• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository Universitas Islam Sumatera Utara: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS TINDAKAN PERANTARA PERMUFAKATAN JAHAT DALAM PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 3424 K/Pid.Sus/2021)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Institutional Repository Universitas Islam Sumatera Utara: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS TINDAKAN PERANTARA PERMUFAKATAN JAHAT DALAM PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 3424 K/Pid.Sus/2021)"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

Menurut Moeljatno, tindak pidana merupakan perbuatan yang dilarang oleh undang-undang, dan siapa pun yang melanggarnya dapat dikenakan sanksi pidana. Kejahatan narkoba merupakan salah satu masalah serius di Indonesia, termasuk perdagangan obat-obatan terlarang. Tindak pidana narkoba merupakan tindak pidana yang termasuk dalam hukum pidana khusus.

Pandangan ini dapat memenuhi fungsinya untuk mengatasi kerugian akibat tindak pidana (kemanusiaan dalam sistem Pancasila) (Muladi.

Kerangka Konsep

Hukum harus memberikan ancaman pidana berupa penderitaan kepada siapa saja yang melanggar hukum.43. Pelaku kejahatan akan menahan diri untuk tidak melakukan hal serupa di kemudian hari, karena pelaku merasa hukumannya adalah penderitaan, sehingga hukuman mempunyai fungsi mendidik dan meningkatkan. Peran konsep dalam penelitian adalah menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstraksi dan kenyataan.

Pentingnya definisi operasional adalah untuk menghindari perbedaan makna dan penafsiran istilah yang digunakan. Persekongkolan pidana menurut ketentuan pasal 1 angka 15 UU Narkotika adalah perbuatan dua orang atau lebih yang bersekongkol atau bersepakat untuk melakukan, melakukan, membantu, ikut serta dalam melakukan, memerintahkan, menganjurkan, memfasilitasi, menawarkan konsultasi, menjadi anggota organisasi kejahatan Narkotika, atau menyelenggarakan kejahatan Narkotika. Penyalahguna menurut ketentuan Pasal 1 angka 15 UU Narkotika adalah orang yang menggunakan narkotika secara melawan hukum atau melanggar hukum.

Narkotika menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tumbuhan atau bukan tumbuhan, baik sintetik maupun semi sintetik, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi atau menghilangkan rasa sakit, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang membedakannya menjadi kelompok-kelompok sebagaimana terlampir dalam Undang-undang ini.

Keaslian Penelitian

Rumusan masalah dalam penelitian ini didasarkan pada fakta mengenai pendekatan tindak pidana narkoba di wilayah hukum Polresta Surakarta. Mengingat keberhasilan penanganan kasus narkoba yang dilakukan Polresta Surakarta selalu dihadapkan pada fenomena-fenomena baru yang sejalan dengan berbagai perubahan pola kehidupan sosial budaya masyarakat, maka permasalahan inilah yang kemudian dijadikan landasan untuk merumuskan. masalah penelitian. Oleh karena itu, upaya pemberantasan dan penanggulangan tindak pidana narkoba di wilayah hukum Polres Surakarta Kota selanjutnya akan dijadikan landasan untuk merumuskan masalah penelitian ini.

Judul Penelitian/Skripsi : “Studi Peradilan Terhadap Putusan Hakim Pengadilan Negeri Sukohar Dalam Tindak Pidana Pemalsuan Surat”. Permasalahan dalam skripsi ini adalah: Bagaimana putusan hakim pengadilan negeri Sukohar dalam tindak pidana pemalsuan surat? Berdasarkan peninjauan yang telah dilakukan, sejauh yang diketahui maka penelitian mengenai: Pertanggungjawaban pidana atas perbuatan perantara permufakatan jahat dalam penyalahgunaan narkoba (Studi terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 3424 K/Pid.Sus/ 2021) belum pernah dilakukan baik judul maupun isi permasalahannya, oleh karena itu penelitian ini bersifat original.

Metode Penelitian 1. Spesifikasi Penelitian

  • Metode Pendekatan
  • Objek Penelitian
  • Alat Pengumpulan Data
  • Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data a. Jenis Data
  • UUD 1945;
  • KUHP
  • Analisis Data

Apabila pendekatan perundang-undangan dilakukan dengan cara mengkaji seluruh peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan hukum yang sedang ditangani, maka pendekatan kasus dilakukan dengan cara mengkaji putusan hakim pengadilan terhadap suatu hal yang bersangkutan. Alat pengumpulan data yang digunakan penulis untuk menulis undang-undang ini adalah studi literatur atau studi dokumen. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan, yaitu penelitian hukum yang dilakukan melalui pemeriksaan bahan pustaka atau data sekunder yang terdiri atas bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.

