmalaya 2014-2022

(20)

18 Tahun

Garis Kemiskinan (rupiah/kapita/bulan)

Jumlah Penduduk Miskin (ribu)

Persentase Penduduk

Miskin

2014 351 718 104,60 15,95

2015 367 673 106,78 16,28

2016 397 215 102,79 15,60

2017 416 837 97,85 14,80

2018 447 008 84,22 12,71

2019 457 899 76,98 11,60

2020 470 150 86,13 12,97

2021 480 341 89,46 13,13

2022 498,711 87,13 20,72

Sumber : bps.go.id

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa setelah implementasi program PKH di Tasikmalaya tahun 2013, angka kemiskinan dari tahun ketahun mengalami penurunan. Kecuali pada tahun 2020-2021 yang dimana Indonesia mengalami Pandemi Covid-19 yang menyebabkan perekonomian indonesia menjadi terganggu dikarenakan adanya kebijakan seperti Lockdown, PSBB, PPKM dan lain-lain yang menyebabkan aktivitas masyarakat menjadi terganggu. Selain itu anggaran APBN pada saat pandemi Covid-19 lebih difokuskan untuk mengatasi masalah tersebut dengan dialokasikan lebih banyak di bidang kesehatan.

Meskipun implementasi Program di Tasikmalaya telah berjalan dengan baik dan menunjukan peningkatan yang signifikan dalam mengurangi kemiskinan di Tasikmalaya, namun tentu masih terdapat permasalahan dan tantangan yang dihadapinya berdasarkan laporan bulanan yang ada di PPKH kota Tasikmalaya, permasalahan yang selalu dan paling banyak muncul ialah mengenai tidak tersalurkannya bantuan PKH ataupun BPNT dengan tepat sasaran selain itu koordinasi yang kurang baik menjadi tantangan yang dihadapi. Koordinasi yang baik antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta lembaga terkait sangat penting untuk memastikan

(21)

19 bantuan sampai kepada keluarga penerima dengan cepat dan tanpa hambatan. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan evaluasi oleh pemerintah. Pemantauan dan evaluasi merupakan langkah penting dalam implementasi PKH di Tasikmalaya. Pemerintah perlu memastikan adanya sistem pemantauan yang efektif untuk memastikan bahwa bantuan yang diterima benar-benar bermanfaat bagi penerima dan berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan mereka. Evaluasi juga diperlukan untuk memperbaiki kelemahan dalam implementasi program dan mengoptimalkan dampaknya.

(22)

20 BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Kesimpulan berikut ini dapat dibuat berdasarkan temuan-temuan diskusi:

1. Implementasi program kebijakan PKH di Tasikmalaya telah berhasil mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial serta meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dalam bidang pendidikan dan kesehatan. Program ini telah terlaksana dengan baik dan memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat Tasikmalaya. Melalui bantuan yang diberikan dalam Program keluarga Harapan, masyarakat miskin dapat mendapatkan akses yang lebih baik terhadap pendidikan dan pelayanan kesehatan. Implementasi PKH dengan menggunakan pendekatan bottom up sehingga dapat lebih sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lokal. Partisipasi masyarakat memainkan peranan penting dalam menentukan prioritas dan mengidentifikasi solusi terbaik untuk mengatasi masalah kemiskinan dan kesenjangan sosial di daerah tersebut.

2. Dalam implementasi program PKG, terdapat faktor pendorong dan penghambat yang dapat mempengaruhi keberhasilan program. Faktor pendorong meliputi adanya kebijakan dan dukungan pemerintah, alokasi anggaran yang memadai, ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas dalam pendampingan program serta partisipasi masyarakat yang aktif.

Sistem monitoring dan evaluasi yang efektif juga diperlukan untuk memastikan program berjalan dengan baik. Namun terdapat pula faktor penghambat seperti kurangnya koordinasi yang baik antara berbagai pihak terkait yang dapat menghambat pelaksanaan program dan memunculkan masalah dalam implementasinya.

3. Dalam peranannya untuk meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat. Implementasi program PKH telah memberikan dampak yang signifikan dalam mengurangi kemiskinan sehingga membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Program ini telah berhasil meningkatkan akses pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat yang sebelumnya hidup dalam kondisi miskin. Tingkat kemiskinan di Tasikmalaya secara keseluruhan menurun dari tahun ketahun setelah program ini diimplementasikan. Namun perlu dicatat bahwa dampaknya terhenti pada tahun 2020-2021 akibat pandemi COVID-19 yang mempengaruhi banyak aspek kehidupan masyarakat secara global. Meskipun

(23)

21 demikian program PKH tetap memberikan manfaat yang signifikan dalam memerangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan di Tasikmalaya.

4.2 Saran

1. Pemerintah sangat penting untuk meningkatkan koordinasi berbagai pihak terkait implementasi PKH termasuk pemerintah daerah, lembaga terkait dan masyarakat. Dengan memperkuat koordinasi dapat menghindari tumpang tindih serta memastikan sinergi dan efisiensi dalam pelaksanaan program. Selain itu, komunikasi dan informasi yang efektif penting agar penyampaian informasi mengenai PKH dapat dilakukan secara jelas dan terbuka kepada masyarakat.

2. Meskipun pendampingan PKH di Tasikmalaya telah baik, akan tetapi pendampingan tersebut tetap perlu ditingkatkan dalam kualifikasi dan keterampilan yang memadai untuk memberikan pendampingan yang efektif kepada peserta PKH, dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan berkala guna meningkatkan kompetensi mereka dalam memberikan bantuan kepada peserta PKH.

