• Tidak ada hasil yang ditemukan

implementasi nilai pendidikan karakter terhadap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "implementasi nilai pendidikan karakter terhadap"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Sosiologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh:

HIJRAH AWALIYA 10538334215

JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2019

(2)
(3)
(4)

iv

SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : HIJRAH AWALIYA

Nim : 10538334215

Jurusan : Pendidikan Sosiologi

Judul Skripsi : Implementasi Nilai Pendidikan Karakter Terhadap Variasi Bahasa dalam Konteks Hubungan Sosial Siswa di SMK Negeri 3 Bulukumba

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi ini merupakan hasil penelitian, pemikiran dan pemaparan asli saya sendiri. Saya tidak mencantumkan tanpa pengetahuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau ditulis oleh orang lain, atau sebagai bahan yang pernah diajukan untuk gelar atau ijasah pada Unismuh Makassar atau perguruan tinggi lainnya.

Apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan peraturan yang berlaku di Unismuh Makassar.

Demikian pernyataan ini saya buat.

Makassar, September 2019 Yang Membuat Pernyataan

Hijrah Awaliyah NIM: 10538334215

(5)

v

SURAT PERJANJIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Hijrah Awaliya

Nim : 10538334215

Jurusan : Pendididkan Sosiologi

Judul Skripsi : Implementasi Nilai Pendidikan Karakter Terhadap Variasi Bahasa dalam Konteks Hubungan Sosial Siswa di SMK Negeri 3 Bulukumba

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini. Saya menyusun sendiri dan tidak dibuatkan oleh siapapun.

2. Dalam penyusunan skripsi, saya selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh Pimpinan Fakultas.

3. Saya tidak melakukan penciplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi saya.

4. Apabila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1, 2, dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat, dengan penuh kesadaran.

Makassar, September 2019 Yang Membuat perjanjian

HIJRAH AWALIYAH NIM: 10538334215

(6)

vi

MOTTO

"Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang.”

“Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh.”

(Andrew Jackson)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, atas rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Karya sederhana ini kepersembahkan untuk:

Ayah dan Ibuku tercinta, yang telah mendukungku, memberiku motivasi dalam segala hal serta memberikan kasih saya yang tidak bia saya balas dengan apapun.

Serta seluruh keluarga dan teman-temanku tersayang yang senantiasa memberikan motivasi dan doa dalam mencapai keberhasilanku.

Terima kasih untuk semuanya

(7)

vii

3 Bulukumba. Skripsi Pendidikan Sosiologi fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Dibimbing oleh: Munirah dan Lukman Ismail.

Penelitianinibertujuan untuk (1) Mengkaji Implementasi Nilai Pendidikan Karakter Terhadap Variasi Bahasa Pada Siswa (2) Implikasi Variasi Bahasa dalam Konteks Hubungan Sosial Siswa.

Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Penelitian ini berlokasi di SMK Negeri 3 Kabupaten Bulukumba. Informan dalam penelitian ini terdiri dari Sembilan orang, tiga guru, empat siswa dan dua warga. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Sementara analisis data dalam penelitian ini terdiri atas tiga alur kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Adapun hasil dari penelitian ini adalah dalam menerapkan nilai pendidikan karakter terhadap bahasa perlu dilakukan pendekatan personal dan pendekatan klasikal. Adanya kebiasaan penggunaan bahasa yang tidak sopan, kasar dan kotor memberikan implikasi terhadap hubungan sosial siswa tersebut dengan siswa yang lainnya dimana dengan adanya kebiasan mengucapkan bahasa yang tidak sopan,kasar dan kotor tersebut maka akan lebih cepat memicu terjadinya konflik, bullying bahkan sampai perkelahian antara sesama siswa sehingga hubungan sosial antara siswa tidak dapat terjalin dengan baik lagi. Selain itu jika perilaku tersebut dibawa sampai keluar maka pandangan masyarakat sekitar juga akan ikut berfikiran negative dan tentunya akan memberikan batasan kepada anaknya dalam hal bergaul. Sehingga sangat diperlukan kerja sama yang baik antar pihak sekolah, orang tua dan masyarakat sektar dalam hal menerapkan nilai pendidikan karakter serta penggunaan bahasa yang baik dan sopan.

Kata Kunci: Nilai Pendidikan Karakter, Variasi Bahasa, Hubungan sosial.

(8)

viii

Relations at SMK Negeri 3 Bulukumba. Thesis of Sociology Education in the Teaching and Education Faculty. Supervised by: Dr. Munirah and Lukman Ismail.

This thesis uses descriptive qualitative research that aims to uncover the implementation of the value of character education on language variation in students and he implications of the value of character education in the context of students’ social relations. This research is located at SMK Negeri 3 Bulukumba Regency. The informants in this study consisted of nine people, three teachers, four students and two residents. Data collection in this study uses observation, intervies, and documentation techniques. While the data analysis in this study consisted of three streams of data reduction, data presentation, and conclusion drawing.

The results of this study are the lack of application of the value of character education and the use of language that is not polite, rude and dirty so that it has implications for the social relations of these students with other students where the habit of saying language that is not polite, rude and dirty will be more quickly triggers conflict of mounth war, offense, bullying and even fights between fellow students so that social relations between students cannot be established properly anymore. In addition, if the behavior is brought out, then the views of the surrounding community will also come with negative thoughts and will certainly provide ,imits to their children in terms of socializing. So it is very necessary good cooperation between the school, parents and the community in terms of applying the value of character education and the use of good and polite language.

Keywords: Value of Character Education, Language Variation, Social Relations.

(9)

ix

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat, rahmat dan hidayahnyala sehingga penyusunan Skripsi ini selesai sesuai dengan waktu yang di perlukan. Salam dan shalawat kepada baginda Rosulullah SAW, sang intelektual sejati ummat yang menyampaikan pengetahuan dengan cahaya ilahi. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Implementasi Nilai Pendidikan Karakter Terhadap Variasi Bahasa dalam Konteks Hubungan Sosial Siswa di SMK Negeri 3 Bulukumba”bisa terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam rangka untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Disadari sepenuhnya bahwa penulisan Skripsi ini tidak mungkin terwujud tampa ada bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial saya haturkan dengan rendah hati dan rasa hormat kepada kedua orang tua saya yang tercinta, Ayahanda Burhanuddin dan Ibunda Rahbiyah serta saudari saya Hikmah Amaliya dan Al- Hinayah yang dengan segala pengorbanannya tak akan pernah saya lupakan jasa-jasanya. Doa restu, nasihat, dan petunjuk dari mereka yang merupakan moril yang sangat efektif bagi kelanjutan studi saya hingga saat ini.

Kepada Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Prof. Dr. H. Abd.

Rahman Rahim, S.E., MM. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Bapak Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D serta para Wakil Dekan Fakultas Keguruan

(10)

ix

pembimbing I dan Bapak Lukman Ismail, S.Pd.,M.Pd selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Serta Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, semoga Bapak dan Ibu dosen selalu dalam rahmat dan lindungan Allah Swt.

Sehingga ilmu yang telah diajarkan dapat bermanfaat dikemudian hari.

Penulis juga ucapakan terimah kasih kepada Saudara seperjuangan saya Sosiologi 015 beserta teman-teman lainya .yang sudah banyak membantu penulis dalam berbagai masalah hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan pahala dari rahmat Allah Swt semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin ya Rabbal a’lamin.

