• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository Universitas Islam Sumatera Utara: PERTANGGUNGJAWABAN PERDATA AKIBAT WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMINJAMAN UANG SECARA LISAN (Studi Putusan Nomor 2/Pdt.G./2022/PN Pdp)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Institutional Repository Universitas Islam Sumatera Utara: PERTANGGUNGJAWABAN PERDATA AKIBAT WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMINJAMAN UANG SECARA LISAN (Studi Putusan Nomor 2/Pdt.G./2022/PN Pdp)"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

Adanya kesepakatan antara kedua belah pihak, adanya perundingan atau penawaran sebagai tindakan sebelum tercapainya kesepakatan akhir, tawaran salah satu pihak diterima oleh pihak yang lain, tercapai kesepakatan mengenai pokok perjanjian. mempunyai kekuatan hukum, yaitu mengikat para pihak yang mengadakannya apabila perjanjian itu dibuat secara sah menurut syarat-syarat yang ditentukan undang-undang. Seseorang dapat mengabaikan aturan hukum kontrak dari Buku III KUH Perdata, karena Buku III KUH Perdata hanya berfungsi sebagai pelengkap dan hanya melengkapi perjanjian-perjanjian yang sudah ada yang dibuat oleh para pihak. Perjanjian merupakan suatu bentuk hubungan hukum yang mempunyai kekuatan hukum mengikat bagi para pihak yang mengadakan hubungan hukum.

Para pihak harus memenuhi kewajibannya atau memenuhi kinerjanya dan jika salah satu pihak gagal mematuhi isi perjanjian, maka terjadi pelanggaran kontrak. Perjanjian utang piutang disini merupakan perjanjian antara satu pihak (kreditur) dengan pihak yang lain yaitu pihak yang menerima pinjaman (debitur) dan yang diperjanjikan biasanya berupa uang. Perjanjian tertulis dapat memberikan kepastian hukum bagi para pihak yang mengadakannya, karena perjanjian tertulis dengan jelas mengatur isi perjanjian antara para pihak yang mengadakannya, sedangkan perjanjian yang dilakukan secara lisan tidak dapat memberikan kepastian hukum, karena perjanjian lisan tidak mengatur secara jelas. isi perjanjian yang dibuat oleh para pihak, sehingga perjanjian lisan ini mudah diingkari atau diingkari oleh para pihak yang mengadakannya.

Pihak-pihak yang mengalami wanprestasi yang tidak disengaja dapat timbul karena mereka tidak mampu melakukan pertunjukan tersebut atau karena mereka terpaksa tidak melakukan pertunjukan tersebut. Namun pada umumnya wanprestasi hanya terjadi setelah adanya pernyataan kelalaian dari pihak yang merasa dirugikan18.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Secara praktis, hasil penelitian ini juga dapat dijadikan pedoman dan masukan untuk memberikan informasi kepada pembaca sehingga dapat memberikan sumbangan pemikiran dan pertimbangan untuk penyusunan pertanggungjawaban perdata akibat wanprestasi dalam perjanjian pinjam uang lisan guna mengatasi permasalahan yang mungkin timbul. dalam pelaksanaan perjanjian, khususnya bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Kerangka Teori dan Konsepstual 1. Kerangka Teori

Kerangka Konsepstual

Konsep adalah suatu kata yang mengungkapkan suatu abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang partikular, sedangkan model konsep adalah serangkaian konsep yang dihubungkan oleh postulat-postulat hipotetis dan teoretis.54 Konsep bukanlah suatu gejala yang harus dipelajari, melainkan suatu abstraksi dari gejala itu. Fenomena itu sendiri biasa disebut fakta, sedangkan konsep merupakan gambaran hubungan-hubungan yang ada dalam fakta itu.55. Ali Safa'at, Teori Hukum Hans Kelsen, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta, 2016, hal.66-67.

Perjanjian adalah hubungan hukum mengenai hubungan harta antara dua pihak, di mana satu pihak berjanji atau dianggap telah berjanji untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu, sedangkan pihak lain berhak menuntut pemenuhan janji 58 d.

Asumsi

Keaslian Penelitian

Pertimbangan hukum hakim dalam Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 2/Pdt.G./2022/PN Pdp adalah terbukti tergugat tidak membayar utang kepada penggugat sebagaimana diperjanjikan dalam perjanjian lisan. Agung Nugraha, NIM Mahasiswa Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Tahun 2016 dengan judul “Kegagalan dalam Implementasi Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Hotel Antara Hotel Sofyan dan Hotel Saka”, dengan rumusan masalah. Apa saja hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerjasama pengelolaan hotel antara Hotel Sofyan dan Hotel Saka.

