• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANAMKAN NILAI RELIGIUS HASIL BELAJAR SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANAMKAN NILAI RELIGIUS HASIL BELAJAR SISWA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANAMKAN NILAI RELIGIUS HASIL BELAJAR SISWA

Abdul Hafidz1*, Baharuddin2

1,2 Universitas Islam 45, Indonesia

* corresponding author: ahafidz128@gmail.com

ABSTRACT:

This research aims to analyze the implementation of PAI learning in instilling the habit of religious values and student learning outcomes at SMPIT Al 'Imaroh, the learning outcomes of implementing PAI learning in instilling the habit of religious values and student learning outcomes and knowing the supporting and inhibiting factors in the learning implementation process PAI in instilling religious values and student learning outcomes. The research method uses a qualitative descriptive analysis approach. Data was collected through documentation, observation and interview techniques.

Data analysis applies the data triangulation method to check the validity of the data. The research results show the implementation of Islamic education learning in instilling religious values and student learning outcomes through planning aspects in the form of syllabus and lesson plans, implementation through intracurricular and extracurricular activities, and evaluation through authentic assessment, assessment of reference criteria, and reporting of learning outcomes. Learning outcomes in instilling religious values and student learning outcomes are cognitive aspects, affective aspects and psychomotor aspects. The supporting factors for the implementation of PAI learning in instilling the habit of religious values and student learning outcomes at SMPIT Al 'Imaroh are the role of the principal and all teachers of SMPIT Al 'Imaroh, the habit of 3S for students, the habit of praying in congregation and other Islamic activities, loudspeakers in schools, classrooms equipped with projectors and Al-Qur'an, libraries, prayer rooms and periodic evaluations. The inhibiting factors include the diversity of student and parent backgrounds as well as supervision of students outside of school.

ARTICLE HISTORY:

Received: 26/08/2023 Accepted: 01/09/2023 Published: 21/10/2023

KEYWORDS:

Islamic Education, Learning Outcomes, Religious Values

(2)

Abdul Hafidz, Baharuddin 195

PENDAHULUAN

Pendidikan di berbagai dunia pada hakikatnya mempunyai tujuan untuk menciptakan manusia yang pintar, cerdas serta menciptakan manusia yang berkepribadian baik. Maka dari hal tersebut, pendidikan karakter tentunya sangat berpengaruh di dalam menciptakan manusia yang memiliki kepribadian baik (Astutiati, 2022; Baharun, 2015). Pada dasarnya terdapat dua keunggulan dari manusia berupa keunggulan dalam karakter dan keunggulan dalam pemikiran. Jenis keunggulan tersebut bisa dikembangkan, dibentuk, dan dibangun lewat pendidikan. Karena, pendidikan tidak sebatas menyasar kepada pengetahuan, ilmu, serta kecerdasan saja, melainkan juga mental, perilaku, nilai, watak, budi pekerti, moral, serta kepribadian yang mulia, unggul, dan tangguh (Qustulani, 2013; Syukron, 2018; Wanojaleni, 2018). Pengembangan karakter dalam perjalanan hidup manusia adalah sesuatu yang strategis dan juga krusial.

Sebab kerapkali karakter diidentikkan dengan akhlak dan budi pekerti. Seorang dengan karakter yang baik, maka diidentikkan dengan budi pekerti atau akhlak yang baik dan begitupun sebaliknya (Auliyah, 2022; Pontoh, 2013; P. Putra &

Sawarjuwono, 2019).

Religius merupakan salah satu bagian dari nilai pendidikan karakter.

Agama erat kaitannya dengan jiwa seseorang serta ini adalah sumber nilai religius (Fathurrohman, 2016). Kemampuan membedakan dan juga menentukan baik buruknya sesuatu merupakan nilai agama yang dijadikan pedoman dalam membentuk tindakan atau perbuatan seseorang (Ahyat, 2017;

Retnilasari & Putra, 2019). Maka dari hal tersebut, melalui nilai religius akan bisa terbentuk seseorang yang berkepribadian baik dan benar. Lembaga pendidikan perlu menanamkan nilai-nilai agama itu sendiri untuk membentuk lingkungan keagamaan yang kuat dengan tujuan penciptaan lingkungan religius tersebut bukan sebatas untuk siswa, namun pula bagi pendidikan di semua jenjang sekolah, dalam rangka menanamkan atau meyakinkan para pendidik

(3)

bahwa proses belajar mengajar yang peserta didik lakukan adalah untuk ibadah (Andika, 2020; Sunarso, 2020). Mata pelajaran wajib yang diajarkan pada peserta didik di antaranya adalah pendidikan agama Islam. Hal ini selaras dengan Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 13 A yang secara ringkas menerangkan dimana seluruh peserta didik memiliki hak memperoleh pendidikan agama menurut kepercayaannya serta diajar oleh pendidik yang juga menganut agama yang sama (Abdurakhman & Rusli, 2015;

Amin, 2018; P. Putra dkk., 2023; Ridla, 2008). Pendidikan agama Islam ini diharapkan agar siswa bisa mengimplementasikan atau mengamalkannya dalam keseharian. Maka dari hal tersebut, materi pendidikan agama Islam bukan sebatas untuk pembelajaran, tetapi lebih kepada pembentukan kepribadian peserta didik yang berakhlak mulia dalam kehidupan bermasyarakat (Ginanjar & Kurniawati, 2017; Setiawan, 2019; Warasto, 2018).

Fenomena pada peserta didik berupa merosotnya moral ini termasuk akses dari masyarakat dalam fase perubahan sosial untuk menghadapi era globalisasi. Pandemi covid-19 telah mempengaruhi pendidikan di Indonesia, semuanya terjadi peralihan secara online (daring) (Abidin dkk., 2020;

Baharuddin dkk., 2021). Sebagaimana instruksi pemerintah yang disampaikan oleh Kemendikbud (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan) yaitu untuk menyesuaikan pembelajaran seiring perkembangan status kedaruratan covid- 19 dengan tidak menjadikan siswa dan guru terbebani, akan tetapi memuat nilai-nilai penguatan karakter (Afandi, 2011). Hal ini termuat pada surat aturan tentang pencegahan covid-19 pada satuan pendidikan dalam edaran Nomor 3 Tahun 2020 dan surat edaran Nomor 2 Tahun 2020 tentang pencegahan dan penanganan covid-19 di lingkungan Kemendikbud. Pembelajaran jarak jauh diprogramkan pemerintah dimana dalam hal ini peserta didik atau siswa belajar di rumah di bawah bimbingan dari orang tua dan guru (R. A. Putra & Bangunan, 2020). Pelaksanaan proses belajar mengajar semacam ini guna mencegah

(4)

Abdul Hafidz, Baharuddin 197

kerumunan dalam langkah antisipasi sebaran covid-19. Ahmadi & Khoiriyah (2020) mengatakan bahwa kedisiplinan karakter pada seluruh aspek pendidikan yakni kunci pembelajaran yang berhasil di masa pandemi saat ini.

