• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Rumah Tahfiz Alif dalam penerapan wajib menghafal 30 juz

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Strategi Rumah Tahfiz Alif dalam penerapan wajib menghafal 30 juz"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kasus Rumah Tahfiz Alif Ciputat )

Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd)

Oleh:

Siti Inayah NIM. 14311417

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

1439 H/2018 M

(2)

(Studi Kasus Rumah Tahfiz Alif Ciputat )

Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd)

Oleh:

Siti Inayah NIM. 14311417

Dosen Pembimbing

Dr. Hj. Romlah Widayati, M.Ag

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

1439 H/2018 M

(3)

Skripsi dengan judul “ Strategi Rumah Tahfiz Alif dalam penerapan wajib menghafal 30 juz”

oleh Siti Inayah dengan NIM 14311417 telah diujikan pada sidang Munaqasyah Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta Pada tanggal Agustus 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd).

Jakarta, Agustus 2018 Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta

Dr. Hj.Umi Khusnul Khotimah, M.Ag.

Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang Sekretaris Sidang,

Dr. Hj.Umi Khusnul Khotimah, M.Ag Wasmini

Penguji 1, Penguji II,

Dr.H Dr.Hj

(4)

xiv

Tahfiz Alif dalam Penerapan Wajib Menghafal 30 Juz” (Studi Kasus Rumah Tahfiz Alif Ciputat Tangerang Selatan), Program Studi Pendidikan Agama Islam, tahun 2018.

Fenomena bahwa menghafal Al-Qur’an semakin banyak diterapkan di lembaga pendidikan islam, keberhasilannya salah satunya ditentukan oleh strategi lembaga yang disusun dan diterapkan di lembaga tersebut. Dengan tujuan meningkatknya hafalan Al-Qur’an sampai 30 Juz. Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya strategi rumah tahfiz Alif dalam penerapan wajib menghafal 30 juz. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana strategi rumah tahfiz alif dalam penerapan wajib menghafal Al- Qur’an program 30 juz ? Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif analisis. Dari hasil penelitian yang diperoleh, dapat diambil kesimpulan bahwa Strategi yang diterapkan di Rumah Tahfiz Alif dalam penerapan wajib menghafal 30 juz di antaranya: Setelah melakukan pendaftaran masuk, calon santri baru wajib melakukan Tes Hafalan Al- Qur’an dengan penguji ustdzah Malih laila Najihah, Lc (Selaku pembina Rumah Tahfiz Alif). Santri Rumah Tahfiz Alif wajib melakukan setoran hafalan Al-Qur’an satu hari dua kali kecuali hari sabtu dan minggu dan wajib mengikuti tes hafalan Al-Qur’an per semester (6 bulan) dengan tujuan mengukur seberapa kuat hafalan yang telah dihafal oleh santri tersebut.

Sedangkan Strategi Menjaga Hafalan Dalam Menghafalkan Al-Qur’an di Rumah Tahfiz Alif diantaranya: Melaksanakan kegiatan sebagai berikut:

Sima’an Per Minggu di setiap Alif Masing-masing, Khataman seluruh santri Alif di satu majelis, Khataman Al-Qur’an 30 Juz bersama Masyarakat Adapun faktor yang mendukung pelaksanaan strategi di Rumah Tahfiz Alif di antaranya: Membuat perencanaan yang jelas, menggunakan satu jenis mushaf Al-Qur’an dalam menghafal, Memulai menghafal dari ayat-ayat pendek, Memperhatikan ayat-ayat Mutasyabihat dan mengikuti perlombaan dalam menghafal Al-Qur’an.

Kata kunci: strategi menghafal Al-Qur’an, strategi menjaga hafalan Al- Qur’an.

(5)

iv

Kupersembahkan skripsi ini untuk orang tercinta dan tersayang atas kasihnya yang berlimpah.

1. Teristimewa Ayahanda dan Ibunda tercinta, tersayang dan yang terhormat. (Bapak M. Abas, S.Pd.I dan Ibu Nurhaeni) Atas kasih sayang dan bimbingan selama ini sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga hasil dan perjuangan saya selama ini dapat berbuah hasil yang manis dan semoga ni‟at dan perbuatan saya ke depan bahwa saya mampu untuk dapat menyakinkan kalian bahwa saya mampu untuk berbagi kebaikan.

2. Untuk Kakak ku (Siti Sa‟adah, S.Pd.I dan Ahmad Agus Salim, S.Pd.I) Yang selalu memberikan dukungan, semangat dan selalu mengisi hari-hariku dengan canda tawa dan kasih sayangnya.

3. Kepada Abah K.H Abdul Basit, Lc dan Umi Muhibbah Al- Maula sekeluarga yang saya ta‟dzimi, yang selalu membimbing dan mendoakan ku.

4. Teman-teman seperjuangan angkatan 2014 serta kerabat PAI-D tersayang yang tak bisa disebutkan satu persatu. Kita telah berbagi cerita dan canda tawa dalam kebersamaan yang tidak akan pernah terlupakan.

5. Almamaterku Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta (IIQ) Jakarta 6. Terakhir, untuk seseorang yang masih dalam misteri yang

dijanjikan ilahi yang siapapun itu, terimakasih telah menjadi baik dan bertahan disana. Akhir kata, semoga skripsi ini membawa kemanfa‟atan. Jika hidup bisa kuceritakan di atas kertas, entah berapa banyak yang dibutuhkan hanya untuk ku ucapkan terima kasih.

(6)

v















Dan bertawakkallah kepada Allah, dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara. (Q.S Al-Ahzab{33}:3)

(7)

vi

menyempurnakan nikmat kepada penulis, sehingga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw yang mengajarkan Al- Qur‟an kepada umatnya sehingga penulis dapat menghafalkan Al- Qur‟an disela-sela kesibukan sebagai mahasiswi, Semoga shalawat tercurah juga kepada sahabat, tabi’in dan ahli Al-Qur‟an yang selalu istiqamah dengannya.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana Pendidikan Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta. Dengan segala keterbatasan yang penulis miliki, masih banyak kekurangan- kekurangan yang harus diperbaiki. Semoga hasil penelitian ini dapat berguna, khususnya bagi dunia pendidikan.

Dalam penelitian skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Kepada Ibu Prof. Dr. Huzaemah Tahido Yanggo, MA. (Selaku Rektor Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta.

2. Kepada Ibu Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M.Ag (Selaku Dekan fakultas Tarbiyah IIQ Jakarta)

3. Kepada pembimbing skripsi Ibu Dr. Hj. Romlah Widayati, M.Ag

4. Segenap Ibu dan Bapak Dosen program S1 Institut Ilmu Al- Qur‟an (IIQ) Jakarta serta Staff Tata Usaha

5. Ayahanda M. Abas (Alm) dan Ibunda Nurhaeni

6. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih untuk keluarga, untuk kedua kakak terhebat (Siti Sa‟adah, S.Pd.I dan Ahmad Agus Salim, S.Pd.I)

7. Terima kasih kepada teman-teman Angkatan 2014 Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta yang banyak memberikan saran dan motivasi, terima kasih atas dukungannya selama ini. Dan

(8)

vii

Najihah, Lc juga kepada kawam-kawan semua di rumah tahfiz alif ciputat

Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangan dan kekhilafan yang terjadi. Semoga skripsi ini merupakan titik awal untuk menuju masa depan yang lebih baik lagi. Dan mudah-mudahan karya yang sederhana ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Jakarta, 07 Agustus 2018

Penulis

Siti Inayah

(9)

viii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN PENULIS ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xi

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah ... 10

D. Perumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian... 11

F. Tinjauan Pustaka ... 11

G. Sistematika Penulisan ... 17

(10)

ix

1. Pengertian Menghafal Al-Qur‟an dan Hukumnya ... 18

2. Keutamaan Menghafal Al-Qur‟an ... 26

3. Kiat-Kiat Menghafal Al-Qur‟an ... 33

4. Metode Menghafal Al-Qur‟an ... 39

5. Problematika Mebghafal Al-Qur‟an ... 46

B. Target Hafalan ... 58

1. Pengertian Target Hafalan ... 58

2. Strategi Pencapaian Target Hafalan... 59

3. Motivasi Menghafal Al-Qur‟an ... 62

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 65

B. Jenis dan Metode Penelitian ... 65

C. Sumber Data ... 68

D. Jenis Data ... 70

E. Teknik dan Pengumpulan Data ... 71

F. Teknik Analisis Data ... 75

(11)

x

B. Deskripsi Data ... 81

1. Hasil Observasi ... 81

2. Hasil Wawancara ... 83

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93

DAFTAR LAMPIRAN ... 96

(12)

xi

dan disertasi Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta tahun 2017.