Siti Arfah Afifah, NIM 140200473 Mahasiswa Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Tahun 2018 dengan judul skripsi: Analisis Perjanjian Kontrak Karya antara Biro Inventarisasi dan Pengelolaan Aset Sekretariat Daerah dengan PT. Bagaimana diatur hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan perjanjian kontrak karya antara Biro Pengelolaan Modal dan Aset Sekretariat Daerah dengan PT. Bagaimana upaya penyelesaian perselisihan wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian kontrak kerja antara Biro Pengelolaan Perbekalan dan Aset Sekretariat Daerah dengan PT.

Metode Penelitian

  • Sifat Penelitian
  • Metode Pendekatan
  • Alat Pengumpulan Data
  • Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data
  • Analisis Data

KUH Perdata memberikan keleluasaan kepada para pihak yang membuat perjanjian untuk membuat perjanjian di dalam atau di luar KUH Perdata itu sendiri. Peraturan ini berlaku bagi semua pihak yang mengadakan suatu kontrak yang tidak bertentangan dengan hukum atau norma kesusilaan yang berlaku. Hakim Mertokusumo menjelaskan perbedaan perbuatan hukum dan hubungan hukum yang menjadi asal mula konsep perjanjian, sebagai berikut.

Mengenai perkembangan makna perjanjian, Purwahid Patrik mengemukakan bahwa “perjanjian dapat terbentuk sebagai suatu hubungan hukum antara dua pihak, dimana masing-masing pihak melakukan perbuatan hukum secara sepihak”.86 Perjanjian adalah suatu perbuatan hukum yang menimbulkan suatu hubungan hukum. terletak dalam bidang hukum harta benda .antara dua orang atau lebih, sehingga pihak yang satu mempunyai hak atas sesuatu dan pihak yang lain mempunyai kewajiban untuk berbuat atau memberikan sesuatu. Unsur kontingen adalah unsur yang akan ada atau mengikat pihak apabila para pihak menyetujuinya. Hal ini tidak lepas dari sifat III.

Perjanjian yang dibuat secara sah oleh para pihak mempunyai kekuatan hukum mengikat bagi mereka yang membuat sendiri. Kedua belah pihak terikat dengan perjanjian yang mereka buat. Asas ini mendasari pernyataan bahwa suatu perjanjian akan menimbulkan suatu kewajiban hukum dan oleh karena itu para pihak wajib melaksanakan perjanjian kontrak tersebut. Artinya dengan tercapainya kesepakatan antara para pihak maka timbul hak dan kewajiban bagi mereka, atau selesainya akad.

Pada prinsipnya semua perjanjian hanya berlaku bagi para pihak yang membuatnya, tidak mempunyai pengaruh terhadap pihak ketiga, diatur dalam pasal 1315 dan pasal 1340 KUHPerdata. Dalam suatu perjanjian sudah sepantasnya tidak ada pihak yang dominan dan tidak ada pihak yang melakukan tekanan agar tidak dipaksa untuk menyetujui syarat-syarat yang diajukan sebab. Apabila prinsip win-win solution tidak bisa diwujudkan begitu saja, maka perlu dilakukan upaya untuk mencapai keseimbangan dimana semua hak para pihak tidak dikesampingkan begitu saja.

Kreditur mempunyai kekuasaan untuk menuntut pemenuhan dan bila perlu dapat menuntut pelunasan pemenuhan itu dengan harta milik debitur, dan debitur juga wajib memenuhi perjanjian dengan itikad baik. dasar tatanan hukum Indonesia. Kepastian ini dinyatakan dalam kekuatan pengikatan kontrak, yaitu sebagai hak bagi para pihak. Secara khusus dalam skripsi ini kita akan membahas tentang perjanjian pinjam meminjam secara lisan (utang dan tagih), pengertian hutang dan tagihan sama dengan perjanjian pinjam meminjam, yang diatur dan ditentukan dalam bab ketigabelas buku ketiga KUHPerdata. . , dalam Pasal 1754 KUH Perdata yang dengan jelas disebutkan bahwa akad pinjam meminjam adalah suatu akad yang mana suatu pihak memberikan kepada pihak lain sejumlah barang yang sudah usang karena dipakai, dengan syarat pihak yang bersangkutan mengembalikan barang yang sama. jumlah. dengan jenis dan kondisi yang sama.

Hutang dan piutang merupakan suatu perjanjian antara satu pihak dengan pihak lain dan obyek perjanjiannya biasanya berupa uang. Kedudukan salah satu pihak adalah pihak pemberi pinjaman (kreditur), sedangkan pihak yang lain adalah pihak penerima pinjaman (debitur).

