• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Metode Tartil dalam Pembelajaran Al-Qur'an untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur'an Siswa Kelas VII MTs Faqihul Ilmi Makassar

N/A
N/A
edy silva

Academic year: 2025

Membagikan "Implementasi Metode Tartil dalam Pembelajaran Al-Qur'an untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur'an Siswa Kelas VII MTs Faqihul Ilmi Makassar"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

DRAF PROPOSAL Nama : Sukri

NIM : 20062014004

Prodi : Pendidikan Agama Islam

Judul : Implementasi Metode Tartil Pada Pembelajaran Al’Quran Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al’Quran Pada Siswa Kelas VII MTs Faqihul Ilmi Makassar.

A. Latar Belakang

Di era globalisasi ini, banyak sekali pergeseran nilai dalam kehidupan masyarakat dikarenakan para generasi kita masih banyak yang belum mampu untuk membaca al-qur’an secara baik apalagi memahaminya.

Pemandangan lain yang cukup memprihatinkan adalah akhir-akhir ini dirasakan kecintaan membaca Al-Qur’an dikalangan umat islam sendiri agak semakin menurun terutama dikalangan remaja. Hal ini terasa semakin kompleks disaat banyak guru agama mengakui bahwa selama ini, metodologi pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang diterapkan disekolah/madrasah masih mempertahankan cara-cara lama (konvensional) seperti cara menghafal, ceramah dan demontrasi praktik-praktik ibadah yang dilakukan hanya untuk memenuhi tuntutan pembelajaran semata, apalagi belajar membaca Al-Qur’an, mau tidak mau pada saat ini banyak peserta didik yang tidak mampu membaca Al-Qur’an dengan baik bahkan mereka merasa takut apabila diminta membaca Al-Qur’an atau ada pelajaran yang berkaitan dengan huruf Arab karena mereka merasa belajar Al- Qur’an adalah materi yang susah dan membosankan.

(2)

Al-Qur’an adalah kalam Allah yang Agung, jalan Allah yang lurus, undang-undang Allah yang kokoh, bisa memberi kebahagian, sebagai risalah Allah yang abadi, dan merupakan rahmat Allah yang luas, hikmah yang indah, dan nikmat yang sempurna. Al-Qur’an dijadikan sebagai sumber utama umat islam, sumber norma, sumber hukum pertama, dan perlu dipahami lebih mendalam oleh umat islam sebagai dasar petunjuk dalam berfikir, berbuat serta beramal bagi manusia sebagai kholifah di bumi. Memahami fungsi Al-Qur’an wajib bagi setiap manusia yang beriman dan harus berusaha belajar mengenal, memahami serta membaca dengan fasih dan benar sesuai dengan aturan membacanya (ilmu tajwidnya). 1 Al-Qur’an berisi kandungan ajaran-ajaran yang lengkap tentang keimanan, ahlak mulia, aturan ibadah, hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia, serta segala yang berhubungan dengan kehidupan manusia, karena itulah yang terpenting dalam pendidikan agama adalah memahami al-Qur’an. Dua sumber penting bagi pemeluk Islam yaitu al-Qur’an dan hadis, maka pengenalan agama Islam melalui dua sumber tersebut harus dilakukan, termasuk dilakukan pada satuan pendidikan Sekolah Menengah Pertama / Madrasah Tsanawiyah hingga Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah.

Upaya guru/pengajar dalam Pendidikan Agama Islam yaitu mendidik.

Mendidik adalah tugas yang amat mulia karena dilakukan dalam bentuk mengajar, memberi contoh, membiasakan dan lain-lain. Tugas dan peran pengajar sangatlah kompleks seperti upaya pendidik dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an

