• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Konsep Integrasi Islam dan Sains UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Implementasi Konsep Integrasi Islam dan Sains UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

at-Tarbiyah al-Mustamirrah: Jurnal Pendidikan Islam

Penerbit: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri Mahmud Yunus Batusangkar

Website: https://ojs.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/at-tarbiyah Email: [email protected]

P-ISSN: 2775-7099 ; E-ISSN: 2775-7498

Implementasi Konsep Integrasi Islam dan Sains UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

M. Iqbal Lubis, Ilyas husti, Bisri Mustofa Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

[email protected]

Abstrak

Perubahan transformasi IAIN menjadi UIN adalah merupakan wujud dari wordclass university dan penerapan integrasi keilmuan hal ini untuk menghilangkan adanya dikotomi ilmu antara ilmu agama dengan sains karena islam adalah agama universal.

Melalui integrasi keilmuan diharapkan cara pandang ilmu pengetahuan tidak lagi terpisah dan bersifat terbuka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana konsep dan penerapan integrasi islam dan sains pada UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Pendekatan Penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif deskriptif dengan metode telaah pustaka (Library research). Informasi diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah dan referensi lain yang mendukung telaah kepustakaan yang dilakukan. Hasil penelitian bahwa konsep Integrasi Islam dan Sain di UIN Sunan kalijaga Yogyakarta adalah pendekatan Integrasi interkonektif yang di usung oleh Amin Abdullah dalam konsep integrasi keilmuan Jaring laba-laba. Implementasi yang sudah dilakukan adalah sudah sampai pada level pengembangan keilmuan integratif secara sistematis mulai dari level filosopis sampai pada operasional penyusunan kurikulum dan proses pembelajaran atau level strategis.

Kata kunci : Integrasi keilmuan, Integrasi interkoneksi, UIN Sunankalijaga Abstract

The transformation of IAIN into UIN is a form of wordclass university and the application of scientific integration to eliminate the dichotomy of science between religion and science because Islam is a universal religion. Through scientific integration, it is hoped that the perspective of science will no longer be separate and open. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta is an Islamic higher education institution that has undergone transformational changes and determines attitudes regarding the relationship between religion (Islam) and science. The purpose of this paper is to see how the concept and application of the integration of Islam and science at UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Approach This research uses a descriptive qualitative approach with a literature review method (Library research). Information is obtained from books, scientific works and other references that support the literature review carried out. The results showed that the concept of Integration of Islam and Science at UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta is an interconnective integration approach promoted by Amin Abdullah in the concept of

(2)

scientific integration of spider webs. The implementation that has been done is that it has reached the level of systematic integrative scientific development starting from the philosophical level to the operational preparation of the curriculum and learning process or strategic level.

Keywords: scientific integration, interconnection integration, UIN Sunankalijaga

PENDAHULUAN

Awal munculnya gagasan integrasi keilmuan dilatarbelakangi oleh adanya dualisme atau dikotomi keilmuan antara ilmu dengan agama. Dalam sejarah masyarakat eropa menunjukkan keterpisahaan antara ilmu dan agama berawal dari temuan Copernicus (1473- 1543) yang kemudian diperkuat oleh galileo galilei (1564-1642) tentang struktur alam semesta yang heliosentris (matahari sebagai pusat tata surya) berhadapan dengan gereja yang terdapat dalam bibel tentang geosentris (bumi sebagai pusat tata surya). Dikotomi ilmu pengetahuan juga terlihat pada lembaga pendidikan antara pendidikan umum dan pendidikan agama, yang telah berlangsung sejak bangsa ini mengenal sistem pendidikan modern. Dikotomi keilmuan Islam berimplikasi luas pada aspek pendidikan di lingkungan umat Islam, baik yang menyangkut cara pandang umat terhadap ilmu pengetahuan dan pendidikan, lembaga pendidikan, kurikulum pendidikan, maupun psikologi umat pada umumnya.(Thoyyar 2012)

Integrasi ilmu antara agama dan ilmu umum dapat dilakukan. Namun, mengingat bahwa semua keilmuan lahir dari basis ontologis, epistemologis dan aksiologis, dan ternyata basis keilmuan Islam dan umum berbeda, maka diperlukan parameter-parameter tertentu sehingga tercapai tujuan-tujuan tersebut. Untuk mencapai hal tersebut tidak cukup dengan memberi justifikasi ayat al-Qur‘an pada setiap penemuan dan keilmuan, memberikan label Arab atau Islam pada istilah-istilah keilmuan dan sejenisnya, tetapi perlu ada perubahan paradigma pada basis-basis keilmuan, agar sesuai dengan basis-basis dan khazanah keilmuan Islam yang berkaitan dengan realitas metafisik, religius dan teks suci.(Akbarizan 2014)