Syarat Sahnya Perjanjian Prminjaman Uang

Sebagai undang-undang yang hanya mempunyai fungsi pelengkap, maka ketentuan-ketentuan kontrak dalam KUH Perdata akan diabaikan apabila para pihak dalam suatu perjanjian telah membuat perjanjian sendiri. Segala perjanjian yang dibuat secara sah adalah sah menurut hukum bagi yang mengadakannya,” namun demikian harus terlebih dahulu memenuhi ketentuan-ketentuan sebagaimana tercantum dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yang menegaskan bahwa agar suatu perjanjian dapat sah, 4 ( empat) syarat-syarat yang dipersyaratkan, yaitu Atas dasar itu maka suatu perjanjian pinjam-meminjam uang yang dibuat secara sah, yaitu memenuhi syarat-syarat Pasal 1320 KUHPerdata, berlaku sebagai hukum para pihak yang mengadakan perjanjian itu.

Sebagaimana tercantum dalam Pasal 1338 KUHPerdata, suatu perjanjian dapat ditarik kembali atau dibatalkan atas persetujuan para pihak yang membuatnya. Sistem terbuka ini merupakan cerminan dari Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang menyatakan: “Segala perjanjian yang dibuat adalah sah menurut hukum bagi yang membuatnya”. Perjanjian-perjanjian yang diatur oleh undang-undang hanyalah perjanjian-perjanjian yang disebut dengan perjanjian jual beli, sewa-menyewa, dan sebagainya.

Perkara-perkara dalam Akta Kontrak hanya terpakai apabila pihak-pihak itu sendiri tidak mencapai persetujuan dalam perjanjian itu. Kesimpulan perjanjian dalam bentuk lisan tetap berlaku selama syarat sahnya perjanjian yang tercantum dalam Pasal 1320 KUH Perdata dipenuhi. Perjanjian lisan juga sah selagi tidak ada undang-undang yang menyatakan bahawa perjanjian yang akan dibuat mestilah secara bertulis.

Perjanjian lisan adalah suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak secara sederhana secara lisan atau atas persetujuan para pihak. Perjanjian lisan banyak dijumpai pada perjanjian yang sederhana, artinya perjanjian yang tidak mempunyai hubungan hukum yang berbelit-belit dan juga tidak menimbulkan kerugian yang besar bagi para pihak jika terjadi wanprestasi. Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang menyatakan: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah, sah menurut hukum bagi yang membuatnya”. Berdasarkan asas kebebasan berkontrak, masyarakat dapat membuat kontrak-kontrak jenis baru yang sebelumnya tidak dikenal dalam perjanjian-perjanjian bernama dan yang isinya menyimpang dari kontrak-kontrak bernama yang diatur dalam undang-undang, yaitu Buku III KUHPerdata.

Menentukan bentuk perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.126 Asas kebebasan berkontrak, sebagaimana dijelaskan dalam bunyi Pasal 1338 KUH Perdata, mengatur bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah adalah hukum bagi yang membuatnya dan perjanjian itu harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan itikad baik. Berdasarkan kedua rumusan tersebut dapat disimpulkan bahwa perjanjian yang dibuat oleh para pihak menurut hukum hanya akan mengikat para pihak yang mengadakannya. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dipahami bahwa suatu perjanjian yang tidak tertulis diperbolehkan secara hukum berdasarkan asas kebebasan berkontrak.

Dengan mengacu pada asas kebebasan berkontrak sebagaimana tercantum dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, ketentuan ini memberikan kebebasan bagi kedua belah pihak untuk menentukan jenis perjanjian apa yang akan mereka laksanakan, baik perjanjian tertulis maupun perjanjian tidak tertulis/lisan. Perjanjian utang piutang secara lisan adalah perjanjian antara para pihak tanpa adanya bukti tertulis.

Referensi

Dokumen terkait

menjadi menarik karena menurut pasal 1328 KUHPerdata yang dimaksud dengan penipuan adalah apabila di dalam pembuatan suatu perjanjian terdapat adanya tipu muslihat yang dipakai

“Sewa menyewa adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikat dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lain kenikmatan dari suatu barang selama suatu waktu tertentu

2 Tahun 1992 tentang usaha Perasuransian Bab 1 Pasal 1 Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung

Notaris harus memastikan bahwa akta yang dibuatnya itu memang sesuai dengan ketentuan yang mengikat seorang Notaris dan tidak ada suatu peraturan umum yang menugaskan pejabat atau orang