1 Fahd Bin Abdurrahman Ar-Rumi, Ulumul Qur’an studi kompleksitas Al-Qur’an (Yogyakarta:

Titan Illahi, 1996), 86

(3)

pada peserta didik. Pendidik dituntut untuk memahami segala permasalahan peserta didik agar bisa dengan mudah mengetahui penyebab gagalnya peserta didik dalam hasil belajar. Dari realita tersebut, maka pendidik dituntut agar bisa menyelesaikan segala macam permasalahan diantaranya dengan menggunakan beberapa metode pembelajaran yang bisa membantu dan memotivasi peserta didik dalam meningkatkan hasil belajar terutama dalam hal kemampuan membaca Al- Quran. Sehingga penyusun tergerak untuk menyusun sebuah tulisan yang kemudian diharapkan bisa menjadi alternatif pedoman atau panduan bagi penulis dan pendidik pada umumnya dalam menjalankan profesi keguruan. Tulisan ini dituangkan dalam sebuah skripsi dengan judul ” Implementasi Metode Tartil Pada Pembelajaran Al’Quran Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al’Quran Pada Siswa Kelas VII MTs Faqihul Ilmi Makassar”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Implementasi Metode Tartil Pada Pembelajaran Al-Quran dalam meningkatkan kemampuan membaca Al- Quran pada siswa kelas VII MTs Faqihul Ilmi Makassar?

2. Bagaimana Kemampuan Membaca Al-Quran Siswa Kelas VII MTs Faqihul Ilmi Makassar?

3. Bagaimana Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Quran dengan Menggunakan Metode Tartil Pada Siswa Kelas VII MTs Faqihul Ilmi Makassar?

C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus Penelitian

(4)

Fokus penelitian merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial. Dalam penelitian kualitatif penentuan fokus diarahkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh dari situasi sosial.2 . Dari penjelasan tersebut yang menjadi fokus penelitian yaitu Implementasi Metode Tartil pada pembelajaran Al-Quran dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran pada siswa kelas VII MTs Faqihul Ilmi Makassar.

Deskripsi fokus penelitian ini digunakan sebagai dasar pengumpulan data sehingga tidak jadi penyimpangan terhadap data yang diambil untuk menyamakan pemahaman dengan cara pandang ilmiah ini, deskripsi penelitian ini merupakan penjelasan dari kerangka konseptual dalam penelitian ini3 .

Fokus penelitian ini adalah.

1. Implementasi merupakan sebuah penempatan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap. Dengan demikian, implementasi adalah tindakan yang harus mengikuti pemikiran awal agar sesuatu benar-benar terjadi.

2. Metode Tartil dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Cet. XII; Jakarta: Rineka Cipta, 2019), h. 106.

3Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, h.107.

(5)

Tartil artinya membaca dengan pelan, tuntas, dan berhati-hati. Ketika seseorang membaca Al’Quran dengan tartil, mereka tidak hanya memerhatikan aturan tajwid (pengucapan yang benar), tetapi juga memberikan perhatian khusus pada setiap kata dan huruf. Ini adalah penghormatan terhadap kata-kata Allah yang terkandung dalam Al’Quran. Tartil artinya juga memahami makna yang terkandung dalam Al’Quran. Ini bukan hanya tentang pengucapan yang benar, tetapi juga tentang merenungkan pesan yang ingin disampaikan Allah melalui ayat-ayat-Nya. Membaca dengan tartil membantu seseorang untuk lebih mendalam dalam pemahaman Al’Quran.

3. Kemampuan Membaca Al’Quran

Kemampuan bisa diartikan kesanggupan atau sanggup dalam melakukan sesuatu.

Sedangkan membaca merupakan salah hal yang penting dalam sebuah pendidikan. Dengan membaca akan membuka cakrawala dan pengetahuaan yang luas. Selain itu membaca akan menambah informasi yang belum diketahui sebelumnya. Membaca juga merupakan kegiatan proses berfikir disertai dengan efektifitas yang kompleks dengan melibatkan berbagai faktor yang berasal dari dalam diri pembaca untuk menerima informasi dari sumber tertulis.

Al’Quran merupakan salah satu kalamallah dan merupakan salah satu mukjizat yang diberikan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dengan melalui malaikat Jibril. Al’Quran juga merupakan pedoman hidup untuk umat muslim. M embaca Al’Quran adalah hal yang ada pada diri manusia untuk melakukan suatu perbuatan yang disertai dengan proses berfikir memahami yang terkandung dalam Al’Qur‟an. Serta kemampuan seseorang membaca Al’Qur‟an dengan tartil dan

(6)

memahami maksud dan makna yang terkandung dalam bacaan Al’Quran, dan yang membacanya mendapatkan pahala, juga sebagai bentuk ibadah.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai ialah :

a. untuk mengetahui implementasi metode tartil dalam meningkatkan kemampuan membaca Al’Quran pada siswa kelas VII MTs Faqihul Ilmi Makassar.

b. Untuk mengetahui Kemampuan Membaca Al-Quran Siswa Kelas VII MTs Faqihul Ilmi Makassar.

c. Untuk mengetahui Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Quran dengan Menggunakan Metode Tartil Pada Siswa Kelas VII MTs Faqihul Ilmi Makassar.