Transliterasi Arab-Latin mengacu pada berikut ini:

1. Konsonan

No. Arab Latin No. Arab Latin

1. ا a 16. ط th

2. ة b 17. ظ zh

3. ث t 18. ع „

4. ث ts 19. غ gh

5. ج j 20. ف f

6. ح h 21. ق q

7. خ kh 22. ك k

8. د d 23. ل l

9. ذ dz 24. و m

10. ز r 25. ن n

11. ش z 26. و w

12. س s 27. ي h

13. ش sy 28. ء ‟

14. ص sh 29. ي y

15. ض dh

2. Vokal

Vokal tunggal Vokal panjang Vokal rangkap

Fathah : a آ : â ...ْ ي َ : ai

(13)

xii 3. Kata Sandang

a. Kata sandang yang diikuti alif lam (لا) qamariyah

Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (لا) qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh:

ْةسقبنا : al-Baqarah تىيدمنا : al-Madînah b. Kata sandang yang diikuti oleh alif-lam (لا) syamsiyah

Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (لا) syamsiyah ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya. Contoh:

مجسنا : ar-rajul ةديسنا : as-Sayyidah

ْ

سمشنا : asy-syams يمزادنا : ad-Dârimî c. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah (Tasydîd) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang (ْ ــ), sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydîd. Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydîd yang berada di tengah kata, diakhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah.

Contoh:

ِْاللبِبْبَّى م آ : Âmannâ billâhi

ْ ءب ه فُّسناْهم آ ْ : Âmana as-Sufahâ‟u

ْ هيِرَّناْ َّنِإ ْ : Inna al-ladzîna

ِْعَّكُّسناو ْ : wa ar-rukka‟i

(14)

xiii

kata sifat (na’at), maka huruf tersebut dialih akasarakan menjadi huruf “h”. Contoh:

ِْة دِئ ف لْا : al-Af‟idah

ْ تَّيِم لا سِ لْ اْ ت عِمب ج ن ا ْ : al-Jâmi‟ah al-Islâmiyyah

Sedangkan ta Marbûthah (ة) yang diikuti atau disambungkan (di-washal) dengan kata benda (ism), maka dialih aksarakan menjadi huruf “t”. Contoh:

ٌْت بِصب وٌت هِمب ع : Âmilatun Nâshibah.

ى س ب ك نا ت ي لْا : al-Âyat al-Kubrâ e. Huruf Kapital

Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri, bukan kata sandangnya.

Contoh: „Alî Hasan al-Âridh, al-Asqallânî, al-Farmawî dan seterusnya. Khusus untuk penulisan kata Al-Qur‟an dan nama- nama surahnya menggunakan huruf kapital. Contoh: Al-Qur‟an, Al-Baqarah, Al-Fâtihah dan seterusnya.

(15)

xiv

Tahfiz Alif dalam Penerapan Wajib Menghafal 30 Juz” (Studi Kasus Rumah Tahfiz Alif Ciputat Tangerang Selatan), Program Studi Pendidikan Agama Islam, tahun 2018.

Fenomena bahwa menghafal Al-Qur‟an semakin banyak diterapkan di lembaga pendidikan islam, keberhasilannya salah satunya ditentukan oleh strategi lembaga yang disusun dan diterapkan di lembaga tersebut.

Dengan tujuan meningkatknya hafalan Al-Qur‟an sampai 30 Juz. Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya strategi rumah tahfiz Alif dalam penerapan wajib menghafal 30 juz. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana strategi rumah tahfiz alif dalam penerapan wajib menghafal Al-Qur‟an program 30 juz? Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif analisis.

Dari hasil penelitian yang diperoleh, dapat diambil kesimpulan bahwa Strategi yang diterapkan di Rumah Tahfiz Alif dalam penerapan wajib menghafal 30 juz di antaranya: Setelah melakukan pendaftaran masuk, Calon Santri baru wajib melakukan Tes Hafalan Al-Qur‟an dengan penguji Ustdzah Malih laila Najihah, Lc (Selaku pembina Rumah Tahfiz Alif), Santri Rumah Tahfiz Alif Wajib melakukan setoran hafalan Al-Qur‟an satu hari dua kali kecuali hari sabtu dan minggu dan wajib mengikuti tes hafalan Al-Qur‟an per semester (6 bulan) dengan tujuan mengukur seberapa kuat hafalan yang telah diingat dan dihafal oleh santri tersebut.

Sedangkan Strategi Menjaga Hafalan Dalam Menghafalkan Al- Qur‟an di Rumah Tahfiz Alif diantaranya melaksanakan kegiatan sebagai berikut: Sima‟an Per Minggu di setiap Alif Masing-masing, Khataman seluruh santri Alif di satu majelis, Khataman Al-Qur‟an 30 Juz bersama Masyarakat

Adapun faktor yang mendukung pelaksanaan strategi di Rumah Tahfiz Alif di antaranya: Membuat perencanaan yang jelas, menggunakan satu jenis mushaf Al-Qur‟an dalam menghafal, Memulai menghafal dari ayat-ayat pendek, Memperhatikan ayat-ayat Mutasyabihat dan mengikuti perlombaan dalam menghafal Al-Qur‟an.

Kata kunci: strategi menghafal Al-Qur’an, strategi menjaga hafalan Al-Qur’an.

(16)

1 A. Latar Belakang Masalah

Istilah pendidikan jika dilihat dalam bahasa inggris adalah education, berasal dari bahasa latin educare, dapat diartikan pembimbingan keberlanjutan (To lead forth). Maka dapat dikatakan secara arti etimologis adalah mencerminkan keberadaan pendidikan yang berlangsung dari generasi ke generasi sepanjang eksistensi kehidupan manusia.

Secara teoritis, para ahli berpendapat Pertama: bagi manusia pada umumnya, pendidikan berlangsung sejak 25 tahun sebelum kelahiran. Pendapat itu dapat didefinisikan bahwa sebelum menikah, ada kewajiban bagi siapapun untuk mendidik diri sendiri terlebih dahulu sebelum mendidik anak keturunnya. Pendapat Kedua: bagi manusia individual, pendidikan dimulai sejak bayi lahir dan bahkan sejak masih di dalam kandungan. Memperhatikan kedua pendapat itu, dapat disimpulkan bahwa keberadaan pendidikan melekat erat di dalam diri manusia sepanjang zaman.1

Definisi di atas menggambarkan bahwa pada hakikatnya pendidikan dilaksanakan jauh dari masa kelahiran. Dimana sebelum dan sesudah lahir, manusia dituntut untuk melaksanakan proses pendidikan. Semua manusia dimanapun berada mendapatkan kewajiban untuk menuntut ilmu. Karena dengan ilmulah derajat manusia akan diangkat oleh Allah SWT.

