• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBELEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOLABORASI DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS V SD NEGERI PULUTAN 02 SALATIGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBELEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOLABORASI DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS V SD NEGERI PULUTAN 02 SALATIGA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBELEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOLABORASI DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS V SD NEGERI PULUTAN 02 SALATIGA

Grehas Wilantanti1*, Herry Sanoto2

Universitas Kristen Satya Wacana, Indonesia,1,2

Corresponding Author: grehaswilantanti@gmail.com, herry.sanoto@uksw.edu

ARTICLE INFO Article history:

Received 24 September 2023

Revised 20 Oktober 2023

Accepted 18 November 2023

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil dari implementasi model pembelajaran problem based learning dalam meningkatkan keterampilan kolaborasi dan hasil belajar peserta didik. Subjek dari penelitian ini adalah peserta didik kelas V SD Negeri Pulutan 02 Salatiga sebanyak 9 peserta didik. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas kolaboratif menggunakan empat tahap, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Hasil penelitian dinataranya; (1) Keterampilan kolaborasi pada saat pra siklus sebesar (61,48%), siklus I pertemuan 1 mendapatkan persentase (72,59%) dan meningkat pada pertemuan 2 menjadi (74,81%), kemudian pada siklus II pertemuan 1 mendapatkan persentase (80%) dan meningkat pada pertemuan 2 menjadi (83,70%). (2) Setelah menerapkan model pembelajaran problem based learning persentase hasil belajar pada pra siklus sebesar (59,3%) meningkat sebanyak 15,7% pada siklus I menjadi 75%. Kemudian pada siklus II persentase ketuntasan hasil belajar meningkat sebanyak 11,7% menjadi 86,7%. Hasil belajar pada siklus I hingga siklus II sudah mencapai kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran (KKTP) yaitu > 70. Dengan demikian, penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL) dapat meningkatkan keterampilan kolaborasi dan hasil belajar peserta didik kelas V SD Negeri Pulutan 02 Salatiga.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Problem Based Learning, Keterampilan Kolaborasi, Dan Hasil Belajar

How to Cite : Grehas Walantanti & Herry Sanoto., “Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning Dalam Meningkatkan Keterampilan Kaloboratif dan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas V SD Negeri Pulutan 02 Salatiga ", Vol. 7, No. 2 (2023): 199-212

DOI : https://doi.org/https://doi.org/10.52266/

Journal Homepage : https://ejournal.iaimbima.ac.id/index.php/

This is an open access article under the CC BY SA license

: https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/

PENDAHULUAN

endidikan merupakan suatu sarana untuk mewujudkan proses pengajaran dan pelatihan bagi manusia sehingga dapat mengembangkan potensi dirinya, baik secara fisik maupun secara mental dengan baik, yaitu dengan cara membimbing secara pengawasan, sitematis, dan terstruktur. Dengan seiring berjalannya waktu, pendidikan akan terus berkembang dilihat dari pendidikan zaman

P

(2)

dahulu sampai sekarang, sehingga kurikulum di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Kurikulum merdeka merupakan kurikulum yang berlaku pada saat ini, proses dan penilaian pembelajarannya meliputi asesmen formatif dan asesmen sumatif. Nurani,dkk (2022: 2) menyatakan bahwa kurikulum merdeka merupakan suatu kurikulum yang di dalamnya terdapat pembelajaran yang bermacam-macam.

Peserta didik dituntut untuk berperan aktif, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing yang membimbing peserta didik untuk berperan aktif serta mengarahkan peserta didik, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Lidiawati, dkk (2023: 5) berpendapat bahwa, pada kurikulum merdeka ini peserta didik diberikan kebebasan dalam memilih bahan ajar, menentukan alur pembelajaran, dan evaluasi yang akan digunakan nantinya serta pembelajaran yang dilakukan berfokus pada kebutuhan peserta didik.

Pembelajaran yang berfokus pada peserta didik harus disesuaikan dengan perkembangan zaman pada saat ini. Sejalan dengan perkembangan zaman saat ini, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin canggih, untuk itu membutuhkan seorang guru yang mempunyai karakter. Maka dari itu, dibutuhkan lembaga pendidikan yang memiliki keterampilan 4C abad 21. Menurut Septikasari & Frasandy (2018), keterampilan 4C tersebut yaitu terdiri dari: (1) Critical thinking; (2) Creative thinking; (3) Communication; dan (4) Collaboration. Mendukung pernyataan tersebut Nuriyani, dkk (2020) berpendapat bahwa keterampilan abad 21 yang dapat menunjang kegiatan diskusi dan kerja sama peserta didik adalah keterampilan kolaborasi. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Harsanto (2007: 44) dalam Nuriyani, dkk (2020), proses pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok dapat meningkatkan akademis, keintensifan, rasa percaya diri, kekompakan, partisipasi aktif, dan kerja sama pada peserta didik. Oleh karena itu, keterampilan kolaborasi pada peserta didik harus dikembangkan agar peserta didik dapat berdiskusi atau bekerja sama dengan perbedaan yang ada.