Sebuah ilmu akan tetap bernafaskan sekuler, jika tidak didasarkan pada basis ontologis atau pandangan dunia (world view) yang utuh dan ‘tunggal’ atau tauhid dalam istilah Naquib Attas. Begitu pula, sebuah epistemologi akan tetap bersifat ‘eksploitatif’

dan ‘merusak’ jika tidak didasarkan atas ontologi yang Islami. Namun demikian, bangunan ilmu yang telah terintegrasi tidak banyak berarti jika dipegang orang yang tidak

(3)

bermoral rusak dan tidak bertanggungjawab. Karena itu, perlu dibenahi pada aspek aksiologinya.(Thoyyar 2012)

Upaya yang di lakukan untuk integrasi keilmuan adalah Islamisasi ilmu pengetahuan yang di lakukan oleh Ismail Raji Al-Faruqi, Sayed Muhammad Naquib Al- Atlas, Fazlur Rahman, dan Ziauddin. Kemunculan ide Islamisasi ilmu tidak lepas dari ketimpangan-ketimpangan yang merupakan akibat langsung keterpisahan antara sains dan agama dengan mengembalikan ilmu pengetahuan pada pusatnya yaitu tauhid.

Selanjutnya adalah upaya Ilmuisasi islam yang di usung oleh Kuntowijoyo yang mengusulkan agar melakukan perumusan teori ilmu pengetahuan yang didasarkan kepada Al-Qu’ran dan menjadikan Al-Qur’an sebagai suatu paradigma. Upaya yang dilakukan adalah objektifikasi.Fithriani Gade, 2020).

Gagasan integrasi keilmuan Islam di kalangan pemikir pendidikan Islam di Indonesia dipandang masih tersebar dan belum dirumuskan dalam tipologi pemikiran yang khas, terstruktur, dan sistematis. Bahkan transformasi beberapa IAIN/STAIN menjadi UIN dipandang belum menggambarkan peta pemikiran keilmuan Islam, baik di Indonesia maupun di dunia Islam pada umumnya baik klasik maupun kontemporer. Oleh karena itu, berbagai gagasan integrasi keilmuan, termasuk kristalisasinya dalam bentuk transformasi IAIN/STAIN menjadi UIN.Huzni Thoyyar, 2012). Hal ini berkaitan dengan adanya kebijakan konversi beberapa perguruan tinggi Islam dari bentuk institut atau sekolah tinggi ke dalam bentuk universitas. Ada beberapa Perguruan Tinggi Islam yang sebelumnya berbentuk Sekolah Tinggi dan Institut yang sudah berubah menjadi UIN. Di antaranya ialah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, UIN Malang, UIN Sultan Syarif Qasim Pekan Baru, UIN Alaudin Makasar, UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan UIN Sunan Ampel Surabaya. Alasan konversi ini adalah untuk mengembangkan keilmuan yang lebih integratif.(Muhyi 2018)

Menyusun dan merumuskan konsep integrasi keilmuan yang selama ini dilakukan oleh beberapa perguruan tinggi Islam terutama di Indonesia adalah dengan cara memasukkan beberapa program studi keIslaman diklaim sebagai bagian dari proses integrasi keilmuan. Dalam perkembangannya, wacana integrasi keilmuan yang dikembangkan di UIN tampaknya masih berada pada tataran normative filosofis dan belum menyentuh ke wilayah-wilayah empiric implementatif. Salah satu yang terabaikan dalam integrasi keilmuan ini adalah menerjemahkannya ke dalam kurikulum dan

(4)