Selain itu, pembelajaran dalam kondisi pandemi ini merupakan transformasi pendidikan tinggi untuk menyiapkan tenaga pendidikan dan guru dengan kualitas unggul. Guru memiliki peran untuk secara bertahan mengarahkan proses pembelajaran dari awal sampai selesai (Fangesty & Komarudin, 2021;

Jannah, 2017). Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut di atas menjadi penyebab rendahnya jumlah siswa yang mampu memahami dan mengamalkan ajaran Islam yang telah dipelajarinya. Oleh karena itu, pendidik perlu berilmu dan juga pandai mengajar atau mengamalkan. Pendidik kemudian harus memperkenalkan serta menanamkan akidah atau tauhid pada siswa sebagai landasan awal sebelum siswa mempelajari banyak disiplin ilmu yang lain. Selain itu diharapkan bagi pendidik menjadi panutan yang baik bagi peserta didik. Komite sekolah dan pendidik harus bekerja keras agar bisa membentuk program dan pembelajaran yang baik. Melalui merancang, melaksanakan, serta mengevaluasi tentu perlu untuk dilakukan penyusunan dan pengaturan dengan optimal. Perlunya ini untuk dilakukan adalah untuk mewujudkan sasaran pembelajaran serta bisa berpengaruh pada perkembangan perilaku peserta didik.

Berlandaskan dasar pendidikan agama Islam yang menekankan kepada Al-Qur’an serta Hadist, maka pendidikan agama Islam bertujuan untuk memberi manfaat bagi manusia serta sebagai agen of culture. Sebab dalam hal ini, pendidikan ialah sesuatu yang krusial dalam hidup manusia. Sehingga, pada saat sudah berhasilnya nilai-nilai Islam terbentuk dan tertanam dalam pribadi peserta didik maka akan didapatkan kebaikan di akhiran dan juga di dunia (Adlun & Basri, 2022; Arifin, 2018). Sebab peran sekolah secara intinya ialah lembaga pendidikan yang membantu lingkungan keluarga. Serta seluruh warga

(5)

sekolah untuk mencapai tujuan ini, baik pegawai, pendidik, dan juga kepala sekolah haruslah berupaya dan bekerja sama dengan maksimal agar bisa membentuk lingkungan sekolah yang harmonis, kondusif, agamis, serta bisa menjadi tauladan untuk peserta didik (Darwanto & Putri, 2021).

Lingkungan sekolah dinyatakan mempengaruhi perkembangan perilaku atau sikap peserta didik, sebab hampir setengah dari waktu dalam kesehariannya dihabiskan di sekolah, baik itu ekstrakurikuler tambahan, pembelajaran, maupun aktivitas di luar jam pelajaran dari peserta didik (Asiah, 2018; Budiarto, 2019; Liany dkk., 2017). Terkait hal ini, dalam pendidikan karakter peserta didik, maka guru adalah faktor utama dan juga dijadikan teladan bagi peserta didik. Maka dari hal tersebut, guru diharuskan senantiasa memotivasi peserta didik serta juga diharuskan untuk senantiasa memberi contoh karakter baik dalam keseharian (Arif, 2021). Pendidikan agama Islam di sekolah dalam pelaksanannya bisa menanamkan pendidikan karakter religius dalam pembentukan kepribadian peserta didik menjadi insan yang bertakwa serta beriman. Lewat pembentukan nilai-nilai religius dalam proses pembelajaran intrakurikuler dan ekstrakurikuler di lingkup sekolah ini maka harapannya bisa dijadikan dasar pegangan peserta didik khususnya untuk menghadapi berbagai pengaruh negatif dari perkembangan zaman akibat perkembangan teknologi dan juga ilmu pengetahuan (Elihami & Syahid, 2018).

Berdasarkan hasil survei tanggal 17 Januari 2022, bahwa SMPIT Al 'Imaroh termasuk lembaga pendidikan dengan kredibilitas keagamaannya yang tergolong tinggi. Sekolah ini bukan sebatas menghasilkan peserta didik yang berprestasi saja, namun pula menghasilkan peserta didik yang lekat dengan pemahaman agama serta berkepribadian baik. Hal tersebut terlihat pula dalam visi yang dimiliki sekolah yaitu membentuk generasi cerdas, terampil dan bertakwa. Selanjutnya dipaparkan dalam misi sekolah yakni turut serta mencerdaskan bangsa, berakhlakul karimah, berakidah yang benar sesuai Al-

(6)

Abdul Hafidz, Baharuddin 199

Qur’an dan sunah, terampil praktik, mandiri, tanggung jawab dan sehat jasmani dan rohani. Tujuan dari visi misi ini adalah membentuk peserta didik yang lekat dengan ajaran agama Islam serta mengamalkan yang didapatnya dalam keseharian. Berbagai pembiasaan di sekolah tersebut menyangkut berbagai nilai religius dalam ajaran agama Islam, di antaranya yakni mengoptimalkan peningkatan perkembangan kepribadian serta mutu pendidikan peserta didik baik dalam berperilaku, bersikap, ataupun berpikir. Berdasarkan konteks penelitian tersebut, penulis percaya bahwa penting untuk memahami, menganalisis dan melakukan penelitian terkait implementasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan nilai religius hasil belajar siswa di SMPIT Al Imaroh Bekasi.