Menurut Soerjono Soekanto, penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara mengkaji bahan pustaka atau data sekunder. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, seperti hasil karya ilmiah yang dilakukan peneliti, hasil penelitian, buku, majalah, internet, e-book dan artikel. Alat pengumpulan data menjadi landasan utama penyusunan skripsi ini, yang didasarkan pada: penelitian kepustakaan; Dengan metode ini penulis dapat mengumpulkan bahan pustaka berupa putusan pengadilan, buku, majalah, dokumen dan sumber teori lainnya sebagai landasan penyelesaian permasalahan dalam skripsi ini.

Teknik analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif yaitu uraian metode analisis berupa kegiatan pengumpulan data yang kemudian diolah terlebih dahulu kemudian dijadikan bahan kualitatif yaitu data yang memberikan sejumlah penjelasan dan wawasan mengenai isi dan kualitas isi serta fenomena sosial yang menjadi sasaran atau objek penyelidikan.49.

ATURAN TINDAKAN PEMUFAKATAN JAHAT DALAM PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DALAM PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN

Adanya Produksi Gelap Narkoba (Illicit Drug Production)

ATURAN TINDAKAN PENASIHAT JAHAT DALAM PENYALAHGUNAAN NARKOBA DALAM PERATURAN. di luar tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keperluan kesehatan, baik yang dilakukan secara perseorangan, terorganisir51, korporasi52 maupun melalui permufakatan jahat53 dilarang karena dilakukan secara melawan hukum dan melawan hukum. Sanksinya sebagaimana diatur dalam undang-undang nomor 1) Barangsiapa tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, mengimpor, mengekspor atau mengedarkan Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda DKK paling sedikit Rp. 2) Dalam hal terjadi pembuatan, impor, ekspor, atau peredaran narkotika golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Dalam bentuk tanaman yang beratnya lebih dari 1 (satu) kg atau lebih dari 5 (lima) pohon atau dalam bentuk bukan tanaman yang beratnya lebih dari 5 (lima) gram, pelakunya dipidana dengan pidana mati, seumur hidup. penjara atau penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan paling banyak denda sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditambah 1/3 (sepertiga). Lihat bab I ketentuan umum, § 1 Undang-undang Nomor 1) Barangsiapa tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, mengimpor, mengekspor atau mengedarkan narkotika golongan II, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 tahun. (dua belas) tahun dan denda sebesar minimal Rp. 2) Dalam hal perbuatan memproduksi, mengimpor, mengekspor atau mengedarkan narkotika Golongan II sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya lebih dari 5 (lima) gram, pelakunya dipidana dengan pidana mati, penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) gram. ) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda setinggi-tingginya sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditambah 1/3 (sepertiga).

Termasuk di dalamnya pengemasan dan/atau perubahan bentuk obat narkotika bukan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan pelayanan kesehatan, yang dilakukan secara melawan hukum dan melanggar hukum, melanggar Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Pembuatan dan/atau penggunaan dalam proses produksi Psikotropika Golongan I sebagaimana dimaksud dalam Pasal 655 dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun, paling lama 15 (lima belas) tahun, dan denda paling sedikit Rp. . 2) Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara terorganisir, dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling lama dua puluh (dua puluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 55 Dilarang memproduksi dan/atau menggunakan psikotropika golongan I dalam proses produksinya. Produksi atau peredaran psikotropika dalam bentuk obat yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7.57 atau.

Pembuatan atau peredaran obat psikotropika berupa obat yang tidak terdaftar pada direktorat yang bertanggung jawab di bidang kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) angka 58 dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas tahun). ) dan denda paling banyak Rp.

