e-ISSN 2477-6300, DOI: 10.31602/jbkr.v9i1.11458
Implementasi Problem-Based Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif dan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa
Widya Novi Angga Dewi1, Dwi Septiana Sari2
1Prodi Bimbingan Konseling, FKIP, Universitas Ivet, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
2Prodi Pendidikan IPA, Fakultas Saintek, Universitas Ivet, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
Submitted: 10-06-2023 Accepted: 27-06-2023 Published: 30-06-2023
ABSTRACT
In the learning process, lecturers must equip prospective graduates with various skills, such as the ability to think creatively which is much needed in the world of work as well as being an added value for prospective graduates. Besides that, it also forms prospective graduates who have a low level of procrastination. This study aims to find out the implementation of problem based learning on students' creative thinking skills and academic procrastination. This research is a quasi-experimental study with a one-group pretest-posttest design. The subjects of this study were 47 semester 1 students of the Ivet University Counseling Guidance study program. The data collection instruments used were creative thinking ability tests, academic procrastination questionnaires, and learning implementation observation sheets. Data analysis used statistical t test (partial) through the SPSS 21.0 program. Based on data analysis, a significance value of less than 0.025 (Sig < 0.025) was obtained so that Ho was rejected.
Therefore, it can be concluded that there is an increase in creative thinking ability and a significant decrease in academic procrastination ability between before and after learning using the problem based learning model.
Keywords: problem based learning, creative thinking skill, academic procrastination
ABSTRAK
Pada proses pembelajaan, dosen harus membekali calon lulusan dengan berbagai keterampilan, seperti kemampuan berpikir kreatif yang sangat dibutuhkan di dunia kerja serta menjadi nilai tambah bagi calon lulusan. Selain itu juga membentuk calon lulusan yang memiliki tingkat prokrastinasi yang rendah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui implementasi problem based learning terhadap kemampuan berpikir kreatif dan prokrastinasi akademik mahasiswa. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan one-group pretest-posttest design. Subjek penelitian ini yaitu 47 mahasiswa semester 1 program studi Bimbingan Konseling Universitas Ivet. Instrumen pengumpulan data yang digunakan yakni tes kemampuan berpikir kreatif, angket kuesioner prokrastinasi akademik, serta lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Analisis data menggunakan statistic uji t (parsial) melalui program SPSS 21.0. Berdasarkan analisis data, diperoleh nilai signifikansi kurang dari 0,025 (Sig <
0,025) sehingga Ho ditolak. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan berpikir kreatif serta penurunan kemampuan prokrastinasi akademik yang signifikan antara sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan model problem based learning.
Kata Kunci: problem based learning, kemampuan berpikir kreatif, prokrastinasi akademik
PENDAHULUAN
Pada era society 5.0, proses pendidikan harus diarahkan agar mempersiapkan calon lulusan yang mampu menghadapi tuntutan kehidupan, dengan dibekali berbagai keterampilan, salah satunya kemampuan berpikir kreatif (Birgili, 2015; Sumarni & Kadarwati, 2020).
Kemampuan tersebut sangat dibutuhkan di dunia kerja serta menjadi nilai tambah bagi calon lulusan (Zulkarnaen et al., 2017). Kemampuan ini merupakan aspek penting yang mendukung seseorang menggunakan pemikirannya untuk menciptakan ide-ide, dan penemuan serta hal-hal baru berdasarkan orisinalitas dalam dirinya (Daud et al., 2012; Khoiriyah & Husamah, 2018), menghasilkan hipotesis berbeda untuk pemecahan suatu permasalahan (Young, M. H., & Balli, 2014). Kemampuan ini melibatkan daya imajinasi, wawasan yang luas serta kecerdasan saat menghadapi kondisi tertentu (Birgili, 2015), untuk menghasilkan dan mengevaluasi ide dan pertanyaan (Kampylis & Berki, 2014).
Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan berpikir divergen (Zabelina et al., 2016), yang dibutuhkan mahasiswa untuk mengatasi persoalan serta menghasilkan konsep baru dalam proses pembelajarannya menggunakan berbagai pilihan solusi permasalahan (Aizikovitsh-Udi & Amit, 2011). Dengan penguasaan kemampuan berpikir kreatif, mahasiswa menjadi lebih terbuka mengembangkan berbagai ide, pendapat, pertanyaan dalam menganalisis suatu argumen serta tanggap terhadap sudut pandang yang berbeda (Ulger, 2018). Selain itu juga dapat mendukung mahasiswa memahami masalah secara mendalam (Mumford &
McIntosh, 2017). Namun, fakta menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif peserta didik Indonesia masih kurang berkembang (Jumadi et al., 2021). Hal ini terlihat dari skor PISA 2018 untuk Indonesia berada pada peringkat bawah baik pada aspek membaca, matematika dan sains.
