• Tidak ada hasil yang ditemukan

Influenza pada manusia

N/A
N/A
Febrian Zwell

Academic year: 2023

Membagikan "Influenza pada manusia"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1. Pengertian influenza

- Kata Influenza ini berasal dari bahasa Italia yang memiliki arti yakni

“Pengaruh”memiliki makna pengaruh dari roh menyebabkan penyakit - kata Influenza pertama kali ini digunakan dalam bahasa Inggris untuk

menyebut penyakit “De Catarrho Epidemio, vel Influenza, Prout In India Occidentali Sese Ostendit”.

- Peristiwa wabah yang paling terkenal dan paling mematikan ialah pandemi flu tahun 1918, yaitu pandemi flu Spanyol dengan jenis virus Influenza tipe A.

- penyakit infeksi saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh virus myxovirus dan dapat menular.

- Disebut common cold atau “flu” berasal dari gejala nya 2. Etiologi

penyakit yang disebabkan oleh virus myxovirus, termasuk keluarga Orthomyxoviridae

Dikenal tiga jenis influenza musiman (seasonal) yakni A, B dan Tipe C.

virus influenza A, saat ini subtipe influenza A (H1N1) dan A (H3N2) adalah yang banyak beredar di antara manusia.Virus influenza A inang alamiahnya adalah unggas akuatik.Virus A merupakan patogen manusia yang paling virulen di antara ketiga tipe infleuenza dan menimbulkan penyakit paling berat, yang paling terkenal di Indonesia adalahflu babi (H1N1) dan flu burung (H5N1)(Spickler, 2009).

Virus influenza B hampir secara ekslusif hanya menyerang manusia dan lebih jarang dibandingkan virus influenza A. karena tidak mengalami keragaman antigenik, beberapa tingkat kekebalan diperoleh pada usia muda, tapi sistem kekebalan ini tidak permanen karena adanya kemungkinan mutasi virus.

Virus influenza C menginfeksi manusia, anjing dan babi, kadangkala menyebabkan penyakit yang berat dan epidemi lokal. Namun, influenza C jarang

(2)

terjadi dibanding jenis lain dan biasanya hanya menimbulkan penyakit ringan pada anak -anak.

Di antara banyak subtipe Virus influenza bersirkulasi di setiap bagian dunia. Kasus flu akibat virus tipe C terjadi lebih jarang dari A dan B. Itulah sebabnya hanya virus influenza A dan B termasuk dalam vaksin influenza musiman. Influenza musiman menyebar dengan mudah.

Siklus Penyebaran

Influenza dapat disebarkan dalam tiga cara utama:

1. Melalui penularan langsung (saat orang yang terinfeksi bersin, terdapat lendir hidung yang masuk secara langsung pada mata, hidung, dan mulut dari orang lain);

2. Melalui udara (saat seseorang menghirup aerosol (butiran cairan kecil dalam udara) yang dihasilkan saat orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau meludah), dan 3. Melalui penularan tangan-ke-mata, tangan-ke-hidung, atau tangan-ke-mulut, baik dari permukaan yang terkontaminasi atau dari kontak personal langsung seperti bersalaman.

3. Patofisiologi

(3)

penjelasan gambar :

Dimulai dari proses inhalasi droplet virus influenza, diikuti replikasi virus dan kemudian infeksi virus menyebabkan inflamasi pada saluran pernafasan. Virus influenza masuk melalui inhalasi dari droplet yang infeksius, aerosol partikel mikro, maupun inokulasi langsung lewat sentuhan tangan penderita. Virus kemudian mengikat reseptor asam sialat yang terdapat pada sel epitel jalan napas, khususnya di trakea dan bronkus.