1 Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan,(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), h.7

(17)

Sedangkan menurut UU No.20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2

Hal senada juga diutarakan Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) menjelaskan bahwa pendidikan adalah tuntutan segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, adapun maksudnya, mereka sebagai manusia dari sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

Dengan demikian, tugas pendidikan bukan sekedar meningkatkan kecerdasan intelektual, tetapi juga mengambarkan seluruh aspek kepribadian peserta didik. Definisi inilah yang kemudian lebih dikenal dengan istilah Tarbiyah, dimana peserta didik bukan sekedar orang yang mampu berfikir, tetapi juga orang yang belum mencapai kedewasaan, Oleh karena itu tidak diidentikkan dengan pengajaran.3

Pendidikan harus bersifat membimbing, mendidik dan mengajarkan ajaran-ajaran islam terhadap murid baik mengenai jasmani maupun rohaninya, agar jasmani dan rohani, berkembang dan tumbuh secara selaras. Untuk memenuhi harapan tersebut, pendidikan harus dimulai sedini mungkin, agar dapat meresap dihati sanubari murid atau anak, sehingga ia mampu menghayati, memahami dan

2Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, (Bandung: Citra Umbara, 2006), h.72

3 M. Suyudi, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, (Yogyakarta: Mikraj, 2005), h.55

(18)

mengamalkan ajaran islam dengan tertib dan benar dalam kehidupannya.

Sedangkan tujuan pendidikan islam tidak lepas dari kaitannya dengan eksistensi hidup manusia sebagai wakil khalifah Allah SWT di muka bumi. Salah satu fungsi dan tugas seorang pemimpin adalah kemampuannya dalam memelihara, mengatur, dan mengembangkan potensi dasar yang beragam. Sebab tujuan pendidikan harus diarahkan kepada kemampuan hidup peserta didik dalam hal memperdayakan potensi dirinya ia harus bersikap aktif dalam menentukan perencanaan perjalanan hidupnya, sehingga pada gilirannya mampu menangani realitas yang melahirkan fenomena-fenomena baru.4

Namun untuk menciptakan proses pendidikan yang efektif tidak hanya keaktifan dari pendidik saja yang diperlukan, akan tetapi pendidik dituntut untuk mendukung terciptanya proses pendidikan dengan berperan aktif menciptakan kegiatan proses belajar yang baik dengan semaksimal mungkin sesuai kemampuan.

Seorang pendidik hendaklah mampu mempersiapkan dirinya sesempurna mungkin. Agar bisa berperan sebagai pendidik sekaligus sebagai seorang da‟i yang selalu mengajak kejalan islam. Oleh karena itu kebutuhan hidup pendidik haruslah dapat dipenuhi oleh pihak pengusaha (pemerintah/yayasan). Agar dalam proses belajar mengajar mendapatkan ketenangan hidupnya, mereka bisa melaksanakan tugas mengajar dengan penuh rasa cinta dan ikhlas beramal.5

4 Dayun Riadi, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: 2017), h. 59

5 Ridjaluddin Fadjar Noegraha, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: pusat kajian islam uhamka, 2008), h. 96

(19)

Seorang pendidik hendaknya tidak pernah tamak, rakus, dan bathil, dalam melaksanakan tugas mengajarnya sehari-hari. Sehingga seorang pendidik semata-mata hanya mengharapkan pahala dari Allah SWT. Sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur‟an:





























“Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini.

Upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku.

Maka tidakkah kamu memikirkan(nya)?" (QS. Hud[11]: 51).

Al-Qur‟an yang secara harfiah berarti bacaan yang “Sempurna”

merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat. Karena tiada satu bacaan pun sejak manusia mengenal tulis-baca lima ribu tahun yang lalu yang tepat menandingi Al-Qur‟an Al-Karim, bacaan sempurna lagi mulia itu. Tiada bacaan semacam Al-Qur‟an yang dibaca oleh ratusan juta orang yang tidak mengerti artinya atau tidak dapat menulis dengan aksaranya. Bahkan dihafal huruf demi huruf oleh orang dewasa, remaja, dan anak-anak.6

Untuk dapat membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar hendaklah membaca Al-Qur‟an dengan Tartil. Dalam pandangan Abdullah bin Ahmad an-Nasafi “Tartil” adalah memperjelas bacaan semua huruf hijaiyah, memelihara tempat-tempat menghentikan bacaan (Waqaf), dan menyempurnakan harakat dalam bacaan. Sementara Sayyidina Ali bin Abi Thalib menyamakan “Tartil” dengan tajwid, yaitu membaguskan bacaan huruf-huruf dan mengenal tempat-tempat berhenti (Waqaf).

6 M.Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 2003), h. 3

(20)

Berbeda dengan Ibnu Katsir yang mengartikan “Tartil” sebagai bacaan perlahan-lahan yang dapat membantu menuju tingkat pemahaman dan perenungan Al-Qur‟an. Sejalan dengan Ibnu Katsir, Fakhrur Rozy dalam tafsirnya mengatakan “Tartil” adalah memperjelas dan menyempurnakan bacaan semua huruf dengan memberikan semua hak-haknya dengan cara tidak tergesa-gesa dalam membaca Al- Qur‟an.7

Termasuk Keistimewaan terbesar Al-Qur‟an adalah menjadi satu-satunya kitab suci yang dihafalkan oleh banyak manusia sejak periode Nabi Muhammad sampai sekarang bahkan yang akan datang.

Tidak satu pun kitab suci yang dihafalkan bagian surat, kalimat, huruf dan bahkan harakatnya seperti Al-Qur‟an. Al-Qur‟an diingat di dalam hati dan fikiran para penghafalnya. Ini dapat dibuktikan bahwa Al- Qur‟an terpelihara susunan nya, terjaga bahasanya, dan keberadaannya telah dijamin oleh Allah SWT akan dijaga dan dipelihara Sebagaimana firman Allah SWT:

















“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS Al-Hijr [15]:9) Dalam surah al-Hijr ayat 9 di atas pihak lain yang terlibat dalam keotentikan Al-Qur‟an adalah para malaikat, manusia yang berkecimpung dalam bidang Al-Qur‟an, seperti Huffazh Al-Qur‟an, para mufasir, dan sebagainya. Inilah cara Allah menjaga Al-Qur‟an setelah Al-Qur‟an turun ke bumi. Keotentikan Al-Qur‟an telah teruji sepanjang sejarah. Terbukti dengan tidak adanya klaim dari pihak mana

7 Sirojuddin AS, Tuntutan Membaca Al-Qur’an dengan Tartil, (Bandung:

Mizan, 2005), h.78

(21)

pun yang mengatakan telah terjadi perubahan dalam redaksi Al- Qur‟an.8

Ayat ini sebagai bantahan atas ucapan mereka yang meragukan sumber datangnya al-Qur‟an. Karena itu, ia dikuatkan dengan kata sesungguhnya dan dengan menggunakan kata Kami, yakni Allah SWT yang memerintahkan malaikat jibril As. Sehingga, dengan demikian, Kami menurunkan adz-Dzikr, yakni Al-Qur‟an yang kamu ragukan itu, dan sesungguhnya Kami juga bersama semua kaum muslimin benar- benar baginya, yakni bagi Al-Qur‟an, adalah yang akan menjadi Para Pemelihara otentisitas dan Al-Qur‟an.