Proporsi peserta didik Indonesia dengan tingkat kemahiran tertinggi (Level 5 atau 6) lebih kecil dibandingkan yang minimum (Level 2 atau lebih tinggi). Persentase peserta didik yang mampu memodelkan situasi yang kompleks, memilih, membandingkan dan mengevaluasi strategi pemecahan masalah serta kreatif dan mandiri dalam menerapkan pengetahuan ke berbagai situasi yang tidak biasa sangat kecil, sehingga persentasenya dapat diabaikan (OECD, 2019).
Rendahnya kemampuan tersebut, salah satunya diakibatkan pembelajaran yang masih teacher centered dan kurang aplikatif (Sahyar & Sani, 2017).
Problematika lain, banyak mahasiswa yang mengalami kegagalan akademik (Vossensteyn et al., 2015). Salah satu faktor penyebabnya yakni prokrastinasi akademik (Kim & Seo, 2015).
Fenomena tersebut umum dijumpai pada mahasiswa (Cheng & Xie, 2021), dan merupakan kegagalan pengaturan diri yang mempengaruhi hampir sebagian besar populasi mahasiswa (Rozental & Carlbring, 2014). Pengaturan diri ini berkaitan dengan kemampuan mahasiswa mengaktifkan dan menjaga pikiran, perasaan dan perilaku untuk mencapai tujuan (Zimmerman
& Schunk, 2011). Perbedaan pengaturan diri ini berdampak pada capaian akademik dan tingkat prokrastinasi seseorang (Grunschel et al., 2013). Prokrastinasi akademik merupakan perilaku seseorang yang cenderung menunda-nunda dalam mengerjakan tugas dengan sengaja, yang mengarah pada konsekuensi negatif seperti kecemasan, kinerja rendah atau rasa gagal (Flores et al., 2020). Pembelajaran di tingkat universitas yang cukup toleran membuat mahasiswa harus mampu memanajemen waktunya sebaik-baiknya serta harus mampu belajar secara mandiri.
Namun, hal tersebut dapat memunculkan kecenderungan perilaku penundaan akademik atau prokrastinasi akademik (Dewi & Khafidhoh, 2019). Penelitian terdahulu oleh Chehrzad et al.
(2017) menunjukkan bahwa 70% mahasiswa mempunyai tingkat prokrastinasi sedang, serta14%
mahasiswa pada tingkat prokrastinasi berat.
Pada proses pengaturan diri terdapat tiga fase saat mahasiswa melaksanakan pembelajaran (Schunk & Ertmer, 2000), yaitu (1) pemikiran dan perencanaan, (2) pemantauan kinerja dan motivasi, serta (3) refleksi (Visser et al., 2018). Pada setiap fase ini, prokrastinasi dapat terjadi (Grunschel et al., 2013). Contohnya, pada fase pertama, mahasiswa dengan tingkat self-efficacy yang rendah, manajemen waktu dan penetapan tujuan awal yang kurang optimal maka beresiko memiliki tingkat prokrastinasi yang tinggi (Grunschel et al., 2013). Pada fase
kedua, mahasiswa yang prokrastinasinya tinggi menunjukkan ketekunan yang rendah dan rentan terhadap godaan sosial. Sedangkan pada fase ketiga, mahasiswa yang memiliki prokrastinasi akademik yang tinggi tidak mempedulikan kinerja akademiknya (Ferrari, 2001).
Statistika merupakan mata kuliah wajib program studi kependidikan Universitas Ivet, yang memberikan pengetahuan mengenai konsep dasar penelitian dan statistik, serta pengalaman melakukan analisis dan interpretasi data hasil penelitian dengan berbagai pengujian, baik parametrik dan non parametrik. Selain itu, sebagai bekal saat menyelesaikan tugas akhir/skripsi. Namun, akibat karakteristik unik dan kompleksitas mata kuliah statistika yang membutuhkan kemampuan pemecahan masalah serta pengembangan High Order Thinking Skill (HOTS), sehingga menjadikan mahasiswa cenderung menunda-nunda aktivitas pembelajarannya (Santyasa et al., 2021). Tambahan pula, mata kuliah ini sering dianggap sulit oleh mahasiswa. Penelitian terdahulu menunjukkan sebagian besar mahasiswa mengalami kesulitan dalam memahami materi perkuliahan statistika (Hamdunah et al., 2020;
Kusumadyahdewi & Kusumarasdyati, 2021; Susbiyanto et al., 2019).