pembelajaran, karena bagaimanapun kurikulum dan pembelajaran merupakan bagian penting dalam konteks mengimplementasikan wacana integrasi keilmuan, sehingga tidak hanya berdiri pada posisi normatif-filosofis, tetapi juga harus masuk ke dalam kurikulum dan pembelajaran secara sistemati. (Rifai et al. 2014) Dalam praktek kependidikan di beberapa negara termasuk di Indonesia integrasi keilmuan juga memiliki model yang beragam. Ada beberapa model integrasi keilmuan yang sudah dirumuskan dan bermetamorfosis menjadi universitas diantaranya adalah model jaring laba-laba keilmuan yang dikembangkan oleh UIN Yogyakarta, konsep model pohon ilmu di populerkan UIN Malang, konsep model integrasi ilmu umum dan ilmu agama digagas UIN Ciputat Jakarta, model konsep keilmuan yang disebut “integrated twin tower” yang digagas UIN Sunan Ampel Surabaya, konsep wahyu memandu Ilmu yang digagas UIN Sunan Gunung Djati Bandung, konsep spriral Andromeda oleh UIN Sultan Syarif Kasim Riau dan lain sebagainya. Dalam makalah ini penulis akan mencoba untuk menjelaskan bagaimana konsep integrasi keilmuan yang dikembangkan oleh UIN Sunan KalijagaYogyakarta, dan penerapan konsep integrasi yang selama ini telah di lakukan dalam lembaga UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian adalah kepustakaan dengan memfokuskan pada kajian konsep Integrasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Metode penelitian yakni penelitian studi pustaka. Penelitian kepustakaan merupakan riset yang memanfaatkan sumber pustaka untuk memperoleh data penelitian dan menghimpun berbagai kepustakaan yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang sedang diteliti. Adapun sumber data utama adalah Konsep konsep Integrasi Islam dan Sain di UIN Sunan kalijaga Yogyakarta dengan pendekatan Integrasi interkonektif yang di usung oleh Amin Abdullah maupun hasil tulisan dari tokoh-tokoh lain yang diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah dan referensi lain yang mendukung telaah kepustakaan yang dilakukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsep Integrasi Keilmuan Sunan Kaijaga Yogyakarta

Transformasi UIN Sunan Kalijaga berimplikasi pada keilmuan, akademik dan kelembagaan secara bersamaan. Secara keilmuan UIN Sunan Kalijaga mendapat wider

(5)

mandate untuk mencari solusi atas dikotomi keilmuan umum dan agama yang terus terjadi. Secara akademik, UIN Sunan Kalijaga mendapatkan izin penyelenggaraan 10 program studi baru. Secara kelembagaan, UIN Sunan Kalijaga mengembangkan Fakultas-fakultas baru yang berada di bawah Kementerian Pendidikan Nasional.

Berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI Nomor: 390 Tahun 2004 Tanggal 3 September 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga memiliki 7 fakultas pada jenjang S1, yaitu: Fakultas Adab (sekarang Fakultas Adab dan Ilmu Budaya), Fakultas Dakwah (sekarang Fakultas Dakwah dan Komunikasi), Fakultas Syari’ah (sekarang Fakultas Syari’ah dan Hukum), Fakultas Tarbiyah (sekarang Fakultas Tarbiyah dan Keguruan), Fakultas Ushuluddin (sekarang Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam), Fakultas Sains dan Teknologi, dan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora. Pada tahun 2012, UIN Sunan Kalijaga membuka Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) dengan 2 program studi, yaitu Ekonomi Syariah, dan Perbankan Syariah, Konsentrasi Akuntasi Perbankan Syariah. Amin Abdullah,Transformasi IAN Sunan Kalijaga Menjadi UIN Sunan Kalijaga: Laporan Pertanggungjawaban Rektor UIN Sunan Kalijaga Periode 2001-2005 (29 Desember 2001-29 Desember 2005) (yogyakarta, 2005).

Sejak tahun 2004, paradigma keilmuan yang dikembangkan oleh UIN Sunan Kalijaga sebagai hasil transformasi dari IAIN ke UIN adalah integrasi dan interkoneksi.

Hal ini sesuai dengan visi dan misi UIN Sunan kalijaga yaitu unggul dan terkemuka dalam memberikan layanan pendidikan, pengabdian dan masyarakat dan pengembangan keilmuan agama, social, dan sains/teknologi dengan paradigma integrasi interkoneksi.

Adapun misi UIN Sunan Kalijaga adalah menjadikan UIN suka sebagai PTKIN terbaik di Indonesia dan sebagai Worldclass University in Islamic Studies pada tahun 2024.Tim Renstra UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Rencana Strategis Bisnis (RSB) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2020-2024, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Paradigma ini merupakan realisasi visi dan misi UIN Sunan Kalijaga di mana dialog keilmuan yang bersifat integrasi interkoneksi dilakukan dalam wilayah internal ilmu-ilmu keislaman, sebagaimana halnya ilmu-ilmu keislaman dengan ilmu-ilmu umum. Masing-masing rumpun ilmu memiliki keterbatasan dan karenanya diharuskan untuk dialog, kerjasama dan memanfaatkan metode dan pendekatan rumpun ilmu lain untuk melengkapi kekurangan-kekurangan. Hal ini merupakan usaha mendialogkan tiga keilmuan UIN

(6)