Bentuk jamak yang digunakan ayat ini yang menunjukan Allah SWT baik pada kata (احنْلَّزح ن ُنْحنَ) Kami menurunkan maupun dalam hal pemeliharaan Al-Qur‟an, mengisyaratkan adanya keterlibatan selain Allah SWT yakni malaikat Jibril As dalam menurunkannya dan kaum muslimin dalam pemeliharannya. Memang, tidak ada wahyu atau ayat-ayat Al-Qur‟an yang turun kecuali oleh malaikat Jibril As sesuai dengen penegasan Al-Qur‟an bahwa wahyu-wahyu Allah SWT Itu dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin yakni malaikat Jibril As.9

Penjagaan Allah kepada Al-Qur‟an bukan berarti Allah menjaga secara langsung fase-fase penulisan Al-Qur‟an tapi Allah melibatkan para hamba-Nya untuk ikut menjaga Al-Qur‟an.10 Salah satu usaha nyata dalam proses pemeliharan Al-Qur‟an adalah dengan

8 Ahsin Sakho Muhammad, Menghafalkan Al-Qur’an, (Jakarta: Qaf Media , 2017), h. 56

9 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al- Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 421

10 M. Mas‟udi Fathurrohman, Cara Mudah Menghafal Al-Qur’an Dalam Satu Tahun, (Yogyakarta: Elmatera: 2012), h. 5-6

(22)

menghafalnya pada setiap generasi.11 Menjaga dan memelihara Al- Qur‟an adalah perbuatan yang sangat mulia dihadapan Allah.

Menghafal Al-Qur‟an adalah salah satu cara untuk memelihara kemurnian Al-Qur‟an. Oleh karena itu, beruntunglah orang-orang yang dapat menjaga Al-Qur‟an dan mengamalkan kandungannya.

Namun untuk mempelajarinya tidaklah sulit. Pada zaman saat ini banyak ilmu yang mengkaji Al-Qur‟an yang didukung dengan teknologi canggih. Sehingga Al-Qur‟an bisa dipelajari oleh siapapun dari berbagai kalangan. Apalagi Allah ikut berperan dalam hal ini.

Sebagaimana disebutkan dalam surah Al-Qamar ayat 22.

















“Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS. Al- Qamar[54]:22).

Ayat ini menjelaskan bahwa mempelajari Al-Qur‟an adalah sebuah kemudahan. Tidak hanya mengambil hikmah-hikmah yang terkandung di dalamnya, Allah memudahkan bagi seorang untuk menghafalkannya. Bagaimana tidak, Al-Qur‟an yang terdiri dari 114 surat, 6.236 ayat, 77439 kata. Dan 323.015 huruf yang sama sekali berbeda dengan simbol huruf dalam bahasa indonesia, bisa dihafal oleh orang-orang yang mau dengan serius menghafalkannya secara keseluruhan. Hal ini membuktikan bahwa menghafal Al-Qur‟an bukanlah perkara sulit yang sering tertanam dalam mindset masyarakat.

Dewasa ini banyak orang ingin menghafalkan Al-Qur‟an tetapi mereka khawatir dan takut akan persoalan jika tidak bisa menjaga

11 Yusuf Qardhawi, Berinteraksi Dengan Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani Press, 2009), h. 188

(23)

hafalannya. Bahkan tidak banyak penghafal Al-Qur‟an merasa aktifitas menghafal adalah beban dan membosankan, sehingga tidak sedikit para penghafal Al-Qur‟an putus harapan di tengah jalan (tidak mampu menyelesaikan hafalan 30 juz) dan tidak dapat menjaga hafalan yang telah dihafalnya. Padahal kalau disadari, hal ini merupakan bencana yang sangat besar bagi orang yang bersangkutan. Karena Al-Qur‟an bisa menjadi penolong dan menjadi laknat bagi yang menghafalnya.

Seringkali upaya menghafal Al-Qur‟an berhadapan dengan beberapa kendala. Mulai waktu yang tersedia, kemampuan menghafal, hingga hilangnya hafalan yang sebelumnya telah diperoleh. Hal tersebut akan membuat seseorang kurang bersemangat dalam menghafal Al-Qur‟an dan Akhirnya sulit untuk mengkhatamkan 30 juz.

Menghafal Al-Qur‟an bukanlah tugas yang mudah, sederhana, serta bisa dilakukan oleh kebanyakan orang tanpa meluangkan waktu yang khusus, kesungguhan mengerahkan kemampuan dan keseriusan dalam menyelesaikannya.

Rumah Tahfiz Alif adalah Sebuah program penghafalan Al- Qur‟an yang ditujukan bagi para Mahasiswi yang serius ingin menempa dirinya menjadi seorang penghafal Al-Qur‟an. Pada awalnya Rumah Tahfiz Alif hanya menampung 1 Rumah sekitar 25 Orang. Pada bulan berikutnya sambutan masyarakat terhadap berdirinya rumah tahfiz alif ternyata sangat baik, terbukti dengan banyaknya para pendaftar setiap bulannya.

Program 2 tahun 30 juz waktu setoran Pagi dan malam. dengan biaya yang tidak terlalu mahal, Nampaknya cukup ampuh menarik masyarakat untuk belajar Al-qur‟an di rumah tahfizh Alif. Tentu ini menggembirakan, sekaligus membuat kewalahan para Asatidzah

(24)

hingga harus menambah rumah tahfiz lagi. Hingga kini rumah tahfizh alif memiliki 3 tempat. Diantaranya, Rumah Tahfiz Alif 1Perumahan Pondok Karya Permai B3 No. 81 RT/RW 05/10 Cempaka Putih, Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Rumah Tahfiz Alif 2 Berlokasi Jalan Legoso Raya Gang H. Koweng No.9 RT.01/07 Pisangan, Ciputat, Tanggerang Selatan. Rumah Tahfiz Alif 3 Berlokasi di Perumahan pondok karya permai B2 No. 22 RT 10 RW 5 Cempaka Putih, Ciputat, Tanggerang Selatan dan Rumah Tahfiz Alif 3 berlokasi di jalan Masjid Baitul Ulaa No 61 RT/RW 04/04 Cirendeu, Ciputat, Tanggerang selatan.

Dengan sistem menyewa rumah dengan jangka per tahun. Awal 2017 sewa rumah untuk rumah tahfiz Alif 1 telah habis. Dengan mempertimbangkan beberapa hal maka santri yang berada di Alif 1 dipindahkan ke rumah tahfiz Alif lainnya. Hingga sampai saat ini, Rumah Tahfiz Alif digabungkan menjadi 3 tempat. Dengan pembina Rumah tahfiz Alif ibu Malih Laila Najihah, Lc (Sanad Qiro‟ah „asyroh mutawatiroh).

Melihat latar belakang di atas, Penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Strategi Rumah Tahfiz Alif Dalam Penerapan Wajib Menghafal Al-Qur‟an 30 Juz” (Studi Kasus Rumah Tahfiz Alif Ciputat ).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan yang disajikan pada latar belakang diatas, maka permasalahan penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

(25)

1. Strategi menghafal Al-Qur‟an bagi mahasiswi di Rumah Tahfiz Alif

2. Strategi menjaga hafalan Al-Qur‟an di Rumah Tahfiz Alif 3. Faktor pendukung pelaksanaan strategi menghafal Al-Qur‟an

bagi Mahasiswi di Rumah Tahfiz Alif

4. Faktor penghambat pelaksanaan strategi menghafal Al-Qur‟an bagi Mahasiswi di Rumah Tahfiz Alif

5. Motivasi penghafal Al-Qur‟an bagi Mahasiswi di Rumah Tahfiz Alif

6. Problematika menghafal Al-Qur‟an bagi mahasiswi di Rumah Tahfiz Alif

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan berdasarkan Identifikasi Masalah di atas. Maka untuk memfokuskan permasalahan, penulis membatasi masalah tersebut pada:

1. Strategi menghafal Al-Qur‟an bagi mahasiswi di Rumah Tahfiz Alif

2. Faktor pendukung pelaksanaan strategi menghafal Al-Qur‟an bagi Mahasiswi di Rumah Tahfiz Alif

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana Strategi Rumah Tahfiz Alif dalam Penerapan Wajib Menghafal Al- Qur‟an 30 Juz?