Berdasarkan hasil observasi awal, menunjukkan kondisi bahwa di kelas V SD Negeri Pulutan 02 Salatiga terdapat beberapa peserta didik yang belum terlibat aktif ketika pembelajaran dilakukan dengan cara berkelompok. Hal ini dikarenakan tingkat pemahaman peserta didik yang berbeda-beda membuat pengerjaan yang dilakukan sendiri tidak dikerjakan dengan teman sekelompoknya. Keadaan tersebut tidak sejalan dengan indikator keberhasilan keterampilan kolaborasi bahwa peserta didik belum mampu berkolaborasi dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok. Hal ini didukung dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru kelas V SD Negeri Pulutan 02 Salatiga bahwa peserta didik memiliki keaktifan yang berbeda-beda saat melakukan diskusi kelompok. Oleh karena itu, agar penelitian lebih fokus maka akan membahas mengenai penerapan model pembelajaran problem based learning untuk meningkatkan keterampilan kolaborasi peserta didik.

Dari hasil observasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kondisi peserta didik kelas V SD Negeri Pulutan 02 Salatiga berbeda-beda, sehingga perlu adanya solusi atau upaya untuk dapat meningkatkan keterampilan kolaborasi peserta didik kelas V.

(3)

Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL) dalam kegiatan pembelajaran. Melalui model pembelajaran problem based learning (PBL) peserta didik dapat bekerja sama dengan kelompoknya untuk memecahkan sebuah masalah. Syamsidah & Suryani (2018: 12-3) menyatakan bahwa model pembelajaran PBL disebut juga dengan pembelajaran berkolaboratif yang memadukan kemampuan guru dengan peserta didik, dalam hal ini peserta didik yang menjadi subjek dalam pembelajaran, sehingga kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik yang mengembangkan kemampuan belajar dan kemampuan memecahkan masalah. Hartina, dkk (2022) model pembelajaran problem based learning (PBL) dapat memperoleh pengalaman dalam memecahkan sebuah masalah, dan memfokuskan pada kerjasama dan komunikasi untuk mengembangkan ide serta keterampilan penalaran. Oleh karena itu, dengan menggunakan model problem based learning (PBL) keterampilan kolaborasi peserta didik dapat meningkat melalui kegiatan berkelompok dan berdiskusi bersama.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aprilian Wahyu Hertina, Wahyudi, dan Intan Permana yang berjudul Dampak Problem Based Learning untuk meningkatkan Keterampilan Kolaborasi dalam Pembelajaran Tematik.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kolaborasi antar peserta didik pada siklus I dan II meningkat sebesar 5,45. Rata-rata kolaborasi antar peserta didik pada siklus I awalnya berada pada angka 78,38, kemudian bertambah pada siklus II menjadi 83,83. Sehingga model pembelajaran problem based learning (PBL) dapat meningkatkan keterampilan kolaborasi peserta didik.

TINJAUAN TEORITIS

Keterampilan kolaborasi merupakan suatu keterampilan yang harus dimiliki oleh peserta didik. Keterampilan kolaborasi bagi peserta didik sangat penting untuk menunjang kegiatan pembelajaran, peserta didik dapat memecahkan masalah secara kelompok dan mampu berperan aktif. Sipahutar (2022) berpendapat bahwa kolaborasi merupakan suatu bentuk kerja sama antara dua orang atau lebih untuk saling berbagi informasi dan saling berkoordinasi untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Fitriyani, dkk (2019) menyatakan bahwa keterampilan kolaborasi dirancang untuk mencapai tujuan bersama untuk mendapatkan hasil yang efektif. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan kolaborasi merupakan suatu proses pembelajaran yang dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok seperti saling berkoordinasi, menyatukan pendapat dan berperan aktif untuk dapat memecahkan masalah secara bersama-sama.

Greenstein (2012) dalam Rahmawati, dkk (2019, 431) dalam Sipahutar (2022) menyebutkan beberapa indikator untuk menunjukkan keterampilan kolaborasi, yaitu:

(1) partisipasi peserta didik secara aktif; (2) bekerja sama secara efektif dan efisien; (3) bersosialisasi; (4) tanggung jawab dalam ide yang diberikan; serta (5) menghargai ide atau pendapat dari teman. Dari kelima indikator yang telah disebutkan, bahwa keterampilan kolaborasi dapat meningkatkan proses pembelajaran. Hal itu karena terdapat proses interaksi dan kerja sama dalam memecahkan masalah, sehingga proses

(4)

pembelajaran juga dapat meningkat. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Saenab (2019) bahwa kolaborasi merupakan suatu jenis interaksi sosial dan proses belajar yang spesifik dimana semua anggota kelompok dapat berperan secara aktif dan konstruktif dalam memecahkan suatu permasalahan. Agar keterampilan kolaborasi dapat berjalan lancar di kelas maka peserta didik membutuhkan motivasi dan arahan dari seorang guru. Saenab (2019) berpendapat bahwa untuk mendapatkan informasi dan membangun makna, peserta didik membutuhkan dorongan untuk bisa berkolaborasi dan memecahkan masalah dengan teman–teman sekelompoknya. Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa seorang guru merupakan sosok yang penting dalam menumbuhkan semangat serta dorongan untuk peserta didik dalam kegiatan diskusi kelompok bersama. Selain dorongan dan semangat, guru juga membutuhkan suatu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam kelas agar meningkatkan keterampilan kolaborasi tersebut.

