Irigasi Teknis
Irigasi Setengah Teknis
Irigasi Tradisional
Jaringan Irigasi
• Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan
bangunan pelengkapnya sebagai satu kesatuan
saluran dan bangunan yang diperlukan untuk
pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan,
pengambilan, pembagian, pemberian, penggunaan,
dan pembuangan air irigasi.
Jaringan Irigasi
• Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari bangunan utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
• Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari
jaringan irigasi yang terdiri dari saluran sekunder,
saluran pembuangannya, bangunan bagi,
bangunan bagi-sadap, bangunan sadap, dan
bangunan pelengkapnya.
Saluran Primer
Saluran sekunder
Bangunan bagi dengan pintu sadap
Bangunan sadap bendung
Intake In
take
Lay out jaringan irigasi
Bagian-bagian jaringan irigasi
• Petak tersier terdiri dari beberapa petak kuarter masing-masing seluas kurang lebih 8 sampai dengan 15 hektar.
• Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang
kesemuanya dilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder.
• Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil langsung air dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu
saluran primer yang mengambil air langsung dari bangunan penyadap.
• Bangunan Irigasi:
1. Bangunan utama 2. Bangunan pembawa
3. Bangunan bagi dan sadap
4. Bangunan pengatur dan pengukur 5. Bangunan drainase
6. Bangunan pelengkap
Skema Jaringan Irigasi
1. Bangunan utama
• Bangunan utama dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber air untuk dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang dilayani.
• Berdasarkan sumber airnya, bangunan utama dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori,
(1) bendung, (2) pengambilan bebas, (3)
pengambilan dari waduk, dan (4) stasiun
pompa.
Bendung
• Bendung adalah bangunan air dengan kelengkapannya yang dibangun melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat dengan maksud untuk meninggikan elevasi muka air sungai.
• Apabila muka air di bendung mencapai elevasi tertentu yang dibutuhkan, maka air sungai dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi ke tempat-tempat yang memerlukannya.
• Terdapat beberapa jenis bendung, diantaranya adalah (1) bendung tetap (weir), (2) bendung gerak (barrage), dan (3) bendung karet (inflamble weir).
• Pada bangunan bendung biasanya dilengkapi dengan
bangunan pengelak, peredam energi, bangunan
pengambilan, bangunan pembilas , kantong lumpur dan
tanggul banjir.
Bendung Katulampa,
Bogor
Bendungan gerak Pamarayan terletak di Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Bendungan yang selesai dibangun pada tahun 1997 ini, merupakan pengganti dari bendung lama yang dibangun di zaman pemerintah Belanda. Bendungan lama tersebut merupakan bendung konvensional yang mengalami kerusakan berat di tahun 1994. Bendungan Pamarayan baru yang bertipe bedung gerak ini, mengunakan metode teknologi modern. Yaitu, dengan menggunakan pintu gerak yang dikendalikan secara otomatis, melalui tenaga listrik dengan daya yang tinggi.
Bendung Gerak Bengawan Solo di Desa Padang, Kec. Trucuk, Bojonegoro, Jatim. Pada musim kemarau, bendung gerak di sungai terpanjang di Jawa itu, mampu mengeluarkan air sekitar 30 meter kubik/detik
Bendungan Karet Jatinegara terletak di K. Jatinegara ± 2,5 Km ke arah hulu muara/pertemuan dengan K. Telemoyo di desa Rogodadi Kec. Buayan ± 12 Km ke selatan kota Gombong Kab. Kebumen.
Bendung Karet Sungai Krueng Peusangan terletak di Kabupaten Bireuen
Pengambilan bebas
• Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat di tepi sungai menyadap air sungai untuk dialirkan ke daerah irigasi yang dilayani.
• Perbedaan dengan bendung adalah pada bangunan pengambilan bebas tidak dilakukan pengaturan tinggi muka air di sungai.
• Untuk dapat mengalirkan air secara
gravitasi, muka air di sungai harus lebih
tinggi dari daerah irigasi yang dilayani.
Pengambilan dari waduk
• Salah satu fungsi waduk adalah menampung air p a d a s a a t t e r j a d i k e l e b i h a n a i r d a n mengalirkannya pada saat diperlukan.
• Waduk dapat bersifat eka guna dan multi guna:
untuk irigasi, pembangkit listrik, peredam banjir, pariwisata, dan perikanan.
• Apabila salah satu kegunaan waduk untuk irigasi, maka pada bangunan outlet dilengkapi dengan bangunan sadap untuk irigasi.
• Alokasi pemberian air sebagai fungsi luas
daerah irigasi yang dilayani serta karakteristik
waduk.
