• Tidak ada hasil yang ditemukan

Integrasi Keilmuan Membangun Pendidikan Merdeka

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Integrasi Keilmuan Membangun Pendidikan Merdeka"

Copied!
449
0
0

Teks penuh

Padahal, perkembangan ilmu keislaman dapat ditinjau dalam berbagai perspektif untuk menghasilkan ilmu-ilmu nyata yang lebih baru dan modern. Oleh karena itu, topik integrasi keilmuan mendapatkan momentum sebagai titik tolak pengembangan khazanah keilmuan Islam yang membanggakan dan dapat menatap masa depan. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan disana-sini dalam penulisan buku ini, untuk itu penulis terbuka untuk menerima saran dan kritik sebagai bahan perbaikan isi buku ini kedepannya.

Akhir kata, semoga buku ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa, peneliti dan masyarakat pada umumnya dalam mengembangkan keilmuan Islam, khususnya dalam bidang pendidikan Islam.

Integrasi Keilmuan Islam Integrasi Keilmuan Islam

Manusia dan Kosmologi”

Perkembangan eksperimen ilmiah yang berlandaskan paradigma Al-Qur'an tentunya akan memperkaya ilmu pengetahuan umat manusia. Dia mengusulkan merumuskan teori ilmiah berdasarkan Al-Qur'an, menjadikan Al-Qur'an sebagai paradigma dengan mengobjektifikasinya. Perkembangan eksperimen ilmiah yang berlandaskan paradigma Al-Qur'an dengan sendirinya akan memperkaya tubuh pengetahuan.

Al-Qur'an diturunkan kepada manusia, selain sebagai pembeda antara yang benar dan yang salah, juga membimbing manusia untuk mencari dan mengembangkan ilmu.

Ilmu Pengetahuan Ilmu Pengetahuan

Sumber ajaran yang mengandung aspek yang berbeda adalah Al-Qur'an dan Hadits. Untuk menentukan sikap Islam terhadap sains, rujukan utamanya adalah Al-Qur'an dan as-Sunnah. Al-Qur'an mengisyaratkan bahwa mereka yang berilmu berhak memimpin umat.

Ajaran dasar yang mutlak dan tidak bisa diubah adalah Al-Qur'an dan hadits mutawatir.

Model Integrasi Keilmuan Model Integrasi Keilmuan

Awal munculnya gagasan integrasi keilmuan dilatarbelakangi oleh adanya dualisme atau dikotomi keilmuan antara ilmu umum di satu pihak dan ilmu agama di pihak lain. Integrasi keilmuan juga memiliki corak dan bentuk yang berbeda dalam praktik pendidikan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Selain itu, untuk merumuskan integrasi keilmuan secara konseptual dan filosofis, diperlukan kajian filsafat dan sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di kalangan pemikir dan tradisi keilmuan Islam.

Dari konteks yang melatarbelakangi munculnya gagasan integrasi keilmuan, integrasi keilmuan dapat dipahami terlebih dahulu sebagai upaya membangun pandangan dan sikap positif terhadap dua jenis ilmu yang berkembang di dunia Islam saat ini. Beberapa ayat Alquran yang digunakan oleh para pemikir Muslim untuk mendukung konsep integrasi ilmiah (semua ilmu yang benar berasal dari Allah) antara lain: Pengetahuan dan Nilai" yang diadakan di Stockholm pada bulan September 1984.

Model yang dikembangkan oleh Malaysia Islamic Science Academy (ASASI) pertama kali muncul pada Mei 1977 dan merupakan upaya penting dalam integrasi sains Islam di Malaysia karena untuk pertama kalinya cendekiawan Muslim di Malaysia bergabung untuk memasukkan tradisi ilmiah berdasarkan ajaran Islam. Kitab suci Al-Quran. Pemikir yang terkenal sebagai penggagas integrasi ilmu Islam yang dianggap sebagai titik tolak tasawwuf adalah Syed Muhammad Naquib al-Attas, yang kemudian disebutnya dengan konsep Islamisasi Pengetahuan. Menjadikan Al-Faruqi sebagai penggagas model integrasi keilmuan berbasis fikih tidaklah mudah, terlebih lagi karena ia adalah salah satu pemikir muslim pertama yang mencetuskan gagasan perlunya Islamisasi Ilmu.

