• Tidak ada hasil yang ditemukan

IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

N/A
N/A
Andi Mustika

Academic year: 2024

Membagikan "IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA "

Copied!
58
0
0

Teks penuh

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 08/PRT/M/2015 tentang Penetapan Garis Batas Jaringan Irigasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 533); Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 12/PRT/M/2015 tentang Penggunaan dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 537);

BAB VI

13 (3) Komisi Irigasi Bupati mempunyai tugas membantu Bupati dalam: merumuskan kebijakan untuk memelihara dan meningkatkan kondisi dan fungsi irigasi; merumuskan rencana tahunan penyediaan air irigasi; menyusun rencana tahunan pendistribusian dan penyediaan air irigasi untuk pertanian dan keperluan lainnya; Dan. merekomendasikan prioritas sumber daya untuk pengelolaan irigasi. 4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan Komisi Irigasi Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Bupati. 1) Petani pengguna air wajib merancang P3A secara demokratis di setiap daerah irigasi atau desa. (2) P3A sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa GP3A pada suatu daerah irigasi atau gabungan beberapa daerah irigasi. 3) GP3A sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa IP3A.

PEMBERDAYAAN

18 (3) Hak pemanfaatan air untuk irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat pertama huruf b dipegang oleh orang atau badan usaha untuk keperluan pertanian dengan izin Bupati untuk melakukan kegiatan. 4) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara pemberian izin pada alinea ketiga diatur dalam Keputusan Bupati. 1) Alokasi air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 meliputi: penetapan jumlah alokasi air; dan B. 2) Alokasi air ditetapkan oleh Bupati dengan mempertimbangkan ketersediaan air, kebutuhan air irigasi, aspek lingkungan hidup dan kepentingan lainnya berdasarkan rekomendasi teknis SKPD yang bertanggung jawab di bidang irigasi dan pertimbangan Komisi Pengairan. 1) Setiap orang, badan sosial, atau badan usaha yang ingin memperoleh hak guna air atau peruntukan air harus memperoleh izin dari pejabat yang berwenang. 2) Pejabat yang berwenang dapat menyetujui atau menolak permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat pertama berdasarkan hasil penilaian dengan mempertimbangkan ketersediaan air, kebutuhan air irigasi, aspek lingkungan hidup, dan kepentingan lainnya. (3) Apabila permohonan izin air sebagaimana dimaksud pada ayat kedua disetujui, pemegang izin dapat membangun sistem irigasi baru atau memperbaiki sistem irigasi yang sudah ada. 4) Izin penggunaan air ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dengan mempertimbangkan ketersediaan air, kebutuhan air untuk irigasi, aspek lingkungan hidup, dan kepentingan lain berdasarkan rekomendasi SKPD yang bertanggung jawab di bidang irigasi dan komisi irigasi. (1) Penggunaan air untuk irigasi, yang tidak diatur dalam Pasal 25 alinea pertama, dapat dilakukan setelah mendapat izin dari pejabat yang berwenang. Penyusunan rencana pengelolaan perkebunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (3) disusun bersama oleh SKPD yang bertanggung jawab di bidang pertanian dan SKPD yang bertanggung jawab di bidang irigasi, berdasarkan usulan P3A dan pihak lain yang dibahas dan disepakati. ditetapkan oleh Komisi Irigasi Kabupaten dan ditetapkan oleh Bupati. 1) Penyediaan air untuk irigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 disusun dalam rencana tahunan penyediaan air untuk irigasi pada suatu daerah irigasi tersendiri. 2) Rancangan rencana penyediaan air irigasi tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat pertama disusun oleh SKPD yang bertanggung jawab di bidang irigasi berdasarkan usulan P3A yang disusun berdasarkan rancangan rencana penanaman. 3) Rancangan rencana tahunan penyediaan air irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibahas dan disetujui oleh Komisi Irigasi Bupati dan ditetapkan oleh Bupati. 