Makassar, September 2019

Hijrah Awaliyah

(11)

x

Halaman Pengesahan... ii

Halaman Persetujuan ... iii

Surat Pernyataan ... iv

Surat Perjanjian ... v

Motto Dan Persembahan... vi

Abstrak... vii

Abstrac ... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Definisi Istilah ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Konsep ... 13

(12)

x BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian... 32

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

C. Fokus Penelitian ... 32

D. Informan Penelitian... 33

E. Jenis dan Sumber Data ... 33

F. Instrumen Penelitian... 34

G. Teknik Pengumpulan Data... 35

H. Teknik Analisis Data... 35

I. Teknik Keabsahan Data ... 36

BAB IV GAMBARAN HISTORIS LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Lokasi Penelitian ... 39

B. Keadaan Siswa ... 42

C. Keadaan Geografis ... 43

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 46

1. Implementasi nilai pendidikan karakter terhadap variasi Bahasa pada siswa di SMK Negeri 3 Bulukumba ... 46 2. Implikasi Variasi Bahasa dalam Konteks Hubungan

(13)

x

Bahasa pada siswa di SMK Negeri 3 Bulukumba ... 66 2. Implikasi Variasi Bahasa dalam Konteks Hubungan

Sosial Siswa di SMK Negeri 3 Bulukumba ... 72

BAB VI KESIMPILAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Hasil Penelitian ... 76 B. Saran Penelitian... 77 DAFTAR PUSTAKA ... 79 LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(14)

1 A. Latar Belakang

Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam mengembangkan sumber daya manusia tersebut. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada ayat 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Sebagaimana diketahui bersama, sitem pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa. Karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Dengan demikian, karakter dapat dipahami sebagai sikap, tingkah laku dan perbuatan baik atau buruk yang berhubungan dengan norma sosial.

Oleh karena itu, erat kaitan antara karakter dan interaksi sosial.

Prasetyo dan Rivasintha (2013), mengatakan bahwa Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan. Dalam

(15)

mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko- kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.

Sekolah merupakan tempat melaksanakan pendidikan setelah pendidikan dalam keluarga. Sekolah merupakan tempat untuk menimba ilmu dan mengembangkan potensi, selain itu sekolah juga merupakan tempat untuk menanamkan nilai karakter. Permasalahannya selama ini penanaman nilai- nilai pendidikan karakter di sekolah hanya sebatas pengetahuan atau teori saja, dan belum pada taraf penanaman dan pelaksanaan dalam perilaku nyata sehari-hari.

Hal tersebut sejalan dengan Muslich (2011), yang menyatakan bahwa pendidikan karakter tidak boleh hanya menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai saja, tapi juga harus pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Artinya, apabila sekolah telah berusaha untuk mewujudkan implementasikan nilai-nilai karakter di sekolah dengan baik, yakni dengan memberikan pengetahuan mengenai norma atau nilai sehingga siswa bisa merasakan hal positif dari nilai tersebut dan siswa menjadi terdorong untuk menginternalisasikan nilai karakter tersebut melalui tindakan mereka sehari-hari. Wujud dari keberhasilan sekolah dalam mengimplementasikan nilai-nilai karakter siswa dapat terlihat dari bagaimana

(16)

siswa menginternalisasikan nilai tersebut dengan baik akan terlihat lewat tindakan atau perilaku siswa sehari-hari (Lickona dalam Koesoema, 2010).

Karakter seseorang dapat dipengaruhi oleh banyak hal. Diantaranya keluarga, teman, lingkungan, bahasa, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Salah satu diantaranya yang paling berpengaruh adalah Bahasa. Dalam berkomunikasi Bahasa merupakan suatu keharusan dan modal yang mampu menunjukkan identitas diri. Baik dari situasi formal maupun non formal.

Bahkan Bahasa yang dianggap sebagai budaya bahkan berpengaruh besar terhadap karakter siswa. Seseorang mulai mengenal Bahasa sejak di lingkungan keluarga, kemudian berlanjut kelingkungan sekolah, dan masyarakat. Ini semua yang disebut lingkungan pendidikan. Namun pendidikan yang ada di lingkungan belum mampu memberikan nilai lebih sehingga mampu membuat seseorang menjadi mudah menghadapi masa depannya dengan baik. Bahasa adalah hal yang sangat vital dalam mengubah setiap masyarakat umum maupun pribadi, karena awal dari penyebab suatu perubahan itu pasti karena hubungan komunikasi antar individu atau kelompok, dan komunikasi itu adalah Bahasa, tentu Bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam terjadinya suatu perubahan.

Penggunaan suatu bahasa menggambarkan ciri suatu daerah pada individu seseorang. Oleh karena itu, seseorang akan dinilai berprilaku baik atau buruk dan tingkat pendidikan dari cara berbahasanya. Apabila dalam sebuah masyarakat tidak menerima salah satu budaya, bisa jadi ada kesalahan pada faktor bahasa yang tidak sesuai dalam masyarakat tersebut. Oleh sebab

(17)

itu, perlu ditanamkan sejak dini pada anak didik tentang pentingnya menggunakan bahasa yang baik dalam bertutur kata sebab akan berpengaruh terhadap budaya dan pendidikan anak ke depannya. Pendidikan dianggap sebagai wadah yang membetuk sikap serta metal sesuai kebutuan. Untuk mencetak generasi yang memiliki sikap dan nilai-nilai karakter yang positif dalam suatu pendidikan harus diterapkan dengan baik karena pendidikan karakter ini sangat penting bagi seorang anak sebab dalam pendidikan ini memiliki dan menerapkan unsur serta nilai-nilai moral yang penting seperti budi pekerti, pengetahuan, dan tindakan, semuanya dilakukan dengan tingkat kesadaran yang tinggi sehingga anak mampu bersikap dan memiliki mental yang baik dalam menghadapi tantangan di masa depan.

Sebagai makhluk sosial manusia tentu akan melibatkan Bahasa saat berinteraksi dengan sesamanya karena Bahasa merupakan unsur penting kebudayaan. Bahasa memberikan kemungkinan yang jauh lebih luas dan kompleks daripada yang dapat diperoleh dengan mempergunakan media. . Keunikan manusia dalam perbedaannya dari makhluk lain ialah bahwa, manusia tidak dapat dilepaskan dari kegiatan sosial yang berhubungan dengan orang lain yang otomatis tidak dapat dapat lepas pula dari Bahasa sebagai penghubung antar manusia tersebut. Di sinilah peran Bahasa terlihat karena Bahasa menjembatani hubungan antara manusia satu dengan manusia yang lain. Melalui proses komunikasi ini pula, sesuai dengan fitrah bahwa Bahasa bersifat dinamis, perlahan tetapi pasti, Bahasa mengalami perkembangan atau bahkan perubahan (dinamika Bahasa).

(18)

Bahasa sebagai salah satu bagian dari kebudayaan memberikan ciri tertentu yang merupakan rekaman perilaku manusia serta mencerminkan karakter suatu kelompok yang membedakannya dari kelompok lain. Bukan sekedar menjadi sebuah alat komunikasi semata tetapi juga menjadi sebuah identitas yang tidak dapat terpisahkan dari manusia tersebut. Hal tersebut juga berlaku bagi Bahasa Indonesia yang menjadi alat komunikasi bagi warga Negara Indonesia sekaligus menjadi identitas bangsa Indonesia.

Secara umum Bahasa adalah budaya, inilah yang menjadi sorotan masyarakat, bahwa Bahasa merupakan ciri dari budaya suatu daerah atau personal yang ada dalam diri seseorang. Bagaimana jika budaya salah satu masyarakat menjadi suatu hal yang sulit diterima masyarakat, bisa jadi karena salah satu faktor yaitu bahasa yang kurang tepat, dan itu bisa saja terjadi pada siswa jika tidak ditanamkan sejak dari awal pentingnya ketepatan Bahasa maka akan besar pengaruhnya terhadap budaya mereka dan pendidikannya ke depan. Penanaman nilai pendidikan karakter harus diterapkan sebab penanaman sejak dini akan memberikan dampak besar bagi anak kedepannya.