a) Respon paling awal terlihat pada saluran napas yang terinfeksi atau sel epitel alveolus (AEC). Dari kiri ke kanan, keberadaan RNA virus intraseluler mengaktifkan reseptor seperti Toll (TLR), terutama TLR7 dan TLR3, untuk menginduksi jalur yang berujung pada aktivasi faktor pengatur interferon (IRF)3 atau IRF7, yang meningkatkan transkripsi jeni interferon (IFN)-α/β.Aktivasi jalur ini juga dapat menginduksi transkripsi sitokin dan kemokin proinflamasi dengan mengaktifkan faktor nuklir (NF)-κB. 5′

triphosphorylated double stranded RNA (5′-PPP dsRNA) yang dilepaskan ke dalam sitosol selama infeksi influenza menginduksi perubahan konformasi pada retinoic acid-inducible gene-I (RIG-I), yang berinteraksi dengan protein pensinyalan antivirus mitokondria (MAVS) memungkinkannya untuk mengaktifkan nukleotida-binding oligomerisation domain-containing protein (NOD). Ini juga menginduksi transkripsi tipe I IFNsmelalui IRF3 dan sitokin pro-inflamasi melalui NF-κB. Protein inflammasome ASC (protein seperti bintik terkait apoptosis protein yang mengandung CARD), pro-interleukin (IL)-1β dan pro-IL-18 diinduksi oleh NF-κB. Di hadapan RNA virus, ASC berinteraksi dengan keluarga NLR, pyrin domain-containing (NLRP)3 dan MAVS untuk menginduksi aktivasi inflammasome NLRP3, yang membelah dan mengaktifkan caspase-1 untuk menghasilkan IL-1β dan IL-18, sehingga memperkuat kaskade inflamasi.

b) Infeksi saluran napas atau sel alveolus tipe II menghasilkan pelepasan molekul pola molekul terkait kerusakan (DAMPs) dan molekul pola molekul terkait patogen (PAMPs), yang dirasakan oleh sel dendritik residen (DC). DC bermigrasi ke kelenjar getah bening regional untuk mengaktifkan sitotoksik (CD8 +) dan pembantu (CD4 +) sel T, serta sel T memori langka yang mampu menginduksi respons antivirus spesifik (tidak ditampilkan). Pada saat yang sama, DAMPs, PAMPs, virus endositosis dan mungkin infeksi influenza itu sendiri menginduksi pelepasan IFN tipe I dan sitokin inflamasi dari makrofag alveolar residen jaringan (TR-MΦ) dan DC (tidak ditampilkan).

Sitokin/kemokin ini menginduksi perekrutan neutrofil dan perekrutan dan diferensiasi monosit darah perifer menjadi makrofagalveolar yang diturunkan dari monosit (MD-MΦ).

Baik neutrofil dan MD-MΦ memperkuat respon inflamasi. Kerusakan pada endotel yang mendasari menyebabkan hilangnya regulator negatif rekrutmen sel inflamasi dan peradangan, termasuk sinyal melalui reseptor sphingosine-1 phosphate (SP1R) dan pelepasan angiotensin melaluiangiotensin converting enzyme (ACE), sehingga memperkuat respon inflamasi.

c) Pelepasan yang dihasilkan dari IFN tipe I dan sitokin inflamasi dan aksi sel T sitotoksik sangat penting untuk virus. Respon imun tubuh terhadap virus influenza mencakup peningkatan sitokin proinflamasi seperti IL-6 dan IFN-α oleh sel yang terinfeksi.

(4)

Peningkatan sitokin memuncak pada 48 hari kedua pascainfeksi dan sesuai dengan berat gejala yang dialami pasien. Antibodi serum (IgM, IgG, dan IgA) terhadap hemaglutinin (HA) dan neuraminidase (NA) baru muncul setelah satu minggu pascaingeksi dan belum berperan dalam proteksi terhadap penyakit akut, namun dapat memberikan imunitas dan proteksi terhadap reinfeksi oleh tipe virus yang sama hingga beberapa tahun.

3. Gejala

Gejala-gejala influenza pada umumnya antara lain: Demam (dapat sampai menggigil), sakit tenggorokan, sakit kepala, batuk, hidung tersumbat, bersin-bersin, hidung berair, nyeri sendi, lesu, mata berair. Gejala influenza bisa cukup berat sehingga memaksa pasien bed rest beberapa hari, disertai nyeri di beberapa bagian tubuh, seperti punggung dan tungkai.