METODE

Metode penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, data bisa berwujud peristiwa, kejadian, serta suatu gejala yang selanjutnya dilakukan analisis berbentuk kategori (Moleong, 2014). Perhitungan serta pengukuran data kualitatif tidak bisa dilakukan dengan akurat, serta pada umumnya tidak dinyatakan berupa angka, akan tetapi berupa kata-kata (P. Putra & Hasanah, 2018; Sugiyono, 2018). Adapun tempat penelitian ini di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu Al 'Imaroh Bekasi. Penulis menggunakan snowball sampling dan purposive sampling untuk mengambil data guna menetapkan informan. Menurut Khoiriyah & Putra (2022) Purposive sampling ini ialah teknik untuk mengambil sampel melalui pertimbangan khusus atau lebih selektif.

Snowball sampling yakni metode untuk mengambil pengambilan sampel dari sedikit menjadi banyak, sebab tidak mengetahui kondisi lingkungan di lapangan.

Informan ini terdiri dari Kepala SMPIT Al 'Imaroh, Waka Kurikulum, Waka Kesiswaan dan Keputrian, Guru PAI dan Siswa-Siswi SMPIT Al 'Imaroh. Teknik pengumpulan dan perekaman data melalui observasi, interview dan

(7)

dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data melalui reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan atau verifikasi.

HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Menanamkan Nilai Religius Hasil Belajar Siswa SMPIT Al Imaroh

Perencanaan termasuk sesuatu yang sifatnya krusial serta perlu dilaksanakan ketika hendak mengadakan kegiatan, sebab ini adalah awal dari pelaksanaan serta menetapkan tujuan yang hendak diwujudkan (Afifah, 2019).

Sebagaimana yang peneliti dapatkan di lapangan bahwasanya perencanaan pembelajaran PAI dalam menanamkan pendidikan karakter religius siswa di SMPIT Al 'Imaroh yaitu Guru PAI terlebih dulu melakukan rapat koordinasi dengan forum MGMP sebelum melakukan pelaksanaan, kurikulum berkoordinasi dengan guru PAI di SMPIT Al 'Imaroh untuk menetapkan tempat, waktu, serta jenis kegiatan. Selanjutnya guru meminta persetujuan juga pertimbangan kepala sekolah, sesudahnya menyosialisasikan program yang hendak diadakan pada semua siswa serta guru. Tugas guru sebagai profesi mengharuskan guru untuk melakukan pengembangan profesionalitas diri selaras akan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Melatih, mengajar, serta mendidik siswa ialah tugas guru sebagai profesi. Sementara arti dari tugas guru sebagai pendidik ialah mengembangkan serta meneruskan berbagai nilai kehidupan pada siswa. Arti dari tugas guru sebagai pelatih yakni mengembangkan keterampilan serta mengaplikasikannya demi masa depan siswa, mengembangkan serta meneruskan teknologi dan ilmu pengetahuan pada siswa. Guru dalam perannya baik pada kedudukannya sebagai pembimbing, pendidik, ataupun pengajar yakni evaluator, mediator, fasilitator, transmottor, inisiator, director, motivator, organisator dan inforcement (Kirom, 2017; Pitaloka & Nandani, 2021). Sangat diperlukannya peran guru dalam implementasi pembelajaran PAI guna menanamkan pendidikan karakter

(8)

Abdul Hafidz, Baharuddin 201

religius siswa di SMPIT Al 'Imaroh supaya berbagai kegiatan bisa terselenggara secara baik. Perencanaan pembelajaran PAI untuk menanamkan pendidikan karakter religius siswa di SMPIT Al 'Imaroh yakni lewat penyusunan RPP dan silabus, serta sosialisasi silabus.

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam menanamkan pendidikan karakter religius siswa di SMPIT Al 'Imaroh dalam pelaksanaannya dibutuhkan kerja sama serta koordinasi dari segala pihak, baik semua siswa, guru-guru umum, guru-guru PAI, ataupun kepala sekolah. Mengacu pemaparan tersebut, didapatkan yaitu teradpat dua cara yang digunakan terkait implementasi pembelajaran PAI dalam menanamkan pendidikan karakter religius siswa di SMPIT Al 'Imaroh, yakni kegiatan ekstrakurikuler dan intrakurikuler. Ini selaras akan aturan tentang Pengelolaan Pendidikan Agama dalam Peraturan Menteri Agama No. 16 Tahun 2010, yang menerangkan bahwasanya pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama lewat ekstrakurikuler serta intrakurikuler (Pasal 8 ayat 3). Kegiatan intrakurikuler ini maksudnya ialah pelaksanaan pembelajaran secara tatap muka di kelas serta kegiatan di luar kelas secara mandiri sesuai Standar Isi (Pasal 1 ayat 5). Terdapat ruang lingkup pendididikan agama Islam yang terdiri atas lima aspek yaitu: Al- Qur’an Hadist, sejarah kebudayaan islam, akhlak, fikih, dan akidah. Beberapa kegiatan ekstrakulikuler dalam menanamkan pendidikan karakter religius siswa di SMPIT Al 'Imaroh, yaitu:

1) Senyum, Salam dan Sapa (3S)

Ketika menghadapi orang baru, senyuman bisa mencairkan suasana yang mulanya terasa kaku, dengan demikian kesan pertama yang diperoleh diharapkan berupa kesan positif sehingga mempermudah komunikasi siswa dan guru secara lebih lanjut di sekolah. Sesudah senyuman diberikan, amak salam pembuka tulus diuapkan yakni merupakan permulaan dari langkah membuka hati (jiwa). Allah

(9)

memberikan perintah pada seluruh hamba-Nya, apabila mendengar salam maka menjawab salam secara lebih baik. Atau paling tidak menjawabnya dengan salam yang sama. Mengacu penelitian yang dilakukan, didapatkan bahwa karakter religius di SMPIT Al 'Imaroh dibentuk dengan 3S (senyum, salam serta sapa).

2) Membiasakan perilaku berdoa

Upaya penanaman pendidikan karakter religius siswa di SMPIT Al 'Imaroh yakni melalui membiasakan siswa berdo’a seperti sesudah shalat berjamaah serta dan sebelum dan setelah belajar.

3) Baca Tulis dan Hafalan Al-Qur’an

Al-Qur’an memuat Kalam Allah Swt yang merupakan kitab suci agama Islam yang melalui malaikat Jibril diturunkan pada Nabi Muhammad Saw serta berisikan petunjuk juga bimbingan untuk umat manusia dalam berbagai aspek kehidupan, baik bernegara, bermasyarakat, dan perorangan guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan di akhirat.