Observasi awal pada semester ganjil tahun ajaran 2021/2022 menunjukkan kemampuan berpikir kreatif mahasiswa kurang berkembang serta tingkat prokrastinasi akademik yang perlu diminimalisir pada mata kuliah Statistika. Hal ini terlihat dari (1) beberapa mahasiswa merasa kesulitan saat diberikan permasalahan yang bersifat open-ended yang mengkaitkan antara materi yang diperlajari dan aplikasinya. (2) Mahasiswa kurang dapat menyelesaikan pertanyaan yang menuntut kemampuan berpikir kreatif dalam penyelesaiannya. (3) Sebagian besar mahasiswa cenderung terlambat dalam mengumpulkan tugas. (4) Manajemen waktu yang kurang baik saat diberikan penugasaan. Hal ini terlihat dari mahasiswa yang belum mencicil mengerjakan tugas saat diberikan waktu yang longgar dari dosen. (5) Beberapa materi dianggap sulit bagi mahasiswa, seperti regresi linear, dan anova sehingga mahasiswa menunda-nunda mengerjakan tugas.
Hasil wawancara dengan beberapa orang mahasiswa prodi kependidikan Universitas Ivet juga menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa kurang berminat pada perkuliahan statistika, serta belum terbiasa untuk diberikan soal atau pertanyaan kompleks yang membutuhkan keterbukaan pikiran meliputi kelancaran, kerincian, fleksibilitas, dan orisinalitas dalam pengerjaannya. Padahal keempat komponen tersebut termasuk ke dalam indikator kemampuan berpikir kreatif (Guilford, 1967). Selain itu, mahasiswa juga lebih terpacu mengerjakan tugas di akhir tenggat waktu dan lebih suka mengumpulkan tugas pada menit- menit akhir pengumpulan dan bahkan sering terlambat. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi belajar yang rendah menjadikan mahasiswa menjadi kurang bersemangat dalam mengikuti perkuliahan serta mengerjakan tugas-tugas yang diberikan sehingga meningkatkan prokrastinasi akademiknya. Hal ini tentunya menjadi beban bagi mahasiswa yang berdampak negative terhadap pencapaian hasil belajarnya.
Berdasarkan hal tersebut, dosen perlu menerapkan inovasi pembelajaran yang tepat.
Pada pembelajaran mata kuliah statistika, dosen dapat menggunakan variasi pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar beragam, menantang, dan menyenangkan, salah satunya Problem based Learning (PBL). Model pembelajaran tersebut menggunakan masalah riil yang membutuhkan pengetahuan baru dalam penyelesaiannya (Budiyono et al., 2020), untuk mengembangkan HOTS mahasiswa dan membangun konsep (Sari & Sugiyarto, 2015).
Penelitian terdahulu menunjukkan PBL berdampak positif terhadap kemampuan berpikir kreatif mahasiswa pada pembelajaran (Ersoy & Başer, 2014; Guruh et al., 2018; Kardoyo et al., 2020;
Khoiriyah & Husamah, 2018; Ulger, 2018) serta penurunan tingkat prokrastinasi (Herawati et al., 2021; Santyasa et al., 2021). Namun, belum ada penelitian yang mengkaji mengenai penggunaan PBL terhadap kemampuan berpikir kreatif serta prokrastinasi akademik dalam suatu pembelajaran. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi problem based learning terhadap kemampuan berpikir kreatif dan prokrastinasi akademik mahasiswa.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan one-group pretest-posttest design. Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Ivet. Subjek penelitian ini yaitu 47 mahasiswa semester 1 program studi Bimbingan Konseling Universitas Ivet. Teknik pengumpulan data menggunakan tes, angket dan observasi. Tes dan angket diberikan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran dilaksanakan.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan yakni tes kemampuan berpikir kreatif, angket kuesioner prokrastinasi akademik, serta lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.