Untuk menyampaikan pesan-pesan moril sebagai cikal bakal terbentuknya karakter anak pada usia dini, dibutuhkan suatu media atau alat yang disebut bahasa. Bahasa sebagai sistem lambang bunyi yang digunakan untuk berkomunikasi serta menyampaikan pesan sosial penuturnya juga mempunyai peran yang sangat penting karena sebagai agen penyebar virus positif terhadap karakter dan budaya anak. Bahasa yang digunakan dalam keseharian anak banyak meniru dari lingkungan keluarga dan masyarakat.

(19)

Untuk itu orang tua harus mampu berkomunikasi dengan bahasa yang proporsional di depan anak-anak mereka. Orang tua harus menyadari bahwa apapun perkataan yang dilontarkan dari mulut mereka akan direkam oleh anak dan suatu saat akan dipergunakannya. Penggunaan bahasa yang cenderung kasar, keras, dan meledak-ledak akan berimplikasi terhadap pembentukan karakter anak yang kurang baik. Sebaliknya, penggunaan bahasa yang santun dan sopan yang sering didengar oleh anak baik dari orang tua maupun lingkungannya akan berimplikasi terhadap pembentukan karakter anak yang baik pula. Dengan mengimplementasikan tata cara berkomunikasi dan berbahasa yang santun dan sopan akan menimbulkan efek yang positif bagi anak usia dini yaitu pembentukan karakter yang berkualitas untuk mempersiapkan generasi penerus yang berdaya saing tinggi.

Akibat Bahasa yang semakin meluas, dalam artian penggunaan muncullah berbagai ilmu terapan dalam linguistik. Salah satunya yaitu sosiolinguistik. Sosiolinguistik sebagai salah satu ilmu linguistik mikro mengkaji hubungan bahasa dan masyarakat. . Oleh karena itu, sosiolinguistik tidak akan terlepas dari persoalan hubungan Bahasa dengan kegiatan atau aspek-aspek kemasyarakatan.

Akibat hubungan antara Bahasa dan masyarakat muncul berbagai variasi Bahasa. Variasi Bahasa muncul atas konsekuensi terapan linguistik dalam konteks hubungan sosial kemasyarakatan. Lebih jauh Bahasa yang notabene alat komunikasi mempunyai dampak yang besar terhadap perilaku manusia. Hal tersebutlah yang meyakini setiap tuturan yang diucapkan

(20)

manusia mempunyai karakter tersendiri. Kondisi saat ini kemunduran nilai karakter dalam kehidupan berbahasa banyak ditemui dalam perilaku keseharian siswa. Sikap santun berbahasa dan menghormati, seperti mengucapkan kata terima kasih, maaf, dan permisi sudah jarang terdengar.

Belum bentuk pilihan-pilihan kata lainnya yang mencerminkan sikap santun berbahasa. Ungkapan-ungkapan vulgar dalam komunikasi sering terjadi.

Perkataan dalam suatu Bahasa tertentu yang awalnya dianggap tabu dan kotor akan menjadi sesuatu hal yang wajar jika seringkali diucapkan, terlebih jika banyak orang yang mengucapkannya dan tidak ada seorangpun yang memperingatkan kekeliruan tersebut bahkan mengikuti dan mengiyakannya. Mungkin bagi orang dewasa perkataan tersebut mempunyai dampak insidental, namun jika dikatakan oleh seorang anak, maka akan berdampak secara psikologis dan dapat mempengaruhi karakter dan kepribadiannya. Oleh karena itu dengan adanya penanaman nilai pendidikan karakter di kalangan siswa maka diharapkan akan mengurangi kebiasaan siswa dalam menggunakan bahasa-bahasa yang tabu atau tidak sopan dikarenakan di ruang lingkup sekolah tersebut terdapat banyak variasi bahasa yang digunakan oleh siswa. Jadi dengan adanya variasi bahasa di kalangan siswa maka akan berdampak pada bagaimana karakter siswa tersebut.

Penggunaan Bahasa yang santun dan beretika telah mengalami penggerusan secara sistematis, hal ini disebabkan oleh banyak faktor, antara lain lingkungan pergaulan, keluarga, sekolah, televisi, dan internet. Bahkan di lingkungan sekolah yang tujuan utama untuk mendidik dan membentuk

(21)

karakter yang baik dan terpuji bisa menjadi sumber pengetahuan anak dalam mempelajari bahasa-bahasa yang tabu dan kotor untuk diucapkan.

Diantara kasus yang terjadi adalah munculnya karakter negatif siswa yang disebabkan pengaruh bahasa-bahasa negatif yang dipergunakan dalam komunikasi sehari-hari. Bahasa-bahasa negatif yang tidak layak untuk digunakan oleh seorang anak dimana ketika anak tersebut beranjak dewasa maka, pengucapan bahasa tersebut akan semakin sering diucapkan. inilah salah satu alasan peneliti untuk melakukan suatu penelitian mengenai penggunaan bahasa yang dapat mencerminkan karakter peserta didik. Hal ini sejalan dengan karakter siswa di SMK Negeri 3 Bulukumba yang notabanenya di dalam ruang lingkup sekolah sering kali menggunakan bahasa daerah atau bahasa-bahasa yang lain. Hal ini diakibatkan oleh pergaulan lingkungan sekitar mereka. Terutama lingkungan masyarakat, orang-orang dewasa, televisi, dan lain sebagainya.

Adapun contoh penggunaan bahasa yang sering kali digunakan siswa yaitu kata-kata (maaf) anjing yang merupakan upaya seorang pembicara untuk menyamakan lawan bicara dengan seekor binatang yang tentunya juga tidak ada hubungan antara sifat manusia dengan sifat hewan. Dengan seringnya seorang anak mengucapkan kata-kata negatif, maka secara perlahan bahasa membentuk karakter anak yang temperamen dan emosional. Ini seringkali dijumpai ketika anak mulai mengeluarkan kata-kata tersebut, bisa dipastikan tingkat emosinya sedang mengalami peningkatan. Semakin sering ia mengatakan kata-kata tersebut semakin sering pula ia marah dan emosional.

(22)

Di samping penggunaan bahasa yang tidak sopan atau jorok oleh siswa maka juga akan menimbulkan beberapa dampak seperti munculnya perilaku menyimpang diantara siswa seperti terjadinya perkelahian dan sistem bullying yang bisa saja terjadi di sekolah tersebut. Selain itu perilaku menyimpang juga akan ikut dilakukan ketika siswa tersebut berada di lingkungan masyarakat maka tidak menutup kemungkinan mereka akan terus membawa atau mengulangi serta mengucapkan bahasa-bahasa yang kurang pantas yang dapat memicu terjadinya perselihan yang di dukung oleh kurangnya penerapan nilai- nilai pendidikan karakter didalam diri siswa tersebut sehingga pandangan masyarakat juga akan ikut berpikiran negatif terhadap anak tersebut dilihat dari segi perilaku dan penggunaan bahasa yang diterapkan.