2. Kegunaan Penelitian

a. Manfaat secara teoritis, memberikan informasi tentang implementasi metode tartil dalam meningkatkan kemampuan membaca Al’Quran pada kelas VII MTs Faqihul Ilmi Makassar.

b. Secara praktis, 1) Bagi Pendidik

Dapat dijadikan evaluasi bagi pendidik untuk mengembangkan metode tartil dalam pembelajaran membaca Al’Quran. Juga sebagai referensi bagi tenaga pendidik lainnya untuk memberikan pembelajaran yang

(7)

bervariasi sehingga peserta didik dapat membaca Al’quran dengan baik dan benar.

2) Bagi Lembaga

Penelitian dapat dimasukkan sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk pengambilan Keputusan dan perkembangan madrasah itu sendiri, serta masukan bagi Lembaga dalam melaksanakan kebijakan yang bertujuan mengembangkan metode tartil untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis Al’Quran.

E. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Implementasi

Secara bahasa, implementasi berarti pelaksanaan, penerapan.4 Secara Umum, implementasi adalah tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang telah disusun dengan matang, cermat dan terperinci. Jadi, implementasi dilakukan jika sudah ada perencanaan yang baik dan matang, atau sebuah rencana yang telah disusun jauh jauh hari sebelumnya, sehingga sudah ada kepastian dan kejelasan akan rencana tersebut.

Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu. Yaitu suatu kegiatan yang direncanakan serta dilaksanakan dengan serius dan mengacu pada norma-norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.5 Dari pengertian tersebut, maka dapat

4 “Implementasi” KBBI, diakses pada 29 februari, 2024.

http://kbbi.web.id/implementasi.html.

5 Zakky, “Pengertian Implementasi menurut Para Ahli, KBBI dan Secara Umum” Agustus 27, 2018.

https://www.zonareferensi.com/pengertianimplementasi/html.,

(8)

ditarik kesimpulan bahwa implementasi merupakan tindakan dari sebuah rencana yang sudah disusun matang. Implementasi menitikberatkan pada sebuah pelaksanaan nyata dari sebuah perencanaan.

2. Pengertian Metode Tartil

Secara etimologi, metode berasal dari dua kata yang terdiri dua kata yaitu “Meta” yang berarti melalui dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Jadi, metode berarti jalan yang dilalui. Asal usul kata suatu metode ini mengandung pengertian suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Metode juga diartikan cara atau jalan yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran. Sedangkan Pembelajaran diartikan sebagai interaksi antar murid dan guru, murid belajar dan guru selaku tenaga pengajar mengelola sumber-sumber belajar termasuk dirinya sendiri, guna memberikan pengalaman belajar kepada anak didik dalam interaksi yang demikian itu terjadi proses belajar pada peserta didik dan kegiatan mengajar pada pendidik.6

Dalam kegiatan belajar mengajar, metode pembelajaran mempunyai nilai yang strategis yaitu dapat mempengaruhi jalannya kegiatan belajar mengajar.

Kunci salah satu keberhasilan dalam belajar mengajar adalah penggunaan metode yang efektif, tepat dan efisien serta mempunyai tujuan. Penggunaan metode secara efektif dan efisisen dapat terjadi bila ada kesesuaian antar metode dan semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran sebagai persiapan tertulis.

6 Munir, 2012. Metode Dakwah, Jakrarta, Prenadamedia Group h. 6

(9)

Ada tiga aspek nilai yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam yang hendak direalisasikan melalui metode yang mengandung watak dan relevansi tersebut, pertama membentuk manusia didik menjadi hamba Allah yang mengabdi kepada- Nya semata, kedua bernilai edukatif yang mengacu kepada petunjuk Al-Qur‟an dan ketiga berkaitan dengan motivasi dan kedisiplinan sesuai ajaran Al-Qur‟an yang disebut dengan pahala dan siksa.7

Jadi metode dapat diartikan sebagai cara-cara atau langkah-langkah yang digunakan dalam menyampaikan sesuatu gagasan, pemikiran, atau wawasan yang disusun secar sistematik dan terencana serta di dasarkan pada teori, konsep dan prinsip-prinsip tertentu yang terdapat di dalam berbagi disilpin ilmu terkait.