Pengedaran Gelap Narkoba (Illegal Drug Traffiking)

Di dunia internasional kini telah ditemukan dan diketahui adanya sindikat narkoba bernama NCE (Nigerian Criminal Enterprise) yang sebagian besar beranggotakan warga Nigeria berkulit hitam yang berasal dari Afrika berkulit hitam. Sindikat narkoba internasional menguasai dan menggunakan teknologi canggih di bidang telekomunikasi (ponsel, internet, enkripsi), transportasi (perahu motor, pesawat terbang dan helikopter), dan persenjataan modern, serta penggunaan orang-orang yang sangat cerdas dan sangat mobile. , dan . Sindikat narkoba berkisar dari penjahat hingga pejabat dan aparat keamanan, dari 'lumbung' yang dikejar petugas hingga individu yang terkesan dermawan.

Mengingat betapa berbahaya dan seriusnya risiko yang harus ditanggung jika sindikat narkoba beroperasi secara bebas di suatu negara, maka beberapa negara telah menerapkan sanksi hukum yang berat bagi anggota sindikat narkoba yang tertangkap.69. Dalam menangani anggota sindikat narkoba ini, penegak hukum Jepang berpegang pada Undang-Undang Organisasi Anti Kejahatan yang diberlakukan sejak tahun 1992. Bagi pemerintah Belanda, pengedar narkoba dianggap tak lebih dari penyakit menular yang bisa membunuh generasi.

Mengenai pidana bagi pengedar narkoba dalam hukum positif Indonesia sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 1) Barangsiapa tanpa hak atau bertentangan dengan hukum menawarkan untuk menjual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar atau menyerahkan, wajib dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat lima (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 2) Dalam hal perbuatan menawarkan untuk menjual, menjual, membeli, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan atau menerima zat narkotika golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa tumbuhan melebihi 1 (satu) buah. kilogram atau lebih dari 5 (lima) batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya 5 (lima).

Penyalahgunaan Narkoba (Drug Abuse)

narkotika golongan II dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun; Dan. Mengingat sebagian besar terpidana dan tahanan kasus narkoba termasuk dalam kategori pengguna atau bahkan korban, yang jika dilihat dari segi kesehatannya sebenarnya adalah orang sakit, maka perampasan kemerdekaan terhadap orang yang bersangkutan adalah suatu hal yang tidak masuk akal. langkah yang tepat karena mengabaikan pentingnya perawatan dan pengobatan. Memerintahkan Ketua Pengadilan Tinggi, Ketua Pengadilan Negeri, dan Hakim di seluruh Indonesia untuk menempatkan pengguna Narkoba di rumah terapi dan rehabilitasi dengan menggunakan pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 41 UU No.

83 Ayat (1) huruf a Hakim yang memeriksa perkara pecandu narkotika dapat memutuskan agar yang bersangkutan diperintahkan untuk mendapat pengobatan dan/atau perawatan apabila pecandu narkotika terbukti bersalah melakukan tindak pidana narkotika. Huruf b : mengatur bahwa yang bersangkutan diperintahkan untuk mendapat pengobatan dan/atau pengobatan apabila pecandu narkoba tidak terbukti bersalah melakukan tindak pidana narkoba. Sanksi bagi orang yang mengonsumsi psikotropika melampaui tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, sebagaimana diatur dalam Pasal 59 ayat (1) UU No.

5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, sama dengan sanksi yang dijatuhkan kepada produsen dan pengedar psikotropika sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, baik yang dilakukan secara perseorangan, terorganisir, maupun korporasi.

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui akibat hukum penolakan pengajuan peninjuan kembali terhadap eksekusi terpidana mati Terpidana Pelaku Tindak Pidana Narkotika

Kasus yang diteliti oleh penulis yakni mengenai putusan Permufakatan Jahat Tanpa Hak Memiliki Narkotika Golongan I. Terdakwa bertempat tinggal di Dk. Selain

bersangkutan, sehingga semua penderitaan yang dialami tersebut membuat perubahan pada sifat/perangai, sikap, serta perilaku seperti: paranoid atau selalu curiga dan

Dahlan telah terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana melakukan permufakatan jahat secara tanpa hak atau melawan hukum menerima Narkotika

1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4

Hakim dalam menjatuhkan putusan pidana bagi pelaku tindak pidana penyalahgunaan Narkotika Golongan I yaitu dengan cara meruntut peristiwa yang terjadi dan

Narkotika golongan 3 tiga adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, Contohnya adalah kokein Pertimbangan hakim dalam Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 659

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pertanggungjawaban pidana bandar narkotika yang melakukan permufakatan jahat samenspanning dalam peredaran narkotika adalah hukuman mati karena