Sunan Kalijaga yaitu hadlarah an-nas, hadlarah al-ilm, dan hadlarah al-falsafah. Karena itu, semua matakuliah di UIN Sunan Kalijaga harus mencerminkan keilmuan yang terpadu di antara ketiga entitas ilmu yang ada, yaitu antara: hadlarah an-nas, hadlarah al- ilm, dan hadlarah al-falsafah. Dengan kata lain, pengembangan keilmuan tidak bersifat dikotomis.(Amin Abdullah 2006)

Pendekatan integrasi-interkoneksi dalam pembidangan mata kuliah yang mencakup tiga dimensi pengembangan ilmu yakni hadlarah an-nas, hadlarah al-ilm, dan hadlarah al-falsafah merupakan upaya mempertemukan kembali antara ilmu-ilmu keislaman (Islamic sciences) dengan ilmu-ilmu umum (modern sciences), dengan harapan tercapainya kesatuan ilmu yang integratif dan interkonektif. Proses ini diharapkan menjadi solusi dari berbagai krisis yang melanda manusia dan alam dewasa ini sebagai akibat dari ketidakpedulian suatu ilmu terhadap ilmu yang lain (skema isolated) yang selama ini terjadi.

Skema Isolated Entities

Tampak dalam skema di atas peradaban manusia ini telah semakin maju karena adanya ketiga entitas keilmuan tersebut. Akan tetapi oleh masyarakat dunia sekarang, konfigurasi hubungan yang isolated tersebut diyakini sebagai sumber permasalahan dunia kontemporer, sejak dari krisis lingkungan hidup, ekonomi, moralitas, religiusitas, dan krisis dimensi yang lain. Skema demikian, dalam paradigma keilmuan UIN Sunan Kalijaga, ditransformasikan ke dalam suatu bentuk keilmuan yang interkonektif atau interconnected entities sebagaimana digambarkan di bawah ini :(Waston 2016)

Hadlarah an- Nas

Hadlarah Al- Ilm

Hadlarah Al- Falsafah

(7)

Skema Interconnected Entities

Skema interconnected entities menunjukkan setiap rumpun ilmu menyadari keterbatasan-keterbatasan yang melekat pada dirinya. Oleh karena itu, semua harus bersedia berdialog, bekerjasama, dan memanfaatkan metode dan pendekatan rumpun ilmu lain untuk melengkapi kekurangan-kekurangan yang melekat jika masing-masing berdiri sendiri, terpisah antara satu dan lainnya. matakuliah di UIN Sunan Kalijaga harus mencerminkan sebuah keilmuan yang terpadu, saling menunjang di antara ketiga entitas ilmu yang ada, yaitu antara hadlarah an-nas, hadlarah al-ilm, dan hadlarah al- falsafah. Pendekatan keilmuan yang memadukan (integratif- interkonektif) wahyu Tuhan (hadlarah an-nas) dengan temuan pikiran manusia ini (hadlarah al-ilm, dan hadlarah al-falsafah), tidak akan berakibat mengecilkan peran Tuhan (sekularisasi) atau mengucilkan manusia sehingga teralienasi dari dirinya sendiri, masyarakat serta lingkungan hidupnya. Justru konsep reintegrasi epistemologi keilmuan diharapkan dapat menyelesaikan konflik antara sekularisme ekstrim dan fundamentalisme negatif dari paham-paham yang rigid dan radikal. Hal itu karena sentral keilmuan UIN Sunan Kalijaga adalah al- Qur’an dan al-Sunnah yang dilalui dengan berbagai pendekatan dan metodologi. al-Qur’an dan al-Sunnah ini menjiwai dan memberi inspirasi bagi ilmu- ilmu yang ada pada lapisan berikutnya yaitu lapisan ilmu-ilmu keislaman klasik, ilmu alam, sosial dan humaniora serta ilmu- ilmu kontemporer. Hadlarah An-nas berarti kesediaan untuk menimbang kandungan isi teks keagamaan sebagai wujud komitmen keagamaan/keislaman. Hadlarah al-‘ilm berarti kesediaan untuk profesional, objektif, inovatif dalam bidang keilmuan yang digeluti; dan akhirnya hadlarah al-falsafah berarti kesediaan untuk mengkaitkan muatan keilmuan dengan tanggung jawab moral

Hadlarah An-nas

UI N

Hadlarah al-Ilm

Ilm

Hadlarah al- Falsafah

(8)

etik dalam praksis kehidupan riil di tengah masyarakat. Kesimpulannya. Hadlarah An- nas adalah jaminan identitas keislaman, hadlarah al-‘ilm adalah jaminan profesionalitas-ilmiah, dan hadlarah al-falsafah adalah jaminan bahwa muatan keilmuan yang dikembangkan bukan “menara gading” yang berhenti di “langit akademik”, tetapi memberi kontribusi positif-emansipatif yang konkret dalam kehidupan masyarakat. (Siswanto 2015)

