• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository Universitas Islam Sumatera Utara: ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA MENDISTRIBUSIKAN INFORMASI ELEKTRONIK DAN DOKUMEN ELEKRONIK YANG MEMUAT PENGHINAAN DAN PENCEMARAN NAMA BAIK (Studi Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 4457 K/Pid.Sus/2021)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Institutional Repository Universitas Islam Sumatera Utara: ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA MENDISTRIBUSIKAN INFORMASI ELEKTRONIK DAN DOKUMEN ELEKRONIK YANG MEMUAT PENGHINAAN DAN PENCEMARAN NAMA BAIK (Studi Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 4457 K/Pid.Sus/2021)"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

Bagaimana ketentuan hukum mengenai tindak pidana penyebaran informasi elektronik dan dokumen elektronik yang mengandung muatan yang menyinggung dan mencemarkan nama baik? Apa sanksi pidana bagi penyebar informasi elektronik dan dokumen elektronik yang mengandung konten yang menyinggung dan memfitnah?

Kerangka Konseptual

Kesaksian keadaan pribadi pencipta berupa roh atau jiwa yang pertumbuhannya terhambat atau terganggu karena penyakit. Tindak pidana adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh undang-undang, yang disertai dengan ancaman (sanksi) berupa hukuman tertentu bagi siapa saja yang melanggar larangan tersebut. Dapat juga dikatakan bahwa tindak pidana adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh suatu peraturan perundang-undangan dan diancam dengan suatu tindak pidana, sepanjang menganggap larangan itu ditujukan pada suatu perbuatan, yaitu suatu keadaan atau peristiwa yang disebabkan oleh perbuatan orang tersebut. perbuatannya, sedangkan ancaman tindak pidana ditujukan kepada orang yang menyebabkan kejadian itu.

Pendistribusian menurut Pasal 27 ayat (1) angka 4 UU ITE, yang dimaksud dengan pendistribusian adalah pengiriman dan/atau pendistribusian informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik kepada banyak orang atau pihak yang berbeda melalui sistem elektronik. Informasi elektronik menurut pasal 1 angka 1 UU ITE adalah satu atau kumpulan data elektronik, termasuk namun tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, denah, foto, pertukaran data elektronik (EDI), surat elektronik (e- surat). ), telegram, teleks, faksimili atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau lubang yang dibuat mempunyai arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. Dokumen elektronik menurut pasal 1 angka 4 UU ITE adalah setiap informasi elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirim, diterima atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optik atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan dan/atau didengar melalui suatu media. komputer. atau sistem elektronik, termasuk namun tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, desain, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang mempunyai arti atau makna atau dapat dipahami oleh orang yang mampu. untuk memahaminya.

Asumsi

Keaslian Penelitian

Chandra Yudha Pratama bertajuk “Tinjauan Hukum Surat Edaran Kapolri Nomor SE/06/X/2015 Tentang Penanggulangan Ujaran Kebencian”. Penelitian ini orisinil karena sesuai dengan kaidah ilmiah yaitu jujur, rasional, obyektif dan terbuka, sehingga penelitian ini beralasan secara ilmiah dan terbuka terhadap masukan dan saran yang membangun mengenai pendekatan dan rumusan masalah.

Metode Penelitian

  • Sifat dan Jenis Penelitian
  • Metode Pendekatan
  • Alat Pengumpulan Data
  • Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data
  • Analisis Data

Jenis penelitian dalam penulisan ini menggunakan penelitian hukum yuridis normatif, yaitu penelitian yang mengacu pada norma hukum, yaitu penelitian bahan pustaka atau bahan sekunder. 49 Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu mengungkapkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori hukum yang ada menjadi objeknya. penelitian.50 Analisis deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi atau situasi yang terjadi atau sedang terjadi dengan tujuan menyediakan data setepat mungkin mengenai objek penelitian guna menggali hal-hal yang ideal, kemudian dianalisis berdasarkan teori hukum atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.51 Tulisan ini menguraikan kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga. Pendekatan konseptual,49 dilakukan dengan mempelajari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin dalam ilmu hukum, yang akan menemukan gagasan-gagasan yang dapat melahirkan konsep-konsep hukum, konsep-konsep hukum dan asas-asas hukum yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi studi dokumen untuk memperoleh konsepsi teoritis atau doktrinal, pendapat atau pemikiran konseptual dan penelitian pendahuluan yang berkaitan dengan objek yang diteliti, dapat berupa peraturan perundang-undangan dan karya ilmiah, serta kasus-kasus yang ada. terjadi melalui keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum.