4. Diagnosis

Biasanya dokter terlebih dahulu akan menanyakan riwayat penyakit, melakukan pemeriksaan fisik, mengidentifikasi gejala flu yang timbul, dan melakukan tes untuk mendeteksi virus influenza. Tes yang paling sering digunakan adalah tes diagnostik influenza cepat. Tes ini mencari zat (antigen) dari belakang hidung atau tenggorokan.

Hasil dari tes akan keluar dalam 15 menit. Namun, hasilnya akan bervariasi dan tidak selalu akurat.

Diagnosis pasti influenza bergantung kepada isolasi virus dari sekresi saluran nafas atau adanya kenaikan yang bermakna titer antibodi serum pada masa konvalesens.

Berbeda dengan adenovirus atau herpes simpleks dari saluran nafas, maka tidak ada pengidap virus influenza, sehingga adanya virus dari isolasi sudah menunjukkan tanda pasti adanya infeksi virus influenza. Antigen influenza dapat pula dideteksi secara cepat dari sel epitel nasofaring dengan antibodi fluoresens yang spesifik.

Tes diagnostik yang umum digunakan untuk influenza termasuk tes deteksi antigen cepat, reverse transcriptase-polymerase chain reaction (RT-PCR), dan kultur virus. Tes deteksi antigen cepat memberikan hasil tercepat; namun, sensitivitas tes ini umumnya rendah dan tidak menyingkirkan influenza pada pasien yang bergejala. Tes RT-PCR adalah tes yang paling sensitif dan spesifik untuk influenza dan dapat sangat membantu untuk membedakan antara influenza tipe A dan B. Kultur virus dapat digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis influenza;

namun, mereka lebih sering digunakan untuk pengawasan selama wabah virus.

Referensi

Afifah, N. Z. (2021). PENGAPLIKASIAN EKSTRAK KENCUR DAN MADU UNTUK MEREDAKAN FLU PADA ANAK DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS (Doctoral dissertation, Karya Ilmiah, Universitas Muhammadiyah Magelang).

(5)

Nashrullah, A., Supriyono, dan Muhammad K. 2013. Pemodelan Sirs Untuk Penyakit Influenza Dengan Vaksinasi Pada Populasi Manusia Tak Konstan. Unnes Journal of Mathematics, 2 (1), 47-54.

Nitiyoso, N. (2018). Antivirus untuk Influenza.Cermin Dunia Kedokteran, 45(4), 261–264.

Referensi

Dokumen terkait

Temu ireng ( Curcuma aeroginosa Roxb.) yang diberikan pada ayam Broiler dengan infeksi virus Avian Influenza H5N1 dapat menekan kematian ayam dan mampu mengurangi lesio

Influenza merupakan infeksi spesifik pada manusia yang disebabkan oleh virus dan merupakan penyakit yang memiliki sifat self-limiting , dimana bila tidak terjadi komplikasi

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Pengaruh Pemberian Ekstrak Sambiloto, Adas, dan Sirih Merah pada Ayam Broiler terhadap Infeksi Virus Avian

Ketika sejumlah manusia terinfeksi virus AI H5N1 pada tahun 1997, amantadine secara cepat diimpor ke Hongkong. Obat anti-influenza ini mencegah infeksi dengan mengganggu aktivitas

Hingga saat ini belum terjadi penularan flu burung dari manusia ke manusia, demikian juga belum ditemukan vaksin yang khusus untuk mencegah infeksi virus H5N1 pada manusia..

Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi adanya virus influenza A (H1N1pdm09) yang resisten terhadap oseltamivir dari kasus infeksi saluran pernafasan

Pengaruh Infeksi Virus Avian Influenza Subtipe H5nl Terhadap Persentase Motilitas dan Spermatozoa Hidup Monyet Ekor Panjang (Ma caca Fascicularis).. Iulluence Of The