Tes kemampuan berpikir kreatif berupa 5 butir soal uraian yang memuat indikator kemampuan berpikir kreatif yakni kelancaran (fluency), kerincian (elaboration), fleksibilitas (flexibility), dan orisinalitas (originality) (Guilford, 1967). Sedangkan angket kuesioner proskrastinasi berupa 44 pertanyaan yang memuat aspek prokrastinasi akademik yakni (1) menulis makalah (writing a term paper), (2) belajar untuk persiapan ujian (studying for an exam), (3) mengikuti tugas membaca mingguan (keeping up with weekly reading assignments), (4) melakukan administrasi tugas (performing administrative tasks), (5) menghadiri pertemuan (attending meetings), dan (6) melakukan tugas akademik (performing academic tasks in general) (Solomon & Rothblum, 1984). Pedoman penilaian soal tes kemampuan berpikir kreatif dan angket disusun dengan skala likert. Skor yang diperoleh kemudian dikonversikan ke dalam nilai dalam skala 4. Untuk lembar observasi digunakan untuk mengetahui persentase tingkat keterlaksanaan proses pembelajaran dengan model problem based learning. Observasi dilaksanakan selama kegiatan pembelajaran. Sebelum digunakan, seluruh instrumen divalidasikan ke rekan sejawat.
Data skor tes kemampuan berpikir kreatif dan angket prokrastinasi akademik yang diperoleh digunakan untuk mengetahui pengaruh model problem based learning. Nilai pretes serta postes kemampuan berpikir kreatif dan prokrastinasi akademik dianalisis menggunakan statistic uji t (parsial). Sebelum itu, diperlukan uji prasyarat yaitu uji normalitas menggunakan statistik uji Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan berdistribusi normal jika harga Sig. lebih besar daripada 0,05 pada taraf signifikansi 5%. Sedangkan uji-t yang digunakan yakni paired sample test untuk menguji perbedaan nilai kemampuan berpikir kreatif mahasiswa dan prokrastinasi akademik sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran. Jika nilai probabilitas (signifikansi) < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Pengujian statistic melalui program SPSS 21.0.
Untuk lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, diberikan tanda (√) untuk komponen pengamatan yang terlaksana dan tanda (-) untuk yang tidak terlaksana saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Selanjutnya menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran untuk setiap pertemuannya menggunakan rumus:
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
Data nilai pretes dan postes kemampuan berpikir kreatif dan prokrastinasi yang diperoleh pada penelitian kemudian dianalisis untuk pengujian hipotesis. Sebelum melakukan pengujian hipotesis (uji-t), terlebih dahulu dilaksanakan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas.
Perbandingan rata-rata nilai pretes dan postes kemampuan berpikir kreatif dan prokrastinasi akademik dapat dilihat pada tabel 1. Sedangkan untuk hasil pengujian normalitas disajikan pada Tabel 2.
Tabel 1. Perbandingan rata-rata nilai pretes dan postes kemampuan berpikir kreatif dan prokrastinasi akademik
Data Rata-rata
Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif 39,66
Postes Kemampuan Berpikir Kreatif 71,426
Pretes Prokrastinasi Akademik 66,447
Postes Prokrastinasi Akademik 43,596
(Sumber: Data diolah, 2023)
Tabel 2. Hasil uji normalitas nilai pretes dan postes kemampuan berpikir kritis dan prokrastinasi
Data Probabilitas
(signifikansi) (p) Sig Keterangan Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif 0,051 p > 0,05 Normal Postes Kemampuan Berpikir Kreatif 0,359 p > 0,05 Normal
Pretes Prokrastinasi Akademik 0,137 p > 0,05 Normal
Postes Prokrastinasi Akademik 0,990 p > 0,05 Normal
(Sumber: Data diolah, 2023)
Berdasarkan tabel 2, nilai signifikansi hasil analisis lebih besar dari 0,05 (Sig > 0,05) sehingga Ho diterima, maka dapat disimpulkan bahwa data pre-test maupun post-test kemampuan berpikir kreatif dan prokrastinasi akademik mahasiswa berdistribusi normal.
Setelah uji prasyarat terpenuhi, selanjutnya dilakuan uji-t. Hasil paired sample t-test untuk data skor rata-rata pretes dan postes dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Paired Sample T-Test Nilai Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Prokrastinasi Akademik
Mean Std.
Deviasi Std.
Error Mean
95% tingkat kepercayaan uji
beda t df
Sig.
(2- tailed) Lower Upper
Pretes_prokrastinasi–
Postes_prokrastinasi
22,85 10,87 1,59 19,66 26,04 14,416 46 0,000 Pretes_KBK–
Postes_KBK
-31,77 10,76 1,57 -34,93 -28,61 -20,238 46 0,000 (Sumber: Hasil SPSS, 2023)
Berdasarkan Tabel 5, nilai signifikansi yang diperoleh dari hasil analisis kurang dari 0,025 (Sig < 0,025) sehingga Ho ditolak, jadi dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan berpikir kreatif serta penurunan kemampuan prokrastinasi akademik yang signifikan antara sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan model problem based learning.