Stasiun Pompa
• Bangunan pengambilan air dengan pompa menjadi pilihan apabila upaya-upaya penyadapan air secara gravitasi tidak memungkinkan untuk dilakukan, baik dari segi teknik maupun ekonomis.
• Salah satu karakteristik pengambilan
irigasi dengan pompa adalah investasi
awal yang tidak begitu besar namun biaya
operasi dan eksploitasi yang sangat besar.
2. Bangunan pembawa
• Bangunan pembawa berfungsi membawa/mengalirkan air dari sumbernya menuju petak irigasi.
• Bangunan pembawa meliputi saluran primer, saluran sekunder, saluran tersier dan saluran kwarter. Termasuk dalam bangunan pembawa adalah talang, gorong-gorong, siphon, tedunan dan got miring.
1. Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir.
2. Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan sadap terakhir
3. Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran sekunder menuju petak-petak kuarter yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks tersier terkahir
4. Saluran kuarter membawa air dari bangunan yang menyadap dari boks tersier menuju petak-petak sawah yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks kuarter terakhir.
3. Bangunan Bagi dan sadap
• Bangunan bagi merupakan bangunan yang terletak pada saluran primer, sekunder dan tersier yang berfungsi untuk membagi air yang dibawa oleh saluran yang bersangkutan.
• Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder menuju saluran tersier penerima.
• Untuk penghematan bangunan bagi dan sadap dapat digabung menjadi satu rangkaian bangunan.
• Bangunan bagi pada saluran-saluran besar mempunyai 3 bagian utama:
1. Alat pembendung, bermaksud untuk mengatur elevasi muka air sesuai dengan tinggi pelayanan yang direncanakan
2. Perlengkapan jalan air melintasi tanggul, jalan atau bangunan lain menuju saluran cabang. Konstruksinya dapat berupa saluran terbuka ataupun gorong-gorong. Bangunan ini dilengkapi dengan pintu pengatur agar debit yang masuk saluran dapat diatur.
3. Bangunan ukur debit, yaitu suatu bangunan yang dimaksudkan untuk mengukur besarnya debit yang mengalir.
4. Bangunan pengatur dan pengukur
• Bangunan pengatur muka air dimaksudkan untuk dapat mengatur muka air sampai batas- batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit yang konstan dan sesuai dengan yang dibutuhkan.
• Bangunan pengukur dimaksudkan untuk dapat
memberi informasi mengenai besar aliran yang
dialirkan. Kadangkala, bangunan pengukur
dapat juga berfungsi sebagai bangunan
pangatur.
5. Bangunan drainase
• untuk membuang kelebihan air di petak sawah maupun saluran. Kelebihan air di petak sawah dibuang melalui saluran pembuang, sedangkan kelebihan air di saluran dibuang melalui bengunan pelimpah.
• Terdapat beberapa jenis saluran pembuang, yaitu saluran pembuang kuarter, saluran pembuang tersier, saluran pembuang sekunder dan saluran pembuang primer.
• Jaringan pembuang tersier dimaksudkan untuk : a) Mengeringkan sawah
b) Membuang kelebihan air hujan c) Membuang kelebihan air irigasi
• Saluran pembuang kuarter menampung air langsung dari sawah di daerah atasnya atau dari saluran pembuang di daerah bawah. Saluran pembuang tersier menampung air buangan dari saluran pembuang kuarter. Saluran pembuang primer menampung dari saluran pembuang tersier dan membawanya untuk dialirkan kembali ke sungai.
6 . Bangunan Pelengkap
• Berfungsi untuk memperlancar para p e t u g a s d a l a m e k s p l o i t a s i d a n pemeliharaan.
• B a n g u n a n p e l e n g k a p d a p a t j u g a dimanfaatkan untuk pelayanan umum.
• Jenis-jenis bangunan pelengkap antara
lain jalan inspeksi, tanggul, jembatan
penyebrangan, tangga mandi manusia,
sarana mandi hewan, serta bangunan
lainnya.
Klasifikasi Jaringan Irigasi
• Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran, serta k e l e n g k a p a n fa s i l i t a s , j a r i n g a n i r i g a s i d a p a t dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu
(1) Jaringan irigasi sederhana: debit tak dapat diukur dan diatur.
(2) Jaringan irigasi semi teknis: debit dapat diatur tak dapat diukur.
(3) Jaringan irigasi teknis: debit dapat diukur dan diatur.