Di samping dengan penggunaan bahasa-bahasa yang jorok atau tidak pantas maka ini akan berdampak pada hubungan sosial siswa. Karena dengan nilai pendidikan karakter yang rendah maka ketika siswa mulai terbiasa dengan penggunaan bahasa yang tidak sopan seperti kebiasaan berbicara keras, membentak, menghina dengan menggunakan bahasa yang tidak sopan atau pantas di ucapkan, menghasut, mengadu domba, mengancam, dan sebagainya sehingga dapat memicu timbulnya pertengkaran, perang mulut, dan konflik. Adapun konflik fisik yang dimaksud seperti perkelahian antarsiswa yang biasanya dipicu oleh kekerasan verbal, seperti saling mengejek, memaki, dan sebagainya. Nah inilah yang dapat merusak hubungan sosial antara sesama siswa bahkan bisa jadi hubungan sosial yang rusak akan ikut di bawa keluar dalam ruang lingkup masyarakat.

(23)

Selain membentuk karakter negatif, bahasa juga sangat berperan dalam membentuk karakter positif anak. Jika lingkungan kondusif dan cenderung memakai bahasa yang positif, secara tidak langsung akan membentuk karakter positif anak. Hal ini merupakan bukti bahwa karakter anak juga dipengaruhi oleh Bahasa yang digunakan oleh lingkungan tempat tinggalnya.

Berdasarkan latar belakang ditas, maka peneliti tertarik meneliti dengan judul “Implementasi nilai pendidikan karakter terhadap variasi bahasa dalam konteks hubungan sosial siswa di SMK Negeri 3 Bulukumba”.

B. Rumusan Masalah

Setelah melihat latar belakang diatas, maka dapat dipaparkan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah implementasi nilai pendidikan karakter terhadap variasi Bahasa pada siswa di SMK Negeri 3 Bulukumba ?

2. Bagaimanakah implikasi variasi Bahasa dalam konteks hubungan sosial siswa di SMK Negeri 3 Bulukumba.?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui implementasi nilai pendidikan karakter terhadap variasi Bahasa pada siswa di SMK Negeri 3 Bulukumba..

2. Untuk mengetahui implikasi variasi Bahasa dalam konteks hubungan sosial siswa di SMK Negeri 3 Bulukumba di SMK Negeri 3 Bulukumba.

(24)

3. Untuk mengetahui implikasi nilai pendidikan karakter dalam konteks hubungan sosial siswa di SMK Negeri 3 Bulukumba.

3. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoretis

Penelitian ini akan memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi pengembangan ilmu sosial pada umumnya dan ilmu sosiologi pada khususnya dan sebagai bahan referensi bagi peneliti yang tertarik membahas mengenai Implementasi Nilai Pendidikan Terhadap Variasi Bahasa dalam Konteks Hubungan Sosial Siswa di SMK Negeri 3 Bulukumba.

2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa, penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk memberi pengetahuan tentang sejauh mana implementasi nilai-nilai pendidikan karakter yang terjadi pada diri mereka sendiri dan sekolah mereka.

b. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada sekolah tentang sejauh mana implementasi penanaman nilai- nilai karakter yang terjadi di sekolah.serta dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi sekolah, khususnya untuk menyempurnakan kembali sistem penanaman nilai karakter di sekolah.

c. Bagi peneliti, sebagai pengetahuan dan pengalaman serta latihan dalam berfikir bagi peneliti dalam mengaplikasikan ilmu.

(25)

4. Definisi Istilah

1. Definisi Implementasi

Implementasi adalah tindakan-tindakan yang harus dilakukan oleh sekelompok individu yang telah ditunjuk untuk menyelesaikan suatu tujuan yang telah ditetapan sebelumnya atau suatu suatu tindakan atau pelaksana rencana yang telah disusun secara cermat dan rinci.

2. Definisi Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengedepankan esensi dan makna terhadap moral dan akhlak sehingga hal tersebut akan mampu membentuk pribadi peserta didik yang baik.

3. Definisi Variasi Bahasa

Variasi bahasa adalah bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola-pola yang menyerupai pola umum bahasa induknya. Variasi bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam.

4. Definisi Hubungan Sosial

Hubungan sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih yang saling mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Atau kegiatan sosial masyarakat yang melakukan tindakan untuk memberi informasi dan mempengaruhi satu sama lain.

(26)

13 B. Kajian Konsep

1. Konsep Pendidikan Karakter a. Definisi pendidikan karakter

Menurut Purwanto (2002), pendidikan merupakan segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan. Karakter sedikitnya memuat dua hal, yaitu nilai-nilai dan kepribadian. Karakter yang baik adalah suatu penampakan dari nilai yang baik pula yang dimiliki oleh orang atau sesuatu.

Lickona (2011), mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya yang dirancang secara sengaja untuk memperbaiki karakter para siswa.

Muchlas Samani dan Hariyanto, (2011) dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Karakter menyatakan Unesco sebagai badan dunia tampak juga mendorong aspek karakter sebagai bagian penting dalam pendidikan.

Menurut Winton (2011), Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembeljaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko- kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja

(27)

seluruh warga sekolah atau lingkungan. Pendidikan karakter merupakan program aksi lintas kurikulum.

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.

b. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter

Dilaksanakannya pendidikan berkarakter tentunya memiliki fungsi dan tujuan tertentu. Zubaedi (2011) menyebutkan pendidikan karakter memliki tiga fungsi utama, yaitu: 1) fungsi pembentukan dan pengembangan potensi.

Pendidikan karakter membentuk dan mengembangkan potensi peserta didik agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku sesuai dengan falsafah Pancasila, (2) fungsi perbaikan dan penguatan. Pendidikan karakter memperbaiki dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi warga negara dan pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera, (3) fungsi penyaring. Pendidikan karakter memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa dan karakter bangsa yang bermartabat.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan, bahwa pendidikan karakter memiliki fungsi yang sangat baik bagi kehidupan kita maupun bangsa kita. Dengan adanya pendidikan karakter, maka kita dapat berperilaku baik,

(28)

sesuai dengan aturan yang ada. Dengan dasar seperti itu, kita akan tumbuh menjadi warga negara yang baik dan kedepannya nanti diharapkan akan mampu membawa bangsa dan negara kita semakin maju pada proses kemajuan yang lebih baik lagi. Fungsi pendidikan karakter pada yang baik sehingga dapat menjadikan negara Indonesia sebagai negara yang siap untuk bersaing dalam bidang apapun, termasuk dalam bidang pendidikan. Pelaksanaan pendidikan karakter juga tentunya mempunyai tujuan yang tidak kalah pentingnya.

Tujuan pendidikan karakter adalah bahwa, dengan pendidikan karakter diharapkan dapat mewujudkan peserta didik yang memiliki akhlak mulia, dapat mematuhi aturan yang ada, bersikap selalu berpegang teguh pada aturan dan tidak menyimpang. Peserta didik sebagai generasi penerus harus mampu membawa bangsa dan negaranya menuju ke arah yang lebih baik. Selain itu, dengan pendidikan karakter maka dapat mewujudkan manusia yang bermoral, berbudi pekerti dan berjiwa kreatif.

c. Nilai-nilai dalam pendidikan karakter

Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional, (2010) menetapkan bahawa ada 18 nilai-nilai dalam pendidikan karakter yang terdiri atas: (a) Religius. Merupakan sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. (b) Jujur. Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. (c) Toleransi. Sikap dan

(29)

tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang laib yang berbeda dengan dirinya. (d) Disiplin. Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

(e) Kerja keras. Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dala mengatasi berbagai habatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. (f) Kreatif. Berfikir dalam melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. (g) Mandiri.

Sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. (h) Demokratis. Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. (i) Rasa ingin tahu. Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. (j) Semangat kebangsaan. Cara berfikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya. (k) Cinta Tanah Air. Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan bangsa. (l) Menghargai prestasi. Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui sarta menghormati keberhasilan orang lain. (m) Bersahabat atau komunikatif.