Sejak pertama kali metode tartil muncul, yaitu mulai pertengahan tahun 2000 – sekarang, Alhamdulilah sudah berkembang pesat lebih dari 850 Lembaga Pendidikan Al-Quran yang memakai metode tartil, khususnya di wilayah Jawa Timur, Kudus, Semarang, Jakarta, dan Bali, bahkan baru-baru ini telah berkembang di wilayah Sumatera, terutama daerah Lampung, dan Bengkulu.

Metode tartil dikarang langsung oleh: Alhafidz Ustd Syamsul Arifin. Beliau adalah pengasuh Pondok Pesantren Darul Hidayah, Kesilir, Wuluhan, Jember, Jawa Timur. Dulu beliau pernah dipercaya sebagai coordinator method Qira‟ati se-wilayah Jawa dan Bali, kemudian pada pertengahan tahun 2000 beliau menciptakan metode sendiri yang diberi nama “Metode Belajar Al-Qur‟an Tartil”.

8 Sebelum metode tartil muncul sudah ada beberapa metode yang mengajarkan ten tang cara belajar membaca Al-Qur‟an, diantaranya metode Iqro‟, Qira‟ati,

7 Basuki dan Miftahul Ulum, 2007. Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, Ponorogo, Ground Offset Yogyakarta h.138

8 Abdurahman Abu, 2016. At-Tartil, Jember, Thalibun Salih. h.5

(10)

Dirosati, Tartila, Yanbu‟a. Namun karena metode-metode tersebut kurang efisien, menjenuhkan, serta memerlukan terlalu banyak waktu maka beliau sepakat untuk menciptakan metode sendiri.

Arti dasar tartil adalah sesuatu yang terpadu (ittisaq) dan tersistem (intizham) secara konsisten (istiqamah), yakni melepaskan kata-kata dari mulut secara baik, teratur, dan konsisten. Titik tekannya ada pada pengucapan secara lisan, atau pembacaan verbal dan bersuara. Dalam Bahasa Inggris, padanan tepatnya adalah "to recite" (mengucapkan, melafalkan dengan lisan). Tepatnya, slow recitation, membaca secara dengan bersuara secara perlahan-lahan. Secara teknis, tartil berkaitan erat dengan penerapan kaidah-kaidah ilmu tajwid.

Disebutkan bahwa para ulama' telah bersepakat tentang dianjurkannya tartil (membaca perlahan-lahan sesuai kaidah tajwid). Bacalah Al-Qur`an dengan tartil demikianlah perintah Allah kepada kita. Tartil yang di maksud di dalam ayat adalah membaca Al-Qur`an sesuai dengan aturan-aturan yang sudah di tentukan.

Yakni mengeluarkan/menyebutkan huruf–huruf Al-Qur`an sesuai dengan makhroj (tempat keluarnya huruf) dan sifat-sifat huruf. Kursus tartil Qur’an pelatihan/penataran lanjutan dari tingkat dasar untuk memberikan spesialisasi pada bidang penguasaan tilawatil Qur’an pada pendidikan Al-Qur’an.9

Tartil dianjurkan untuk proses tadabbur. Mereka juga mengatakan bahwa tartil sangat dianjurkan terutama bagi orang-orang non-Arab ('ajam), yang tidak memahami maknanya, karena hal lebih mendekatkan kepada sikap pengagungan serta penghormatan terhadap Al-Qur'an, serta lebih kuat pengaruhnya

9 Departemen Agama RI, 2009, Pedoman Pembinaan TKQ/TPQ, Jakarta, Direktorat Pendidikan Dinayah dan Pondok Pesantren. h. 4

(11)

ke hati. Oleh karenanya, dalam surat Al-Muzzammil, tartil adalah membaca Al- Qur'an secara bersuara, perlahan dan dengan menerapkan hukum-hukum bacaan secara tepat. Secara khusus, aktifitas tartil ini dilakukan dalam shalat dan di malam hari, yakni qiyamul-lail. Dari sini, diharapkan lahir kesan ke dalam jiwa, sebagaimana dijelaskan dalam rangkaian ayat-ayat Al-Muzzammil itu sendiri. Jadi metode tartili adalah suatu cara untuk belajar membaca Al-Qur’an dengan cepat, baik, konsisten dan teratur dengan penekanan terhadap lisan dan membacanya dengan bersuara.

