• Tidak ada hasil yang ditemukan

INVENTARISASI TUMBUHAN PAKU PADA KAWASAN PENYANGGA (BUFFER ZONE) DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT KILIRAN JAO

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "INVENTARISASI TUMBUHAN PAKU PADA KAWASAN PENYANGGA (BUFFER ZONE) DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT KILIRAN JAO "

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1

INVENTARISASI TUMBUHAN PAKU PADA KAWASAN PENYANGGA (BUFFER ZONE) DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT KILIRAN JAO

KECAMATAN KAMANG BARU KABUPATEN SIJUNJUNG

Riri Melisa Anggraini, Nursyahra, Abizar

Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat

E-mail: Ririmelisa8@gmail.com

Abstract

Ferns is the cormus plant, it have three section is roots, stems, and leaves. Habitat get around in the world, it found in the tropical rain forest and temperate zones. Buffer zone is don’t built area and left as the original to balance the ecosystem. Buffer zone in oil palm plantations PT.

Bina Pratama Sakato Jaya Kiliran Jao Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung is of conservation area with extensive + 2.5 hectares, located in the middle of palm oil plantations the area is 4.678.79 ha. This research aimed to know the species of terrestrial and epiphytic ferns plants which found in the Buffer zone in oil palm plantations PT. Bina Pratama Sakato Jaya Kiliran Jao Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung. This research was conducted in June- September 2014 using descriptive method with field observations and direct collection. The data analysis technique used is descriptive analysis. The identification laboratory has continued Botany Department of Biology Education STKIP PGRI West Sumatera and Laboratory Biota Sumatera Andalas University. It found 25 species is 18 species of terrestrial ferns and 7 species of epiphytic ferns consisting of 2 classis, 8 orders, 13 familia and 23 genera.

Key Word: Ferns, Terresterial, Epiphytic, Buffer zone PENDAHULUAN

Tumbuhan paku merupakan tumbuhan yang tidak memiliki bunga dan biji namun sebagai gantinya tumbuhan paku berkembangbiak dengan spora. Spora merupakan struktur tunggal yang berukuran kecil dan ringan sehingga mudah disebarkan oleh angin (De Winter and Amoroso, 2003).

Woodland (2000) menyebutkan bahwa spora pada tumbuhan paku dibentuk dalam badan khusus yang disebut sporangium (kotak spora). Dimana nantinya sporangium terkumpul dalam badan-badan yang disebut dengan sorus dan pada beberapa species tumbuhan paku, sorus dilindungi oleh selaput yang disebut dengan indusium.

Tjitrosoepomo (2009)

menyebutkan bahwa berdasarkan cara hidupnya ada species paku yang hidup diatas tanah (teresterial), ada yang hidupnya menumpang pada tumbuhan lain (epifit), dan ada paku air (aquatik). Menurut Sastrapradja (1980) total species tumbuhan paku yang diketahui hampir 10.000 species dan diperkirakan 1.300 diantaranya tumbuh

di Indonesia. Sebagian besar tumbuh di daerah tropika basah yang lembab.

Tumbuhan paku memberikan manfaat yang beragam salah satunya dipakai untuk ramuan obat. Widhiastuti, R., Aththorick, T.A., & Sari. W.D.P (2006) mengatakan bahwa tumbuhan paku mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, terutama pada keindahannya dan sebagai tanaman holtilkultura. Tumbuhan paku khususnya Cyathea sp. mempunyai peranan yang sangat besar bagi keseimbangan ekosistem hutan antara lain sebagai pencegah erosi dan pengatur tata air.

Salah satu tempat yang memungkinkan hidupnya tumbuhan paku adalah kawasan penyangga (Buffer zone).

Kawasan penyangga adalah lahan yang tidak dibangun dan dibiarkan sebagaimana aslinya, misalnya rawa, danau, semak atau hutan belukar sekalipun. Kawasan penyangga ini dipertahankan sebagaimana aslinya untuk memelihara keseimbangan ekosistem. Kawasan penyangga di perkebunan kelapa sawit PT. Bina Pratama

(2)

2

Sakato Jaya Kiliran Jao Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung merupakan suatu kawasan berupa lahan konservasi dengan luas + 2,5 Ha.