Implementasi karakter religius di SMPIT Al 'Imaroh memiliki bentuk kegiatan berupa hafalan Al-Qur’an serta mengaji atau membaca Al- Qur’an. Selanjutnya juga didukung dengan kegiatan khotmul Qur’an dan Tahfidz, harapannya agar siswa terus mencintai Al-Qur’an.

4) Shalat Dhuha Berjamaah

Shalat dhuha termasuk sunah yang Rasulullah ajarkan dengan rakaat sejumlah dua hingga empat rakaat yang siswa-siswi kerjakan.

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, di mana sesudah bel istirahat pertama bisa didengar anjuran dan pengumuman pada siswa- siswi SMPIT Al 'Imaroh untuk melaksanakan shalat dhuha di musholla.

Implementasi pembelajaran PAI dalam menanamkan pendidikan karakter religius di sekolah yakni guru senantiasa berupaya menganjurkan serta mengajak siswa untuk menjalankan shalat dhuha.

(10)

Abdul Hafidz, Baharuddin 203

5) Shalat Dzuhur dan Ashar Berjamaah

Shalat berjamaah yakni shlat yang bersama-sama dikerjakan beberapa orang, dimana satu imam dan sisanya adalah makmum sesuai ketetapan yang ada. Hukum dari menjalankan shalat berjamaah adalah sunah muakad, atau berarti sunah yang dianjurkan atau dikuatkan. Lebih utama menjalankah shalat berjamaah daripada shalat seorang diri.

Mengacu wawancara dan observasi peneliti di SMPIT Al 'Imaroh dalam melaksanakan shalat dzuhur dan asar berjamaah di mushola sekolah, ini ialah langkah pembentukan karakter religius siswa.

6) Muhadhoroh

Kegiatan muhadhoroh rutin dilakukan tiap sabtu sesudah pembelajaran di kelas, pada kegiatan muhadhoroh siswa dan siswi dilatih berbicara di depan para siswa-siswi. Ceramah atau muhadharah yakni metode dakwa berupa ceramah dimana ini menjadi metode terlama yang umum dipergunakan dalam bermacam situasi. Namun, metode ini selain kerap dipakai, namun juga kerap dikritik. Terdapat kritik yang sangat tajam hingga yang mengkritik beropini jika tidak efektif digunakannya metode ini dalam dunia dakwah, sebab jarang sekali bahkan hampir tidak bernah memberi jawaban kongkret terhadap masalah yang umat manusia hadapi. Maka dari sini bisa dinilai bahwa kegiatan muhadhoroh bertujuan untuk membentuk karakter religius siswa agar berani menjadi pembicara atau pemimpin.

7) Mabit dan Kajian Keputrian

Kegiatan mabit dilaksanakan pada setiap dua pekan sekali dan siswa yang mengikuti kegiatan tersebut bergantian setiap acaranya, misal pekan pertama diikuti oleh siswa maka di pekan berikutnya diisi oleh siswi. Pada acara mabit yg diikuti oleh para siswi disitu diselipkan materi keputrian. Kegiatan ini sebagai wujud syukur pada Allah Swt atas

(11)

segala nikmat yang sudah Allah berikan, sebagai bentuk meluapkan harapan kepada Allah Swt, sebagai bentuk introspeksi, evaluasi dan meminta pengampunan atas segala perbuatan dan tindakan yang telah kami laksanakan. Selain kegiatan tilawah, kami melaksanakan shalat malam bersama-sama, berdo’a dan berdzikir, bertadabur ayat, medengarkan ceramah, berdiskusi, mencurahkan ide-ide dan gagasan untuk kegiatan kami berikutnya.

8) Peringatan Hari Besar Islam

Suatu agenda tahunan sekolah yang dirumuskan melalui rapat tahunan sekolah pada akhir tahun. Bahasan dalam rapat ini berupa aktivitas yang hendak dilakukan setahun ke depan dimana akan termuat dalam kalender akademik. Tentunya kegiatan ini disiapkan secara matang, yakni terdiri dari siapa yang terlibat, acara, kepanitiaan, serta pendanaannya. Tidak semua kegiatan hari-hari besar Islam diperingati di SMPIT Al 'Imaroh dengan alasan mayarakat juga sudah melaksanakannya. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dinilai bahwa kegiatan PHBI adalah usaha yang guru PAI lakukan untuk membentuk karakter religius siswa di SMPIT Al 'Imaroh.

9) Pesantren Kilat

Pelaksanaan kegiatan ini sebagai bentuk kegiatan positif untuk mengisi bulan ramadhan, yang berlokasi di SMPIT Al 'Imaroh, pelaksanaannya sebatas satu minggu saja. Semua siswa harus mengikuti kegiatan ini. Isi kegiatannya terdiri dari buka puasa bersama, tadarus Al- Qur’an, serta jamaah shalat dhuha dan dzuhur. Agar tidak bosan dengan agenda ceramah keagamaan maka secara bergantian juga diselingi oleh pengisi ustadz dari luar dan tidak sebatas diisi oleh para guru saja. Implementasi dari pembelajaran PAI untuk pembentukan karakter religius siswa- siswi di sekolah melalui pesantren kilat yang di dalamnya ditanamkan

(12)

Abdul Hafidz, Baharuddin 205

nilai-nilai ketaatan, serta untuk menunjang peningkatan kualitas ibadah melalui bermacam aktivitas di antaranya buka puasa bersama, praktik ibadah, bermacam lomba keagamaan, pengajian, tadarus Al-Qur’an, serta shalat dhuha dan dzuhur berjamaah.

Implementasi pembelajaran PAI dalam menanamkan pendidikan karakter religius siswa di SMPIT Al 'Imaroh lewat ekstrakurikuler dimana ini selaras akan rancangan design pendidikan karakter tahun 2020 dari kementerian pendidikan dan kebudayaan seperti yang Muchlas paparkan bahwa habituasi melalui kegiatan ekstrakurikuler serta transformasi melalui kebiasaan siswa di sekolah adalah strategi pengembangan pendidikan karakter yang hendak diaplikasikan di Indonesia. Implementasi pembelajaran PAI dalam menanamkan pendidikan karakter religius siswa di SMPIT Al 'Imaroh, juga membutuhkan dukungan guru dan tidak sebatas hanya dengan aspek kurikulum saja. Penciptaan budaya religius di sekolah yakni wujud implementasi pembelajaran pendidikan agama Islam dalam menanamkan pendidikan karakter religius siswa di SMPIT Al 'Imaroh secara nyata.

Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Menanamkan Nilai Religius Hasil Belajar Siswa

Menurut Febriana (2021) evaluasi diartikan sebagai proses pengumpulan data hasil belajar siswa berupa sikap atau kemampuan “afektif”, pengetahuan “kognitif”, dan keterampilan “psikomotrik”, jika dikaitkan dengan pembelajaran. berkaitan dengan program penilaian madrasah atau sekolah.

Evaluasi sering juga disebut dengan penilaian, pengukuran, dan tes. Jika ingin mengevaluasi sistem pembelajaran, maka ruang lingkupnya mencakup semua komponen pembelajaran. Oleh karenanya, ungkapan yang tepat untuk mengevaluasi sistem pembelajaran ialah evaluasi bukan penilaian. Evaluasi dan penilaian bersifat kualitatif.

(13)

Hasil yang peneliti dapatkan terkait evaluasi implementasi pembelajaran PAI dalam menanamkan pendidikan karakter religius siswa yang diterapkan di SMPIT Al 'Imaroh dikelompokkan dalam bagian: laporan hasil pembelajaran, penilaian acuan kriteria, dan penilaian autentik. Penilaian autentik yakni suatu penilaian yang dimulai dari input, proses, serta output yang meliputi keterampilan, pengetahuan, dan sikap lewat portofolio serta praktik.

Sehingga penilaian autentik di SMPIT Al 'Imaroh berfokus pada kemampuan pelajar dalam melakukan demonstrasi pengetahuannya dengan bermakna dan secara nyata. Penilaian bukan sekedar menyadap pengetahuan atau menanyakan apa yang pelajar ketahui, namun berupa kinerja nyata dari pengetahuan yang dikuasainya. Penilaian acuan kriteria meliputi ujian KKM yang sudah ditentukan, observasi, serta ulangan harian beruwjud hafalan dan sebagainya. Tes acuan di SMPIT Al 'Imaroh dugunakan dengan menekankan kepada kelompok perilaku siswa tertentu. hal ini ditujukan guna memperoleh secara jelas terkait performa peserta tes tanpa memperhatikan bagaimana diperbandingkannya antar performa. Atau ringkasnya, penggunaan tes acuan kriteria ini adalah guna melakukan seleksi status individual secara pasti terkait domain perilaku yang dirumuskan/ditetapkan secara baik. Melakukan pelaporan hasil pembelajaran pada peserta didik adalah akhir dari penilaian.

Laporan kemajuan belajar ini adalah media komunikasi orang tua, peserta didik, dan sekolah untuk menjaga dan mengembangkan kerhamonisan hubungan dan juga kerja sama yang baik.

Hasil Belajar Siswa Dalam Menanamkan Nilai Religius Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Hasil belajar disebut sebagai keberhasilan atau pencapaian belajar.

Konsep pencapaian dapat digunakan untuk berbagai profesi dan menunjukkan kapasitas, keterampilan, kemampuan, pengetahuan, dan pemikiran seseorang dalam memecahkan suatu tantangan (Ardiansyah & Nana, 2020; Baharun,

(14)

Abdul Hafidz, Baharuddin 207

2015). Hasil belajar yakni perilaku yang peserta didik peroleh sesudah mengalami kegiatan belajar. Berbagai aspek perubahan perilaku ini didapatkan berdasarkan apa yang siswa pelajari. Apabila peserta didik mempelajari pengetahuan terkait konsep, maka perolehan perubahan perilaku ini berwujud penguasaan konsep. Penilaian hasil belajar ini berupa hasil belajar dari obyek atau program dari tujuan penelitian. Secara intinya, hasil belajar yakni melakukan penilaian atas penguasaan peserta didik terhadap berbagai tujuan instruksional. Terkait hal ini, hasil belajar ialah berbagai kemampuan peserta didik sesudah menerima pengalaman belajar. Terdapat tiga ranah hasil belajar menurut pembagian Bloom, yakni: 1) Ranah psikomotorik, menyangkut kemampuan dan keterampilan bertindah; 2) Ranah afektif, menyangkut sikap;

serta 3) Ranah kognitif, menyangkut hasil belajar intelektual.

Menurut Yerusalem dkk., (2015) setelah sistem belajar itu terjadi, maka kepribadian individu akan mencerminkan hasil belajarnya. Perubahan perilaku, pengetahuan, sudut pandang, bakat, sikap, dan keterampilan siswa yang mencerminkan individualitas mereka. Hasil belajar dari Implementasi pembelajaran PAI dalam Menanamkan Pembiasaan Nilai-Nilai Religius dan Hasil Belajar Siswa di SMPIT Al 'Imaroh yaitu terbagi tiga, yaitu aspek kognitif, afektik dan psikomotorik.

Setyawan & Dimyati, (2015) menerangkan bahwa domain kognitif/pengetahuan menyangkut proses- proses penalaran, berpikir, dan ingatan. Aspek ini bisa dilihat dari proses pembelajaran di kelas, baik berupa nilai ulangan akhir semester, ulangan tengah semester, serta harian yang semuanya dimuat dalam bentuk rapor. Mengacu pengamatan serta wawancara peneliti, bahwa siswa-siswa di SMPIT Al 'Imaroh mampu mengikuti kegiatan pembelajaran PAI. Hal tersebut terlihat dalam buku rapor siswa, dimana para siswa mayoritas memperoleh nilai melebihi KKM atau berkategori baik, bahkan

(15)

juga ada beberapa siswa yang mendapatkan nilai sangat memuaskan dalam pelajaran PAI.

Domain afektif mengacu pemaparan dari Krathwohl et al., yakni domain yang mencakup sikap, motivasi, antusiasme, apresiasi, nilai, serta rasa.