Konsep ini di UIN Sunan Kalijaga disebut dengan paradigma keilmuan jaring laba- laba, sebagaimana dapat dilihat berikut ini:

Seperti yang terlihat dalam gambar, konten jaring laba-laba keilmuan ini tediri atas 4 lapis lingkaran tiga di antaranya membentuk jalur. Lingkar lapis 1 (paling dalam) adalah Alquran dan Sunnah yang berkedudukan sebagai sumber utama pengetahuan Islam. Di atas lingkar lapis 1 terdapat lingkar lapis 2 yang membentuk jalur dan memuat 8 disiplin ilmu-ilmu Ushuluddin, yaitu Kalam, Falsafah, Tasawuf, Hadits, Tarikh, Fiqh, Tafsir, dan Lughah. Lingkar lapis ke-3 adalah jalur pengetahuan teoritik yang terdiri atas; Sociology, Hermeneutics, Philology, Semiotics, Ethics, Phenomenology, Psychology, Philosophy, History, Antrophology, dan Archeology. Sedangkan lingkar lapis 4 (terluar) merupakan jalur pengetahuan aplikatif, yang terdiri atas; Isu-isu Religious Pluralism, Sciences and

(9)

Technology, Economics, Human Rights, Politics/Civil Society, Cultural Studies, Gender Issues, Environmental Issues, dan Internastional Law.

Bangunan paradigma keilmuan sebagaimana diilustrasikan sebagai “spider web”

menunjukkan hubungan jaring laba-laba keilmuan yang bercorak teoantroposentris- integralistik-interkonektif. Tergambar di situ bahwa al-Qur’an dan al-Sunnah sebagai sentral keilmuan. Dari sentral keilmuan itu lalu dikembangkan pola-pola ijtihad dengan menggunakan berbagai pendekatan dan metode, di mana proses ini kemudian memberi inspirasi bagi munculnya ilmu-ilmu yang ada pada lapisan berikutnya, yaitu lapisan ilmu- ilmu keislaman tradisional. Dengan cara yang sama, pada masa-masa berikutnya, lahir ilmu-ilmu kealaman, sosial, dan humaniora, dan berujung munculnya ilmu-ilmu dan isu- isu kontemporer pada lapis berikutnya.

Implementasi Konsep Integrasi Keilmuan

Paradigma keilmuan “integrasi-interkoneksi” ini berawal dari sebuah kegelisahan M. Amin Abdullah terkait dengan tantangan perkembangan zaman yang sedemikian pesatnya yang dihadapi oleh umat Islam saat ini. Teknologi yang semakin canggih sehingga tidak ada lagi sekat-sekat antarbangsa dan budaya, persoalan migrasi, revolusi IPTEK, genetika, pendidikan, hubungan antaragama, gender, HAM dan lain sebagainya.

Perkembangan zaman mau tidak mau menuntut perubahan dalam segala bidang tanpa terkecuali pendidikan keislaman karena tanda adanya respon yang cepat melihat perkembangan yang ada maka kaum Muslimin akan semakin jauh tertinggal dan hanya akan menjadi penonton, konsumen bahkan korban di tengah ketatnya persaingan global.

Menghadapi tantangan era globalisasi ini, umat Islam tidak hanya sekadar butuh untuk survive tetapi bagaimana bisa menjadi garda depan perubahan. Hal ini kemudian dibutuhkan reorientasi pemikiran dalam pendidikan Islam dan rekonstruksi sistem kelembagaan.

Dalam konteks pengembangan keilmuan di perguruan tinggi, paradigma integrasi secara kongkrit dapat diimplementasikan dalam berbagai level:Bermawy Munthe, dkk., Sukses Belajar Di Perguruan Tinggi : Sosialisasi Pembelajaran Di Perguruan Tinggi Bagi Mahasiswa Baru UIN Sunan Kalijaga, CTSD UIN Sunan Kalijaga, 2015. a. Level filosofi. Integrasi dan interkoneksi pada level filosofis dalam pengajaran mata kuliah adalah bahwa setiap mata kuliah harus diberikan nilai fundamental eksistensial dalam kaitannya dengan disiplin keilmuan lain dan dalam hubungannya dengan nilai-nilai