Model pembelajaran Problem based learning (PBL) merupakan suatu model yang dapat meningkatkan kolaborasi peserta didik dalam diskusi kelompok atau memecahkan masalah bersama-sama. Syamsidah & Suryani (2018: 13) berpendapat bahwa model pembelajaran problem based learning memberikan kesempatan kepada peserta didik agar berperan aktif untuk menemukan dan memecahkan masalah secara berkelompok. Masruroh & Arif (2021) model pembelajaran problem based learning ini disusun untuk mengembangkan keterampilan peserta didik dalam memecahkan permasalahan dan munculnya interaksi serta keterlibatan antar teman sekelompoknya, peserta didik berperan aktif untuk berpikir dan berdiskusi,serta bekerja sama dalam memecahkan masalah dengan cara mandiri bersama dengan teman kelompoknya.

Model Problem based learning suatu model yang digunakan untuk memecahkan masalah dengan cara memberikan suatu permasalahan kepada peserta didik di awal pembelajaran, kemudian guru memberikan arahan kepada peserta didik untuk memecahkan permasalahan tersebut secara berkelompok.

Agar model pembelajaran Problem based learning (PBL) dapat terstrusktur dengan tepat saat proses pembelajaran, maka perlu adanya langkah-langkah dalam menerapkan pembelajaran Problem based learning (PBL). Menurut Syamsidah & Suryani (2018: 19) Secara umum langkah-langkah model pembelajaran ini adalah: (1) menyadari Masalah; (2) merumuskan masalah; (3) merumuskan hipotesis; (4) mengumpulkan data; (5) menguji hipotesis; serta (6) menentukan pilihan penyelesaian.

Penerapan model pembelajaran Problem based learning dengan menyesuaikan langkah- langkah tersebut menjadikan aktivitas pembelajaran peserta didik terarah dengan baik. Menurut Mayasari (2022) pada saat kegiatan pembelajaran di sekolah, peserta didik tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru saja, tetapi aktif dalam kegiatan berkelompok dengan berdiskusi bersama dengan temannya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmat (2018) bahwa model problem based learning memiliki tujuan yang menantang bagi peserta didik dengan memberikan masalah kemudian peserta didik menyelesaikan masalah secara berkelompok, hal tersebut dapat meningkatkan kekompakan dan keaktifan peserta didik dalam mengembangkan proses bernalarnya.

(5)

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif model Kemmis dan MC-Taggart. Sukamto (2021) berpendapat bahwa jenis penelitian tindakan kelas sangat cocok diterapkan dalam penelitian ini karena lebih fokus pada masalah di dalam kelas pada saat pembelajaran.

Menurut Kemmis dan MC-Taggart (1983:4) dalam Nafiah & Suyanto (2014) mengemukakan bahwa model PTK terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan;

(2) pelaksanaan; (3) pengamatan; dan (4) refleksi. Dari keempat tahapan tersebut berkolaborasi dengan guru kelas. Tahap Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian yaitu membuat rencana pelaksanaan disesuaikan dengan model pembelajaran, memilih sumber belajar dan media pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, serta menyusun lembar observasi dan rubrik penilaian keterampilan kolaborasi. Tahap pelaksanaan tindakan, meliputi suatu tindakan yang dilakukan oleh peneliti yaitu membangun konsep peserta didik dengan melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana atau rancangan awal.

Pada tahap ketiga yaitu pengamatan, dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah disusun oleh peneliti. Tahap keempat refleksi, pada tahap ini peneliti bersama guru kelas dan teman sejawat melakukan refleksi berdasarkan hasil observasi dan tes peserta didik, kegiatan refleksi dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan kekurangan dari hasil siklus tersebut sudah tercapai atau belum. Tahap- tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 1. Model Kemmis dan MC-Taggart

Penelitian ini dilaksanakan pada semester 1 tahun ajaran 2023/2024 di SD Negeri Pulutan 02 Salatiga. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah pada bulan Agustus tahun 2023. Subjek penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas 5 SD Negeri Pulutan 02 Salatiga yang terdiri dari 4 peserta didik laki-laki dan 5 peserta didik perempuan. Penelitian bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan keterampilan kolaborasi peserta didik kelas 5 SD Negeri Pulutan 02 Salatiga.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu melalui 3 tahap pembelajaran yaitu pra siklus, siklus I, dan siklus II. Instrumen penelitian untuk pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan soal tes tertulis dan rubrik penilaian keterampilan kolaborasi. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.

(6)

Teknik analisis data menggunakan teknik persentase, kategori, dan komparasi.

Data yang dikumpulkan dari hasil penelitian dianalisa sebagai berikut: (1) Analisa hasil observasi, menganalisis aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran.