3. Diperlukan sistem yang efektif untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program PKH yang dapat membantu dalam mengidentifikasi masalah, memperbaiki kelemahan serta memastikan pencapaian tujuan program. Hasil dari evaluasi dan monitoring nantinya dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang lebih baik dalam penyusunan kebijakan.

(24)

22 DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. (2022). Presentase Penduduk Miskin. From tasikmalayakota.bps.go.id:

https://tasikmalayakota.bps.go.id/subject/23/kemiskinan.html#subjekViewTab3

Budho Santoso. (2022, Mei 29). Pemprov Jabar beri perhatian terhadap lansia tunggal di

Tasikmalaya. From antaranews.com:

https://www.antaranews.com/berita/2907933/pemprov-jabar-beri-perhatian-terhadap- lansia-tunggal-di-tasikmalaya#mobile-nav

Deden Taupiq. (2020). PENGARUH PELAKSANAAN KEBIJAKAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN ( PKH ) TERHADAP MANAJEMEN PROGRAM KELUARGA HARAPAN ( PKH ) DALAM MEWUJUDKAN KINERJA PENDAMPING SOSIAL PROGRAM KELUARGA THE INFLUENCE OF PKH POLICY IMPLEMENTATION TOWARD PKH MANAGEMENT IN REALIZING T

Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Tasikmalaya. (2017, Juli 21). PKH Solusi atasi Kemiskinan di Kabupaten Indonesia. From tasikmalayakab.go.id:

http://portal.tasikmalayakab.go.id/index.php/en/aneka-info/berita-daerah/buka-rakor- sdm-pkh-kab-tasikmalaya-bupati-ade-sugianto-perlu-kerja-cepat-dan-kerja-tepat

Erna; Adriyani R ; Sri Sulastri. (2020). Implementasi Program Keluarga Harapan (Pkh) Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga Miskin. CENDEKIA Jaya, 2(1), 75–93.

https://doi.org/10.47685/cendekia-jaya.v2i1.64

Fajri, A. K., Larasati, D., & Alifkah, S. P. (2022). Analisis Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program Keluarga Harapan. Jurnal Manajemen Dan Kebijakan Publik, 7(1), 158–

170.

Hidayat, B., & Siregar, H. . (2019). Determinants of poverty in Indonesia: An empirical analysis using panel data. Journal of Social and Administrative Sciences, 87-101.

Huda, K., Hidayati, D., Tamyis, A. R., & Fatah, A. R. . . (2018). Memperkuat Peluang Ekonomi Untuk Keluarga PKH: Ringkasan. Smeru Research Institute, 1–24.

https://smeru.or.id/sites/default/files/publication/brief-pkhstudy-id_final.pdf

Iva Faulana, Indri Murniawaty, R. (2021). Model Pengentasan Kemiskinan melalui Kebijakan PKH di Jawa Tengah. Jurnal Kajian Pendidikan Ekonomi Dan Ilmu Ekonomi, V Nomor 1(1), 1–13.

Kementrian Sosial Republik Indonesia. (2019, Agustus 9). Program Keluarga Harapan (PKH) . From kemensos.go.id: https://kemensos.go.id/program-keluarga-harapan-pkh

Mazmanian, D.A ; Sabatier, P. A. (1983). Implementation and Public Policy. Scott: Foresman.

Mansur, J. (2021). IMPLEMENTASI KONSEP PELAKSANAAN KEBIJAKAN DALAM PUBLIK. AT-TAWASSUTH:Jurnal Ekonomi Islam, VI(2), 324–334.

Mustari, N. (2018). Implementasi Kebijakan Publik: Pemahaman Teoritis Empiris. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Murdiyana, M., & Mulyana, M. (2017). Analisis Kebijakan Pengentasan Kemiskinan Di Indonesia. Jurnal Politik Pemerintahan Dharma Praja, 10(1), 73–96.

(25)

23 https://doi.org/10.33701/jppdp.v10i1.384

Satibi, I., & Sudrajat, U. (2019). Strategi Implementasi Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Di Kota Tasikmalaya. Jispo, 9(2), 367–368.

Seftiani, D. (2018). Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Bantuan Sosial Program Keluarga Harapan Oleh Pendamping Program Keluarga Harapan (Pkh) Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Di Desa Talagasari Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis. Ilmu Sosial Dan Politik, 35–47.

Suryahadi, A., Suryadarma, D., & Sumarto, S. (2006). Economic Growth and Poverty Reduction in Indonesia: The Effects of Location and Sectoral Components of Growth. In SMERU Research Institute (Issue August).

Tachjan, H;. (2006). Implementasi Kebijakan Publik. Bandung: Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI).

Timbuan. (2021). Dynamics of Goverment Implementation in Indonesia. Jurnal Ilmu Administrasi Negara, Volume 19.

TNP2K. (2018). Masa Depan Sistem Perlindungan Sosial di Indonesia: Perlindungan Solusi untuk Semua. Jakarata: TNP2K, Kantor Wakil Presiden.

Wahab, Solichin Abdul;. (2012). Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Penyusunan Model-Model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Walker, Hill M; Boyne, George A;. (1988). Public Policy Implementation. London: Sage Publication.

Yustika, Ahmad Erani; Arsyad, Nurdin;. (2009). Kajian Implementasi Kebijakan Publik di Indonesia. Jurnal Penelitian Politik, Vol. 9, No. 1 , 1-20.

Referensi

Dokumen terkait

3 Result & Discussion The results are reported in this section for AZCOTT and Non-AZCOTT teacher reports of their use and student use of technology and related activities, the

Berdasarkan tanggapan responden masih terdapat responden yang menyatakan kurang setuju terhadap indikator yang diberikan yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti kurangnya