Kawasan ini terletak di tengah- tengah perkebunan kelapa sawit yang luas areanya 4.678,79 Ha. Berdasarkan survey yang telah dilakukan, dilihat tumbuhan paku cukup banyak terdapat di kawasan ini tetapi belum diketahui speciesnya dan belum pernah dilakukan penelitian. Berdasarkan hal tersebut maka telah dilakukan penelitian tentang Inventarisasi Tumbuhan Paku Pada Kawasan Penyangga (Buffer zone) di Perkebunan Kelapa Sawit Kiliran Jao Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni-September 2014 pada kawasan penyangga (Buffer zone) di perkebunan kelapa sawit Kiliran Jao Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung. Alat dan bahan yang digunakan adalah alat–alat tulis, kamera digital, gunting tanaman, parang, pisau cutter, label gantung, kertas mounting, karung plastik, lakban, tali rafia, kertas koran, triplek, tumbuhan paku dan alkohol 70%.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif dengan cara observasi lapangan dan pengkoleksian langsung. Sampel yang diperoleh akan diberi label dan dilakukan pencatatan data kemudian difoto dan dilanjutkan dengan melakukan pengawetan setelah itu sampel dibawa ke Laboratorium Botani PMIPA Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat dan Laboratorium Biota Sumatera Universitas Andalas.

Di laboratorium dilakukan pengeringan kemudian ditempel pada kertas mounting setelah itu sampel diidentifikasi dan dilanjutkan dengan pembuatan kunci determinasi. Analisis data dalam penelitian adalah data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada Kawasan Penyangga (Buffer zone) di Perkebunan Kelapa Sawit Kiliran Jao Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung diperoleh 25 species tumbuhan paku yaitu 18 species tumbuhan paku teresterial dan 7 species tumbuhan paku epifit.

(3)

3

Tabel 1. Tumbuhan paku yang ditemukan pada lokasi penelitian

Ket: T= Teresterial E= Epifit

Classis Ordo Familia Species Habi

tat

Pteropsida

Pteridales Pteridaceae 1. Adiantum humile Kunze. T/E 2. Taenitis blechnoides (Willd.)

Swartz

T 3. Pityrogramma calomelanos

(L.) Link.

T Vittariaceae 4. Vittaria elongata Sw. E Blechnales Aspleniaceae 5. Asplenuim nidus L. E

6. Asplenium caudatum Forst E/T Blechnaceae 7. Blechnum orientale Linn. T

8. Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd.

T Davalliales Nephrolepidaceae 9. Nephrolepis hirsutula (Forst.)

Presl

T Gleicheniales Gleicheniaceae 10. Gleichenia linnearis (Burm.)

Clarke.

T Osphioglossales Osphioglossaceae 11. Helminthostachys zeylanica

(Linn.) Hook.

T

Polypodiales

Dennstaedtiaceae 12. Hypolepis brooksiae (v.A.v.R.)

T 13. Microlepia speluncae (L.) T.

Moore

T Dryopteridaceae 14. Tectaria ternifolia (v.A.v.R.)

C. Chr.

T 15. Diplazium esculentum (Retz.)

Swartz, J. Bot.

T Polypodiaceae 16. Lepisorus longifolius (BI.)

Holt.

E 17. Drynaria sparsisora (Desv.) T.

Moore

E 18. Crypsinus taeniatus (Sw.)

Copel.

E 19. Phymatodes longissima (BI.)

J. Sm

T Thelypteridaceae 20. Thelypteris abrubta (Desv.)

Proctor. Sm

T 21. Cyclosorus latipinna (Hook.)

Tardieu-Blot, Not.

T 22. Cyclosorus gongylodes

(Schkur) Link,Hort. Berol.

T Lycopsida Lycopodiales Lycopodiaceae 23. Huperzia phlegmaria (L)

Rothm.

E 24. Lycopodium cernua (L.) Pic.

Ser

T Selaginellales Selaginellaceae 25. Selaginella sp. T

(4)

4

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan species terbanyak yang didapatkan yaitu dari familia Polypodiaceae hal ini disebabkan karena familia Polypodiaceae merupakan tumbuhan paku yang memiliki jumlah species yang sangat banyak serta didukung dengan kondisi lokasi penelitian yang merupakan lahan konservasi dengan suhu 28-300C dan ketinggian 285- 603 m dpl, selain itu species dari familia ini ditemukan tumbuh pada daerah yang ternaung dan menghindari matahari secara langsung.