Observasi dilakukan dengan cara mengamati secara langsung kegiatan proses pembelajaran yang dilakukan secara berkolaborasi dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning di kelas V SD Negeri Pulutan 02 Salatiga. Teknik persentase digunakan untuk mendapatkan data peserta didik di kelas V SD Negeri Pulutan 02 Salatiga yang dibagi menjadi lima kategori, yaitu: sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, dan rendah sekali. Teknik kategori digunakan untuk mengumpulkan data hasil keterampilan kolaborasi dan hasil belajar peserta didik dengan interval nilai sebagai berikut: (1) 81-100 berkategori sangat tinggi; (2) 61-80 berkategori tinggi; (3) 41- 60 berkategori cukup; (4) 21-40 berkategori rendah; dan (5) 0-20 berkategori rendah sekali. Penentuan keterampilan kolaborasi menggunakan teknik persentase, kategori, dan komparasi apabila persentase peserta didik yang tuntas >75% sebagai indikator keberhasilan keterampilan kolaborasi. Untuk mengukur keterampilan kolaborasi peserta didik yaitu dengan menggunakan rubrik penilaian keterampilan kolaborasi peserta didik. Rubrik penilaian keterampilan kolaborasi peserta didik disajikan pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Rubrik Penilaian Keterampilan Kolaborasi Aspek yang

diamati

Skala Penilaian

1 2 3

Kerjasama Tidak kerjasama berkelompok secara efektif dan hormat dalam

menyelesaikan masalah

Kerjasama

berkelompok secara efektif atau hormat hormat dalam menyelesaikan masalah

Kerjasama berkelompok secara efektif dan hormat dalam menyelesaikan masalah Tanggung Jawab Tidak bertanggung

jawab, memimpin anggota kelompok, dan memiliki inisiatif mengatur diri sendiri dalam kelompok

Bertanggung jawab atau memimpin anggota kelompok atau memiliki inisiatif mengatur diri sendiri dalam kelompok

Bertanggung jawab, memimpin anggota

kelompok, dan memiliki inisiatif mengatur diri sendiri dalam kelompok Kompromi Tidak dapat

berkompromi dan mengambil keputusan dalam memecahkan masalah

Berkompromi atau mengambil

keputusan dalam memecahkan masalah

Berkompromi dan mengambil

keputusan dalam memcahkan masalah

Komunikasi Tidak Bertanggung jawab Berkomunikasi

(7)

berkomunikasi secara lisan/

tulisan dalam bertukar pendapat dengan anggota kelompok secara efektif

atau memimpin anggota kelompok atau memiliki inisiatif mengatur diri sendiri dalam kelompok

secara lisan/

tulisan dalam bertukar pendapat dengan anggota kelompok secara efektif dalam memecahkan permasalahan Fleksibilitas Tidak dapat

berkontribusi dan beradaptasi dalam kelompok

Dapat

berkontribusi atau beradaptasi dalam kelompok

Dapat

berkontribusi dan beradaptasi dalam kelompok

Sumber: Dimodifikasi dari Trilling dan Fadel (2009:48), dalam skripsi Fatynia Ilmiyatni (2019:53)

(2) Analisa hasil tes, data yang digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta didik adalah menggunakan tes. Tes tersebut merupakan hasil yang diberikan di setiap akhir kegiatan pembelajaran, kemudian jawaban dari tes tersebut digunakan untuk mengetahui keberhasilan belajar peserta didik di kelas. Tes hasil belajar dianalisis menggunakan teknik persentase dan teknik kategori. Teknik persentase digunakan untuk mendapatkan data peserta didik di kelas V SD Negeri Pulutan 02 Salatiga yang dibagi menjadi lima kategori, yaitu: sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, dan rendah sekali. Teknik kategori digunakan untuk mengumpulkan data hasil keterampilan kolaborasi dan hasil belajar peserta didik dengan interval nilai sebagai berikut: (1) 81- 100 berkategori sangat tinggi; (2) 61-80 berkategori tinggi; (3) 41-60 berkategori cukup;

(4) 21-40 berkategori rendah; dan (5) 0-20 berkategori rendah sekali. Selain itu, data hasil belajar dianalisis menggunakan batas KKTP pada satuan pendidikan. Di SD Negeri Pulutan 02 menetapkan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran dikelompokkan menjadi 2 yaitu, tuntas dan tidak tuntas. Peserta didik dinyatakan tuntas apabila mendapatkan nilai ≥ 70, sedangkan peserta didik dinyatakan tidak tuntas jika mendapatkan nilai < 70. Penentuan peningkatan hasil belajar menggunakan teknik persentase, kategori, dan komparasi apabila persentase peserta didik yang tuntas >70% sebagai indikator keberhasilan hasil belajar.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Hasil penelitian dan pembahasan ini membahas tentang implementasi model pembelajaran problem based learning dalam meningkatkan keterampilan kolaborasi dan hasil belajar peserta didik pada siklus I dan siklus II. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di kelas V SD Negeri Pulutan 02 Salatiga dengan model pembelajaran problem based learning dalam meningkatkan keterampilan kolaborasi peserta didik.