4) Dalam hal ketersediaan air dari sumber air tidak mencukupi sehingga mengakibatkan perubahan rencana penyediaan air, sehingga mengakibatkan perubahan alokasi air irigasi, P3A wajib menyesuaikan kembali rancangan rencana penanaman. ke daerah irigasi yang bersangkutan. Apabila terjadi kekeringan pada suatu sumber air yang mengakibatkan kekurangan air irigasi sehingga diperlukan penggantian air irigasi, pemerintah provinsi dapat mencari tambahan pasokan air irigasi dari sumber air lain atau menyesuaikan penyediaan dan pengaturan air irigasi. setelah memperhatikan masukan dari Komisi Bupati Bidang Irigasi sesuai dengan ketentuan peraturan. Bagian Keempat Pengaturan Air Irigasi. 1) Pelaksanaan pengaturan air irigasi didasarkan pada rencana pengaturan air irigasi tahunan, yang memuat rencana pembagian dan distribusi air irigasi tahunan. 2) Rancangan rencana pembagian dan distribusi air irigasi tahunan disusun oleh SKPD yang bertanggung jawab di bidang irigasi, berdasarkan rencana penyediaan air irigasi tahunan dan usulan P3A mengenai kebutuhan air dan rencana pengelolaan perkebunan. 3) Rancangan rencana tahunan pendistribusian dan pendistribusian air irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibahas dan disepakati oleh Komisi Bupati Bidang Irigasi dengan memperhatikan kebutuhan air irigasi yang disepakati oleh P3A. 21 (4) Pendistribusian dan penyaluran air irigasi berdasarkan rencana tahunan pendistribusian dan penyaluran air irigasi pada alinea keempat pasal ini dari petak primer, sekunder hingga tersier dilakukan oleh kontraktor pengelolaan jaringan irigasi sesuai dengan kebutuhannya. 1) Pendistribusian air irigasi pada jaringan primer dan/atau jaringan sekunder dilakukan melalui bangunan atau sarana penyalur tertentu bersama. 2) Lahan tersier harus diberi air untuk irigasi melalui fasilitas pengambilan atau fasilitas pengambilan yang dimaksudkan untuk tujuan ini. 1) Pemanfaatan air untuk irigasi tersier merupakan hak dan tanggung jawab P3A. 2) Pengumpulan air irigasi bagi petani yang menggunakan air dilakukan pada saluran tersier atau saluran kuaterner pada tempat pengumpulan yang telah ditentukan. 3) Pengambilan air dari saluran primer atau saluran sekunder hanya dapat dilakukan setelah mendapat izin dari pemerintah provinsi. Dalam hal persediaan air irigasi tidak mencukupi, pengaturan air irigasi dilakukan menurut prinsip perputaran yang ditetapkan oleh bupati. 1) Setiap pembangunan jaringan irigasi dilengkapi dengan pembangunan jaringan drainase yang merupakan satu kesatuan dengan jaringan irigasi yang bersangkutan. 2) Jaringan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan sedemikian rupa sehingga dapat mengalirkan kelebihan air sehingga tidak mengganggu produktivitas lahan. 3) Kualitas kelebihan air yang dibuang melalui jaringan saluran air limbah harus dijaga melalui upaya pencegahan pencemaran sehingga memenuhi persyaratan mutu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

22 (4) Pemerintah daerah, P3A dan masyarakat wajib menegakkan. Penggunaan air untuk irigasi langsung dari sumber air Pasal 38 1) Penggunaan air untuk irigasi yang diambil langsung dari sumber air permukaan memerlukan izin dari pemerintah daerah. 2) Penggunaan air untuk irigasi yang diambil langsung dari cekungan air tanah memerlukan izin dari pemerintah daerah, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat pertama dan kedua diatur dalam Peraturan Bupati. PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI Bagian kesatu. 1) Pembangunan jaringan irigasi dilaksanakan berdasarkan rencana induk pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai, dengan memperhatikan rencana pembangunan pertanian atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2) Pembangunan jaringan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 memerlukan izin Bupati. 3) Pengawasan pembangunan jaringan irigasi dilaksanakan oleh pemerintah daerah. 4) Tata cara pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 1) Pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya bertanggung jawab terhadap pengembangan jaringan irigasi primer dan sekunder. 2) Pembangunan jaringan irigasi primer dan sekunder dapat dilakukan oleh P3A, tergantung kebutuhan dan kemampuan, berdasarkan izin dari pemerintah daerah. 3) Pembangunan jaringan irigasi tersier merupakan hak dan tanggung jawab P3A.