(26)

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada pembatasan dan perumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami Strategi Rumah Tahfiz Alif dalam Penerapan Wajib Menghafal Al-Qur‟an 30 Juz?

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat kegunaan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

a. Secara teoritik, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah wawasan keilmuan bagi praktisis pendidikan dan memperkaya wacana keilmuan dalam dunia pendidikan serta dapat menjadi rujukan bagi peneliti lain dalam mengembangkan kajian sejenis.

b. Secara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi yang berkaitan tentang Strategi Rumah Tahfiz Alif dalam Penerapan Wajib Menghafal Al- Qur‟an Program 30 Juz.

F. Tinjauan Pustaka

1. Skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Prestasi Melalui Strategi Peer Lesson.” yang ditulis oleh Hanifah, Program Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah.

STAIN Salatiga 2012.

Penelitian ini bermaksud mengkaji penerapan strategi peer lesson pada sisiwa kelas V MI Ma‟arif tuntang semarang. Kondisi

(27)

MI tersebut sudah tergolong bagus, terbukti dengan perolehan nilai 92 pada akreditasi tahun 2011, namun pada pelajaran Al- Qur‟an Hadits ini masih banyak menemui kendala dalam hal menghafal ayat-ayat Al-Qur‟an.

Skripsi ini menggunakan pendekatan metode Deskriptif Kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi partisipan dan non partisipan, wawancara, dan dokumentasi. Hasil Penelitian ini menunjukan: Untuk dapat meningkatkan prestasi menghafal Al-Qur‟an pada siswa yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: a) Guru, selalu membuka diri dengan wawasan baru untuk meningkatkan profesionalisme. Salah satunya dengan menggabungkan metode dan strategi yang digunakan, sehingga penggunaan strategi yang inovatif membuat siswa tidak merasa bosan. b) Lembaga, Bagi pihak sekolah atau penyelenggara pendidikan sebaiknya meningkatkan pembinaan kepada guru- guru, diharapkam dari pembinaan tersebut semakin baik pelayanan yang diberikan gutu kepada siswa.

Persamaan skripsi ini dengan penulis adalah membahas tentang strategi menggunakan jenis penelitian kualitatif.

Perbedaannya dalam skripsi ini membahas tentang upaya meningkatkan prestasi sedangkan penulis membahas strategi menghafal Al-Qur‟an, skripsi ini meneliti madrasah ibtidaiyah sedangkan penulis meneliti sekolah tingkat tinggi.

2. Tesis yang berjudul “Strategi Pondok Tahfidz Al-Qur‟an Dalam Meningkatkan Motivasi Menghafal Al-Qur‟an, yang ditulis oleh Ahmad Rosidi (12770026) Program study pendidikan agama islam, program pascasarjana UIN Malang 2014.

(28)

Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah:

Realita di lapangan menunjukan bahwa sebagian santri tidak mempunyai motivasi yang kuat untuk belajar. Santri masih menganggap kegiatan belajar tidak menyenangkan dan memilih kegiatan lain diluar kontek belajar seperti: bergaul dengan steman sebaya. Oleh karena itu, diperlukan adanya motivasi. Motivasi mempunyai peranan yang cukup besar dalam proses belajar.

Tanpa motivasi, siswa tidak mungkin melakukan kegiatan pembelajaran. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi, dan dianalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan: Strategi yang dilakukan oleh pondok tahfiz untuk meningkatkan motivasi santri dalam menghafal Al-Qur‟an diantaranya dengan berupa strategi umum, a) Memberikan Tausiyah, b) Beasiswa, c) Punishmen, d) Pujian, e) Membebaskan SPP, f) Mendatangkan Motivator, g) SDM.

Sedangkan Strategi Khusus dilakukan oleh lembaga diantaranya sebagai berikut: a) Metode yang dipakai dalam menghafal Al- Qur‟an, b) Metode Mura‟jaah, c) Memperkuat hafalan, d) kebijakan pondok, e) pengaturan waktu, f) menciptakan lingkungan yang kondusif.

Persamaan skripsi ini dengan penulis adalah membahas tentang strategi dan menggunakan jenis penelitian kualitatif.

Perbedaannya dalam skripsi ini membahas tentang strategi pondok tahfiz dalam meningkatkan motivasi sedangkan penulis membahas tentang strategi menghafal Al-Qur‟an, skripsi ini

(29)

meneliti pondok pesantren dan penulis meneliti sekolah tingkat tinggi.

3. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Kebiasaan Menghafal juz 30 Al- Qur‟an Terhadap Konsentrasi Belajar.” yang ditulis oleh Nalurita Sari (510110243) Fakultas Keguruan dan ilmu pendididkan Universitas Muhamadiyah Surakarta 2015.

Latar belakang penelitian ini adalah bahwa ada Beberapa siswa yang kemampuan menghafalnya baik namun konsentrasinya rendah. Hal ini tergambar jelas dari prestasi belajarnya yang rendah pula.

Skripsi ini menggunakan pendekatan kuantitatif, teknik analisa data dilakukan dengan menelah data, menyusun dan mengkategorikannya kemudian menguji keabsahan data serta menarik kesimpulan. Hasil penelitian: “Konsentrasi menghafal dipengaruhi oleh tinggi rendahnya kebiasaan menghafal juz 30 Al-Qur‟an.”Persamaan skripsi ini dengan penulis adalah membahas tentang menghafal Al-Qur‟an. Menggunakan jenis penelitian kuantitatif, sedangkan penulis memakai jenis penelitian kualitatif. Perbedaannya, dalam skripsi ini membahas Kebiasaan menghafal juz 30 Al-Qur‟an, sedangkan penulis membahas tentang meraih target hafalan 30 Juz Al-Qur‟an, skripsi ini meneliti sekolah dasar dan penulis sekolah tingkat tinggi, dan skripsi ini cakupan tahfidznya spesifik yakni juz 30 Al-Qur‟an tetapi penulis tidak.

4. Skripsi yang berjudul “Upaya Guru Dalam Meningkatkan Hafalan Al-Qur‟an.” yang ditulis oleh Siti Ma‟rifatul Asrofah

(30)

(3211113162) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Tulungagung 2015.

Latar belakang penelitian ini adalah fenomena bahwa Hafalan Al-Qur‟an semakin banyak diterapkan di lembaga pendidikan islam, keberhasilannya salah satunya ditentukan oleh strategi guru yang disusun secara khusus untuk meningkatkan hafalan tersebut.

Skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif, pengumpulan data dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian: “Guru harus komunikatif dan memberikan suri tauladan yang baik sehingga dapat terjalin interasi yang baik antara guru dan siswa.”

Persamaan skripsi ini dengan penulis adalah membahas tentang menghafal Al-Qur‟an, menggunakan jenis penelitian kualititatif, Perbedaannya, dalam skripsi ini membahas upaya guru dalam meningkatkan hafalan Al-Qur‟an, sedangkan penulis membahas tentang Strategi Menghafal Al-Qur‟an, skripsi ini meneliti Madrasah Tsanawiyah dan penulis sekolah tingkat tinggi.

5. Skripsi yang berjudul “Strategi Menghafal Al-Qur‟an Bagi Siswa (Studi Kasus di Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen Malang.” yang ditulis oleh Khulidul Iman, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Malang 2016.

Latar belakang penelitian ini adalah Mengajarkan kepada siswa yang statusnya merangkap sebagai seorang santri untuk menghafal Al-Qur‟an bukanlah perkara yang mudah. Disamping harus melakukan tugas dan mematuhi aturan yang ada di dalam sekolah, mereka diwajibkan untuk senantiasa mengikuti dan

(31)

patuh terhadap segala bentuk kegiatan yang ada di pesantren yang merupakan rumah kedua bagi mereka.