Pembelajaran statistika dengan problem based learning dilaksanakan 8 kali pertemuan, dengan 6 pertemuan untuk pembahasan materi dan 2 pertemuan untuk pretes dan postes.
Pelaksanaan pembelajaran diamati oleh dua orang pengamat (observer). Hasil pengamatan dari kedua observer dihitung rata-ratanya untuk menentukan persentasi keterlaksanaannya. Hasil observasi untuk persentase keterlaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama adalah 91,67%; pertemuan kedua 94,45%, pertemuan ketiga 100%, pertemuan keempat 100%, pertemuan kelima 100%, dan pertemuan keenam 100%. Rata-rata persentasenya yakni 97,68%
menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan problem based learning dapat dilaksanakan dengan baik karena hampir seluruh langkah muncul pada proses pembelajaran.
Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh problem based learning terhadap kemampuan berpikir kreatif dan prokrastinasi akademik mahasiswa pada mata kuliah statistika.
Alokasi waktu penelitian yaitu 8 kali pertemuan untuk materi statistika inferensial termasuk pretes, postes, dan praktikum. Untuk setiap pertemuan dialokasikan 3 SKS (150 menit).
Pelaksanaan pembelajaran statistika dengan problem based learning dapat dirinci sebagai berikut : (1) Pengukuran kemampuan berpikir kreatif dan prokrastinasi akademik melalui pretes.
(2) Diskusi penemuan konsep dan praktikum mengenai pengujian normalitas. (3) Diskusi penemuan konsep dan praktikum mengenai pengujian homogenitas. (4) Diskusi penemuan konsep dan praktikum mengenai uji-t. (5) Diskusi penemuan konsep dan praktikum mengenai pengujian one way anova. (6) Diskusi penemuan konsep dan praktikum mengani uji regresi linier. (7) Diskusi penemuan konsep dan praktikum mengenai pengujian korelasi. (8) Pengukuran kemampuan berpikir kreatif dan prokrastinasi akademik melalui postes.
Penerapan model problem based learning pada perkuliahan statistika dibagi menjadi lima fase, yakni (1) memberikan orientasi permasalahan kepada mahasiswa; (2) mengorganisasikan mahasiswa dalam belajar; (3) membantu investigasi mandiri dan kelompok; (4) mengembangkan dan mempresentasikan hasil; dan (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (Arends, 2007). Sebelum pembelajaran dimulai, mahasiswa diberi pretes untuk mengetahui kondisi awalnya. Selanjutnya, pada fase orientasi permasalahan, dosen menyajikan contoh permasalahan kasus statistika yang autentik, bersifat tidak sederhana sehingga menciptakan teka-teki bagi mahasiswa. Misalnya, disajikan contoh data mentah dan deskripsi singkat suatu penelitian pendidikan kemudian mahasiswa diminta merumuskan hipotesis statistikanya, langkah pengujian, interpretasi hasil pengujian dan kesimpulan yang dapat ditarik. Permasalahan tersebut dapat diselesaikan mahasiswa secara berkelompok dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar.
Berdasarkan penyelesaian kasus tersebut, mahasiswa dapat memperoleh pengalaman yang nantinya dapat diterapkan pada kehidupan nyata (Tortorella & Cauchick-Miguel, 2018).
Pembelajaran menjadi lebih efektif karena dimulai dengan pengalaman yang konkret (Grasas &
Ramalhinho, 2016). Pertanyaan, pengalaman, serta penyusunan konsep yang ditemukan dari penyelesaian permasalahan yang diberikan dosen diformulasikan sendiri oleh mahasiswa (Kardoyo et al., 2020). Tugas dosen pada pembelajaran problem based learning yakni membimbing mahasiswa agar mampu membangun konsep pengetahuannya sendiri (Sari &
Sugiyarto, 2015), serta memberikan dukungan kepada mahasiswa agar mampu meningkatkan kemampuan inkuiri dan intelektualnya (Birgili, 2015). Penggunaan problem based learning ini memberi kesempatan mahasiswa untuk saling bekerjasama (Michaelsen et al., 2014), saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan permasalahan, melatih mengemukakan pendapat dan menambah keaktifan siswa serta kecepatan dalam berfikir (Bachtiar et al., 2018).