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang berasal dari buku-buku teks yang memuat pokok-pokok fikih dan pandangan-pandangan klasik para ulama yang berkualifikasi tinggi.51 Bahan hukum sekunder terdiri dari segala terbitan tentang hukum yang bukan merupakan dokumen resmi yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, sebagaimana disebutkan. Bahan hukum sekunder ini dapat berasal dari buku, hasil penelitian dan karya ilmiah dari kalangan hukum. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus, ensiklopedia, dan jurnal yang berkaitan dengan pokok bahasan yang dipelajari.52.

Tindak Pidana Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum

Tindak pidana materiil adalah tindak pidana yang rumusannya menitikberatkan pada akibat yang dilarang (dalam suatu undang-undang). Oleh karena itu tindak pidana ini baru selesai apabila akibat-akibat yang dilarang (dari suatu perbuatan) telah terjadi. Kejahatan yang dilakukan adalah tindak pidana yang berupa pelanggaran terhadap peraturan yang ditentukan oleh undang-undang.

Tindak pidana kelalaian adalah tindak pidana yang berupa pelanggaran terhadap tata tertib yang ditetapkan undang-undang. Dalam hal ini pelanggaran yang dilakukan hanya dapat dituntut jika ada pengaduan. Dalam kejahatan di bidang teknologi informasi ini pun, hukum tampaknya tertinggal dibandingkan pesatnya kemajuan Internet.

Tindak pidana yang diatur dalam UU ITE mengatur perbuatan yang dilarang. Tindakan-tindakan tersebut dapat dikategorikan menjadi beberapa kelompok sebagai berikut. Aturan tindak pidana dalam UU ITE sebagian besar mengadopsi ketentuan pidana Konvensi Cybercrime.

Penghinaan dan Pencemaran Nama Baik

Kejahatan kehormatan pada umumnya ditujukan terhadap orang yang masih hidup, karena kehormatan atau nama baik hanya dimiliki oleh orang yang masih hidup. Begitu pula dengan badan hukum yang pada hakikatnya tidak mempunyai kehormatan, namun KUHP mengatur bahwa badan hukum tertentu, seperti: presiden atau wakil presiden, presiden negara, wakil negara sahabat, golongan, agama, suku, dan badan masyarakat , mempunyai kehormatan dan nama baik .37. Tindak pidana kehormatan/penghinaan merupakan tindak pidana yang mengganggu hak asasi manusia berupa perusakan nama baik dan kehormatan.39 Menurut hukum pidana, tindak pidana kehormatan ini terdiri dari 7 (tujuh) bentuk yaitu.

Tindak pidana yang menurut undang-undang digolongkan sebagai pencemaran nama baik atau penodaan agama (smaad) dirumuskan secara lengkap dalam alinea pertama Pasal 310 KUHP, yang berbunyi: “Barangsiapa dengan sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduhnya melakukan sesuatu, yang maksudnya adalah untuk memperjelas bahwa hal itu diketahui umum, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupee. Bentuk penghinaan lain yang dimaksud dalam Pasal 317 KUHP adalah aduan pencemaran nama baik, yang bunyinya sebagai berikut. Tindak pidana menimbulkan kecurigaan palsu terdapat dalam Pasal 318 KUHP yang berbunyi: “Barangsiapa dengan sengaja menimbulkan kecurigaan palsu bahwa ia telah melakukan tindak pidana dengan suatu perbuatan. , dapat dihukum hingga empat tahun penjara.”

Pengaturan Hukum Tindak Pidana Mendistribusikan Informasi Elektronik dan Dokumen Elektronik

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan

Barang elektronik yang memuat konten yang melanggar kesusilaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat. Sanksi atas perbuatan tersebut diatur dalam Pasal 45 ayat (2) UU ITE yaitu pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp satu miliar rupiah). Sanksi atas perbuatan tersebut diatur dalam Pasal 45 ayat (3) UU ITE yaitu: Pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau denda paling banyak Rp dua miliar rupiah).