Oleh sebab itu, mau tidak mau mereka harus berusaha dengan serius mengerahkan segala kemampuannya untuk melakukan tugas-tugasnya sebagai siswa dan santri tahfidz, agar bisa menjadi pribadi yang berpendidikan dan penghafal Al- Qur‟an yang baik dan benar.

Skripsi ini menggunakan pendekatan metode Deskriptif Kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi wawancara dan dokumentasi. Kemudian penulis menyimpulkan bahwa:

“Strategi menghafal Al-Qur‟an bagi siswa yang diterapkan di Rumah Tahfidz Putra Kajen ada 2 bentuk pelaksanaan, diantaranya: (a) Membaca bin-nadzri sebelum setor tambahan, dan (b) Membaca 12 surat Pilihan. Kedua program kegiatan tersebut dinilai cukup efektif untuk mempermudah santri dalam menghafal Al-Qur‟an, khususnya bagi santri yang merangkap sebagai siswa. Faktor pendukung jalannya pelaksanaan Strategi menghafal bagi siswa di Rumah Tahfidz Daarul Qur‟an Putra Kepanjen dipengaruhi oleh 4 Faktor, diantaranya: (a) Kesadaran diri (b) motivasi (c) cita-cita menjadi hafidz dan (d) lingkungan.

Persamaan skripsi ini dengan penulis adalah membahas tentang strategi, menggunakan jenis penelitian kualitatif.

Perbedaannya dalam skripsi ini membahas tentang menghafal Al- Qur‟an bagi siswa sedangkan penulis membahas untuk meraih target hafalan Al-Qur‟an, skripsi ini meneliti sekolah tingkat dasar dan penulis sekolah tingkat tinggi.

(32)

G. Sistematika Penulisan

Mengenai sistematika dan teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada pedoman penulisan skripsi saja, yang diterbitkan oleh Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta.12 Adapun sistematikanya, penulis dibagi kedalam lima bab dan setiap bab terdiri dari sub bab, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN, yang mencakup latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN TEORI, yang berisikan tentang pengertian Menghafal Al-Qur‟an dan Hukumnya, Keutamaan Menghafal Al- Qur‟an, Kiat-Kiat Menghafal Al-Qur‟an, Metode Menghafal Al- Qur‟an, Problematika Menghafal Al-Qur‟an.

BAB III METODE PENELITIAN, yang berisikan waktu dan tempat Penelitian, Jenis dan metode penelitian, Sumber Data, Jenis Data, Teknik dan Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data.

BAB IV HASIL PENELITIAN, yang berisikan deskripsi tempat penelitian, pengolahan dan analisis hasil penelitian.

BAB V PENUTUP, meliputi kesimpulan dan saran-saran.

12 Huzaemah Tahido Yanggo, Dkk,, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, (Jakarta: IIQ Press, 2011), cek. Ke-2, h. 22

(33)

18

A. Konsep Menghafal Al-Qur’an dan Hukumnya 1. Pengertian Menghafal Qur’an

Secara etimologi, menghafal berasal dari kata dasar hafal yang dalam bahasa Arab disebut Al-Hafizh yang memiliki arti ingat. Maka kata menghafal juga dapat diartikan dengan mengingat. Sedangkan Secara terminologi, Menghafal mempunyai arti sebagai tindakan yang berusaha meresapkan ke dalam fikiran agar selalu ingat.

Tahfizh berasal dari bahasa Arab )َ ظْيِفَْتَ-َ ظِفَْيَ-ََظَفَح( yang mempunyai arti menghafalkan.1 Tahfizh (Hafalan) Secara etimologi lawan dari kata lupa, yaitu selalu ingat dan sedikit lupa.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa hafal berarti “ telah masuk dalam ingatan (tentang pelajaran). Dan dapat mengucapkan kembali diluar kepala (tanpa melihat buku).

Menghafal berarti berusaha meresapkan ke dalam fikiran agar selalu ingat.2

Menghafal merupakan suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan (diingat) kembali secara harfiah, sesuai dengan

1 Muhammad Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT HidakaryaAgung, 2005), h.105

2 Tim Penyusun Muhammad Yunus, Kamus Arab-Indonesia, h.291

(34)

materi yang asli, dan menyimpan kesan-kesan yang nantinya suatu waktu bila diperlukan dapat diingat ke alam sadar.3

Seseorang yang telah hafal Al-Qur‟an secara keseluruhan di luar kepala, bisa disebut dengan juma‟ dan huffazhul Qur‟an.

Pengumpulan Al-Qur‟an dengan cara menghafal (Hifzhuhu) ini dilakukan pada masa awal penyiaran agama islam, karena Al- Qur‟an pada waktu itu diturunkan melalui metode pendengaran.

Pelestarian Al-Qur‟an melalui hafalan ini sangat tepat dan dapat dipertanggungjawabkan, mengingat Rasulullah Saw tergolong orang yang ummi.4

Sedangkan pengertian Al-Qur‟an secara etimologi bentuknya isim masdar, diambil dari kata َ نآْر قَ-َ ةَءاَرِقَ-َ أَرْقَ ي-ََأَرَ ق yang merupakan sinonim dengan kata َْةَءاَرِق sesuai dengan wazan

َ

َ ن َلَْع ف

َ

sebagaimana kata

ََْن َ اَرْف غ danَْن اَرْك ش

mengandung arti yaitu bacaan atau kumpulan. Menurut Quraish Shihab, Secara terminologi Al- Qur‟an didefinisikan sebagai “Firman-Firman Allah SWT yang disampaikan oleh malaikat jibril sesuai dengan redaksiNya kepada Nabi Muhammad Saw.”5

Sedangkan definisi Al-Qur‟an menurut sebagian ulama‟

ahli ushul ialah Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw yang bersifat mukjizat dengan sebuah surat dan

3 Zakiah Drajat, dkk. Metodik Khusus Pengajaran Agana Iskam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h.89

4 Nor Muhammad Ichwan, Memasuki Dunia Al-Qur‟an, (Semarang: Effthar Offset Semarang, 2001), h. 99

5M.Quraish Shihab, Mu‟jizat Al-Qur‟an dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah, dan pemberitaan Gaib, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2007), h.45

(35)

merupakan ibadah bagi orang yang membacanya. Sebagian„ahli ushul juga mendefinisikan Al-Qur‟an sebagai firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw dengan berbahasa Arab secara mutawwatir untuk diperlihatkan dan diambil pelajaran, ditulis dalam mushaf, dimulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Naas.

Sebagian ulama menegaskan bahwa kata Qur‟an itu adalah Masdar (kata kerja yang dibendakan) yang diartikan dengan isim maf‟ul yakni maqru‟ artinya sesuatu yang dibaca. Maksudnya Al- Qur‟an itu sesuatu yang dibaca.6 Al-Qur‟an didefinisikan sebagai Kalam Allah yang merupakan mukjizat yang diturunkan atau diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw dan yang ditulis dalam mushaf, dan diriwayatkan secara mutawwatir, serta membacanya adalah ibadah.7

Sebagai seorang muslim, seyogyamya kita merujuk pada Al-Qur‟an untuk menemukan panduan bersahabat. Maka sudah sewajarnya kita bersahabat (mempelajari) Al-Qur‟an terlebih dahulu. Bersahabat dengan Al-Qur‟an, kita akan mendapat manfaat besar yang akan mengantarkan kita pada sahabat-sahabat sejati kita.8 Dengan menghafalkan Al-Qur‟an merupakan salah satu cara bersahabat dengan Al-Qur‟an dan lebih memudahkan untuk mempelajari makna-makna yang ada di dalam Al-Qur‟an serta menuntun kita di jalan yang benar.