Tindakan yang memperlihatkan senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. (n) Cinta damai. Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. (o)

(30)

Gemar membaca. Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. (p) Peduli lingkungan. Sikap yang selalu ingin berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekita dan upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. (q) Peduli sosial. Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. (r) Tanggung jawab. Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Adapun kesimpulan dari pernyataan tersebut adalah nilai-nilai pendidikan karakter terdiri atas 18 nilai dimana semua nilai harus diterapkan didalam diri kita sendiri dan dialikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga dengan semua nilai tersebut akan menjadikan kita sebagai pribadi yang memiliki karakter yang lebih baik lagi.

b) Implementasi pendidikan karakter di lingkungan sekolah

Di dalam implementasi pendidikan karakter di lingkungan sekolah yaitu urgensi pendidikan karakter. Dalam implementasinya pendidikan karakter umumnya diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran.

Materi pembelajaran yang berkaitan dengan pelajaran. Pendidikan karakter disekolah juga sangat terkait dengan manajemen sekolah. Manajemen yang dimaksud disini adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang sangat

(31)

dibutuhkan oleh setiap insan bangsa, pendidikan karakter merupakan proses pencerdasan otak, emosi, spiritual yang sangat berperan dalam sekolah.

Menurut William Bannet (1980), sekolah memiliki peran yang sangat urgen dalam pendidikan karakter seorang siswa. Apalagi bagi siswa yang tidak mendapatkan pendidikan karakter sama sekali di lingkungan dan keluarga mereka. Selain itu penggunaan bahasa juga sangat ikut berpengaruh terhadap karakter siswa.

Dapat disimpulkan bahawa dalam mengimplementasikan pendidikan karakter semua komponen yang ada disekolah mulai dari kepala sekolah, guru, dan siswa harus ikut berperan semua terlebih lagi kepada kurikulum manajemen sekolah yang harus direncanakan serta dijalankan dengan baik.

2. Konsep Variasi Bahasa.

a. Penyebab Adanya Variasi Bahasa

Chaer (1994), mengatakan bahwa ada beberapa penyebab variasi bahasa diantaranya sebagai berikut :

1. Interferensi

Interferensi adalah terbawa masuknya unsur bahasa lain ke dalam bahasa yang sedang digunakan, sehingga tampak adanya penyimpangan kaidah dari bahasa yang digunakan itu. Bahasa daerah menjadi proporsi utama dalam komunikasi resmi, sehingga rasa cinta terhadap bahasa nasional terkalahkan oleh bahasa daerah.

(32)

1) Integrasi

Integrasi adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa masuk dan sudah dianggap, diperlukan dan di pakai sebagai bagian dari bahasa yang menerima atau yang memasukinya. Proses integrasi ini tentunya memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur yang berintegrasi itu telah di sesuaikan, baik lafalnya, ejaannya, maupun tata bentuknya. Contoh kata yang berintegrasi seperti montir, sopir, dongkrak.

2) Alih Kode dan Campur Kode

Alih kode adalah beralihnya suatu kode (entah bahasa atau ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain (bahasa lain). Campur kode adalah dua kode atau lebih di gunakan bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi dalam situasi santai. Diantara dua gejala bahasa itu, baik alih kode maupun campur kode gejala yang sering merusak bahasa Indonesia adalah campur kode. Biasanya dalam berbicara dalam bahasa Indonesia di campurkan dengan unsur-unsur bahasa daerah, begitu juga sebaliknya.

Maka dapat disimpulkan bahwa adanya variasi bahasa yang digunakan disebabkan oleh 3 hal diantaranya adalah masuknya unsur bahasa lain ke dalam bahasa yang sedang digunakan, unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa masuk dan sudah dianggap, diperlukan dan di pakai serta dalam berbicara bahasa Indonesia dicampurkan dengan unsur-unsur bahasa daerah, begitu juga sebaliknya.

(33)

b. Ragam Bahasa

Manusia merupakan mahluk sosial, manusia melakukan interaksi, bekerja sama, dan menjalin kontak sosial di dalam masyarakat. Dalam melakukan hal tersebut, manusia membutuhkan sebuah alat komunikasi yang berupa bahasa. Bahasa memungkinkan manusia membentuk kelompok sosial, sebagai pemenuhan kebutuhannya untuk hidup bersama.

Dalam kelompok sosial tersebut manusia terikat secara individu.

Keterikatan individu-individu dalam kelompok ini sebagai identitas diri dalam kelompok tersebut. Setiap individu adalah anggota dari kelompok sosial tertentu yang tunduk pada seperangkat aturan yang disepakati dalam kelompok tersebut. Salah satu aturan yang terdapat di dalamnya adalah seperangkat aturan bahasa.

Bahasa dalam lingkungan sosial masyarakat satu dengan yang lainnya berbeda. Adanya kelompok-kelompok sosial tersebut menyebabkan bahasa yang dipergunakan beragam. Keragaman bahasa ini timbul sebagai akibat dari kebutuhan penutur yang memilih bahasa yang digunakan agar sesuai dengan situasi konteks sosialnya. Oleh karena itu, ragam bahasa timbul bukan karena kaidah-kaidah kebahasaan, melainkan disebabkan oleh kaidah-kaidah sosial yang beraneka ragam. Dari segi penggunaannya, bahasa dapat menimbulkan keberagaman juga, istilah penggunaan di sini adalah orang atau penutur bahasa yang bersangkutan.

Sedangkan ragam bahasa dilihat dari segi situasi akan memunculkan bahasa dalam situasi resmi dan bahasa yang digunakan dalam tidak resmi.

(34)

Dalam bahasa resmi, bahasa yang digunakan adalah bahasa standar.

Kestandartan ini disebabkan oleh situasi keresmiannya. Sedangkan dalam situasi tidak resmi ditandai oleh keintiman.

Maka dapat disimpulkan bahwa ragam bahasa timbul bukan karena kaidah-kaidah kebahasaan, melainkan disebabkan oleh kaidah-kaidah sosial yang beraneka ragam.

3. Konsep Hubungan Sosial

a. Syarat Terjadinya Hubungan Sosial

Menurut Soekanto (2006), “suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi”. (1) Adanya kontak sosial. Kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum (yang artinya bersama-sama) dan tango (yang artinya menyentuh). Jadi, artinya secara harafiah adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah. Sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah, karena orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, seperti misalnya, dengan cara berbicara dengan pihak lain tersebut. Apabila dengan perkembangan teknologi dewasa ini, orang-orang dapat berhubungan satu dengan lainnya melalui telepon, radio, surat, dan seharusnya tidak memerlukan hubungan badaniah. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu, antara orang-perorangan, antara orang-perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya, dan antara suatu kelompok manusia dengan

(35)

kelompok manusia lainnya. (2) Adanya komunikasi. Arti penting komunikasi adalah bahwa seseorang memberi tafsiran pada perilaku orang lain, perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.

Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut. Dengan adanya komunikasi tersebut, sikap-sikap dan perasaan-perasaan suatu kelompok manusia atau orang-perorangan dapat diketahui oleh kelompok-kelompok lain atau orang-orang lainnya.

Maka dapat disimpulkan bahwa adanya kontak sosial dan adanya komunikasi merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Kerena hubungan sosial merupakan hasil dari adanya suatu interaksi sosial, serta adanya kontak sosial dan adanya komunikasi pun merupakan syarat terjadinya hubungan sosial.

b. Bentuk-bentuk hubungan sosial

Menurut Gillin dan gillin dalam Soekanto (2006), bentuk-bentuk hubungan sosial yang ada di dalam masyarakat ada dua bentuk yaitu bentuk yang menuju ke proses asosiatif, dan bentuk yang menuju ke proses disosiatif.