3. Kemampuan Membaca Al-Qur’an

Pengertian Kemampuan Membaca Al-Qur’an. Dalam KBBI WJS.Poerwadarminto, kemampuan memiliki kata dasar mampu yang berarti kuasa (sanggup melakukan sesuatu) jadi dapat diartikan kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan. Sedangkan membaca yaitu mengerti atau dapat melisankan apa yang tertulis. Membaca merupakan salah satu aktifitas belajar, membaca adalah suatu kompleks dan rumit karena dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang bertujuan untuk memahami makna yang ada dalam tulisan tersebut.10 Wahyu pertama yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW adalah perintah membaca karena dengan membaca Allah mengajarkan tentang suatu pengetahuan yang tidak kita ketahui. Dengan membaca maka manusia akan berguna bagi dirinya kelak. Jadi pengertian diatas yang dimaksud penulis, kemampuan membaca Al-Qur’an adalah suatu kemampuan yang dimiliki siswa dalam membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah

10 WJS.Poerwardarminto, 2006, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, h. 628

(12)

yang ada (ilmu tajwid). Dalam membaca Al-Qur’an, terdapat beberapa aturan yang harus diperhatikan bagi pembacanya, diantara peraturan-peraturan itu memahami kaidah-kaidah ilmu tajwid.

Dari keterangan di atas, memberikan pengertian bahwa dalam membaca Al-Qur’an tidak bisa terlepas dari ilmu tajwid, karena keterangan tadi telah dibukukan dalam ilmu tajwid. Oleh akrena itu membaca Al-Qur’an tanpa mengetahui ilmu tajwid maka bacaan tersebut sulit untuk disebut bacaan yang benar, bahkan termasuk bacaan yang salah dan bacaan yang salah akan berakibat dosa. Sementara, perbuatan dosa harus ditinggalkan bila ingin membaca Al-Qur’a n dan mendapat pahala, maka kita harus mempelajari ilmu tajwid secara keseluruhan.

F. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian adalah kaitan atau hubungan antara konsep satu dengan konsep yang lainnya dari masalah yang diteliti. Kerangka konsep didapatkan dari konsep ilmu/teori yang dipakai sebagai landasan penelitian.

Bacalah Al-Qur`an dengan tartil demikianlah perintah Allah kepada kita.

Tartil yang di maksud di dalam ayat adalah membaca Al-Qur’an sesuai dengan aturan-aturan yang sudah di tentukan. Yakni mengeluarkan/ menyebutkan huruf–

huruf Al-Qur’an sesuai dengan makhroj (tempat keluarnya huruf) dan sifat-sifat huruf. Kursus tartil Qur’an pelatihan/penataran lanjutan dari tingkat dasar untuk memberikan spesialisasi pada bidang penguasaan tilawatil Qur’an. Membaca Al- Qur’an dituntut untuk kebenaran, kefasehan, kelancaran dalam artian sesuai

(13)

dengan ilmu tajwid. Mengingat salah satu metode belajar membaca Al-Qur’an secara praktis, efektif, efisien serta cepat memahami pembelajaran Al-Qur’an dimana dapat menghantarkan anak didiknya mampu mengembangkan baca Al- Qur‟an dengan baik dan benar.

Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

G. Jenis dan Lokasi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksudkan

MTs FAQIHUL ILMI MAKASSAR (KELAS VII )

IMPLEMENTASI METODE TARTIL

MEMBACA AL-QUR’AN

(14)

untuk mengungkap gejala secara holistik-kontekstual (secara menyeluruh dan sesuai dengan konteks atau apa adanya) melalui pengumpulan data dari latar alami sebagai sumber langsung dengan instrumen kunci penelitian itu sendiri.11 Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.12 Dalam penelitian ini penulis secara langsung datang ke lokasi penelitian di MTs Faqihul Ilmi untuk mengamati, menggambarkan dan menceritakan gambaran umum mengenai lokasi penelitian.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di MTs Faqihul Ilmi Makassar. Tempat J l. Sabutung Baru III No.33, Kelurahan Camba Berua, Kecamatan Ujung Tanah, Kota Makassar Sulawesi Selatan dengan kode pos 90162.