Pada akhir pembelajaran diadakan postes untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif dan prokrastinasi sesudah diterapkan pembelajaran problem based learning. Pada pembelajaran ini, selain memahami materi, mahasiswa juga mengetahui penerapan statistika dalam penelitian pendidikan, sehingga mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan pemikiran dan kemampuan yang dimiliki dengan didukung penguasaan pengetahuan dan dapat menyelesaikan permasalahan yang dijumpai dalam penelitian nanti.
Pembelajaran juga diaplikasikan pada kegiatan nyata melalui praktikum pengujian statistika (uji normalitas, uji homogenitas, uji t, uji anava, uji regresi linear) menggunakan program SPSS. Pada kegiatan praktikum mahasiswa dibimbing untuk membangun pemahamannya berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan serta didukung tinjauan pustaka bersumber dari artikel hasil penelitian maupun buku-buku sehingga mahasiswa dapat
menyimpulkan materi dari hasil temuannya. Penugasan yang diberikan dosen berupa praktikum dan diskusi menuntut mahasiswa untuk mampu berkolaborasi dalam memecahkan permasalahan yang diberikan. Selain itu, kegiatan tersebut juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan mengonstruksikan pengetahuan secara mandiri sehingga pembelajarannya lebih bermakna. Penelitian terdahulu juga menunjukkan bahwa PBL memberikan dampak positif terhadap keterampilan dan pemahaman siswa menjadi lebih kuat (Chan, 2013). Proses pembelajaran problem based learning memberikan kenyamanan bagi mahasiswa karena proses belajar dimulai dari permasalahan kontekstual sehingga dapat meningkatkan minat dalam belajar (Birgili, 2015), dan bersemangat dalam mengerjakan penugasan yang diberikan dengan arahan dosen (Santyasa et al., 2021), sehingga berdampak baik terhadap penurunan tingkat penundaan pengerjaan ataupun pengumpulan tugas mahasiswa (prokrastinasi akademik) (Chehrzad et al., 2017; Flores et al., 2020; Visser et al., 2018).
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan penggunaan problem based learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan prokrastinasi akademik mahasiswa dalam perkuliahan statistika. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai rata-rata postes kemampuan berpikir kreatif dan penurunan nilai rata-rata prokrastinasi akademik sebelum dan sesudah pembelajaran dengan problem based learning. Selain itu, berdasarkan hasil uji-t (parsial) diperoleh nilai sig (0,000) baik untuk pengujian kemampuan berpikir kreatif maupun prokrastinasi akademik sehingga Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat terjadi peningkatan kemampuan berpikir kreatif serta penurunan kemampuan prokrastinasi akademik yang signifikan antara sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan model problem based learning. Saran yang diberikan peneliti yaitu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam skala besar untuk mengetahui keefektifan pembelajaran problem based learning pada mata kuliah lainnya.
REFERENSI
Aizikovitsh-Udi, E., & Amit, M. (2011). Developing the skills of critical and creative thinking by probability teaching. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 15, 1087–1091.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2011.03.243
Arends, R. I. (2007). Learning to teach (7th ed.). The McGraw-Hill Companies, Inc.
Bachtiar, S., Zubaidah, S., Corebima, A. D., & Indriwati, S. E. (2018). The spiritual and social attitudes of students towards integrated problem based learning models. Issues in Educational Research, 28(2), 254–270.
Birgili, B. (2015). Creative and critical thinking skills in problem-based learning environments.
Journal of Gifted Education and Creativity, 2(2), 71–80.
https://doi.org/10.18200/JGEDC.2015214 253
Budiyono, A., Husna, H., & Wildani, A. (2020). Pengaruh penerapan model PBL terintegrasi STEAM terhadap kemampuan berpikir kreatif ditinjau dari pemahaman konsep siswa.
Edusains, 12(2), 166–176. https://doi.org/10.15408/es.v12i2.13248
Chan, Z. C. (2013). Exploring creativity and critical thinking in traditional and innovative problem-based learning groups. Journal of Clinical Nursing, 22(15–16), 2298–2307.
https://doi.org/10.1111/jocn.12186
Chehrzad, M., Ghanbari, A., Rahmatpour, P., Barari, F., Pourrajabi, A., & Alipour, Z. (2017).
Academic procrastination and related factors in students of Guilan University of Medical Science. Journal of Medical Education Development, 11, 352–362.