Klasifikasi Jaringan Irigasi
Irigasi Teknis Irigasi Semi
Teknis Irigasi Sederhana Bangunan Utama Permanen Permanen atau
semi permanen Bangunan sementara Kemampuan
mengukur dan mengatur debit
Baik Sedang Tidak mampu
mengatur dan mengukur Jaringan saluran Saluran pemberi
dan pembuang terpisah
Saluran pemberi dan pembuang tidak sepenuhnya terpisah
Saluran pemberi dan pembuang menjadi satu Petak tersier Dikembangkan
sepenuhnya Belum
dikembangkan, dentitas bangunan tersier jarang
Belum ada
jaringan terpisah yang
dikembangkan Efisiensi secara
keseluruhan 50-60% 40-50% <40%
Ukuran Tidak ada batasan <2000 ha <500 ha
Irigasi Sederhana/Tradisional
• Irigasi sederhana, yaitu suatu sistem irigasi dimana pembagian air tidak diukur dan diatur, kelebihan air akan mengalir ke selokan pembuang.
• Para pemakai air tergabung dalam satu kelompok sosial yang sama, tidak melibatkan pemerintah dalam organisasi jaringan irigasi tersebut.
• Persediaan air melimpah, sedangkan kemiringan trase saluran berkisar antara sedang sampai curam.
• Kelemahannya:
1) terjadi pemborosan air karena banyak air yang terbuang
2) air yang terbuang tidak selalu mencapai lahan di sebelah bawah yang lebih subur
3) bangunan penyadap bersifat sementara, sehingga
tidak mampu bertahan lama.
Skema contoh jaringan
irigasi sederhana
Skema contoh jaringan
irigasi sederhana
Irigasi Semi Teknis
• Jaringan irigasi semi teknis memiliki bangunan sadap yang permanen ataupun semi permanen.
• Bangunan sadap pada umumnya sudah dilengkapi dengan bangunan pengambil dan pengukur.
• Jaringan saluran sudah terdapat beberapa b a n g u n a n p e r m a n e n , n a m u n s i s t e m pembagiannya belum sepenuhnya mampu mengatur dan mengukur.
• Karena belum mampu mengatur dan mengukur
dengan baik, sistem pengorganisasian biasanya
lebih rumit.
Skema contoh jaringan irigasi semi
teknis
Irigasi Teknis
• Jaringan irigasi teknis mempunyai bangunan sadap yang permanen.
• Bangunan sadap serta bangunan bagi mampu mengatur dan mengukur.
• Terdapat pemisahan antara saluran
pemberi dan pembuang. Pengaturan dan
pengukuran dilakukan dari bangunan
penyadap sampai ke petak tersier.
Skema contoh jaringan irigasi
teknis
Sumber: Statistik Pertanian, Departemen Pertanian, 2004
Komposisi Lahan Pertanian Basah di
Indonesia
PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI
1. Prinsip Teknik Irigasi, pemisahan : à jaringan saluran pembawa/irigasi à jaringan saluran pembuang
Saluran pembawa / irigasi
à Mengalirkan air dari sumber air sampai ke lahan sawah
Saluran pembuang
à Mengalirkan kelebihan air dari sawah ke selokan pembuang atau sungai yang
selanjutnya dan berakhir di laut
2. Prinsip penataan sistim Irigasi
Saluran Irigasi harus :
Saluran tersier harus mampu :
dapat menggenangi persawahan
Saluran Pembuang harus mampu :
3. Bangunan dan Fungsi dalam sistim Irigasi :
Bangunan Irigasi dibagi menjadi : a. Bangunan Utama
a. Jaringan Irigasi :
Saluran Primer
Saluran sekunder
Bangunan bagi dengan pintu sadap
Bangunan sadap bendung
Intake In
take
Lay out jaringan irigasi
4. Langkah-langkah Perencanaan jaringan Irigasi
a. Penarikan trase saluran, diusahakan :
– dalam perencanaan Saluran diperlukan peta topografi berskala 1 : 25.000 dan 1 :
50.000, kemiringan medan harus tergambar jelas
– Menentukan elevasi muka air saluran,
– Muka air rencana sama atau dibawah elevasi tanah. Hal ini untuk menghindari pencurian air atau penyadapan liar dan menghemat biaya
– Elevasi muka air harus cukup tinggi, agar
dapat mengaliri sawah-sawah yang paling
tinggi pada petak-petak tersier
b. Letak bangunan sadap
– Batas-batas petak tersier ditetapkan berdasarkan peta topografi skala 1 : 5.000 dengan luas rata-rata 50 – 100 Ha
– Kemudian ditentukan lokasi bangunan sadap sedemikian rupa sehingga
mampu mengaliri petak tersier.