Hasil dari penelitian tindakan kelas dengan model pembelajaran problem based learning dalam meningkatkan keterampilan kolaborasi pada pra siklus, siklus I, dan siklus II disajikan pada Tabel 2 berikut:

(8)

Tabel 2. Hasil Penelitian Keterampilan Kolaborasi Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa persentase keterampilan kolaborasi peserta didik mengalami peningkatan pada setiap indikator keterampilan kolaborasi peserta didik. Pada pra siklus menunjukkan hasil 61,48, siklus I pertemuan 1 menunjukkan hasil 72,59 dan pertemuan 2 meningkat menjadi 74,81 , kemudian pada siklus II pertemuan 1 menunjukkan hasil 80 dan meningkat menjadi 83,70. Hal tersebut dikarenakan peserta didik sudah paham dan mengerti mengenai tugasnya dalam pembelajaran. Persentase hasil observasi keterampilan kolaborasi mengalami peningkatan. Dari hasil pra siklus terdapat lima peserta didik berkategori tinggi dengan persentase 55,55%, dua peserta didik berkategori cukup dengan persentase 22,22%, dan dua peserta didik berkategori rendah dengan persentase 22,22%. Pada siklus I pertemuan 1 terdapat dua peserta didik berkategori sangat tinggi dengan persentase 22,22%, lima peserta didik berkategori tinggi dengan persentase 55,55%, dan dua peserta didik berkategori cukup dengan persentase 22,22%, kemudian pada pertemuan 2 jumlah peserta didik memiliki kategori yang sama dengan persentase meningkat dilihat dari nilai rata-rata pertemuan 1 sebesar 73,59% menjadi 74,81% pada pertemuan 2, serta dilihat dari beberapa peserta didik yang mengalami peningkatan pada setiap indikator keterampilan kolaborasi. Pada siklus II pertemuan 1 menunjukkan hasil empat peserta didik berkategori sangat tinggi dengan persentase 44,44%, tiga peserta didik berkategori dengan persentase 33,33%, dan dua peserta didik berkategori cukup dengan persentase 22,22%, kemudian pada pertemuan 2 terdapat lima peserta didik berkategori sangat tinggi dengan persentase 55,55%, tiga perserta didik berkategori tinggi dengan persentase 33,33%, dan satu peserta didik berkategori cukup dengan persentase 11,11%.

Adanya peningkatan keterampilan kolaborasi dari pra siklus, siklus I, hingga siklus II yaitu karena adanya penerapan model pembelajaran problem based learning dalam proses pembelajaran. Adapun total rata-rata semua indikator kolaborasi peserta didik pada pra siklus 61,48, siklus I pertemuan 1 mendapatkan nilai 72,59 dan meningkat pada pertemuan 2 menjadi 74,81, kemudian pada siklus II pertemuan 1 mendapatkan nilai 80 dan meningkat di pertemuan 2 menjadi 83,70. Dengan demikian, terdapat peningkatan keterampilan kolaborasi peserta didik kelas V SD Negeri Pulutan 02 Salatiga. Data dari penerapan model pembelajaran problem based learning

(9)

dalam meningkatkan keterampilan kolaborasi peserta didik pada siklus I dan siklus II disajikan pada gambar 2 diagram keterampilan kolaborasi pra siklus, siklus I, dan siklus II berikut:

Gambar 2. Diagram Keterampilan Kolaborasi Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II Diagram tersebut menunjukkan hasil bahwa keterampilan kolaborasi peserta didik mengalami peningkatan setelah menerapkan model pembelajaran problem based learning. Keterampilan kolaborasi di awal pra siklus (61,48 %), siklus I pertemuan 1 ( 72,59 %), pertemuan 2 (74,81%), dan pada siklus II pertemuan 1 (80%), pertemuan 2 (83,70%). Persentase keberhasilan keterampilan kolaborasi peserta didik kelas V SD Negeri Pulutan 02 Salatiga mengalami peningkatan dari siklus I hingga siklus II.

Artinya selama pelaksanaan tindakan dari siklus I hingga siklus II terjadi peningkatan keterampilan kolaborasi peserta didik menggunakan model pembelajaran problem based learning. Penerepan model pembelajaran problem based learning dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan peserta didik sehingga hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan. Berikut disajikan tabel 3 hasil belajar peserta didik pada pra siklus, siklus I, dan siklus II:

Tabel 3. Hasil Belajar Peserta Didik pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

Kriteria Pra Siklus Siklus I Siklus II

Interval

Nilai Kategori Frekuensi % Frekuensi % Frekue

nsi %

81 – 100 Sangat tinggi

1 11,11% 3 33,33% 6 66,66

% 61 – 80

Tinggi

3 33,33% 4 44,44% 1 11,11

% 41 – 60

Cukup

3 33,33% 0 0 2 22,22

%

21 – 40 Rendah 0 0 2 22,22% 0 0

0 – 20 Rendah sekali

2 22,22% 0 0 0 0

Jumlah 9 100% 9 100% 9 100%

Nilai rata-rata 59,3 75 86,7

61,48% 72,59%74,81% 80% 83,70%

0%

50%

100%

Pra siklus Siklus I Siklus II

Diagram Keterampilan Kolaborasi Pra siklus, Siklus I, dan Siklus II

Pertemuan 1 Pertemuan 2

(10)

Berdasarkan tabel 3 sebanyak 9 peserta didik mengikuti pembelajaran di kelas.