1. Proses-proses yang asosiatif

a) Kerja Sama. Kerja sama di sini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama”. Pentingnya fungsi kerja sama yaitu: Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang

(36)

bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut dan kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna. b) Akomodasi. Menurut Gillin dan Gillin dalam Soekanto (2006) akomodasi adalah suatu pengertian yang digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan- hubungan soaial yang sama artinya dengan pengertian adaptasi yang dipergunakan oleh para ahli-ahli biologi untuk menunjuk pada suatu proses dimana makhluk-makhluk hidup menyesuaikan dirinya dengan alam sekitarnya. Dengan pengertian tersebut dimaksudkan sebagai suatu proses di mana orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia yang mula-mula saling bertentangan, saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. c) Asimilasi.

Asimilasi ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan- perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok- kolompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.

2. Proses Disosiatif

a) Persaingan. Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial di mana individu atau kelompok-kolompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang

(37)

pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.

b) Kontravensi. Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Kontravensi terutama ditandai oleh gejala-gejala adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian, atau keraguraguan terhadap kepribadian seseorang. c) Pertentangan. Pertentangan atau pertikaian adalah sustu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa bentuk- bentuk hubungan sosial terbagi atas dua yaitu proses assosiatif yang terdiri atas kerja sama, akomodasi dan asimilasi serta proses dissosiatif yang terdiri atas kerja sama, persaingan dan pertentangan.

B. Landasan Teori

1. Teori Interaksionisme Simbolik

Blumer (1969), mengutarakan tentang tiga prinsip utama interaksionisme simbolik, yaitu tentang pemaknaan bahasa dan pikiran.

Blumer mengajukan premis pertama, bahwa manusia bertindak atau bersikap terhadap manusia yang lainnya pada dasarnya dilandasi atas pemaknaan yang mereka kenakan kepada pihak lain tersebut. Premis

(38)

kedua Blumer adalah pemaknaan muncul dari interaksi sosial yang dipertukarkan di antara mereka. Makna bukan muncul atau melekat pada sesuatu atau suatu objek secara alamiah. Makna tidak bisa muncul ‘dari sananya’. Makna berasal dari hasil proses negosiasi melalui penggunaan bahasa dalam perspektif interaksionisme simbolik.

Di sini, Blumer menegaskan tentang pentingnya penamaan dalam proses pemaknaan. Premis ketiga Blumer adalah interaksionisme simbolik menggambarkan proses berpikir sebagai perbincangan dengan diri sendiri. Menurut Mead (1934), sebelum manusia bisa berpikir, kita butuh bahasa. Kita perlu untuk dapat berkomunikasi secara simbolik.

Cara bagaimana manusia berpikir banyak ditentukan oleh praktek bahasa.

Bahasa sebenarnya bukan sekedar dilihat sebagai ‘alat pertukaran pesan’

semata, tapi interaksionisme simbolik melihat posisi bahasa lebih sebagai seperangkat ide yang dipertukarkan kepada pihak lain secara simbolik.

Komunikasi secara simbolik.

Prinsip dasar teori interaksionisme simbolik adalah manusia memiliki kapasitas untuk berpikir dan pemikirannya di bentuk oleh interaksi sosial. Dalam proses sosial, manusia mempelajarai makna- makna dan simbol yang mengarahkannya pada kapasitas menjadi berbeda dengan yang lainnya. Makna dan simbol memungkinkan manusia untuk bertindak dan berinteraksi secara berbeda, misalnya cara orang memaknai kesuksesan berbeda-beda atau perbedaan bahasa yang digunakan setiap suku juga berbeda. Manusia mampu memodifikasi atau

(39)

mengubah makna yang mereka gunakan dalam proses interaksi sesuai interpretasi atas situasi sosial. Perbedaan pola tindakan dan interaksi menciptakan perbedaan kelompok dalam masyarakat.

Akan tetapi walaupun pemaknaan suatu bahasa banyak ditentukan oleh konteks atau konstruksi sosial, seringkali interpretasi individu sangat berperan di dalam modifikasi simbol yang kita tangkap dalam proses berpikir. Simbolisasi dalam proses interaksi tersebut tidak secara mentah- mentah kita terima dari dunia sosial, karena kita pada dasarnya mencernanya kembali dalam proses berpikir sesuai dengan preferensi diri kita masing-masing. Semuanya sedikit banyak dipengaruhi oleh interpretasi individu dalam penafsiran simbolisasi itu sendiri. Dalam tataran konsep komunikasi, maka secara sederhana dapat dilihat bahwa komunikasi hakikatnya adalah suatu proses interaksi simbolik antara pelaku komunikasi. Komunikasi adalah proses interaksi simbolik dalam bahasa tertentu dengan cara berpikir tertentu untuk pencapaian pemaknaan tertentu pula, di mana kesemuanya terkonstruksikan secara sosial.

Jadi kesimpulannya adalah dalam suatu proses komunikasi, simbolisasi bahasa yang digunakan akan sangat berpengaruh kepada bagaimana konsep diri yang nantinya akan terbentuk. Lebih luas lagi pada dasarnya pola komunikasi ataupun pola interaksi manusia memang bersifat demikian. Artinya, lebih kepada proses negosiasi dan transaksional baik itu antar dua individu yang terlibat dalam proses

(40)

komunikasi maupun lebih luas lagi bagaimana konstruksi sosial mempengaruhi proses komunikasi itu sendiri.

2. Teori Behavioral

Teori ini memusatkan perhatiannya kepada hubungan antara akibat dari tingkah laku yang terjadi di dalam lingkungan aktor dengan tingkah laku aktor. Dalam paradigma perilaku sosial memusatkan perhatiannya kepada antar hubungan antara individu dan lingkungannya yang terdiri atas bermacam-macam obyek sosial dan non sosial yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan yang menimbulkan perubahan terhadap tingkah laku.

Menurut Skinner (dalam Ritzer, 2013) Teori ini dibangun dalam rangka menerapkan prinsip psikologi perilaku kedalam sosiologi. Setiap makhluk hidup pasti selalu berada dalam proses bersinggungan dengan lingkungannya. Di dalam proses itu, makhluk hidup menerima rangsangan atau stimulan tertentu yang membuatnya bertindak sesuatu.

Ini berarti bahwa teori ini berusaha menerangkan tingkah laku yang terjadi itu melalui akibat-akibat yang mengikutinya kemudian. Jadi nyata secara metafisik ia mencoba menerangkan tingkah laku yang terjadi di masa sekarang melalui kemungkinan akibatnya yang terjadi di masa yang akan datang.

Yang menarik perhatian behavioral sosiologi adalah hubungan historis antara akibat tingkah laku yang terjadi dalam lingkungan aktor dengan tingkah laku yang terjadi sekarang. Akibat dari tingkah laku yang

(41)

terjadi di masa lalu mempengaruhi tingkah laku yang terjadi di masa sekarang. Dengan mengetahui apa yang di peroleh dari suatu tingkah laku nyata di masa lalu akan dapat diramalkan apakah seseorang aktor akan bertingkah laku yang sama (mengulanginya) dalam situasi sekarang.

Jadi, secara sederhana teori behavioral adalah perubahan perilaku seseorang disebabkan pengaruh dari lingkungan sekitarnya.

B. Kerangka Pikir

Pendidikan karakter adalah suatu usaha manusia secara sadar dan terencana untuk mendidik dan memberdayakan potensi peserta didik guna membangun karakter pribadinya sehingga dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter tertentu kepada peserta didik yang di dalamnya terdapat komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, serta tindakan untuk melakukan nilai-nilai tersebut.