(10)

humanistik. Mengajarkan fiqh misalnya di samping makna fundamentalnya sebagai filosofi membangun hubungan antara manusia, alam dan Tuhan dalam ajaran Islam, dalam pengajaran fiqh harus ditanamkan pula pada mahasiswa bahwa eksistensi fiqh tidaklah sendiri atau bersifat self-sufficient, melainkan berkembang bersama sikap akomodatifnya terhadap disiplin keilmuan lainnya seperti filsafat, sosiologi, psikologi, dan sebagainya. b. Level materi. Implementasi integrasi dan interkoneksi pada level materi dapat dilakukan dengan tiga model pengejawantahan interkoneksitas keilmuan antar disiplin keilmuan. Pertama, model pengintegrasian ke dalam pengajaran mata kuliah. Kedua, model penanaman mata kuliah yang menunjukan hubungan antara dua disiplin ilmu umum dan keislaman. Model ini menuntut setiap mata kuliah mencantumkan kata Islam seperti ekonomi Islam, politik Islam, sosiologi Islam, dan lain- lain. Ketiga, model pengintegrasian ke dalam pengajaran mata kuliah. model ini menuntut setiap mata kuliah keislaman dan keagamaan harus diinjeksikan teori-teori keilmuan umum terkait sebagai wujud interkoneksitas antara keduanya. Sebaliknya dalam setiap pengajaran mata kuliah ilmu ilmu umum harus diberikan wacana-wacana teoretik keislaman dan keagamaan c. Level metodologi. Ketika disiplin ilmu diintegrasikan atau diinterkoneksikan dengan disiplin ilmu lain, misalnya psikologi dengan nilai-nilai Islam, maka secara metodologis, ilmu interkonektif tersebut harus menggunakan pendekatan dan metode yang aman bagi ilmu tersebut. Sebagai contoh pendekatan fenomenologis yang memberi apresiasi empatik dari orang-orang yang mengalami pengalaman, dianggap lebih aman ketimbang pendekatan lain yang mengandung bias anti-agama seperti psikoanalisis. Dari sisi metode penelitian tidak menjadi masalah karena suatu penelitian yang dilakukan secara objektif maka hasilnya adalah kebenaran objektif.

Kebenaran seperti ini justru akan mendukung kebenaran agama itu sendiri. d. Level strategi. Level strategi yang dimaksud di sini adalah level implementasi/praktis dari proses pembelajaran keilmuan integratif-interkonektif. Dalam konteks ini, setidaknya kualitas keilmuan serta ketrampilan mengajar dosen menjadi kunci keberhasilan perkuliahan berbasis paradigma interkoksitas. Di samping kualitas-kualitas ini, dosen mesti difasilitasi dengan baik menyangkut pengadaan sumber bacaan yang beragam serta bahan-bahan pengajaran (teaching resources) di kelas. Demikian pula pembelajaran dengan model pembelajaran active learning dengan berbagai strategi dan metodenya menjadi sebuah keniscaaan.

(11)

Pada level filosofi di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam kurikulum di kembangkan berdasarkan paradigma integrasi interkoneksi sudah dilakukan dimana dalam pengajaran mata kuliah adalah bahwa setiap mata kuliah harus diberikan nilai fundamental eksistensial dalam kaitannya dengan disiplin keilmuan lain dan dalam hubungannya dengan nilai-nilai humanistic. Dimana mata kuliah yang mencakup tiga dimensi pengembangan ilmu yakni hadlarah an-nas (ilmu-ilmu yang berkaitan dengan teks keagamaan), hadlarah al-ilm (ilmu-ilmu kealaman dan kemasyarakatan), dan hadlarah al-falsafah (ilmu-ilmu etis filosofis) dengan dilakukan dengan dua model yaitu : (1) integrasi interkoneksi dalam wilayah internal ilmu ilmu keislaman, dan (2) integras iinterkoneksi ilmu-ilmu keislaman dengan ilmu-ilmu umum.

Pada level materi, dalam penerapan konsep integrasi interkoneksi dimana UIN Yogyakarta sudah berada pada level materi, ini di tunjukkan dengan diterapkannya model pengintegrasian kedalam pengajaran mata kuliah. Dan setiap matakuliah mencantumkan kata islam seperti ekonomi islam, sosiologi islam dan setiap fakultas ada mata kuliah islam dan sains serta islam dan ilmu sosial humaniora yang menjadi mata kuliah penciri khas universitas sejak tahun 2020. (PTIPD UIN Sunan Kali jaga. 2019)