Mengacu pada Ismail Gazali (1998) menyatakan bahwa tumbuhan akan dapat mempertahankan kehidupannya dengan aktivitas pertumbuhan yang normal pada kisaran suhu antara 100C sampai 400C.

Kalkman, C and H.P. Noteboom (1998) juga menyebutkan bahwa familia Polypodiaceae tersebar luas di seluruh dunia dengan tingkat keanekaragaman yang tinggi terutama di Asia dan tumbuh baik epifit maupun teresterial dan tumbuh di daerah yang lembab dan ternaung.

Sedangkan species tumbuhan paku yang ditemukan paling sedikit yaitu dari familia Gleicheniaceae, Osphioglossaceae, Vittariaceae, Nephrolepidaceae dan Selaginellaceae dimana masing-masing familia hanya ditemukan satu species.

Kondisi lingkungan penilitian yang kurang mendukung dengan suhu 28-300C, kelembaban 62-76% dan ketinggian 285-603 m dpl mengakibatkan species dari familia ini ditemukan sedikit.

Seperti familia Gleicheniaceae yang hanya ditemukan satu species yaitu species Gleichenia linnearis (Burm.) Clarke.

dengan kondisi lingkungan yang kurang mendukung yaitu ditemukan tumbuh dengan intensitas cahaya yang cukup tinggi dengan ketinggian 285-603 m dpl. Sedangkan kondisi lingkungan tempat hidupnya adalah tumbuh pada tebing teduh dan lembab, di tepi jalan, di pegunungan mulai pada ketinggian 200 -1500 m dpl oleh sebab itu tempat hidup tumbuhan paku ini kurang sesuai dengan kondisi lingkungannya, sehingga susah bertahan hidup (Holtum, 1967). Mengacu pada Iswandi (2012) bahwa cuaca, iklim dan suhu serta lingkungan merupakan faktor penunjang yang penting untuk mendukung kelangsungan hidup suatu organisme.

KESIMPULAN

Dari penelitian yang telah dilakukan maka disimpulkan bahwa species tumbuhan paku didapatkan pada kawasan penyangga (Buffer zone) di perkebunan kelapa sawit Kiliran Jao Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung adalah 25 species tumbuhan paku yaitu 18 species paku teresterial dan 7 species paku epifit yang termasuk kedalam 2 classis, dengan 8 ordo, 13 familia dan 23 genus. Familia yang dominan adalah familia Polypodiaceae.

DAFTAR PUSTAKA

De Winter, W.P and Amoroso, V.B (Editors). 2003. Plant Resources of South-East Asia No. 15 (2).

Cryptogams: Ferns and fern allies.

Prosea Foundation: Bogor.

Indonesia 268 pp.

Holtum, R.E. 1967. A. Revised Flora of Malaya Vol. II Fern of Malaya.

Government Printing Office:

Singapore.

Ismail, G. 1998. Ekologi Tumbuhan dan Tanaman Pertanian. Angkasa Raya Padang: Padang.

Iswandi, U. 2012. Ekologi dan Ilmu Lingkungan. UNP Press Padang:

Padang.

Kalkman, C and H.P. Noteboom. 1998.

Flora Malesiana Series II Vol. 3.

Foundation Flora Maleisiana.

Sastrapradja, S. 1980. Jenis Paku Indonesia.

Lembaga Biologi Nasional-LIPI:

Bogor.

Tjitrosoepomo, G. 2009. Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta). Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Widhiastuti, R., Aththorick, T.A., & Sari.

W.D.P. 2006. Struktur dan Komposisi Tumbuhan Paku di Kawasan Hutan Gunung Sinabung Kabupaten Karo. Jurnal Biologi Sumatera. Vol. 138 No. 2. Juli

(5)

5

2006. Hlm. 38

-41.

Woodland, D W. 2000. Contemporary Plant Systematics. Third Edition.

Andrews University: U.S.A.

Referensi

Dokumen terkait

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

19% SIMILARITY INDEX 12% INTERNET SOURCES 13% PUBLICATIONS 11% STUDENT PAPERS 1 2% 2 2% 3 2% 4 2% 5 1% 6 1% 7 1% Chromobacterium ORIGINALITY REPORT PRIMARY SOURCES