H. Pendekatan Penelitian

Pendekatan berarti cara pandang atau paradigma dalam situasi ilmu yang digunakan dalam memahami sesuatu.13 Pendekatan ini dilakukan atau digunakan untuk mengetahui kemampuan pendidik dalam melaksanakan Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan pedagogik. proses pembelajaran, terutama dalam kompetensi pedagogik yang dimiliki, pelaksanaan pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil pembelajaran serta mampu memahami peserta didik dari segala karakteristik.

Pendekatan ini dilakukan atau digunakan untuk mengetahui permasalahn dari peserta didik dan dapat menganalisis data dengan mengembangkan data yang

11 Ahmad, Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis (Yogyakarta: Teras, 2011), h. 64.

12 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka CipPta, 2009), h. 36

13 Abudin Nata, Metodologi Studi Islam ( cet,IX,Jakarta, Rajagfindo Persaja, 2004), h.28

(15)

diperoleh, dan mengembangkan konsep menggunakan teoritis dari berbagai ulasan dari literature yang diperlukan dalam menganalisis dan mengkaji data.

1. Sumber Data

Terkait dengan sumber data lofkand dan lofland dalam Moleang memaparkan, sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain14 Dokumen – dokumen sebagai penunjang untuk memaparkan hasil.

Sumber data merupakan subjek dimana data diperoleh. Secara umum penelitian ini menggunakan dua data yaitu:15

Berdasarkan pendapat diatas, maka dalam penelitian kualitatif ada dua macam data yaitu, sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer mencakup subjeknya, yaitu Implementasi Metode Pembelajaran Tartil Terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an pada siswa kelas VII MTs Faqihul Ilmi Makassar.

Sedangkan data sekundernya yaitu berupa dokumen-dokumen, catatan yang berhubungan dengan fokus penelitian yaitu Implementasi Metode Pembelajaran Tartil Terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an pada siswa kelas VII MTs Faqihul Ilmi Makassar.

a. Data primer

Sumber data primer merupakan data yang diperoleh langsung peneliti dari objek penelitian dilapangan dalam memperoleh data ini, peneliti secara langsung

14 Lexy, J Moleang, Metodologi penelitian kualitatif ( Bandung, PT Remaja Rosdakarya 2012 ), h 157.

15Eddy Kusnadi, Metodologi Penelitian, (Metro: STAIN Metro dan Ramayana Pers, 2008), h.

77.

(16)

berhadapan dengan informan untuk mendapatkan data yang akurat, agar peneliti dalam melakukan pengelolaan data itu tidak mengalami kesulitan

b. Data Sekunder

Selain menggunakan data primer, pada penelitian ini juga menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang sifatnya mendukung data yang bersumber dari dokumen-dokumen serta hasil pengamatan yang ditemukan oleh peneliti secara tidak langsung dari sumber media lain yang dapat menunjukkan kelengkapan data penelitian agar peneliti ini dapat berjalan akurat menentukan hasil dan sesuai dengan kenyataan.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa data sekunder merupakan sumber data kedua yang diperoleh dari sumber lain yang tidak bekaitan secara langsung dengan data sebelumnya. Data sekunder dalam penelitian ini dokumen dan arsip yang ada pada usaha-usaha yang ada di MTs Faqihul Ilmi Makassar.

J. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.16

16Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Cet. XXII; Bandung:

Alfabeta, 2015), h. 307.

(17)

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, dilakukan dengan cara:

a. Observasi, Metode observasi merupakan metode pengumpulan data, yang peneliti mencatat informasi sebagaimana yang peneliti saksikan selama penelitian.17 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan salah satu teknik pengumpulan data, yaitu melalui observasi. Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga pada obyek- obyek alam yang lain18. Peneliti melakukan observasi di MTs Faqihul Ilmi Makassar.

b. Wawancara, merupakan percakapan yang dilakukan oleh dua orang, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara atau narasumber yang memberikan jawaban atas pertanyaan.19 Adapun wawancara terdiri dari dua jenis wawancara berstruktur dan tidak berstruktur (tidak bebas).20 Dilakukan secara lisan dalam pertemuan tatap muka atau langsung secara individu atau kelompok apabila ingin mengetahui secara jelas dan lebih mendalam terhadap suatu objek penelitian.