Pada hasil belajar pra siklus kelas V, terdapat satu peserta didik yang memperoleh kategori sangat tinggi dengan persentase 11,11%, tiga peserta didik memperoleh kategori tinggi dengan persentase 33,33%, terdapat tiga peserta didik memperoleh kategori cukup dengan persentase 33,33%, kemudian dua peserta didik memperoleh kategori rendah sekali dengan persentase 22,22%.

Setelah menerapkan model pembelajaran problem based learning terjadi peningkatan pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I sebanyak 3 peserta didik memperoleh kategori sangat tinggi dengan persentase 33,33%, peningkatan terjadi pada kategori tinggi yaitu terdapat empat peserta didik dengan persentase 44,44%, serta dua peserta didik memperoleh kategori rendah dengan persentase 22,22%, dua peserta didik tersebut meningkat dari kategori rendah sekali menjadi rendah.

Kemudian pada siklus II, terjadi peningkatan lagi pada kategori sangat tinggi yaitu terdapat enam peserta didik dengan persentase 66,66%, satu peserta didik memperoleh kategori tinggi dengan persentase 11,11%, dan dua peserta didik memperoleh kategori cukup dengan persentase 22,22%. Dengan demikian, penerapan model pembelajaran problem based learning sangat berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik kelas V.

Hasil dari penerapan model pembelajaran problem based learning terhadap hasil belajar peserta didik pada siklus I dan siklus II disajikan pada gambar 3 diagram nilai rata- rata hasil belajar kelas V berikut:

Gambar 3. Diagram Nilai Rata-rata Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II Diagram tersebut menunjukkan hasil bahwa setelah menerapkan model pembelajaran problem based learning persentase hasil belajar pada pra siklus sebesar 59,3% meningkat sebanyak 15,7% pada siklus I menjadi 75%. Hasil belajar pada siklus I sudah mencapai persentase ketuntasan yaitu > 70%. Kemudian pada siklus II persentase ketuntasan hasil belajar meningkat sebanyak 11,7% menjadi 86,7%. Dengan demikian, pada siklus II juga sudah sudah mencapai persentase ketuntasan yaitu >

70%.

Pembahasan

Pelaksanakan tindakan menggunakan model penelitian tindakan kelas tipe Kemmis dan MC-Taggart. Penelitian tindakan siklus I dan siklus II dilaksanakan selama 3 jam pelajaran. Hal yang disiapkan sebelum melaksanakan siklus I dan siklus II yaitu membuat modul ajar kurikulum merdeka ilmu pengetahuan alam dan sosial

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Pra Siklus (59,3%) Siklus I (75%) Siklus II (86,7%)

Nilai Rata-rata Hasil Belajar Peserta Didik Kelas V

(11)

Bab I topik a, b, dan c menggunakan model pembelajaran problem based learning.

Sedangkan soal evaluasi yang diberikan di akhir pembelajaran disusun berdasarkan level kemampuan peserta didik yang dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi. Hal ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Janawi (2019) menjelaskan bahwa karakteristik yang dimiliki oleh peserta didik tidak dapat terlepas dari aspek kognitifnya, karena aspek tersebut dapat mempengaruhi gaya belajar peserta didik dalam menentukan sebuah cara dalam pembelajaran. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran seharusnya peserta didik dapat diposisikan sesuai dengan kemampuan aspek kognitif yang dimilikinya.

Penelitian ini menggunakan indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat keterampilan kolaborasi peserta didik menurut Trilling & Fadel (2009:48) dalam Ilmiyatni (2019:53) yaitu: (1) kerja sama; (2) tanggung jawab; (3) kompromi; (4) komunikasi, dan (5) fleksibilitas. Hasil dari penelitian keterampilan kolaborasi pada peserta didik kelas V SD Negeri Pulutan 02 menggunakan model pembelajaran problem based learning dinilai oleh guru menggunakan rubrik penilaian keterampilan kolaborasi peserta didik pada saat kegiatan pembelajaran. Keterampilan kolaborasi pada saat pra siklus di kelas V terdapat peserta didik yang tidak menunjukkan keterampilan kolaborasi. Terdapat peserta didik yang tidak ingin berdiskusi bersama dengan temannya pada saat kegiatan berkelompok. Hal tersebut yang menjadi dasar refleksi pada pelaksanaan pra siklus. Sedangkan, menurut penelitian yang dilakukan Devi, dkk (2023) menyatakan bahwa kegiatan berkolaborasi di dalam kelas merupakan salah satu keterampilan dalam proses pembelajaran yang sangat penting diterapkan pada peserta didik. Namun kenyataannya di kelas V SD Negeri Pulutan 02 masih terdapat peserta didik yang pasif, tidak mau bekerja sama dengan temannya, dan terdapat peserta didik yang membutuhkan pendampingan dari guru pada saat pembelajaran.

