• Tidak ada hasil yang ditemukan

Imunoglobulin dan Reaksi Antigen - Antibodi

N/A
N/A
Melwin Sunny Situmorang

Academic year: 2024

Membagikan "Imunoglobulin dan Reaksi Antigen - Antibodi"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

IMUNOGLOBULIN, dan REAKSI ANTIGEN - ANTIBODI

KELOMPOK III:

1. AMANDA ROSALINDA BR MANURUNG (210205115)

2. CAHAYA MARANATHA SIMAMORA (210205119)

3. DELITA MARBUN (210205122)

4. DELLA PUSPITA (210205123)

5. EVI KOLENTINA GIRSANG (210205128)

6. FRENGKY FRANSISCUS BERUTU (210205131) 7. LISA MONICA BARUS (210205139) 8. MARIA VERONIKA (210205142)

9. MELWIN SUNNY SITUMORANG (210205144)

10. PUTRI SORTA P. SIHOMBING (210205151) PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

MEDAN 2024

(2)

Imunoglobulin

Imunoglobulin, juga dikenal sebagai antibodi adalah molekul glikoprotein yang diproduksi oleh sel plasma dalam menanggapi sebuah immunogen dan yang berfungsi sebagai antibodi.

Fungsi utama imunoglobulin adalah untuk melindungi tubuh dari infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan zat berbahaya lainnya. Imunoglobulin memiliki kemampuan untuk mengenali dan berikatan dengan antigen, yaitu zat asing yang dianggap berbahaya oleh sistem imun, sehingga dapat menetralkan atau menghancurkan patogen tersebut

(3)

Struktur Dasar Imunoglobulin

Struktur dasar yakni molekul protein yang memiliki bentuk seperti huruf Y dan memiliki dua (2) rantai polipeptida berat serta juga dua (2) rantai polipeptida ringan.

Komponen Utama :

 Rantai Berat: Memiliki variabel domain (VH) untuk mengikat antigen dan beberapa domain konstan (CH).

 Rantai Ringan: Memiliki variabel domain (VL) dan satu domain konstan (CL).

Masing-masing dari antibodi memiliki rantai atas yang fungsinya untuk dapat mengikat berbagai antigen

(4)

Ada lima kelas utama imunoglobulin yang memiliki fungsi dan karakteristik berbeda:

1. IgG : Merupakan jenis imunoglobulin yang paling banyak (sekitar 80% dari total antibodi). IgG dapat menembus plasenta dan memberikan perlindungan kepada bayi, serta berperan dalam aktivasi sistem lengkap dan meningkatkan efektivitas sel fagositik.

2. IgA : Ditemukan dalam sekresi seperti air mata, ludah, dan ASI. IgA berfungsi melawan mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh.

3. IgM : Merupakan antibodi pertama yang diproduksi saat infeksi terjadi. IgM berfungsi untuk mengaktivasi sistem komplemen dan memperbanyak proses fagositosis.

4. IgD : Berperan dalam memicu respon imun, meskipun jumlahnya sedikit di dalam darah.

5. IgE : Terlibat dalam reaksi alergi dengan pengikatan pada reseptor sel mast dan basofil, menyebabkan pelepasan histamin.

(5)
(6)

Aktivasi Sistem Komplemen : Memicu reaksi kimia yang membantu menghancurkan patogen

Peran Imunoglobulin dalam sistem kekebalan tubuh

Mengidentifikasi Patogen : Dengan mengenali antigen yang spesifik

Netralisasi : Menghalangi patogen dari menginfeksi sel.

Aglutinasi : Mengikat banyak antigen sekaligus untuk memudahkan fagositosis.

01

04 02

03

(7)

 Antibodi regular merupakan antibodi yang fungsinya untuk mendeteksi antigen golongan darah ABO yang memiliki anti-A dan anti-B, antibodi regular disebutj uga antibodi natural.

 Antibodi irregular (unexpected antibodies) merupakan semua antibodi selain dari sistem penggolongan darah ABO. Antibodi ini tidak terdapat pada kondisi normal, namu dapat diproduksi sebagai akibat dari kondisi tertentu seperti transfusi darah, obat-obatan, ketidakcocokan golongan darah ibu dan anak pada kehamilan, dan produk darah yang merangsang kekebalan tubuh atau beberapa rangsangan yang dapat memicu terbentuknya antibodi irregular.

Jenis Antibodi

(8)

Mekanisme Pembentukan Antibodi

1. Aktivasi Sel B

Aktivasi sel B adalah proses di mana sel B, yang merupakan salah satu jenis sel imun dalam sistem kekebalan tubuh, diaktifkan untuk melawan infeksi dan penyakit.

Sel B berperan penting dalam respons imun humoral, yang melibatkan produksi dan sekresi antibodi untuk melawan patogen.

2. Pembentukan dan Seleksi Klonal

Setiap klon ini memiliki kemampuan untuk menghasilkan antibodi dengan kekhususan yang sama terhadap antigen yang diperkenalkan oleh sel B induk. Selama proses seleksi klonal, klon-klon ini akan mengalami pengujian untuk menentukan keefektifan antibodi yang dihasilkan. Klon-klon yang menghasilkan antibodi yang berkualitas dan efektif akan dipilih dan diperbanyak lebih lanjut, sementara klon-klon yang tidak efektif akan dimatikan.