Cheng, S., & Xie, K. (2021). Why college students procrastinate in online courses : A self- regulated learning perspective. The Internet and Higher Education, 50(April), 100807.
https://doi.org/10.1016/j.iheduc.2021.100807
Daud, A. M., Omar, J., Turiman, P., & Osman, K. (2012). Creativity in science education.
Procedia - Social and Behavioral Sciences, 59, 467–474.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.09.302
Dewi, W. N. A., & Khafidhoh, I. (2019). Pengaruh self-efficacy dan prokastinasi akademik terhadap motivasi berprestasi pada mahasiswa PAUD IKIP Veteran Semarang. JCOSE Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 1(2), 41–47. https://doi.org/10.24905/jcose.v1i2.30 Ersoy, E., & Başer, N. (2014). The effects of problem-based learning method in higher
education on creative thinking. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 116, 3494–
3498. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.01.790
Ferrari, J. R. (2001). Procrastination as self‐regulation failure of performance: effects of cognitive load, self‐awareness, and time limits on ‘working best under pressure.’
European Journal of Personality, 15(5), 391–406. https://doi.org/10.1002/per.413 Flores, J. G., Rafael De Besa Gutierrez, M., & Garzon Umerenkova, A. (2020). Why do
university students procrastinate? An analysis of the reasons and characterization of students with different reasons for procrastination. Revista de Investigacion Educativa, 38(1), 183–200. https://doi.org/10.6018/rie.344781
Grasas, A., & Ramalhinho, H. (2016). Teaching distribution planning: A problem-based learning approach. International Journal of Logistics Management, 27(2), 377–394.
https://doi.org/10.1108/IJLM-05-2014-0075
Grunschel, C., Patrzek, J., & Fries, S. (2013). Exploring different types of academic delayers: A latent profile analysis. Learning and Individual Differences, 23, 225–233.
https://doi.org/10.1016/j.lindif.2012.09.014
Guilford, J. P. (1967). Creativity: Yesterday, today and tomorrow. The Journal of Creative Behavior, 1(1), 3–14. https://doi.org/10.1002/j.2162-6057.1967.tb00002.x
Guruh, P., Anjarwati, P., & Prayitno, B. A. (2018). Problem-based learning module of environmental changes to enhance students’ creative thinking skill. Biosaintifika, 10(2), 313–319.
Hamdunah, Handayani, S., & Jufri, L. H. (2020). Preliminary analysis of problem-based statistical learning media. Journal of Physics: Conference Series, 1521(3).
https://doi.org/10.1088/1742-6596/1521/3/032051
Herawati, A. A., Mishbahuddin, A., Uliyandari, M., & Saputra, A. J. (2021). The Effectiveness of information services using problem based learning approach to reduce academic procrastination of counseling students. IJORER: International Journal of Recent Educational Research, 2(2), 138–146. https://doi.org/10.4625/ijorere.v2i2.79
Jumadi, J., Perdana, R., Hariadi, M. H., Warsono, W., & Wahyudi, A. (2021). The impact of collaborative model assisted by Google Classroom to improve students’ creative thinking skills. International Journal of Evaluation and Research in Education, 10(2), 396–403.
https://doi.org/10.11591/ijere.v10i2.20987
Kampylis, P., & Berki, E. (2014). Nurturing creative thinking. International Academy of Education, UNESCO.
Kardoyo, Nurkhin, A., Muhsin, & Pramusinto, H. (2020). Problem-based learning strategy: Its impact on students’ critical and creative thinking skills. European Journal of Educational Research, 9(3), 1141–1150. https://doi.org/10.12973/EU-JER.9.3.1141
Khoiriyah, A. J., & Husamah, H. (2018). Problem-based learning: Creative thinking skills, problem-solving skills, and learning outcome of seventh grade students. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia, 4(2), 151–160. https://doi.org/10.22219/jpbi.v4i2.5804 Kim, K. R., & Seo, E. H. (2015). The relationship between procrastination and academic
performance: A meta-analysis. Personality and Individual Differences, 82, 26–33.
https://doi.org/10.1016/j.paid.2015.02.038
Kusumadyahdewi, K., & Kusumarasdyati, K. (2021). Learners’ perceptions about TikTok tutorial videos as instructional media in learning statistics. Letters in Information Technology Education (LITE), 4(2), 80–85.
Michaelsen, L. K., Davidson, N., & Major, C. H. (2014). Team-based learning practices and principles in comparison with cooperative learning and problem-based learning. Journal on Excellence in College Teaching, 25(3&4), 57–84.
Mumford, M. D., & McIntosh, T. (2017). Creative thinking processes: The past and the future.