Solusi yang diberikan untuk mengatasi permasalahan pada pra siklus yaitu dengan menerapkan model pembelajaran problem based learning pada pelaksanaan siklus I. Penerapan model problem based learning dalam pembelajaran yaitu agar meningkatkan keterampilan kolaborasi peserta didik kelas V. Saat proses pembelajaran peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok untuk berdiskusi bersama dalam memecahkan sebuah permasalahan. Sebelum melaksanakan siklus I peneliti menyiapkan modul ajar ilmu pengetahuan alam dan sosial Bab 1 melihat karena cahaya, mendengar karena bunyi bagian topik b melihat karena cahaya. Adanya penerapan model pembelajaran problem based learning dalam pembelajaran memberikan dampak peningkatan pada keterampilan kolaborasi peserta didik dari pra siklus hingga siklus I. Berdasarkan lima indikator dalam rubrik keterampilan kolaborasi, siklus I pertemuan 1 menunjukkan hasil 72,59%, dan pertemuan 2 sebesar 74,81%. Dari hasil siklus I tersebut masih terdapat peserta didik yang belum aktif dalam berdiskusi, sehingga perlu adanya refleksi pada siklus I yaitu dengan membimbing peserta didik yang mengalami kesulitan, serta memperingatkan peserta didik yang lain agar dapat memecahkan masalah bersama dengan cara berdiskusi kelompok dengan aktif. Pada pelaksanaan siklus II peneliti juga menyiapkan modul ajar ilmu pengetahuan alam dan sosial Bab 1 melihat karena cahaya, mendengar

(12)

karena bunyi bagian topik c bunyi dan sifatnya. Refleksi pada siklus II menyesuaikan refleksi siklus I, yaitu peneliti fokus terhadap keaktifan dan partisipasi peserta didik dalam diskusi kelompok untuk memecahkan masalah bersama. Pada siklus II mengalami peningkatan yaitu menunjukkan hasil 80% pada pertemuan 1 kemudian meningkat menjadi 83,70% pada pertemuan 2. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulianti & Gunawan (2019) berpendapat bahwa peserta didik aktif mencari jawaban dan memecahkan masalah saat menggunakan model pembelajaran problem based learning.

Penerapan model pembelajaran problem based learning juga berdampak bagi hasil belajar peserta didik. Pada pra siklus kegiatan diskusi kelompok peserta didik tidak menggunakan media atau bahan yang menarik sehingga kegiatan diskusi kelompok tersebut cenderung pasif. Untuk itu perlu adanya perencanaan berdasarkan hasil belajar pra siklus yaitu dengan menerapkan model pembelajaran problem based learning dengan menggunakan media atau bahan yang menarik untuk memecahkan sebuah masalah pada saat melakukan percobaan bersama dengan teman sekelompoknya, serta dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Khalida &

Astawan (2021) menjelaskan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan percobaan melalui model eksperimen sangat sesuai dengan kondisi karakteristik aspek kognitif peserta didik di sekolah dasar.

Pembelajaran pada siklus I dengan menggunakan bahan percobaan yang menarik dan nyata untuk kegiatan percobaan peserta didik. Tindakan tersebut dapat meningkatkan hasil belajar dari pra siklus 59,3% menjadi 75% pada siklus I. Hal tersebut meningkat dikarenakan pada siklus I menerapkan model pembelajaran problem based learning. Setelah adanya perbaikan dalam praktik percobaan dari hasil refleksi pra siklus adanya peningkatan hasil belajar peserta didik. Pelaksanaan siklus II dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan menerapkan model pembelajaran problem based learning. Hal tersebut dibuktikan dengan penelitian yang menunjukkan hasil bahwa pada siklus II hasil belajar peserta didik meningkat menjadi 86,7% sehingga dikatakan sudah mencapai indikator keberhasilan hasil belajar. Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Isma, dkk (2021) bahwa menerapkan model pembelajaran problem based learning dalam kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

SIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning dalam Meningkatkan Keterampilan Kolaborasi Peserta Didik dan Hasil Belajar Peserta Didik, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut; (1) Keterampilan kolaborasi peserta didik mengalami peningkatan dari 72,59% pada pertemuan 1 siklus I, menjadi 74,81% pada pertemuan 2 siklus I.

Kemudian keterampilan kolaborasi peserta didik pada pertemuan 1 siklus II dengan pertemuan 2 siklus II mengalami peningkatan yang cukup besar, yaitu dari 80%

menjadi 86,7%. (2) Hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan dari 75% pada siklus I menjadi 86,7% pada siklus II. Berdasarkan simpulan dari penulis, maka penulis

(13)

menyarankan hal-hal berikut untuk perbaikan pada proses pembelajaran kedepannya:

(1) Bagi guru, dalam proses pembelajaran dapat menggunakan model pembelajaran problem based learning untuk meningkatkan keterampilan kolaborasi dan hasil belajar peserta didik. (2) Bagi kepala sekolah, diharapkan mendorong para guru agar mengembangkan sumber belajar sesuai dengan model pembelajaran problem based learning dengan tujuan mengaktifkan keterampilan kolaborasi peserta didik di kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Devi, S.R., Mulyasari, E., Anggia R, G. (2023). Peningkatan Keterampilan Kolaborasi Peserta Didik melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe Group Investigation berbasis Pembelajaran Berdiferensiasi pada Mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah PGSD FKIP Universitas Mandiri. 9(1): 519.