Kompetensi peserta didik yang merefleksikan afeksi baik bisa dilihat berdasarkan sikap kedewasaan yang sesuai perkembangan dan usia peserta didik serta terefleksi pada attitude/perilaku dalam keseharian pada kegiatan belajar mengajar di luar ataupun di dalam kelas. Contoh-cotntoh perilaku yang merefleksikan afeksi/sikap siswa yang baik, di antaranya disiplin melakukan seluruh kewajiban yang menyangkut proses belajar mengajar, menghargai dan menghormati teman sebaya dan guru, antusias dan semangat mengukuti pembelajaran, serta bertanggung jawab atas apa yang dilakukan, serta lainnya.

Aspek ini bisa dilihat dari karakter keseharian siswa di sekolah dan di luar sekolah. Sesuai akan jargon SMPIT Al 'Imaroh yaitu “sekolah berakhlak”. Begitu juga yang disampaikan oleh Guru PAI bahwa implementasi dari pembelajaran PAI di SMPIT Al 'Imaroh yaitu menjadikan karakteristik siswa-siswi menjadi lebih baik lagi. Mengacu pengamatan serta wawancara peneliti bahwa siswa- siswi di SMPIT Al 'Imaroh mempunyai karakter yang baik dan religius. Ini bisa dilihat pada saat peneliti datang ke lokasi penelitian untuk wawancara. Dimana siswa- siswi yang diwawancarai peneliti terlihat begitu sopan, awal ketemu dimulai dengan senyum dan salam, lalu dilanjut dengan sapaan. Begitu juga ketika diwawancarai peneliti siswa-siswi tersebut memberikan jawaban dengan nada yg sangat baik. Adapun karakter religiusnya terlihat dari pembiasaan halaqoh Al-Qur’an dan tahfidz, shalat berjamaah, membiasakan berdo’a, berpakaian muslim atau muslimah,

Domain psikomotorik adalah kemampuan psikomotorik menyangkut koordinasi, fisik, serta pemakaian keterampilan motorik haruslah secara terus- menerus dilatih serta diukur berdasarkan sisi prosedur, jarak, presisi,

(16)

Abdul Hafidz, Baharuddin 209

kecepatan, atau teknik dalam eksekusinya (Setyawan & Dimyati, 2015).

Kemampuan psikomotorik didasarkan kepada studi di bidang pendidikan olah raga, seni, musik, bisnis, ekonomi rumah tangga, pertanian, dan industrial.

Simpson juga menjelaskan tujuh aktivitas untuk mengelompokkan kemampuan psikomotorik dimana kategori ini meliputi: orisinal, alami, mahir, membiasakan, meniru, kesiapan dan persepsi. Kemampuan psikomotorik ini juga dikaji oleh tokoh lain yakni Dave yang membagi tingkatan kemampuan psikomotorik ini terdiri dari naturalisasi, artikulasi, presisi, memanipulasi; dan meniru. Kategori psikomotorik dari kedua tokoh tersebut, kini dimanfaatkan dalam mengukur kegiatan pembelajaran yang melibatkan kinestetik, motorik, dan fisik semacam percobaan dalam sains, drama, seni tari, seni rupa, seni musik, dan olah raga. . Aspek ini bisa dilihat dari keterampilan anak-anak, baik di luar ataupun dalam lingkup sekolah. Berdasarkan hasil wawancara serta pengamatan peneliti bahwa keterampilan siswa- siswi di SMPIT Al 'Imaroh bisa dilihat dari dua sisi, sisi pertama di lingkungan sekolah yaitu para siswa dan siswi dapat mempraktekan bacaan do’a serta menjalani jadwal petugas dalam kegiatan di sekolah. Adapun sisi kedua ketika di luar sekolah siswa terbiasa mempraktekan pembiasaan di sekolah seperti adzan, iqomah, qultum atau ceramah di lingkungan rumahnya.

Faktor Pendukung dan Penghambat Proses Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Menanamkan Nilai Religius Siswa SMPIT Al Imaroh

Adapun arti dari kata pendukung yaitu suatu hal yang bersifat membantu, menunjang, menyokong, serta lainnya. Sedangkan maksud dari hambat adalah membuat suatu hal seperti pekerjaan, perjalanan, serta sejenisnya menjadi tertahan, lambat, atau tidak lancar. Mengacu hasil yang peneliti temukan di lapangan bahwa implementasi pembelajaran PAI dalam

(17)

Menanamkan Pembiasaan Nilai-Nilai Religius dan Hasil Belajar Siswa di SMPIT Al 'Imaroh yaitu:

Tabel 1. Faktor Pendukung dan Penghambat Faktor Pendukung Faktor Penghambat 1) Peran kepala sekolah dan

seluruh guru SMPIT Al 'Imaroh, sebagai pelopor untuk membentuk karakter religius siswa di sekolah.

2) Pembiasaan senyum, sapa dan salam kepada siswa, sebagai bentuk pembiasaan dalam menanamkan karakter religius siswa di sekolah.

3) Pembiasaan shalat jamaah dan kegiatan keislaman lainnya, sebagai pembentukan karakter siswa di sekolah.

4) Pengeras suara di sekolah, sebagai sumber informasi pelaksanaan KBM dan shalat jamaah kepada siswa.

5) Ruang kelas yang tersedia proyektor dan Al- Qur’an,

sebagai pendukung

pembelajaran PAI di kelas.

6) Laboratorium dan perpustakaan, sebagai sarana pendukung pembelajaran PAI di sekolah.

7) Adanya mushola, sebagai pusat tempat pelaksanaan ibadah untuk siswa dan guru.

8) Evaluasi berkala, sebagai bentuk tolak ukur guru terhadap siswa sekaligus sebagai bentuk laporan guru kepada wali murid.

1) Beragamnya latar belakang siswa dan orang tua, antar orang memiliki pengetahuan agama berbeda.

2) Pengawasan siswa di luar sekolah, dalam hal ini guru tidak bisa mengawasi siswa di luar sekolah, sebab pengawasan guru sebatas di dalam lingkup sekolah, sementara tanggung jawab pengawasan di luar sekolah yaitu masyarakat dan orang tua.