c. Ketinggian muka air di bangunan sadap – Tinggi muka air di bangunan Sadap
tersier pada saluran Primer atau
Sekunder dapat dihitung dengan
persamaan berikut :
– P = elevasi muka air di saluran primer atau sekunder – A = elevasi lahan sawah
– a = lapisan genangan air di sawah ( 10 cm )
– b = kehilangan tinggi energi disaluran kuarter ke sawah ( 5 cm ) – c = kehilangan tinggi energi di boks bagi kuarter ( 5 cm )
– d = kehilangan tinggi energi selama pengaliran di saluran irigasi – e = kehilangan tinggi energi di boks bagi
– f = kehilangan tinggi energi di gorong-gorong – g = kehilangan tinggi energi di bangunan sadap –h = variasi tinggi muka air
– z = kehilangan tinggi energi di bangunan tersier lain
Keterangan :
d. Menentukan kemiringan saluran di lapangan,
kemiringan saluran mengikuti kemiringan medan pada peta topografi (kontur). Cara terbaik adalah memplot elevasi pada titik potong trase saluran dengan garis kontur
14.00
14.00 13.50 13.00 12.50 12.00 11.0011.50
13.00 12.00 11.00 10.00
10.50
0.0 9.00 15.00 25.00
e. Kemiringan Medan ( I
o)
Kemiringan medan tiap ruas dapat ditentukan dengan persamaan :
L
H RWL
I
0 RWL
u
d
0Keterangan :
RWLu = Tinggi muka air yang diperlukan pada bangunan sadap di hulu
RWLd = Tinggi muka air yang diperlukan pada bangunan sadap di hilir
H0 = Jumlah perkiraan kehilangan tinggi pada bangunan dan saluran
L = Panjang ruas
CONTOH
1. Daerah Irigasi M yang terdiri dari 7 petak tersier dengan skema
seperti pada gambar dibawah
B1 B2
B5 B3
B4
Untuk masa tanam pada musim kemarau ( awal ) pada periode 1 direncanakan budidaya tanaman sebagai berikut :
Kebutuhan air ditetapkan : Padi = 1.00 l/det/ha Tebu = 0.50 l/det/ha Palawija = 0.25 l/det/ha
Kehilangan air di jaringan primer dan sekunder = 15 %, dan di jaringan tersier = 25 %
Debit yang tersedia di bendung = 406 l/det
Jenis tanaman Petak I Petak 2 Petak 3 Petak 4 Petak 5 Petak 6 Petak 7
Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha
Padi 28 18 41 37 27 49 31
Tebu 8 6 15 12 8 16 9
Palawija 18 14 27 23 22 26 20
JUMLAH 54 38 83 72 57 91 60
Perhitungan kebutuhan air di pintu tersier sbb:
Petak 1 = 100%/(100%-25%) x (28x1 + 8x0.5 + 18x0.25) = 48.67 l/det Petak 2 = 100%/(100%-25%) x (18x1 + 6x0.5 + 14x0.25) = 33.67 l/det Petak 3 = 100%/(100%-25%) x (41x1 + 15x0.5 + 27x0.25) = 73.67
l/det
Petak 4 = 100%/(100%-25%) x (37x1 + 12x0.5 + 23x0.25) = 65.00 l/det
Petak 5 = 100%/(100%-25%) x (27x1 + 8x0.5 + 22x0.25) = 48.67 l/det Petak 6 = 100%/(100%-25%) x (49x1 + 16x0.5 + 26x0.25) = 84.67
l/det
Petak 7 = 100%/(100%-25%) x (31x1 + 9x0.5 + 20x0.25) = 54.00 l/det
JUMLAH = 408.35 l/det
Kehilangan air di saluran primer dan sekunder
= 0.15 x 408.35 = 61.25 l/det
Kebutuhan air di bendung = 408.35 + 61.25 = 469.6 l/det
Faktor keamanan (k) air = 406 / 469.6 = 0.86 Agar pembagian air adil
à tiap petak dikalikan dengan angka keamanan (k) tersebut
Debit (Q) yang diperlukan di pintu Pengambilan
Qd = kebutuhan air di bangunan pengambilan = Qf = kebutuhan air di sawah
L = Prosentase kehilangan air
di pintu B
2=
(100%/(100%-15%) x
(0.86)(38+91+60))= 191.22 l/det Di pintu B
4=
(100%/(100%-15%) x (0.86)(72+57))
= 130.52 l/det
L Qd Qf
1
2. Tentukan dimensi saluran kuarter b2 yang melayani areal 10.4 ha, jika kebutuhan air 1.4 l/det/ha, kemiringan I = 0.002,
Rumus Strickler :
h mh b
m I h b
h mh k b
Q
m h b
p
h mh b
A
P A R
I R k v A
v Q
) .(
1 . 2
) . (
1 2
) (
/ . . .
12 23
12 23
2
2
V = Kecepatan aliran (m/det)k = koefesien kekasaran Strickler pasangan batu = 60
beton = 70
tanah = 35 – 45
R = Jari-jari hidrolis (m) = A/p A = luas penampang basah (m2) p = keliling basah (m)
I = kemiringan saluran
m = kemiringan talud saluran
w h b
m