Pada level metodologi. Dalam penerapan konsep intgerasi interkoneksi di UIN Yogyakarata mengalami trend pengembangan dengan banyaknya penelitian yang di lakukan oleh diosen dan mahasiswa dalam bentuk bidang penelitian dan produk-produk karya ilmiah civitas akademika. Dalam kerangka membangun tradisi ilmiah, sivitas akademika UIN Yogya sejauh ini telah melahirkan berbagai karya yang berkaitan dengan paradigma keilmuan integrasi interkoneksi, yang bersifat mengembangkan ke bidang- bidang ilmu tertentu, mem-breakdown ke wilayah metodologi, dan mengaplikasikan ke praktis aktivitas ilmiah. Salah satu contoh penelitian adalah karya Muzairi, dkk yang berjudul Islamic Studies di IAIN Sunan Kalijaga dan Hubungannnya Dengan Ilmu-Ilmu Lain: Sebuah Kajian Menuju UIN Sunan Kalijaga. Dan buku yang di hasilkan oleh Buku yang berjudul Hadis versus Sains; Memahami Hadis-hadis Musykil buah karya Nizar Ali, Buku Interkoneksi Studi Hadis dan Astronomi, karya Syamsul Anwar dll. Karya dosen UIN Sunan kalijaga Yogyakart yang begitu tinggi, baik secara kuantitas maupun kualitas, di bidang pengembangan paradigma keilmuan dan terutama di bidang Islamic Studies, nyatanya memang punya pengaruh yang begitu besar pada dinamika pemikiran dan keilmuan, serta perkembangan masyarakat, baik yang mengapresiasi maupun yang

(12)

menyalahpami. Hal ini harus dimaknai sebagai bagian dari dinamika kreatif pemikiran dan keilmuan. Namun harus diakui, karya dosen terkait pengembangan keilmuan sainstek dan sosial humaniora, belum begitu terdengar pengaruhnya. Terkecuali buku-buku daras, belum banyak ditemukan buku karya dosen terkait bidang ini. (Muslih 2017)

Pada level stategi, dalam hal implementasi dalam proses pembelajaran keilmuan integrative interkonektif. Usaha di lakukan adalah dengan melakukan peningkatan kualitas keilmuan berbasis integrasi interkoneksi dengan memberikan traning kepada dosen tentang penerapan integrasi kurikulum dalam silabus dan SAP, penyelaraasan Kurikulum yang terintegrasi, pembentukan Direktorat Pengembangan Kurikulum, pembinaan dosen-dosen baru untuk mengembangkan kompetensi integrative interkonektif serta Pembuatan template pengembangan silabus dan SAP yang integrative interkonektif. (Rifai et al. 2014)

Paradigma integrative interkoneski dalam konsep konsep jaring laba-laba menjelaskan bahwa adanya upaya mempertemukan kembali antara ilmu-ilmu keislaman (Islamic sciences) dengan ilmu-ilmu umum (modern sciences), dengan harapan tercapainya kesatuan ilmu yang integratif dan interkonektif. Proses ini diharapkan menjadi solusi dari berbagai krisis yang melanda manusia dan alam belakangan ini sebagai akibat ketidakpedulian suatu ilmu terhadap ilmu yang lain yang selama ini terjadi.

Dengan implementasi paradigma integrasi interkoneksi di perguruan tinggi (Islam dan atau berbasis Islam) di samping dapat memangkas dikotomi keilmuan, ke depannya diharapkan pula dapat mengantarkan perguruan tinggi (Islam dan atau berbasis Islam) mencapai kemajuan dalam pengembangan sains dan teknologi terutama di dunia islam serta menjadi pola pengembangan ilmu-ilmu keislaman. Menurut penulis dari konsep integrasi interkoneksi dalam jarring laba-laba, penerapan konsep ini dapat dilakukan jika pertama. Seorang ilmuan mampu menguasai ilmu agama islam (aqidah, akhlak dan syariah), kedua tidak memisahkan antara kehidupan dunia dan akhirat dan ketiga adalah mampu mengusai ilmu sains/umum.

KESIMPULAN

Konsep jaring laba-laba (spider web) yang digagas oleh Amin Abdullah berkaitan dengan horison keilmuan Islam, bukan saja bertujuan untuk mengembangkan kerangka ilmu ilmu dasar keislaman yang bersifat normatif, tetapi juga ingin mengintegrasikannya dengan ilmu sekular yang bersifat empiris rasional. Pada aspek inilah daya tarik

(13)

pemikiran Amin abdullah, di mana ia mampu merumuskan epistemologi keilmuan yang dapat meramu bermacam-macam ilmu sehingga jelas apa esensi masing-masing disiplin ilmu dan bagaimana cara dan strategi untuk mengembangkannya. Implementasi pendekatan integrasi interkoneksi dalam konsep jaring laba-laba yang di terapkan oleh UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam pengembangan keilmuan integratif interkonektif sudah dilakukan secara sistematis mulai pada tahap level filosofis sampai dengan level penerapan stategis implementasi dalam pembelajaran yaitu penyusunan dan pengembangan kurikulum, proses pembelajaran dan kultur akademik baik pada jenjang Sarjana maupun pada jenjang lebih tinggi ( Starata tiga). (wismanto, munzir hitami 2021)

DAFTAR PUSTAKA

Akbarizan. 2014. Integrasi Ilmu. UIN Suska. Vol. 1.