Karakter seseorang dapat dipengaruhi oleh banyak hal. Salah satu diantaranya yang paling berpengaruh adalah Bahasa. Bahasa yang dianggap sebagai budaya memberikan berpengaruh besar terhadap karakter siswa.

Selain itu, Bahasa yang notabenenya sebagai alat komunikasi mempunyai dampak yang besar terhadap perilaku atau hubungan sosial siswa. Diantara kasus yang terjadi adalah munculnya karakter negatif siswa yang disebabkan oleh pengaruh bahasa-bahasa negatif yang dipergunakan dalam komunikasi atau berinteraksi sehari-hari. Sehingga, inilah yang membuat penulis ingin melakukan penelitian yang berhubungan dengan nilai pendidikan karakter

(42)

terhadap variasi bahasa dalam konteks hubungan sosial siswa. Selain itu peneliti juga ingin mengetahui secara jelas bagaimana pengimplementasian nilai pendidikan karakter terhadap variasi bahasa di SMK Negeri 3 Bulukumba dan seperti apa dampak atau implikasi dari adanya variasi Bahasa dalam konteks hubungan sosial siswa.

Bagan Kerangka Pikir

Gambar 4.1

C. Penelitian yang Relevan

Adapun Beberapa hasil penelitian yang relevan atau berhubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu : Cahyo Budi Utomo, 2015. “Implementasi Pendidikan Karakter dalam Membentuk Sikap dan Perilaku Sosial Peserta Didik Melalui Pembelajaran Sejarah di SMA PGRI 1 Pati”. Hasil penelitian tersebut adalah proses implementasi pendidikan

Nilai pendidikan karakter

Implementasi nilai pendidikan karakter terhadap variasi bahasa pada siswa di SMK

Negeri 3 Bulukumba

Implikasi variasi Bahasa dalam konteks hubungan sosial siswa di SMK Negeri

3 Bulukumba

Variasi bahasa

(43)

karakter dalam membentuk sikap dan perilaku sosial siswa di lakukan di luar kelas berkaitan dengan peraturan sekolah yang menjadi kebiasaan dan di dalam kelas disesuaikan dengan materi yang berhubungan dengan nilai-nilai karakter yang nantinya dapat membentuk sikap dan perilaku sosial siswa.

Sikap dan perilaku sosial siswa SMA PGRI 1 Pati dapat dikatakan sudah baik. Kendala yang di alami guru sejarah adalah peraturan pemerintah yang berubah-ubah serta karakteristik siswa yang berbeda-beda.

Mohammad Bagus, 2016. “Implementasi Pendidikan Karakter dalam Membentuk Sikap Sosial Peserta didik Melalui Pembelajaran IPS Terpadu kelas VIII D di SMPN 1 Purwosari”. Penelitian inimenggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian ini adalah studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian tersebut adalah proses pelaksanaan pendidikan karakter dalam membentuk sikap sosial peserta didik melalui pembelajaran IPS Terpadu dilakukan dengan mengintegrasikan pendidikan karakter dalam setiap pembelajaran yang berlangsung sehingga sikap sosial peserta didik terbentuk.

Serta penilaian yang dilakukan oleh guru menggunakan lembar pengamatan sikap peserta didik yang didalamnya di bagi menjadi penilaian diri sendiri, teman sejawat, observasi, dan jurnal.

Ratu Rohullah, 2010. Dengan judul penelitian Pengaruh Perilaku Bahasa Dalam Masyarakat Terhadap Mutu Pendidikan Dan Perkembangan Sikap/Karakter Pada Anak Usia Dini. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi dengan teknik catat dan observasi. Dari

(44)

penelitian yang dilakukan terdapat pengaruh perilaku bahasa terhadap pendidikan dan perkembangan sikap/ karekter pada anak usia dini baik di dalam lingkungan sekolah maupun luar sekolah yakni: (1) perilaku bahasa baik/sopan akan berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan karekter pada anak usia dini yang menanamkan nilai-nilai baik, kesopanan dalam berbicara, bersikap, berfikir positif dan berinterkasi terhadap sesama.

(2) perilaku bahasa buruk/tidak sopan akan menanamkan dan membentuk karakter yang buruk terhadap pendidikan dan perkembangan karakter anak itu sendiri yakni keegoisan, ketidak sopanan, mudah marah, kebingungan, dan lamban dalam bersikap . jadi perilaku bahasa sangat berpengaruh dalam menentukan pendidikan dan perkembangan karakter pada anak usia dini, sebab melalui bahasa seorang anak akan terlatih psikomotorik dan mental baik dalam bertindak maupun bertutur dengan penutur sekitarnya.

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan atau mengkaji secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat- sifat serta hubungan antara fenomena-fenomena baik yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia yang diselidiki dari objek penelitian.

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan Fenomenologi dikarenakan penelitian ini akan berdiskusi tentang suatu objek kajian dengan memahami inti pengalaman dari suatu fenomena. Selain itu peneliti disini berusaha memahami makna dari suatu peristiwa dengan mengkaji secara mendalam tentang peristiwa tersebut.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Sekolah Smk Negeri 3 Bulukumba Desa Salemba Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan yaitu selama Dua Bulan yakni dari Bulan Juli sampai dengan Bulan Agustus.

C. Fokus Penelitian

Penelitian ini di fokuskan kepada siswa di Sekolah SMK Negeri 3 Bulukumba. Dengan deskriptif sub fokus yaitu implementasi nilai pendidikan

(46)

karakter terhadap variasi bahasa dan implikasi variasi Bahasa dalam konteks hubungan sosial siswa.

D. Informan Penelitian

Dalam pengambilan data digunakan teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan informan sumber data dengan pertimbangan tertentu.

Pertimbangan tertentu ini, misalnya adalah orang tersebut dianggap yang paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin orang tersebut menjadi penguasa sehingga akan memudahkan mencari informasi yang diteliti. Dalam menentukan Informan dapat dilakukan dengan cara melalui keterangan orang yang berwenang baik secara formal (pemerintah) maupun informal.

Adapun informan penelitian ini meliputi 3 macam, yaitu: Informan kunci yang terdiri dari 3 orang guru, 2 guru mata pelajaran bahasa Indonesia dan 1 guru mata pelajaran Pkn, informan ahli yang terdiri dari 4 orang siswa kelas XII jurusan TKR DAN TKJ dan Informan tambahan yang terdiri dari 2 orang warga sekitar sekolah yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga.

E. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer

Data yang dikumpulkan melalui pengamatan langsung pada obyek.

Untuk melengkapi data, maka melakukan wawancara secara langsung dan mendalam dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disipkan sebagai alat pengumpulan data (Hasan 2002). Data primer diperoleh dari hasil observasi dan wawancara.

(47)

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari hasil-hasil penelitian yang relevan dan data yang tidak secara langsung diperoleh dari responden, tetapi diperoleh dengan menggunakan dokumen yang erat hubungannya dengan pembahasan (Hasan 2002). Data sekunder diperoleh dari data dokumen, buku, jurnal, blok, web.

F. Instrumen Penelitian

Pengumpulan data sebuah penelitian yang dilakukan dengan berbagai metode-metode penelitian yaitu seperti observasi, wawancara dan dokumentasi memerlukan alat bantu sebagai instrumen. Adapun instrumen yang di maksud adalah sebagai berikut:

1. Lembar observasi, berisi catatan yang diperoleh peneliti pada saat melakukan pengamatan langsung dilapangan. Telpon genggam untuk recorder. Recorder digunakan untuk merekam suara ketika melakukan

pengumpulan data, baik menggunakan metode wawancara, observasi dan sebagainya.