BAB XII

1) Aset irigasi terdiri dari

PEMBIAYAAN

32 (5) Pembiayaan pembangunan jaringan irigasi yang diselenggarakan oleh badan usaha, badan sosial, P3A atau perseorangan ditanggung oleh perseorangan masing-masing. 6) Dalam hal terdapat pembangunan daerah Irigasi yang menjadi kewenangan Daerah, yang status kewenangannya dapat ditingkatkan oleh pemerintah provinsi atau pemerintah pusat, pemerintah daerah dapat meminta kepada pemerintah provinsi untuk mengambil kewenangan tersebut. 1) Pembiayaan pengelolaan jaringan irigasi primer dan sekunder menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah. 2) Pendanaan pengelolaan jaringan irigasi primer dan sekunder didasarkan pada kebutuhan nyata pengelolaan irigasi pada masing-masing daerah irigasi. 3) Penghitungan kebutuhan riil pengelolaan irigasi pada setiap daerah irigasi dilakukan oleh Pemerintah Daerah bersama-sama dengan P3A berdasarkan penelusuran jaringan dengan memperhitungkan kontribusi P3A. 4) Prioritas penggunaan biaya pengelolaan jaringan irigasi pada setiap daerah irigasi disepakati oleh Pemerintah Daerah bersama dengan P3A dan pertimbangan Komisi Irigasi Kabupaten. Pendanaan pengelolaan jaringan irigasi primer dan sekunder yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1) merupakan dana pengelolaan irigasi. 1) Pembiayaan pengelolaan jaringan irigasi tersier menjadi tanggung jawab P3A. 2) Dalam hal P3A tidak mampu mendanai pengelolaan jaringan irigasi tersier yang menjadi tanggung jawabnya, maka dengan pertimbangan Komisi Irigasi Kabupaten, Pemerintah Daerah dapat membantu pendanaan pengelolaan jaringan irigasi, berdasarkan permintaan. . dari P3A, dengan memperhatikan prinsip independensi. 3) Pendanaan pengelolaan jaringan irigasi yang dibangun oleh badan usaha, lembaga sosial, P3A atau perseorangan ditanggung oleh masing-masing perseorangan. 33 (4) Pengguna jaringan irigasi wajib ikut serta dalam pembiayaan pengelolaan. jaringan irigasi yang dibangun oleh Pemerintah Daerah. Pendanaan operasional Komisi Irigasi Kabupaten dan pelaksanaan Forum Koordinasi Daerah Irigasi Kabupaten dianggarkan dalam APBD dan/atau sumber pendanaan lain yang sah. Keterpaduan pembiayaan pengelolaan jaringan irigasi Pasal 70 1) Komisi Kabupaten Irigasi mengoordinasikan dan memadukan perencanaan pembiayaan pengelolaan jaringan irigasi yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah. 2) Koordinasi dan integrasi perencanaan pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada usulan alokasi prioritas pendanaan pengelolaan jaringan irigasi yang diajukan oleh Komisi Irigasi Kabupaten. Mekanisme Keuangan Pembangunan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi. Mekanisme pembiayaan pembangunan dan pengelolaan jaringan irigasi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. PENGALIHAN FUNGSI LAHAN IRIGASI Pasal 72 1) Untuk menjamin kelestarian fungsi dan manfaat jaringan irigasi, Bupati mewajibkan ketersediaan lahan irigasi dan/atau mengendalikan alih fungsi lahan irigasi. 2) SKPD yang bertanggung jawab di bidang irigasi berperan dalam pengendalian alih fungsi lahan irigasi menjadi non pertanian. 3) Pemerintah Daerah menetapkan secara terpadu kemungkinan daerah irigasi dalam penataan ruang daerah untuk mendukung ketahanan pangan nasional, khususnya daerah.