(18)

Abdul Hafidz, Baharuddin 211

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan bahwa implementasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan nilai religius hasil belajar siswa meliputi aspek perencanaan berupa penyusunan silabus, sosialisasi silabus dan RPP. Aspek pelaksanaan meliputi intrakulikuler yakni melalui pembelajaran siswa dengan guru di dalam kelas yang setiap minggunya dilakukan 2 jam. Materi pembelajaran PAI yaitu: Al-Qur’an Hadits, Akidah, Akhlak, Fikih dan SKI, mempergunakan metode demonstrasi, tanya jawab, ceramah, diskusi, dan cerita dan ekstrakulikuler meliputi pesantren kilat, peringatan hari besar Islam, shalat dzuhur dan asar berjamaah, shalat dhuha berjamaah, baca tulis al- Qur’an, muhadhoroh, mabit, kajian keputrian, membiasakan berdo’a, senyum, salam dan sapa. Sedangkan pada aspek evaluasi berupa laporan hasil belajar, penilaian acuan kriteria dan penilaian autentik.

Adapun hasil belajar dari implementasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan nilai religius di SMPIT AL Imaroh meliputi berbagai aspek yaitu aspek kognitif, afektik dan psikomotorik. Faktor pendukung terdiri dari peran kepala sekolah dan seluruh guru SMPIT Al 'Imaroh, pembiasaan senyum, sapa dan salam kepada siswa, pembiasaan shalat jamaah dan kegiatan keislaman lainnya, pengeras suara di sekolah, ruang kelas yang tersedia proyektor dan Al- Qur’an, perpustakaan, adanya mushola dan evaluasi berkala.

Sedangkan faktor penghambat adalah keberagaman latar belakang orang tua dan siswa, serta pengawasan siswa di luar sekolah.

REFERENCES

Abdurakhman, O., & Rusli, R. K. (2015). Teori Belajar dan Pembelajaran.

DIDAKTIKA TAUHIDI: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 2(1).

(19)

Abidin, Z., Hudaya, A., & Anjani, D. (2020). Efektivitas pembelajaran jarak jauh pada masa pandemi covid-19. Research and Development Journal of Education, 1(1), 131–146.

Adlun, F., & Basri, H. (2022). Efektivitas Pembelajaran Daring Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi Dengan Pemanfaatan Aplikasi Penjaspedia Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Sekolah Dasar Se- Kecamatan Jonggol. Paradigma, 19(1), 26–39.

Afandi, R. (2011). Integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaran IPS di sekolah dasar. PEDAGOGIA: Jurnal Pendidikan, 1(1), 85–98.

Afifah, Y. N. (2019). Tinjauan Teori Perencanaan Dalam Pelaksanaan Program Pemanfaatan Dana Desa. Jurnal Litbang Sukowati: Media Penelitian Dan Pengembangan, 3(1), 10–10.

Ahmadi, F., & Khoiriyah, E. S. (2020). Strategi dan Inovasi Pembelajaran di Masa Pandemi. 1, 1–4.

Ahyat, N. (2017). Metode pembelajaran pendidikan agama Islam. EDUSIANA:

Jurnal Manajemen Dan Pendidikan Islam, 4(1), 24–31.

Amin, M. (2018). Kedudukan Akal dalam Islam. Tarbawi: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 3(01), 79–92.

Andika, R. (2020). Hubungan Tingkat Religiusitas Dengan Tingkat Kecemasan Mahasiswa Di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad, 13(2), 131–144.

Ardiansyah, A. A., & Nana, N. (2020). Peran mobile learning sebagai inovasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran di sekolah.

Indonesian Journal Of Educational Research and Review, 3(1), 47–56.

Arif, M. (2021). Prophetic Leadership in Forming the Religious Moderation Values in Islamic Education Institutions. Cendekia: Jurnal Kependidikan dan Kemasyarakatan, 19(2), 219–235.

Arifin, S. (2018). Pendidikan Agama Islam. Deepublish.

Asiah, N. (2018). Pembelajaran calistung Pendidikan anak usia dini dan ujian masuk calistung sekolah dasar di Bandar Lampung. Terampil: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar, 5(1), 19–42.

Astutiati, A. (2022). Implementasi Active Learning Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Pengetahuan, Keterampilan, Dan Sikap Siswa Di Era Pandemi Covid-19 Di Sdn 1 Brangkal, Wedi, KLATEN. Prosiding Amal Insani Foundation, 1(1), 207–217.

(20)

Abdul Hafidz, Baharuddin 213

Auliyah, K. (2022). Inovasi Metode Pendidikan Agama Islam Melalui Active Learning. Edupedia: Jurnal Studi Pendidikan Dan Pedagogi Islam, 7(1), 29–36.

Baharuddin, B., Patras, Y. E., Sampaleng, D., & Hidayat, R. (2021). Analisis persepsi guru Indonesia terhadap sekolah sebagai organisasi belajar di era pandemi Covid 19. JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia), 7(2), 251–268.

Baharun, H. (2015). Penerapan pembelajaran active learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa di madrasah. PEDAGOGIK: Jurnal Pendidikan, 1(1).

Budiarto, S. P. (2019). Pelatihan Desain Grafis dan Multimedia di Sekolah Menengah Kejuruhan Persatuan Guru Republik Indonesia Banyuputih Situbondo. JPM (Jurnal Pemberdayaan Masyarakat), 4(1), 308–313.

https://doi.org/10.21067/jpm.v4i1.3059

Darwanto, D., & Putri, A. M. (2021). Penguatan Literasi, Numerasi, dan Adaptasi Teknologi pada Pembelajaran di Sekolah:(sebuah Upaya Menghadapi Era Digital dan Disrupsi). Eksponen, 11(2), 25–35.

Elihami, E., & Syahid, A. (2018). Penerapan pembelajaran pendidikan agama islam dalam membentuk karakter pribadi yang islami. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 2(1), 79–96.

Fangesty, M. A. S., & Komarudin, D. (2021). Pelatihan Membuat Konten Pembelajaran Sederhana Bagi Guru-Guru Pendidikan Agama Islam Di Kecamatan Baleendah. PROCEEDINGS UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG, 1 (22), 131–140.

Fathurrohman, M. (2016). Pengembangan Budaya Religius dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Ta’allum: Jurnal Pendidikan Islam, 4(1), 19–42.

Febriana, R. (2021). Evaluasi pembelajaran. Bumi Aksara.

Ginanjar, M. H., & Kurniawati, N. (2017). Pembelajaran Akidah Akhlak Dan Korelasinya Dengan Peningkatan Akhlak Al-Karimah Peserta Didik.

Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, 6(02), 25.

Jannah, I. M. (2017). Urgensi Peningkatan Profesionalisme Guru. TASYRI’:

JURNAL TARBIYAH-SYARI’AH ISLAMIYAH, 24(01), 32–47.

Khoiriyah, U., & Putra, P. (2022). Analisis Jalur Pengaruh Pengambilan Keputusan Bertransaksi Melalui BSI Mobile. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(3), 2522–2535.

Kirom, A. (2017). Peran guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran berbasis multikultural. Jurnal Al-Murabbi, 3(1), 69–80.

(21)

Liany, L., Jufri, E. A., & Umardani, M. K. (2017). Penyuluhan Nilai-Nilai Pancasila Kepada Organisasi Siswa Intra Sekolah (Osis) Sekolah Menengah Kejuruan (Smk) Negeri 39 Jakarta. Jurnal Pengabdian Masyarakat Borneo, 1(1), 6. https://doi.org/10.35334/jpmb.v1i1.237

Moleong, L. J. (2014). Metode penelitian kualitatif edisi revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Pitaloka, A. A. P., & Nandani, S. A. S. (2021). Guru Kreatif dan Inovatif. Aku Bangga Menjadi Guru; Peran Guru dalam Penguatan Nilai Karakter Peserta Didik (Antologi Esai Mahasiswa Pendidikan Agama Islam), 150.

Pontoh, W. P. (2013). Peranan komunikasi interpersonal guru dalam meningkatkan pengetahuan anak. Acta Diurna Komunikasi, 2(1).

Putra, P., Fahlevi, R., Rahmawati, R., & Isfandayani, I. (2023). Merdeka Learning Campus Curriculum Design: A Review toward Islamic Banking Study Program in Universitas Islam 45. Paradigma, 20(1), 65–73.

Putra, P., & Hasanah, M. (2018). Pengaruh pembiayaan mudharabah, musyarakah, murabahah, dan ijarah terhadap profitabilitas 4 bank umum syariah periode 2013-2016. Jurnal Organisasi dan Manajemen, 14(2), 140–150.

Putra, P., & Sawarjuwono, T. (2019). Traditional Market Merchant Attitudes in the Perspective of Islamic Business Ethics. Opción: Revista de Ciencias Humanas y Sociales, 35(20), 1471–1487.

Putra, R. A., & Bangunan, P. V. K. (2020). Kendala pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ) dalam masa pandemi. Journal of Chemical Information and Modeling. https://doi. org/10.1017/CBO9781107415324, 4.

Qustulani, M. (2013). Implikasi Shalat terhadap Pendidikan Moral dalam Islam.

Fikrah, 6(1).

Retnilasari, E., & Putra, P. (2019). Pengaruh Program Pelatihan Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Terhadap Peningkatan Kemampuan dan Kinerja Karyawan PT. Bank Syariah Mandiri.

MASLAHAH (Jurnal Hukum Islam dan Perbankan Syariah), 10(2), 49–61.

Ridla, M. R. (2008). Profesionalitas Guru Pendidikan Agama Islam dalam Proses Pembelajaran. TADRIS: Jurnal Pendidikan Islam, 3(1).

Setiawan, H. (2019). Wanita, Jilbab & Akhlak. CV Jejak (Jejak [Publisher).

Setyawan, H., & Dimyati, D. (2015). Model permainan aktivitas luar kelas untuk mengembangkan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa SMA.

Jurnal Keolahragaan, 3(2), 164–177.

(22)

Abdul Hafidz, Baharuddin 215

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Alfabeta Bandung.

Sunarso, A. (2020). Revitalisasi Pendidikan Karakter melalui Internalisasi Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budaya Religius. Jurnal Kreatif:

Jurnal Kependidikan Dasar, 10(2), 155–169.

Syukron, A. A. (2018). Pendidikan Moral Kids Zaman Now Dalam Perspektif Islam. J-PAI: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 4(2).

Wanojaleni, K. (2018). Konsep Penilaian Autentik dalam Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran Agama Islam dan Budi Pekerti Tingkat sekolah Menengah Atas. At-Thariq Jurnal Ilmiah Studi Ke Islaman dan Sosial.

Warasto, H. N. (2018). Pembentukan Akhlak Siswa. Jurnal Mandiri: Ilmu Pengetahuan, Seni, dan Teknologi, 2(1), 65–86.

Yerusalem, M. R., Rochim, A. F., & Martono, K. T. (2015). Desain dan Implementasi Sistem Pembelajaran Jarak Jauh Di Program Studi Sistem Komputer. Jurnal Teknologi dan Sistem Komputer, 3(4), 481–492.

Referensi

Dokumen terkait

(2) Untuk menganalisis faktor apa saja yang mendukung dan menghambat guru Pendidikan Agama Islam dalam upaya menanamkan karakter religius siswa di SMP Negeri 1 Udanawu

Banyak hal yang dilakukan guru-guru di SMPN 2 Ngantru dalam menanamkan nilai religius siswa melalui pembiasaan pada siswanya. Pembiasaan merupakan proses pembelajaran

1) Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam Pendidikan Agama Islam (PAI), khususnya tentang Kreativitas Guru Pendidikan Agama.. Islam guna menanamkan nilai karakter

Hasil penelitian menunjukkan bahwa media flash card dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak usia dini dan efektif untuk menanamkan nilai pendidikan karakter

Integrasi PAI dan IPS bisa dimulai dari mengaitkan tujuan pembelajaran yang relevan, lalu menyusun perencanaan pembelajaran.22 Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Pendekatan

Hasil Interview dengan Siswa Nama : Salsa P Nilai-nilai religius apa saja yang telah guru Pendidikan Agama Islam tanamkan R1 Prilaku atau akhlak kita, hukum syriah, ketuhanan P Upaya

Berdasarkan hasil observasi serta wawancara yang dilaksanakan peneliti, peneliti memperoleh temuan faktor-faktor intern yang menjadi kendala guru pendidikan agama Islam guna

Jadi maksud dari internalisasi nilai karakter siswa dalam pembelajaran pendidikan agama Islam ialah menanamkan nilai karakter religius, disiplin, dan kerja keras melalui pembelajaran