Sanksi atas perbuatan tersebut diatur dalam Pasal 46 ayat (1) UU ITE, yaitu: Pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp enam ratus juta rupiah). Sanksi diatur dalam Pasal 46 ayat (3) UU ITE, yaitu: Pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau denda paling banyak Rp delapan ratus juta rupiah). Yang dimaksud dengan “penyadapan atau penyadapan” adalah kegiatan mendengarkan, merekam, membelokkan, mengubah, menghambat dan/atau merekam transmisi informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang tidak tersedia untuk umum, baik menggunakan jaringan kabel komunikasi atau jaringan nirkabel, seperti radiasi elektromagnetik atau frekuensi radio.

Pencemaran Nama Baik dalam KUHP

Tindak pidana kehormatan/penghinaan adalah tindak pidana yang melanggar hak seseorang berupa merugikan nama dan kehormatan seseorang.86 Menurut hukum pidana, tindak pidana kehormatan ini terdiri dari 7 (tujuh) bentuk. yaitu: Tindak pidana yang menurut undang-undang diberi kualifikasi pencemaran nama baik atau penodaan agama (smaad) dirumuskan secara lengkap dalam pasal 310 ayat (1) KUHP yang dirumuskan sebagai berikut: “Barangsiapa dengan sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan cara dituduh melakukan sesuatu. , yang tujuannya adalah untuk memperjelas bahwa kontaminasi yang diketahui publik diancam dengan hukuman penjara. Pasal 310 ayat (2) KUHP tentang pencemaran nama baik/penodaan agama berbunyi sebagai berikut: “Jika dilakukan secara tertulis atau dengan gambar yang disiarkan, dipertunjukkan atau dipasang di muka umum, maka penodaan secara tertulis diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupee.”

Tindak pidana pencemaran nama baik dirumuskan dalam Pasal 311 KUHP yang dirumuskan sebagai berikut: “Barangsiapa yang melakukan tindak pidana penodaan agama atau pencemaran nama baik dengan tertulis, dalam hal ia diperbolehkan untuk membuktikan tuduhannya, jika ia tidak dapat membuktikannya dan jika tuduhan yang dilontarkannya diketahui palsu, ia dipidana karena pencemaran nama baik dengan pidana penjara paling lama empat tahun.” Bentuk penghinaan ringan terdapat pada Pasal 315 KUHP yang dirumuskan sebagai berikut: “Setiap penghinaan dengan sengaja yang tidak bersifat pencemaran nama baik atau pencemaran nama baik secara tertulis, dilakukan terhadap seseorang, baik di muka umum, dengan lisan, tulisan, atau dihadapan orang lain.” mata seseorang. dari orang itu sendiri dengan lisan, perbuatan, atau surat." yang dikirim atau diterima kepadanya. "Barangsiapa dengan sengaja menyampaikan atau menyebabkan dibuatnya surat pengaduan atau pemberitahuan palsu kepada pejabat umum mengenai seseorang supaya kehormatan orang itu atau nama baik terhina, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.”

Keputusan Bersama Menteri Komunikasi dan Informatika RI, Kapolri, dan Jaksa Agung Nomor 229 Tahun 2021, Nomor 154

Pedoman pelaksanaan ini merupakan lampiran dari surat keputusan bersama yang ditandatangani, yang membahas delapan substansi utama pasal-pasal UU ITE. Itu merupakan kejahatan substantif, sehingga kerugian konsumen akibat berita bohong harus diperhitungkan dan dihargai. Mengeluarkan pendapat, menyatakan ketidaksetujuan atau ketidaksukaan terhadap individu/kelompok masyarakat bukanlah suatu perbuatan yang dilarang kecuali apa yang diungkapkan tersebut dapat dibuktikan.

10) Pasal 36, yang menjadi fokus pasal ini adalah kerugian materiil dari korban perseorangan atau badan hukum, bukan kerugian tidak langsung, bukan berupa kerugian yang mungkin terjadi, dan bukan kerugian yang bersifat immateriil. Salah satu kejahatan yang dilakukan melalui penyalahgunaan teknologi elektronik dan komputer yang canggih adalah kasus pencemaran nama baik melalui jejaring sosial.

Referensi

Dokumen terkait

Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen

mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik. 4)

Pasal 27 UU ITE tahun 2008 : Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau

Pasal 27 UU ITE tahun 2008 : Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau

Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik

(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang

Pasal 45 ayat (1) : Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/ atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau

Yakni sebagai berikut: Pasal 27 ayat 1: “Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat bisa diaksesnya Informasi Elektronik