6 Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur‟an, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h.21

7 Abdullah Chaer, Perkenalan Awal dengan Al-Qur‟an, (Jakarta:Rineka Cipta, 2014), h.1

8 Fauzan Yayan, Kiat Jitu Bersahabat Dengan Al-Qur‟an, (Palembang: Club Sahabat Al-Qur‟an, 2013), h. 35

(36)

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa Hifdzil Qur‟an adalah menghafal Al-Qur‟an sesuai dengan urutan yang terdapat dalam mushaf usmani mulai dari surah Al-Fatihah hingga surat An-Naas dengan maksud beribadah, menjaga, dan memelihara kalam Allah SWT yang merupakan mu‟jizat yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul terakhir dengan perantara malaikat Jibril yang ditulis dalam beberapa mushaf yang dinukil kepada kita dengan jalan mutawwatir.9

Namun ada dua perkara asasi yang membedakan antara penghafal Al-Qur‟an, penghafal hadits, penghafal sya‟ir-sya‟ir, mutiara-mutiara hikmah, tamsil, teks-teks sastra dan lain-lainnya yaitu:

a) Penghafal Al-Qur‟an dituntut untuk menghafal secara keseluruhan baik hafalan maupun ketelitian. Sebab itu tidaklah disebut penghafal yang sempurna orang yang menghafal Al-Qur‟an setengah saja atau sepertiganya, dan tidak menyempurkannya. Dan hendaknya hafalan itu berlangsung dalam keadaan cermat, sebab jika tidak begitu implikasinya adalah bahwa seluruh umat islam dapat disebut penghafal Al-Qur‟an, karena setiap muslim dapat dipastikan bisa membaca surah Al-Fatihah mengingat membaca surat ini merupakan salah satu rukun shalat, menurut mayoritas madzhab.

Dalam konteks ini, istilah penghafal Al-Qur‟an atau pemangku keutuhan Al-Qur‟an hampir-hampir tidak

9 Munjahid, Strategi Menghafal 10 Bulan Khatam : Kiat-kiat Sukses Menghafal Al-Qur‟an, (Yogyakarta: Idea Press, 2007), h.74

(37)

dipergunakan kecuali bagi orang yang hafal semua ayat Al- Qur‟an dengan hafalan yang tepat dan berkompeten untuk mengajarkan kepada orang lain dengan berlandasan kaidah- kaidah Tilawah dan asas tajwid yang baik dan benar.

b) Menekuni, merutinkan dan mencurahkan segenap tenaga untuk melindungi hafalan dari kelupaan. Maka barangsiapa yang telah (pernah) menghafal Al-Qur‟an kemudian lupa sebagian atau seluruhnya, karena disepelekan dan diremehkan tanpa alasan seperti ketuaan atau sakit, tidaklah dinamakan penghafal. Orang seperti itu tidak bisa disebut pemangku keutuhan Al-Qur‟an. Hal ini mengingat perbedaan Al-Qur‟an dan hadits atau lainnya.10

Menghafal Al-Qur‟an mengandung sikap meneladani Nabi Muhammad Saw. Lantaran beliau sendiri menghafal Al-Qur‟an dan senantiasa membacanya. Karena keteguhannya dalam menghafal, Nabi Muhammad Saw. Senantiasa memperlihatkan hafalan tersebut kepada malaikat jibril, sekali dalam setahun.

Pada tahun ketika beliau akan meninggal, beliau memaparkan hafalan tersebut dua kali. Beliau juga memaparkan hafalannya kepada para sahabat, dan begitu sebaliknya. Dan, bahkan tergesa- gesa memperbanyak bacaan tersebut, namun hal itu dilarang oleh Allah SWT Melalui Firman-Nya:

10 Abdurrab Nawabuddin dan Bambang Saiful Ma‟arif, Teknik Menghafal Al- Qur‟an Kaifa Tahfizh Al-Qur‟an, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2005), h. 25-27

(38)



َ

َ 



َ



ََ

َ 



َ



َ

َ 



َ

َ 



َ



َ



ََ



َ



َ



َ



َ



“Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan Katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.”

(QS.Thaha[20]:114).

Allah SWT tidak memerintahkan Nabi-Nya untuk mencari tambahan sesuatu kecuali ilmu. Dan tidak ada sesuatu yang lebih baik selain mempelajari Al-Qur‟an. Karena, di dalamnya terkandung ilmu-ilmu agama yang merupakan dasar bagi beberapa ilmu syariat yeng menghasilkan pengetahuan manusia tentang tuhanNya dan mengetahui perintah agama yang diwajibkan terhadap semua umat islam dalam aspek Ibadah dan Muamalah. 11

Mengenai hukum menghafal Al-Qur‟an, apakah hukumnya wajib atas semua umat? Apakah wajib atas sebagiannya saja?

Dalam hal ini para ulama menegaskan bahwa menghafal Al- Qur‟an jangan sampai terputus jumlah (bilangan) di dalamnya, sehingga tidak dimungkinkan untuk penggantian dan pengubahan. Apabila diantara kaum ada yang sudah melaksanakannya, maka bebaslah beban yang lainnya, tetapi jika tidak ada sama sekali, maka berdosalah semuanya.12

11 Ahmad Salim, Cara Mudah Bisa Menghafal Al-Qur‟an, (Jogjakarta:Bening, 2010), h.15-16

12 Abdurrab Nawabuddin dan Bambang Saiful Ma‟arif, Teknik Menghafal Al- Qur‟an Kaifa Tahfizh Al-Qur‟an, h. 19

(39)

Al-Qur‟an adalah kitab suci bagi pemeluk agama islam, sebagai pedoman hidup dan sumber-sumber hukum, tidak semuanya manusia sanggup menghafal dan tidak semua kitab suci dapat dihafal kecuali kitab suci Al-Qur‟an dan hamba-hamba terpilihlah yang sanggup menghafalkannya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Fatir ayat 32 yaitu:

































 











Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang Menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. yang demikian itu adalah karunia yang Amat besar.(QS. Fatir[35]:32).

Al-Qur‟an sebagai dasar hukum islam dan pedoman hidup umat, disamping diturunkan kepada hambanya yang terpilih, Al- Qur‟an diturunkan melalui Ruhul Amin Jibril As dengan hafalan yang berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan umat dimasa itu dan di masa yang akan datang, selama 22 tahun 2 bulan 22 hari Nabi Muhammad Saw menerima wahyu Al-Qur‟an dari Allah SWT melalui malaikat jibril tidak melalui tulisan melainkan dengan lisan (hafalan). Hal ini telah dibuktikan dengan firman Allah Surah Al‟A‟laa ayat 6-7 yaitu:

(40)



َ

َ 



َ

َََ 

َ 

َ 



َ

ََ 



َ



َ



َ



َ



َ

ََ 

“Kami akan membacakan (Al Quran) kepadamu (Muhammad) Maka kamu tidak akan lupa,kecuali kalau Allah menghendaki.

Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi.” (QS.Al-A‟laa[87]:6-7).