Amin Abdullah. 2005. “No TitleTransformasi IAN Sunan Kalijaga Menjadi UIN Sunan Kalijaga: Laporan Pertanggungjawaban Rektor UIN Sunan Kalijaga Periode 2001- 2005 (29 Desember 2001-29 Desember 2005).” yogyakarta.

———. 2006. Islamic Studies Di Perguruan Tinggi: Pendekatan Integratif-Interkonektif.

yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bermawy Munthe, Dkk. 2015. Sukses Belajar Di Perguruan Tinggi : Sosialisasi Pembelajaran Di Per- Guruan Tinggi Bagi Mahasiswa Baru UIN Sunan Kalijaga.

CTSD UIN Sunan Kalijaga.

Gade, Fithriani. 2020. Integrasi Keilmuan Sains Dan Islam. Banda Aceh: Ar-Raniry Press.

Muhyi, Abdul. 2018. “Paradigma Integrasi Ilmu Pengetahuan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.” Mutsaqqafin : Pendidikan Islam Dan Bahasa Arab 1 (1): 45–64.

Muslih, Mohammad. 2017. “Tren Pengembangan Ilmu Di Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta.” Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman 12 (1).

https://doi.org/10.21274/epis.2017.12.1.103-139.

Rifai, Nuriena, Fauzan, Wahdi Sayuti, and Bahrissalim. 2014. “Integrasi Keilmuan Dalam Pengembangan Kurikulum Di UIN Se-Indonesia: Evaluasi Penerapan Integrasi Keilmuan UIN Dalam Kurikulum Dan Proses Pembelajaran.” Tarbiya 1 (1): 13–33.

Siswanto, Siswanto. 2015. “Perspektif Amin Abdullah Tentang Integrasi-Interkoneksi Dalam Kajian Islam.” Teosofi: Jurnal Tasawuf Dan Pemikiran Islam 3 (2): 376.

(14)

https://doi.org/10.15642/teosofi.2013.3.2.376-409.

Thoyyar, Huzni. 2012. “Model-Model Integrasi Ilmu Dan Upaya Membangun Landasan Keilmuan Islam.” Adabiyah Jurnal Pendidikan Islam 1: 1–30.

http://diktis.kemenag.go.id/acis/ancon06/makalah/Makalah Husni Thoyyar.pdf.

Tim Renstra UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2020. Rencana Strategis Bisnis (RSB) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2020-2024. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Vol. 1. http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/equilibrium/article/view/200.

Waston. 2016. “Pemikiran Epistomologi Amin Abdullah Dan Relevansinya Bagi Pendidikan Tinggi Di Indonesia.” Jurnal Studi Islam 17 (1): 80–89.

wismanto, munzir hitami, abu anwar. 2021. “Integrasi Islam Dan Sains Dalam Pengembangan Kurikulum Di UIN.” Randai 2 (1): 85–94.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan pada konteks implementasi konsep integrasi, saat ini hanya 2 UIN (UIN Yogyakarta dan UIN Malang) yang sudah mencoba menerapkan konsep integrasi keilmuan tersebut

Laporan realisasi capaian kinerja sampai dengan Triwulan III tahun 2021, presentase dosen yang dibina dalam moderasi beragama pada UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta baru

Epistemologi Keilmuan Islam dan Umum : Konsep Integrasi Interkoneksi UIN Sunan Kaljaga dan Implementasinya dalam Pembelajaran Jurusan PAI di UIN Sunan Kalijaga

Laporan realisasi capaian kinerja sampai dengan Triwulan III tahun 2021, presentase dosen yang dibina dalam moderasi beragama pada UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta baru

Santoso, Kusno Budi, Problem Bahasa Indonesia, Sebuah Analisis Praktis Bahasa Baku, Jakarta: PT.. © 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan

KETETAPAN SIDANG PARIPURNA LEMBAGA KEMAHASISWAAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2022 Nomor:01/KET/SIDANG PARIPURNA/LKM-FST/I/2023

SURAT KETERANGAN MASIH KULIAH Nomor: B- /Un.02/TST/TU.00.1/03/2019 Yang bertanda tangan di bawah ini Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menerangkan bahwa

Para penyandang dsabilitas difabel Di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, justru memiliki optimisme yang tinggi dan self-efficacy yang kuat dan mereka mampu untuk bisa beraktualisasi dalam