Persoalannya, pemikiran Al-Faruqi dalam mengintegrasikan ilmu Islam tidak berakar pada tradisi ilmu Islam yang dikembangkan oleh Al-Biruni, Ibnu Sina, Al-Farabi dan lain-lain, melainkan menyimpang dari pemikiran para ulama fikih dalam membuat Kor. 'an dan Assunnah puncak kebenaran. Selain itu, berbagai upaya yang dilakukan oleh berbagai perguruan tinggi Islam khususnya di Indonesia dengan masuk ke berbagai prodi Islam diklaim sebagai bagian dari proses integrasi keilmuan.

Integrasi Keilmuan: Integrasi Keilmuan

Studi Kasus Uin”

Oleh karena itu, topik integrasi keilmuan menemukan dorongan performatifnya untuk dibedah khususnya berkaitan dengan kajian al-Qur’an, khususnya di lingkungan Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN SGD), Bandung. Salah satu aspek interaktif dalam mempelajari al-Qur’an adalah ketika dikaitkan dengan pengembangan konsep integrasi keilmuan. Istilah yang sering disamakan dengan “integrasi keilmuan” adalah “Islamisasi ilmu”, yang mensyaratkan dua prinsip utama.

Sejalan dengan itu, Imam Suprayogo juga mendefinisikan integrasi keilmuan sebagai memposisikan Al-Qur'an dan Hadits sebagai grand theory ilmu pengetahuan. Beberapa model integrasi sains yang sudah ada dapat menjadi inspirasi dan landasan untuk memperkaya upaya integrasi sains. Integrasi ilmiah 103 . w w Epistemologi Islam yang bercirikan: menolak dikotomi sains dan agama, membangun pengetahuan al-Qur’an yang holistik, tidak hanya menggunakan pendekatan empiris, rasionalis atau intuitif, tetapi juga menggabungkan berbagai pendekatan secara harmonis.

Hal ini dikarenakan, terkait penerapan konsep integrasi keilmuan, UIN SGD Bandung belum menemukan formula operasional (di tingkat pimpinan) penerapan konsep integrasi keilmuan dalam kurikulum, sehingga perlu melengkapi kurikulum untuk memilih . Begitu pula dalam proses pembelajaran yang masih mengandalkan kreativitas dan inovasi individu guru di fakultas masing-masing untuk menerapkan integrasi keilmuan dalam proses pembelajaran. Sederhananya, setiap penggunaan pendekatan dan kerangka teori harus disertai dengan evaluasi dan kritik yang konstruktif, sehingga dapat pula dihasilkan temuan-temuan ilmiah yang merupakan perwujudan upaya integrasi keilmuan.

Mata kuliah yang berkaitan dengan kajian Al-Qur'an di Fakultas Ushuluddin tidak lagi disajikan dalam kerangka pengantar, khususnya di Jurusan Kajian Al-Qur'an dan. Pendekatan terakhir ini merupakan salah satu format kajian dalam kajian Al-Qur'an yang dapat terus dikembangkan di lingkungan fakultas Ushuluddin.

Interkoneksi Pendidikan Islam Interkoneksi Pendidikan Islam

Lihat Abdul Munir Mulkhan, The Muslim Intellectual Paradigm: A Philosophical Introduction to Islamic Education and Dakwah (Yogyakarta: Sipres, 1993), 69. Ketiga, pendidikan Islam adalah pendidikan dalam Islam, atau proses dan praktek penyelenggaraan pendidikan yang terjadi dan berkembang di realitas sejarah umat Islam. Kedua, ilmu sebagai acuan atau rujukan dalam penyusunan, konstruksi dan pengembangan konsep dan implementasi pendidikan Islam (ilmu sebagai sumber pendidikan Islam).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa: Pertama, kedudukan ilmu dalam pendidikan Islam adalah (1) Ilmu sebagai sarana atau media dalam penyelenggaraan pendidikan Islam. Hal ini terlihat dari isi struktur kurikulumnya, karena berupa seperangkat ilmu yang akan dipelajari (sains sebagai isi pendidikan Islam). 2) Ilmu sebagai acuan atau rujukan dalam menyusun, mengkonstruksi dan mengembangkan konsep dan implementasi pendidikan Islam (Ilmu sebagai sumber pendidikan Islam). Kedua, integrasi keilmuan dalam pendidikan Islam dilakukan melalui banyak upaya penerapan-implementasi, yaitu (1) Dari segi regulasi, ada SK tiga menteri tahun 1975 tentang peningkatan mutu madrasah.