(9)

3. Diferensiasi Sel B Menjadi Sel Plasma

Pada tahap selanjutnya, sel B yang terpilih akan berdiferensiasi menjadi sel plasma atau sel memori. Sel plasma bertanggung jawab untuk menghasilkan dan melepaskan antibodi ke dalam sirkulasi tubuh untuk melawan antigen yang ada. Sel plasma akan mengeluarkan antibodi yang diproduksinya ke dalam darah atau jaringan untuk melawan infeksi.

(10)

Interaksi Antigen-Antibodi

1. Prinsip Reaksi antara Antigen dan Antibodi

Reaksi antara antigen dan antibodi terjadi karena adanya ikatan kimia yang spesifik antara antibodi yang dihasilkan oleh sel B dan antigen dari patogen. Antibodi memiliki daerah yang disebut situs pengikatan antigen, yang secara khusus berikatan dengan antigen yang sesuai. Ketika antigen masuk ke dalam tubuh, antibodi yang spesifik untuk antigen tersebut akan dihasilkan oleh sel B. Antibodi kemudian beredar dalam darah dan jaringan tubuh, mencari antigen yang sesuai. Ketika antibodi menemukan antigen yang cocok, mereka akan berikatan melalui ikatan yang kuat dan spesifik.

(11)

2. Mekanisme Aglutinasi, Lisis, dan Netralisasi oleh Antibodi a. Aglutinasi

Mekanisme aglutinasi terjadi ketika antibodi mengenali dan berikatan dengan antigen yang ada di permukaan patogen, seperti bakteri atau virus. Ketika beberapa antibodi terikat pada antigen yang sama, mereka membentuk kompleks antigen-antibodi yang besar. Hal ini mengakibatkan penggumpalan patogen menjadi kelompok yang lebih besar, yang disebut aglutinat. Aglutinasi mempermudah fagositosis, yaitu proses di mana sel fagosit menelan dan menghancurkan patogen yang diaglutinasi tersebut. Dengan membentuk aglutinat, antibodi membantu menghalangi pergerakan dan penyebaran patogen di dalam tubuh.

(12)

b. Mekanisme Lisis

Terjadi ketika antibodi memicu reaksi komplemen. Komplemen adalah serangkaian protein dalam darah yang dapat diaktifkan oleh ikatan antara antibodi dan antigen. Ketika ikatan ini terbentuk, komplemen dapat mengikat ke kompleks antigen-antibodi, dan menyebabkan aktivasi kaskade reaksi biokimia yang menghasilkan pembentukan pori pada membran patogen. Pori-pori ini memungkinkan aliran zat-zat penting, seperti ion dan air, masuk dan keluar dari patogen secara tidak terkendali, mengakibatkan pecahnya patogen dan kematian sel-selnya. Mekanisme lisis membuat pori yang merusak integritas patogen, sehingga menghancurkan patogen tersebut.

(13)

3. Mekanisme Netralisasi

Mekanisme netralisasi terjadi ketika antibodi menghalangi kemampuan patogen untuk berinteraksi dengan sel-sel tubuh yang sehat.

Antibodi yang berikatan dengan antigen patogen di permukaan patogen dapat mencegah patogen tersebut untuk berikatan dengan sel-sel tubuh yang rentan terhadap infeksi. Dengan cara ini, antibodi melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan dan infeksi yang dapat disebabkan oleh patogen tersebut.

(14)

Kadar Imunoglobulin Normal

(15)

Pemanfaatan Antibodi dalam Medis

 Diagnosa Penyakit:

• Pengujian serologis untuk mendeteksi antibodi terhadap patogen tertentu (misalnya HIV, hepatitis).

• Tes alergi untuk mengidentifikasi alergen spesifik melalui deteksi IgE;

digunakan untuk mendiagnosis alergi makanan atau alergi lingkungan.

 Terapi Penyakit:

• Penggunaan antibodi monoklonal untuk pengobatan kanker (contoh:

trastuzumab) dan penyakit autoimun (contoh: rituximab).

• Vaksin berbasis antibodi untuk meningkatkan respons imun terhadap

patogen tertentu; contoh vaksin COVID-19 menggunakan teknologi mRNA

yang merangsang produksi antibodi spesifik terhadap virus SARS-CoV-2.

(16)

THANK YOU

Sesi Diskusi

(17)

Pertanyaan

1.Siti Kelompok 2:apa perbedaan igG dan igM dalam respon thdp infeksi?

2.Marshanda Kelompok 1:mengapa igE sering terkait dengan reaksi alergi?

3Irzan Kelompok 1:Apakah Immunoglobulin Berperan pada transplantasi Organ? Jika Berperan bagaimana respon Tubuh

(18)

Jawaban

1. IgM: Antibodi ini muncul segera setelah terjadinya infeksi dan berfungsi sebagai respon awal untuk mengikat dan mengeliminasi patogen. Kadar IgM biasanya akan menurun setelah beberapa minggu jika infeksi teratasi 24.•

IgG: Setelah beberapa hari, tubuh mulai memproduksi IgG, yang lebih spesifik dan efektif dalam mengenali patogen yang sama di masa depan.