Journal of Creative Behavior, 51(4), 317–322. https://doi.org/10.1002/jocb.197
OECD. (2019). Programme for international student assessment (PISA) results from PISA 2018. In Organisation for Economic Co-operation and Development.
http://www.oecd.org/pisa/Data
Rozental, A., & Carlbring, P. (2014). Understanding and treating procrastination : A Review of a common self-regulatory failure. September, 1488–1502.
Sahyar, S., & Sani, R. (2017). The effect of problem based learning (PBL) model and self regulated learning (SRL) toward physics problem solving ability (PSA) of students at senior high school. American Journal of Educational Research, 5(3), 279–283.
https://doi.org/10.12691/education-5-3-8
Santyasa, I. W., Agustini, K., & Tegeh, I. M. (2021). The effect of problem-based flipped learning and academic procrastination on students’ critical thinking in learning physics in high school. Proceedings of the 5th Asian Education Symposium 2020 (AES 2020), 566(Aes 2020), 456–462. https://doi.org/10.2991/assehr.k.210715.094
Sari, D. S., & Sugiyarto, K. H. (2015). Pengembangan multimedia berbasis masalah untuk meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 1(2), 153. https://doi.org/10.21831/jipi.v1i2.7501
Schunk, D. H., & Ertmer, P. A. (2000). Self-regulation and academic learning: self-efficacy enhancing interventions. In M. Boekaerts, R. P. Pintrich, & M. Zeidner (Eds.), Handbook of Self-Regulation (pp. 631–649). Academic Press.
Solomon, L. J., & Rothblum, E. D. (1984). Academic procrastination: Frequency and cognitive- behavioral correlates. Journal of Counseling Psychology, 31(4), 503–509.
https://doi.org/10.1037//0022-0167.31.4.503
Sumarni, W., & Kadarwati, S. (2020). Ethno-stem project-based learning: Its impact to critical and creative thinking skills. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 9(1), 11–21.
https://doi.org/10.15294/jpii.v9i1.21754
Susbiyanto, S., Kurniawan, D. A., Perdana, R., & Riantoni, C. (2019). Identifying the mastery of research statistical concept by using problem-based learning. International Journal of Evaluation and Research in Education (IJERE), 8(3), 461–469.
https://doi.org/10.11591/ijere.v8i3.20252
Tortorella, G., & Cauchick-Miguel, P. A. (2018). Teaching lean manufacturing at a postgraduate level: Integrating traditional teaching methods and problem-based learning approach. International Journal of Lean Six Sigma, 9(3), 301–323.
https://doi.org/10.1108/IJLSS-08-2017-0101
Ulger, K. (2018). The effect of problem-based learning on the creative thinking and critical thinking disposition of students in visual arts education. The Interdisciplinary Journal of Problem Based Learning, 12(1). https://doi.org/10. 7771/1541-5015.1649
Visser, L., Korthagen, F. A. J., & Schoonenboom, J. (2018). Differences in learning characteristics between students with high, average, and low levels of academic procrastination: Students’ views on factors influencing their learning. Frontiers in Psychology, 9(MAY), 1–15. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2018.00808
Vossensteyn, H., Kottmann, A., Jongbloed, B., Kaiser, F., Cremonini, L., Stensaker, B., Hovdhaugen, E., & Wollscheid, S. (2015). Drop-out and completion in higher education in Europe. Publications Office of the European Union, 1–60.
Young, M. H., & Balli, S. J. (2014). Gifted and talented education (GATE): Student and parent perspectives. Gifted Child Today, 37(4), 236–246.
Zabelina, D., Saporta, A., & Beeman, M. (2016). Flexible or leaky attention in creative people?
Distinct patterns of attention for different types of creative thinking. Memory and Cognition, 44(3), 488–498. https://doi.org/10.3758/s13421-015-0569-4
Zimmerman, B. J., & Schunk, D. H. (2011). Self-regulated learning and performance. In B. J.
Zimmerman & D. H. Schunk (Eds.), Handbook of Self-Regulation of Learning and Performance (pp. 1–12). Routledge.
Zulkarnaen, Imam Supardi, Z. A., & Jatmiko, B. (2017). Feasibility of creative exploration, creative elaboration, creative modeling, practice scientific creativity, discussion, Reflection (C3PDR) teaching model to improve students’ scientific creativity of junior high school. Journal of Baltic Science Education, 16(6), 1020–1034.
https://doi.org/10.33225/jbse/17.16.1020