17W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Gramedia, 2003), h. 116.

18Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h.145.

19 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), h. 186.

20 Nana Sudjana, Penelitian Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar, (Bandung:

Rosdakarya, 2009), h. 68.

(18)

Berdasarkan defenisi di atas maka penelitian menggunakan wawancara terstruktur, yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan yang lengkap dan rinci.

c. Dokumentasi, merupakan pengumpulan data yang bersumber dari dokumen, buku-buku atau arsip, dan foto. Untuk memperoleh data dari responden salah satunya dengan teknik dokumentasi. Pada teknik ini, peneliti dimungkinkan memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden atau tempat responden dalam melakukan kegiatan sehari-harinya.21Pada metode dokumentasi ini, peneliti dapat memungkinkan memperoleh data secara langsung dari lapangan berasarkan dengan fakta sehingga data yang diperoleh dapat dipercaya.

K. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen dalam penelitian ini dimaksudkan agar mendapatkan data atau informasi yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga bentuk jenis yaitu : a. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengamati setiap aktivitas peserta didik dalam lingkup madrasah atau dalam proses pembelajaran sedang berlangsung. Lembar observasi adalah alat yang berisi daftar kegiatan yang diamati dalam proses penelitian. Lembar observasi sebagai panduan melakukan penelitian dalam aspek upaya yang dilakukan untuk mengetahui implementasi metode pembelajaran tartil

21 Sukardi, Metodologi Penelitan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 157.

(19)

terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an pada siswa kelas VII MTs Faqihul Ilmi Makassar.

Adapun lembar observasi sebagai berikut :

a) Lembar observasi pendidik dalam pembelajaran memuat mata pelajaran yang dimuat oleh peserta didik, kelas yang ditepati mengajar, jam pelajaran harus jelas, waktu pendidik mengajar, hari dan tanggal sesuai dengan jadwal yang ditentukan , nama pendidik juga beserta titelnya agar tidak membingungkan peserta didik, teknik pengisian lembar observasi harus jelas dan singkat agar mudah dipahami, aspek-aspek yang diamati lebih dimengerti sebab ini merupakan hasil penelitian, yang terakhir adalah saran – saran yang merupakan sumbang saran demi kesempurnaan hasil observasi.

b) Wawancara

Wawancara merupakan instrumen yang digunakan dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu, yakni mewawancarai para guru atau tenaga pengajar, siswa dan elemen yang mendukung berkaitan dengan judul skripsi ini.

c) Dokumentasi

Penelitian mengumpulkan data-data dari responden, dalam penelitian ini dokumen yang diambil berupa data yang ada di MTs Faqihul Ilmi Makassar serta foto pada saat berlangsungnya proses penelitian yang berkaitan dengan skripsi ini.

(20)

L. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajar, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.22

Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan data tersebut selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesa tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yang dikumpulkan.

Menurut Milles and Huberman dalam Sugiyono. Menjelaskan bahwa teknik analisis data dibagi dalam beberapa langkah sebagai berikut:

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

b. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

22 Sugiyono, metode penelitian kualitatif. R&D, h 480 - 492

(21)

c. Conclusion Drawing/Verification

Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.23

Maka dari itu untuk menganalisis data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Pengumpulan informasi, melalui informasi langsung dan wawancara.

2. Reduksi, langkah ini adalah untuk memilih informasi mana yang sesuai dan tidak dengan masalah penelitian.

3. Penyajian, setelah informasi dipilih maka disajikan dalam bentuk table atau uraian penjelas

4. Tahap akhir, adalah menarik kesimpulan.

M. Uji Keabsahan Data

Untuk menguji keabsahan data peneliti menggunakan teknik triangulasi.

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji

23Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h.246.