Dari ketiga istilah tersebut, istilah yang populer digunakan dalam praktik pendidikan Islam adalah istilah al-tarbiyah. Pendidikan Islam di lingkungan keluarga atau di tempat ibadah, forum pengajian Islam atau pendidikan Islam melalui jalur pendidikan nonformal dan informal (Muhaimin, 2013). Al-Shaibaniy; berpendapat bahwa pendidikan Islam adalah proses mengubah perilaku individu peserta didik dalam kehidupan pribadi, masyarakat dan lingkungan alam.

Ahmad Tafsir; mendefinisikan pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan seseorang agar berkembang secara optimal sesuai dengan ajaran Islam (Tafsir, 2013). Ahmadiyah; Pendidikan Islam adalah segala upaya memelihara dan mengembangkan fitrah manusia dan sumber daya manusia yang ada di dalamnya, menuju pembentukan manusia seutuhnya (insan kamil) yang sesuai dengan norma-norma Islam (Achmadi, 1992).

Gambar  tersebut  di  atas  mengilustrasikan  bahwa  jarak  pandang atau horizon  keilmuan  integralistik  begitu  luas  (tidak  myopic)  sekaligus  terampil  dalam  perikehidupan  sektor  tradisional maupun modern karena dikuasainya salah satu ilmu  dasar
Gambar tersebut di atas mengilustrasikan bahwa jarak pandang atau horizon keilmuan integralistik begitu luas (tidak myopic) sekaligus terampil dalam perikehidupan sektor tradisional maupun modern karena dikuasainya salah satu ilmu dasar

BAB VI Frame Thinking; Integrasi Frame Thinking; Integrasi

Islam

Oleh karena itu, berbagai gagasan integrasi keilmuan, termasuk kristalisasinya dalam bentuk transformasi IAIN/STAIN menjadi UIN, penting untuk membangun tipologi atau pemikiran tentang integrasi sains Islam. Berkaitan dengan cara pandang umat Islam terhadap ilmu pengetahuan dan pendidikan, berkembang keyakinan di kalangan umat Islam bahwa hanya ilmu agama Islam yang layak dan layak dipelajari atau dikaji oleh umat Islam, khususnya anak-anak dan generasi muda. Sementara itu, dalam dunia pendidikan Islam terjadi dua fenomena: Pertama, yang lazim adalah pengajaran ilmu-ilmu agama Islam yang bersifat normatif-tekstual terlepas dari perkembangan ilmu-ilmu sosial, ekonomi, hukum, humaniora dan kajian agama (religious studies). ). ) secara umum.

Kedua, pendidikan Islam adalah sesuatu yang terintegrasi, artinya memiliki kaitan yang membentuk satu kesatuan integral dengan ilmu-ilmu lainnya. Integrasi Ilmiah 135 . w w. lebih kaya) dan di sana-sini penuh dengan bias kepentingan (filosofis, ortodoksi agama, etnis, ekonomi, politik, gender, peradaban). Wahyu tidak pernah mengklaim sebagai sains dalam istilah sains, seperti yang sering diklaim oleh sains sekuler.

Untuk memberikan pemahaman yang memadai tentang konsep integrasi ilmiah, hal pertama yang harus dilakukan adalah memahami konteks di mana gagasan integrasi ilmiah itu muncul. Bahwa selama ini di kalangan umat Islam terdapat pandangan dan sikap yang membedakan antara ilmu-ilmu keislaman di satu pihak dengan ilmu-ilmu umum di pihak lain. Berbagai ayat al-Qur'an digunakan oleh para pemikir muslim untuk mendukung konsep integrasi keilmuan.