IgG memberikan perlindungan jangka panjang dan dapat bertahan di tubuh bahkan setelah infeksi sembuh

(19)

Jawaban

2. Produksi IgE: Saat alergen pertama kali terpapar, sistem imun memproduksi IgE yang spesifik untuk alergen tersebut.

a. Ikatan dengan Sel Mast dan Basofil: IgE menempel pada sel mast dan basofil, memungkinkan sel ini"mengingat" alergen.

b. Pelepasan Mediator Kimia: Pada paparan ulang, IgE mengenali alergen dan memicu degranulasi sel mast, yang menyebabkan pelepasan histamin dan mediator inflamasi lainnya.

c. Gejala Alergi: Histamin menyebabkan gejala seperti gatal,

pembengkakan, dan peradangan, yang dapat bervariasi dari ringan hingga berat (seperti anafilaksis).

d. Deteksi Alergi: Kadar IgE dalam darah dapat diukur untuk membantu mendiagnosis alergi.

(20)

Jawaban

3. Imunoglobulin berperan penting dalam transplantasi organ dengan memicu respon imun terhadap alloantigen dari jaringan yang

ditransplantasikan. Jika terjadi penolakan, tubuh merespons melalui tiga tahap: penolakan hiperakut, yang terjadi dalam beberapa menit akibat pengenalan antibodi; penolakan akut, yang muncul dalam minggu pertama akibat aktivasi sel T; dan penolakan kronis, yang berkembang bertahun- tahun kemudian dengan pembentukan jaringan otot baru di sekitar pembuluh darah. Untuk mengurangi penolakan, kesesuaian HLA dan penggunaan imunosupresan sering dilakukan

(21)

Daftar Pustaka

1. Janeway, C. A., Travers, P., Walport, M., & Shlomchik, M. J. (2001).

Immunobiology: The Immune System in Health and Disease (5th ed.).

Garland Science.

2. Alberts, B., Johnson, A., Lewis, J., Raff, M., Roberts, K., &

Walter, P. (2002). Molecular Biology of the Cell (4th ed.). Garland Science.

3. Murphy, K., & Weaver, C. (2016). Janeway’s Immunobiology (9th ed.). Garland Science.

4. Kuby, J. (2007). Immunology (6th ed.). W. H. Freeman.

5. Goldsby, R. A., Kindt, T. J., Osborne, B. A., & Kuby, J. (2003).

Immunology (5th ed.). W. H. Freeman.

6. Oppenheim, J. J., & Biron, C. A. (2015). “Immunoglobulins and Antibody Responses.” Immunology and Allergy Clinics of North

America, 35(4), 537-550. https://doi.org/10.1016/j.iac.2015.07.002 7. Murphy, K., & Travers, P. (2008). The Immune System (2nd

ed.). Garland Science.

Referensi

Dokumen terkait

Antibodi anti-Ab2 dalam serum kelinci, selanjutnya disebut Ab3, diperiksa dengan teknik Agar Grl Presipitntio~z Test (AGIyr) dan uji AGPT menunjukkan bahwa Ah3

Antigen adalah bahan yang dapat merangsang respon imun dan dapat bereaksi dengan antibodi. Macam-macam antigen antara lain imunogen adalah bahan yang dapat merangsang respon imun

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara Trombositopenia dengan Imunoglobulin M dan Imunoglobulin G pada anak yang menderita

Data mengenai pelaksanaan peran perawat dalam pengendalian infeksi nosokomial sebagai pelaksana lapangan yang belum dilaksakan antara lain tidak melengkapi format catatan

Seiring perkembangan teknologi dalam ilmu kesehatan diagnosis demam tifoid dapat dilakukan untuk mendeteksi infeksi melalui pemeriksaan antibodi IgM dan IgG, dimana

Dalam gangguan ini, tubuh membuat antibodi (protein yang dihasilkan oleh tubuh untuk melindungi terhadap virus atau bakteri) yang disebut thyroid-stimulating tubuh untuk

Alat diagnostik yang telah disetujui FDA dan antigen yang digunakan.30 Nama Dagang Format Uji Jenis uji Antigen untuk Deteksi Antibodi Fluorognost HIV-1 IFA Imunofluorosensi

Makalah ini membahas tentang imunodefisiensi primer yang disebabkan oleh defisiensi antibodi pada orang dewasa. Defisiensi antibodi primer adalah kondisi di mana tubuh tidak dapat memproduksi antibodi yang cukup untuk melawan infeksi. Makalah ini membahas tentang berbagai jenis defisiensi antibodi primer, termasuk X-Linked Agammaglobulinemia (XLA), Common Variable Immunodeficiency (CVID), Selective IgA Deficiency (IgAD), dan Hyper IgM Syndrome (HIGM). Makalah ini juga membahas tentang penyebab, gejala, diagnosis, dan pengobatan defisiensi antibodi