35 (6) Komisi Irigasi Kabupaten mengoordinasikan pengelolaan sistem irigasi dengan SKPD yang membidangi irigasi dan instansi terkait serta seluruh IP3A, GP3A, P3A dan perorangan. 7) Koordinasi pengelolaan sarana irigasi yang jaringannya mempunyai fungsi multifungsi dalam satu daerah irigasi dapat dilakukan melalui forum koordinasi daerah irigasi. PENGAWASAN PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI. 1) Pengawasan, pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi pada setiap daerah irigasi dilaksanakan oleh pemerintah daerah sesuai dengan amanahnya dengan melibatkan masyarakat. 2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi kegiatan :. pembangunan dan pengelolaan sistem irigasi;. pemantauan dan evaluasi untuk memenuhi pedoman dan ketentuan peraturan perundang-undangan;. pengendalian dan penerbitan izin pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi. 3) Peran serta masyarakat dalam pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan dengan menyampaikan laporan dan/atau pengaduan kepada instansi yang berwenang. 4) Badan usaha, lembaga sosial, P3A, dan perseorangan wajib menyampaikan laporan mengenai informasi pembangunan dan pengelolaan sistem irigasi yang menjadi tanggung jawabnya kepada pemerintah daerah. 5) Berkaitan dengan pengawasan, pemerintah daerah memberikan informasi pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi secara terbuka. 6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman pengawasan, pengembangan dan pengelolaan sarana irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dalam keputusan kerajaan. 2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat berupa teguran lisan, teguran tertulis, pencabutan izin dan/atau ganti kerugian. 3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pelaksanaan tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat 2 diatur dalam keputusan kerajaan.

PENYIDIKAN

PASAL DEMI PASAL Pasal 1

44 mutu air irigasi pada jaringan irigasi dan terjaganya kualitas kelebihan air irigasi yang tidak digunakan lagi. Yang dimaksud dengan “pembangunan jaringan irigasi” adalah pengembangan baru pada lahan yang belum mempunyai jaringan irigasi, yang meliputi pembangunan jaringan irigasi air permukaan dan jaringan irigasi bawah tanah. Yang dimaksud dengan “pengamanan jaringan irigasi” adalah upaya mencegah perbuatan manusia atau hewan yang dapat merusak jaringan irigasi.

Yang dimaksud dengan “garis batas” adalah batas aman saluran jaringan irigasi dan/atau bangunan pada jarak tertentu di sepanjang saluran dan di sekitar bangunan. Pemutakhiran inventarisasi aset irigasi mengakibatkan perubahan pada daftar aset jaringan irigasi dan/atau pendukung pengelolaan irigasi. Yang dimaksud dengan “penelusuran jaringan” adalah kegiatan memeriksa secara langsung kondisi dan fungsi jaringan irigasi.

Referensi

Dokumen terkait

bahwa sesuai ketentuan Pasal 184 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun

Petunjuk Teknis Pengelolaan Bantuan Pemerintah Sarana Chest Freezer Tahun 2017 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 digunakan sebagai pedoman bagi satuan kerja

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan dan Surat Edaran Pemerintah Provinsi Jawa

Petunjuk Teknis Pengelolaan Bantuan Pemerintah Pembangunan Cold Storage Tahun 2017 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 digunakan sebagai pedoman bagi satuan kerja

Berdasarkan ketentuan Pasal 19 ayat (2) dan Pasal 32 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik, untuk dan atas nama

(6) Bantuan Pemerintah dalam bentuk pemberian bantuan kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf g, bantuan operasional potensi dan sumber

(5) Pembagian dan pemberian air irigasi berdasarkan rencana tahunan pembagian dan pemberian air irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dimulai dari petak

Pembayaran Dana Bantuan pemerintah kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan melalui Kawasan Rumah Pangan Lestari Tahun 2018 sebagaimana dimaksud dalam