Konsep integrasi keilmuan juga berbeda dengan ajaran keesaan Allah (tauhid), karena Tuhan atau keyakinan dalam pandangan Isma'il Razi al-Faruqi bukan sekedar kategori etis. Hal ini terjadi karena perbedaan gagasan dan gagasan integrasi keilmuan muncul secara sporadis baik dalam konteks tempat, waktu maupun argumentasi yang melatarbelakanginya.

Integrasi Keilmuan Integrasi Keilmuan

Pemikiran

Islamisasi sains berarti hubungan antara Islam dan sains, yaitu hubungan antara "Kitab Wahyu" al-Qur'an dan al-Sunnah dan "Kitab Wujud" dan humaniora. Menurut Fazlur Rahman, sains tidak bisa diislamkan karena tidak ada yang salah dengan sains. Tampaknya Fazlur Rahman menolak konsep dasar bahwa sains itu sendiri dibangun di atas pandangan hidup tertentu.

Ia berkesimpulan bahwa Islamisasi ilmu adalah tidak logis atau tidak mungkin (the impossibility or ilogical of knowledge). Padahal, fenomena Islamisasi ilmu pengetahuan disebabkan adanya perbedaan pandangan tentang hakikat antara Islam dengan agama atau budaya lain yang berbeda. Model islamisasi ilmu yang telah dikemukakan oleh berbagai cendekiawan muslim dari berbagai disiplin ilmu dapat dibedakan dalam tahap perkembangan terakhirnya baik dari segi pendekatan maupun desain dasarnya.

Namun, ada beberapa konsep dasar yang menjadi titik temu gagasan islamisasi ilmu yang dikemukakan oleh berbagai cendekiawan muslim. Sebagai contoh, jika kita melihat dua nama yang cukup berpengaruh di dunia Islam dan dipandang sebagai pelopor Islamisasi ilmu pengetahuan: Syed Muhamamd Naquib al-Attas dan Ismail Raji al-Faruqi. Bagi Al-Atas, Islamisasi sains mengacu pada upaya menghilangkan elemen dan konsep fundamental yang membentuk budaya dan peradaban Barat, khususnya di bidang humaniora.

Terlepas dari beberapa kesamaan pola dasar islamisasi ilmu, seperti yang terlihat dari penjelasan di atas, nampaknya ada perbedaan antara Alatas dan al-Faruqi. Islamisasi ilmu pada hakekatnya berupaya memperoleh kesepakatan baru bagi umat Islam dalam bidang keilmuan yang sesuai dan metode keilmuan yang tidak bertentangan dengan norma (etis) Islam. Ilmu yang berlandaskan Al Quran dan al-Sunnah ini dikembangkan oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

Perlunya upaya untuk mendorong batas-batas pemahaman Al-Qur'an menjadi semakin terasa ketika dikaitkan dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti yang terjadi saat ini.

Gambar tersebut di atas menunjukkan sistematika isi al- al-Qur’an yang lebih luas untuk menunjukkan universalitas ajaran  Islam
Gambar tersebut di atas menunjukkan sistematika isi al- al-Qur’an yang lebih luas untuk menunjukkan universalitas ajaran Islam

Gambar

Gambar  tersebut  di  atas  mengilustrasikan  bahwa  jarak  pandang atau horizon  keilmuan  integralistik  begitu  luas  (tidak  myopic)  sekaligus  terampil  dalam  perikehidupan  sektor  tradisional maupun modern karena dikuasainya salah satu ilmu  dasar
Gambar tersebut di atas menunjukkan sistematika isi al- al-Qur’an yang lebih luas untuk menunjukkan universalitas ajaran  Islam

Referensi

Dokumen terkait

Tinjauan Empiris Penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi dalam penelitian ini adalah: Tabel 2.1 Ringkasan Tinjauan Empiris No Judul