(22)

kredibilitas data, yaitu mengecek kredebilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.24 Dalam penelitian kualitatif, teknik triangulasi digunakan sebagai penecekan keabsahan data yang peneliti dapatkan atau temukan dari hasil wawancara peneliti dengan informan lainnya yang kemudian peneliti mengkonfirmasi dengan studi dokumentasi yang kaitannya dengan penelitian juga hasil pengamatan di lapangan sehinggsa keabsahan data terjamin.

Oleh karena itu peneliti menggunakan teknik triangulasi, sebagai pemeriksaaan melalui sumber lainnya, dalam pelaksanaannya peneliti melakukan pengecekan data yang berasal dari hasil wawancara staf , stakeholder serta seluruh warga madrasah yang ada di MTs Faqihul Ilmi Makassar. Ada beberapa triangulasi yang akan dipakai.

1. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh dari berbagai sumber. Sumber data yang memberikan informasi dideskripsikan, dikategorikan, maka pandangan yang sama, yang serba, dan mana spesifik dari sumber data yang dimaksud. Data yang telah dianalisis oleh peneliti yang menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya kesepakatan dengan data sumber. Peneliti bertanggung jawab untuk memastikan setiap data, agar menghasilkan informasi yang sesuai dengan yang terjadi pada tempat penelitian.

2. Triangulasi teknik

24Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h.330.

(23)

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek oleh observasi dan dokumentasi. Bila dengan teknik pengujian keabsahan data tersebut, menghasilkan data yang berbeda- beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada informan yang bersangkutan atau orang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar.

Maka dari tahap ini peneliti dituntut untuk memastikan bahwa informan yang diajak berdiskusi akan memberikan data yang sesuai terhadap kejadian yang sebenarnya hingga menghasilkan data yang detail dan akurat.

3. Triangulasi waktu

Penelitian yang ingin menghasilkan kredibilitas sebuah data juga dipengaruhi oleh waktu, yang dikumpulkan dengan teknik wawancara dipagi hari pada saat informan masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian keabsahan data dapat dilakukan dengan cara pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu dan situasi yang berbeda sehingga ditemukan kepastian kebenaran data. Serta peneliti juga di harapkan dapat memilih informan yang dapat memberikan informasi yang detail dan sesuai dengan keadaan lapangan yang sebenarnya.

Pengamatan dilapangan juga dilakukan dengan cara memusatkan perhatian secara bertahap dan berkesinambungan sesuai dengan fokus penelitian yaitu implementasi metode pembelajaran tartil terhadap kemampuan membaca Al- Qur’an pada siswa kelas VII MTs Faqihul Ilmi Makassar.

(24)

KOMPOSISI BAB

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian

(25)

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pengertian Implementasi B. Pengertian Metode Tartil

C. Kemampuan Membaca Al-Qur’an D. Kerangka Konseptual

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

B. Tempat dan Waktu Penelitian C. Metode Penelitian

D. Objek Penelitian

E. Teknik Pengumpulan data F. Teknik Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

B. Pemahaman Mengenai Metode Tartil C. Analisa Pembahasan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran

(26)

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, penerapan metode Al-Barqy dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur`an di TPA At-Taqwa Korpri Jaya Sukarame Bandar Lampung

Implementasi Metode Langsung ( Direct Method) dalam meningkatkan kemampuan membaca teks bahasa Arab bagi peserta didik kelas VII MTs PPMI Assalaam tahun pelajaran

Sesuai deng an hipotesis penelitian yakni “p enerapan metode drill efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca dan menulis al- Qur’an pada peserta didik kelas VII MTs

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) untuk mengetahui proses pelaksanaan metode An-Nahdliyah dalam belajar membaca Al-Qur‟an di MTs Sultan Agung Jabalsari

Untuk mengetahui metode yang digunakan guru Al- Qur‟an Hadits dalam. meningkatkan kemampuan membaca Al- Qur‟an siswa di

BAB V: Pembahasan dari hasil penelitian: merupakan pembahasan penelitian yaitu pembahasan tentang strategi guru dalam meningkatkan kemampuan membaca Al- Qur‟an serta

1. Efektivitas program qur’an school dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa SMA Muhammadiyah 6 Makassar belum efektif. Hal tersebut dilandasi dengan

Berdasarkan hasil penelitian kemampuan membaca puisi siswa kelas VII MTs Al- Uswah Pekanbaru berkategori sedang jika dilihat secara keseluruhan, namun jika dilihat