2. Panduan wawancara, berisi seperangkat daftar pertanyaan peneliti sesuai dengan rumusan masalah pertanyaan. Pulpen dan buku yang digunakan untuk menuliskan informasi data yang didapat dari narasumber.

3. Kamera yang digunakan ketika penulis melakukan observasi untuk merekam kejadian yang penting pada suatu peristiwa baik dalam bentuk foto maupun video.

(48)

G. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Observasi merupakan teknik penelitian dengan mendatangi langsung lokasi penelitian, mengadakan pengamatan secara langsung terhadap permasalahan yang akan di teliti.

2. Wawancara/Interview

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melelui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memeberikan keterangan kepada si peneliti.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan proses pembuktian data yang didasarkan pada jenis apapun, baik itu yang berupa tulisan, lisan ataupun gambaran.

Teknik dokumentasi merupakan teknik pelengkap penelitian.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data ini di lakukan dengan cara menyusun, mereduksi data, mendisplay data yang dikumpulkan dari berbagai pihak dan memberikan verifikasi untuk di simpulkan

Adapun langkah-langkah teknis analisis data dalam peneltian ini adalah sebagai berikut :

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh di lapangan jumlah cukup banyak sehingga perlu dicatat secara teliti dan rinci. Peneliti memilih data yang relevan, penting,

(49)

dan bermakna dan data yang tidak berguna untuk menjelaskan apa yang menjadi sasaran analisis. Lalu menyederhanakannya dengan membuat fokus klarifikasi dan abstraksi data. Untuk itu peneliti memilih mengelompokkan jenis data yang ditemukan selama proses penelitian berlangsung dan difokuskan sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan.

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan penyajian data. Dalam penelitian kualitatif menyajikan data dengan teks yang bersifat naratif. Sehingga dalam penyajian data akan dilampirkan juga dengan teori yang digunakan pada kajian teori penelitian. Penyajian data tersebut akan menghasilkan teori grounded, yaitu teori yang ditemukan di lapangan dan selanjutnya di uji melalui pengumpulan data yang terus menerus.

3. Conclution Drawing/Verification

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kredibel.

I. Teknik Keabsahan Data

Menguji keabsahan data peneliti menggunakan trianggulasi, yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar

(50)

data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut, dan teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah dengan pemeriksaan melalui sumber yang lainnya.

Sebelum menganalisa data lebih lanjut perlu diperiksa keabsahan data Seperti yang di kemukakan oleh Moleong (2010) dalam bukunya Metode Penelitian Kualitatif, yang mengungkapkan bahwa pemeriksaan keabsahan data dapat dilakukan melalui beberapa cara satu diantaranya adalah dengan teknik trianggulasi yang meliputi, yaitu:

a. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Seperti halnya dalam penelitian ini dilakukan kredibilitas mengenai data yang peneliti peroleh dari judul penelitian yang diteliti.

b. Triangulasi teknik

Triangulasi teknik untuk menguj kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya penelitian ini yang diperoleh dari kabar berita, selanjutnya akan dicek dengan cara observasi atau dokumentasi. Jika kedua teknik tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti akan melakukan diskusi lebih lanjut kepada narasumber yang bersangkutan untuk memastikan data mana yang dianggap paling benar.

(51)

c. Triangulasi waktu

Triangulasi waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data yang diperoleh dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka penelitin dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai di temukan kepastian.

(52)

39 A. Sejarah Lokasi Penelitian

SMK Negeri 3 Bulukumba adalah salah satu sekolah menengah kejuruan yang berstandar dan terletak di jalan poros Bira, Desa Salemba Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan.

Berdiri pada tahun 2006. Sekolah ini di Pimpin oleh ibu Dra. Hj. Jumriah, M.Pd. Sekolah ini memiliki luas 29.072 m2 yang terdiri atas beberapa jurusan diantaranya Agribisnis Perikanan (AP), Nautika Kapal Penangkap Ikan (NKPI), Teknik Audio-Video (TAV), Teknik Kendaraan Ringan (TKR), serta Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ).

a. Identitas sekolah

1) Nama Sekolah : SMK NEGERI 3 BULUKUMBA 2) Jenis Sekolah : Sekolah Menengah Kejuruan 3) Berdiri tahun : 2006

4) Alamat : Jl. Jalan Poros Bira Bulukumba KM. 6 5) Telepon/ Fax. : (0413)2586236

6) Kabupaten/Kota : Bulukumba

7) Kode Pos : 92661

8) Provinsi : Sulawesi Selatan b. Identitas Kepala Sekolah

1) Nama Kepala Sekolah : Dra. Hj. Jumriah, M.Pd

2) Umur : 50 Tahun

(53)

3) Alamat : Bulukumba

4) Telephone/HP : 085825010854

5) Pendidikan terakhir : S2

6) Lama menjabat : 6 (Enam) bulan 1. Visi dan Misi Sekolah SMK Negeri 3 Bulukumba

1) Visi

Terwujudnya SMK yang mampu memenuhi era informasi dan globalisasi dengan mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional serta memiliki daya dalam merebut pasar kerja dengan menerapkan SMM ISO 9001:2008 yang berlandaskan IMTAQ.

2) Misi

Adapun Misi SMK Negeri 3 Bulukumba adalah:

1) Menyelenggarakan dan mengembangkan program keahlian yang berorientasi pada kebutuhan global serta iklim belajar yang berakar pada norma budaya dan karakter bangsa.

2) Menyiapkan peserta didik menjadi tenaga kerja tingkat menengah yang kompeten, professional, displin, sesuai dengan bidang keahliannya.

3) Meneyelenggarakan dan mengembangkan pelayanan pelatihan yang bersertifikat.

4) Memupuk dan mengembangkan kerja sama dengan dunia usaha atau dunia industri dalam menyelenggarakan praktik kerja industri.

(54)

5) Mencari pasar kerja global untuk menjalin kerja sama dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan serta kerja sama penyaluran tenaga kerja terdidik yang berkarakter.

6) Menerapkan pengelolaan sekolah dengan berbasis pada sistem manajemen mutu ISO 9001-2008.

7) Mengelola lingkungan sekolah menjadi lingkungan yang aman, bersih, rindang dan indah.

2. Tujuan SMK Negeri 3 Bulukumba

a. Membekali peserta didik agar mampu memilih karir, memiliki daya saing, beradaptasi dilingkungan kerja serta mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahliannya.

b. Menyiapkan peserta didik menjadi manusia produktif, mampu kerja mandiri, mengisi lowongan yang ada didunia usaha/dunia industri sebagai tenaga kerja terampil tingkat menengah, sesuai dengan kompetensi dalam program studi keahlian atau kompetensi keahlian yang dipilih.

c. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, tekhnologi dan seni agar mampu mengembangkan diri dikemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

3. Larangan Siswa SMK Negeri 3 Bulukumba

a. Meninggalkan sekolah selama pelajaran berlangsung. Penyimpangan dalam hal ini hanya dengan ijin Kepala Sekolah.

b. Membeli makanan dan minuman di luar sekolah.

Gambar

Tabel 4.1 Jumlah Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan, diperoleh data bahwa kriteria modul elektronik yang efektif menurut responden dalam era new normal antara lain: modul

Jenis ikan hasil tangkapan yang didaratkan di TPI Oeba Kota Kupang merupakan jenis ikan yang tertangkap oleh nelayan pada perairan Kota Kupang, dimana jenis-jenis ikan tersebut