Fitriyani, D., Jalmo, T., & Yolida, B. (2019). Penggunaan Problem Based Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Kolaborasi dan Berpikir Tingkat Tinggi. Jurnal Bioterdidik. 7(3): 78.

Hartina, A, W., Wahyudi, Permana, I. (2022). Dampak Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Kolaborasi dalam Pembelajaran Tematik.

Journal of Education Action Research. 6(3): 341-342.

Ilmiyatni, F. 2019. Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) terhadap Keterampilan Kolaborasi dan Berpikir Tingkat Tinggi Peserta Didik. Skripsi.

Terbit. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Lampung:Lampung.

Isma, T, W., dkk. (2021). Peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui Problem Based Learning (PBL). Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran. 6(1): 157.

Janawi. (2019). Memahami Karakteristik Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran.

Jurnal Pendidikan Islam. 6(2): 72.

Khalida, B, R., & Astawa, I, G. (2021). Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI SD. Jurnal Ilmiah Pendidikan Profesi Guru. 4(2): 186.

Lidiawati, dkk. 2023. Kurikulum Merdeka Belajar: Analisis, Implementasi, Pengelolaan, dan Evaluasi. Purbalingga: CV. Eureka Media Aksara.

Masruroh, L., & Arif, S. (2021). Efektivitas Model Problem Based Learning Melalui Pendekatan Science Education for Sustainability dalam Meningkatkan Kemampuan Kolaborasi. Jurnal Tadris IPA Indonesia. 1(2): 180.

Mayasari, A., Arifudin, O., & Juliawati, E. (2022). Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam Meningkatkan Keaktifan Pembelajaran. Jurnal Tahsinia. 3(2): 169.

Nafiah, Y, N., & Suyanto, W. (2014). Penerapan Model Problem-Based Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Vokasi. 4(1):131.

Nurani, D., Anggraini, L., Misiyanto, & Mulia, K.R. 2022. Edisi Serba-serbi Kurikulum Merdeka Kekhasan Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Sekolah Dasar.

(14)

Nuriyani, H, A., Melati, L., & Hadi. (2020). Keterampilan Kolaborasi Siswa pada Materi Laju Reaksi di SMA Islam Bawari Pontianak. Jurnal EduChem. 1(2): 14.

Rahmat, E. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Penelitian Pendidikan. 18(2):

147.

Saenab, S., Yunus, S. R., & Husain, H. (2019). Pengaruh Penggunaan Model Project Based Learning Terhadap Keterampilan Kolabrasi Mahasiswa Pendidikan IPA. Jurnal Biology Science & Education. 8(1): 30.

Septikasari, R, & Frasandy, R, N. (2018). Keterampilan 4C Abad 21 dalam Pembelajaran Pendidikan Dasar. Jurnal Tarbiyah Al-Awlad. 8 (2): 108.

Sipahutar, C. (2022). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam Blended Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Kolaborasi, Keterampilan Berpikir Kritis, dan Penguasaan Kondep Matematika Kelas IV Sekolah Dasar XYZ Jakarta. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar. 7(2): 1121.

Sukamto, R. (2021). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Siswa SDN 1 Luwe Hilir.

Jurnal Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya. 1(1): 87.

Syamsidah, & Suryani, H. 2018. Buku Model Problem Based Learning (PBL) Mata Kuliah Pengetahuan Bahan Makanan. Yogyakarta: Deepublish.

Yulianti, E., & Gunawan, I. (2019). Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL):

Efeknya terhadap Pemahaman Konsep dan Berpikir Kritis. Indonesian Journal of Science and Mathematics Education. 02(3): 401.

Referensi

Dokumen terkait

Apakah perangkat pembelajaran fisika dengan model Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar keterampilan proses sains dan kognitif peserta didik pada

Rhiski Bori Sandi Tarigan, NIM 709141184, Implementasi Kolaborasi Model Pembelajaran Problem Posing dengan Problem Based Learning untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil

Kesimpulan hasil penelitian adalah model pembelajaran Problem Based Learning mampu meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik menurut Revisi

Judul Skripsi : Implementasi Model Circuit Learning Dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis Teks Nonfiksi (Penelitian Tindakan Kelas Peserta Didik Kelas V SD

12 Sry Astuti, dkk., Pengembangan LKPD Berbasis PBL (Problem Based Learning) Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik pada Materi Kesetimbangan Kimia,

Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa implementasi model Problem Based Learning memberikan pengaruh terhadap keterampilan

SIMPULAN Berdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan pemahaman konsep peserta didik pada pelajaran kimia, hal

PEMBAHASAN 5.1 Implementasi Model Problem Based Learning berbantuan Genially Berdasarkan bahasan tahapan dari penerapan metode belajar Problem Based Learning, dapat ditarik