Dari ayat tersebut jelaslah bahwa Al-Qur‟an diturunkan bukan dengan tujuan hafalan. Dari uraian ayat tersebut tidak ada yang menunjukan perintah tentang menghafal Al-Qur‟an karena ayat-ayat itu menunjukan kalam ikhbar bukan kalam insya‟ Oleh karena itu, menghafal Al-Qur‟an bukan kewajiban umat. Namun bila dilihat dari segi positif dan kepentingan umat islam maka sangat diperlukan adanya para penghafal Al-Qur‟an sebagai penjaga keasliaan Al-Qur‟an yang menjadi sumber pedoman hidup umat islam. Oleh karena itu dasar bagi orang-orang yang menghafal Al-Qur‟an adalah:

a. Memang Al-Qur‟an itu diturunkan secara hafalan b. Mengikuti sunnah Nabi Muhammad Saw

c. Melaksanakan anjuran Nabi Muhammad Saw

Umat islam pada dasarnya berkewajiban untuk secara rill dan konsekuen berusaha memelihara Al-Qur‟an, karena pemeliharaan terbatas sesuai dengan sunnatullah yang telah ditetapkan-Nya tidak menutup kemungkinan kemurnian ayat- ayat Al-Qur‟an akan diusik dan diputar balikan oleh musuh- musuh islam, apabila umat islam sendiri tidak mempunyai

(41)

kepedulian terhadap pemeliharaan kemurnian Al-Qur‟an. Salah satu usaha nyata dalam proses pemeliharaan kemurnian Al- Qur‟an itu ialah dengan menghafalkannya.13

Demikian pula mengajarkannya. Mengajarkan membaca Al-Qur‟an adalah “fardlu kifayah” dan merupakan ibadah yang utama. Rasulullah Saw bersabda:

َللهاَىلصَِِّبَِّنلاَِنَعَ،َ وْنَعَ للهاََيِضََرََ،َناَمْث عَْنَعَِّيِمَلُّسلاَِنَْحَّْرلاَِدْبَعَبيَأَْنَع ملسوَويلع )يرَاخبلاَهاور(َ وَمَّلَعَوََنآَْر قْلاََمَّلَعَ تَْنَمَْم ك رْ يَخَ:ََلاَق َ

14

“Dari Abdurrahman as-Sulami dari Utsman, Rasulullah Saw bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al- Qur‟an dan Mengajarkannya.” (HR.Bukhari).

Dengan demikian Jelaslah hukum menghafal Al-Qur‟an, yakni Fardlu Kifayah. Pendapat ini mengandung pengertian bahwa orang yang menghafal Al-Qur‟an tidak boleh kurang dari jumlah mutawwatir. Artinya, Apabila dalam suatu Masyarakat tidak ada seorang pun yang hafal Al-Qur‟an, maka berdosa semuanya. Namun, jika sudah ada, maka gugurlah kewajiban dalam suatu masyarakat tersebut.15

2. Keutamaan Menghafal Al-Qur’an

Setiap orang mukmin tentu yakin bahwa membaca Al- Qur‟an saja sudah termasuk amal yang sangat mulia dan akan mendapat keutamaan yang berlipat ganda baik dunia maupun

13 Ahsin Sakho Muhammad, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2010), h. 21-22

14 Imam Bukhori, Shahih Bukhori Kitab Bad al-Wahyi, (Mesir: Darr al-Syu‟bah, 1407 H), Juz 6, h.236

15 Rofi‟ul Wahyudi dan Ridhoul wahidi, Sukses menghafal Al-Qur‟an meski sibuk kuliah,(Yogyakarta: Semesta Hikmah, 2016), h.14

(42)

akhirat apalagi menghafal Al-Qur‟an tentu lebih banyak lagi keutamaan yang akan di dapat. Diantara keutamaan menghafal Al-Qur‟an adalah sebagai berikut:

a. Diturunkan kepada mereka ketenangan

Dengan ketenangan itu hati akan merasa tentram.

Nafsu tidak bergolak lagi, dada menjadi lapang, pikiran jernih dan penuh konsentrasi.16 Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surah Ar-Ra‟d ayat 28 yaitu:



َ



َ



َ



َ



َ

ََ 

َ 



َ

َ 



َ



َ

َََ 

“ (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra‟d[13]:28).

b. Mereka diliputi Rahmat

Rahmat adalah sesuatu yang paling agung yang diperoleh seorang muslim, sebagai buah dari susah payahnya yang telah dilakukan di dunia, karena beruntunglah orang-orang yang didekati rahmat, sehingga bacaan dan usaha mereka dalam mempelajari Al-Qur‟an menjadi tanda bahwa mereka adalah orang yang-orang muhsin.17 Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surah Al-A‟raf ayat 56 yaitu:

16 Musthafa Al-Bagha dan Muhyidin, Pokok-pokok ajaran islam, (Jakarta:

Rabbani Press, 2002), h.434

17 Musthafa Al-Bagha dan Muhyidin, Pokok-pokok ajaran islam, h.435

(43)

َ 



َ

َ 



َ



َ



َ



َ



َ



ََ

َ 



َ

َ 



َ



َ



َ

َََ 

َ

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”

(QS. Al-A‟raf[7]:56).

c. Para Malaikat berkerumunan di sekelilingnya

Bahwa orang-orang yang membaca Al-Qur‟an dan mempelajarinya berada dalam keadaan aman dan penuh keselamatan. Karena keberadaan mereka (para malaikat) akan menjaga mereka dari setiap mara bahaya yang mengancam. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Al- Qur‟an surah Ar-Ra‟d ayat 11 yaitu:









































































Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.

Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada

(44)

pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS. Ar- Ra‟d[13]:11).

d. Allah menjadikan orang yang di sisi-Nya (Malaikat) menyebut-nyebut mereka.18 Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur‟an surah Al-Baqarah: 152 yaitu:



َ



َ



َ

َ



َ





َ



َََ

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. Al- Baqarah[1]:152).

Betapa besar keutamaan yang menghafalkan Al- Qur‟an. Hal ini bisa dilihat dalam hadis yang telah disebutkan sebagai berikut:

ََعَِن

ََّضلا َ

ََّح

َِكا

ََعَِن ،َ

ََْا

َِنب ساّبع َ

،َ

قَامهنعَلىاعتَللهاَىضر

ََقَ:ل ا اََل

َ

ََوَويلعَللهاَىلصَللهاَلوسر

ََسََّل

ََم

ََأَ:

ََرَ َْش

َ ف

ََّم ََ أ

َََحَْ َِت

ََلَ ةَ

َْلاَ ق

َْرََاَْن

َََوَ

َْص ََأ

ََح

َ با

َََّلا

َْيَِل

"

19

“Dari Adh-dhohak dari ibn „Abbas, Rasulullah saw Bersabda: “Yang paling mulia diantara umatku adalah orang yang hafal Al-Qur‟an dan ahli shalat malam.”

e. Mendapatkan kedudukan yang tinggi dalam pandangan Allah.Seorang penghafal Al-Qur‟an sudah pasti cinta

18 Musthafa Al-Bagha dan Muhyidin, Pokok-pokok ajaran islam, h.438

19 Imam Abu Bakar Ahmad bin al-Husain al-Baihaqi, “Syu‟bul Iman”, (Beirut:

Daar al-Ma‟mun, 1410 H), cet 1, 556

Referensi

Dokumen terkait

Karena sekolah, keluarga dan masyarakat menerima, menghargai dan memberikan kenyamanan dengan sangat baik terhadap keberadaan ABK, meskipun terkendala oleh faktor non

Kegiatan ini dilakukan pada awal ajaran baru, namun jika sewaktu-waktu alat bahan ada yang diperlukan maka guru mata pelajaran dapat mengajukan alat/bahan yang diperlukan

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menjelaskan secara simultan mekanisme GCG, CSR Disclosure, ROA terhadap Nilai Perusahaan, serta menguji dan

Ini menunjukkan nilai p value=0,616 atau p>a=0,05, berarti terlihat tidak ada pengaruh yang signifikan rata-rata lama persalinan kala II antara kelompok senam

Puji syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahNya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pemberian Jus Brokoli Kukus (Brassica

Proposisi ini didasarkan pada pemikiran bahwa konsep wilâyat al-faqîh Imam Khomeini secara inheren memuat konsep dustribusi kekuasaan politik hukum kenegaraan yang kemudian

1) Kemampuan siswa dalam menulis teks prosedur siswa kelas VII H SMP Mutiara 4 Bandung dengan model pembelajaran Active Learning melalui media gambar pada

masyarakat adalah suatu proses komunikasi antara lembaga pendidikan dan masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat.. terhadap kebutuhan dan praktik pendidikan