LAPORAN PRAKTIKUM
ISOLASI DAN ANALISIS TUMBUHAN OBAT
ISOLASI DAN ANALISIS ALKALOID II KOFEIN
DOSEN PENGAMPU : apt. Chossy Fradine, M.Farm
DISUSUN OLEH : KELOMPOK : 3
ANGGOTA : 1. Katharina Martha Sadipun (A28227154) 2. Nibras Mufida Ar-Rumaysa (A28227156) 3. Ardine Kusuma Safitri (A28227157)
4. Salsabillah Mahadewi Cahyani P (A28227159) 5. Novita Amelia Sari Setiawan (A28227160) 6. Andien Tri Khoirunnisa (A28227161)
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2024
I. TUJUAN
Mahasiswa diharapkan dapat mengisolasi alkaloid kafein dari teh dan menganalisisnya.
II. PENDAHULUAN
Teh adalah suatu bahan pangan yang bisa diolah menjadi sebuah produk. Untuk mereduksi resiko kanker pencernaan dengan mengkonsumsi sepuluh cangkir atau lebih teh hijau. Kemudian dengan men konsumsi teh hijau secara teratur, dua sampai empat gelas sehari dapat menstimulasi terjadinya penurunan tekanan darah (Husain, 2014). Teh memiliki manfaat diantaranya dalam mencegah dan pengobatan penyakit karena bersifat antibakteri dan antioksidan (Dianita, 2015).
Alkaloid adalah basa organik yang mengandung amina sekunder, tersier atau siklik.
Diperkirakan ada 5500 alkaloid telah diketahui, dan alkaloid merupakan golongan senyawa metabolit sekunder terbesar dari tanaman. Tidak ada satupun definisi yang memuaskan tentang alkaloid, tetapi alkaloid umumnya mencakup senyawa senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya sebagai bagian dari sistem siklik. Secara kimia, alkaloid adalah golongan yang sangat heterogen berkisar dari senyawa-senyawa yang sederhana seperti coniine sampai ke struktur pentasiklik strychnine. Banyak alkaloid adalah terpenoid di alam dan beberapa adalah steroid. Lainnya adalah senyawa-senyawa aromatik, contohnya colchicine (Utami, 2008).
Kafein merupakan alkaloid dari golongan metilxantin yang diketahui memiliki aktivitas farmakologi yakni menstimulasi sistem saraf pusat. Kafein terdistribusi setidaknya pada 63 jenis tumbuhan yang ada di alam baik pada bagian daun, biji dan buah. Sumber utama kafein adalah kopi, kola dan teh (Verawati, 2014).
Kafein adalah salah satu jenis alkaloid yang banyak terdapat dalam biji kopi, daun teh, dan biji coklat Kafein memiliki efek farmakologis yang bermanfaat secara klinis, seperti menstimulasi susunan saraf pusat, relaksasi otot polos terutama otot polos bronkus dan stimulasi otot jantung.
Berdasarkan efek farmakologis tersebut, kafein ditambahkan dalam jumlah tertentu ke minuman.
Efek berlebihan (overdosis) mengkonsumsi kafein dapat menyebabkan gugup, gelisah, tremor, insomnia, hipertensi, mual dan kejang Berdasarkan FDA (Food Drug Administration) dosis kafein yang diizinkan 100-200 mg/hari, sedangkan menurut SNI 01-7152-2006 batas maksimum kafein dalam makanan dan minuman adalah 150 mg/hari dan 50 mg/sajian. Kafein sebagai stimulan tingkat sedang (mild stimulant) memang seringkali diduga sebagai penyebab kecanduan. Kafein hanya dapat menimbulkan kecanduan jika dikonsumsi dalam jumlah yang banyak dan rutin.
Namun kecanduan kafein berbeda dengan kecanduan obat psikotropika, karena gejalanya akan hilang hanya dalam satu dua hari setelah konsumsi (Kesia, 2013).
Campuran disaring dan filtrat yang diperoleh diteteskan pada kertas saring dan diberi beberapa
tetes pereaksi Dragendorff. Hasil positif alkaloid ditunjukkan dengan pembentukan warna merah
atau jingga pada kertas saring.
Sebanyak 20 ml kloroform ditambahkan dalam mortar dan digerus kuat-kuat.
Sisa filtrat diekstraksi dua kali dengan 10 ml asam hidroklorida 10%. Pada saat diekstraksi akan terbentuk
dua lapisan, lapisan air-asam dan lapisan organik.
Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat dalam biji kopi, daun teh, daun mete biji kola, biji coklat, dan beberapa minuman penyegar. Kafein memiliki berat molekul 194,19 gram/mol dengan rumus kimia C8H10N8O2 dan ph 6,9 (larutan kafein 1% dalam air).
Secara ilmiah, efek langsung dari kafein terhadap kesehatan sebetulnya tidak ada, tetapi yang ada adalah efek tak langsungnya seperti menstimulasi pernapasan dan jantung, serta memberikan efek samping berupa rasa gelisah (neuroses), tidak dapat tidur (insomnia), dan denyut jantung tak beraturan (tachycardia) (Brown, 1998).
III. ALAT DAN BAHAN
Alat Bahan
Erlenmeyer 250 mL gelas ukur
beaker glass batang pengaduk corong gelas corong pisah Erlenmeyer cawan porselin vial
seperangkat KLT
Theae Folium MgO/CaO NaOH Aquades CHCl3 Methanol Kapas
lempeng silika gel GF254
IV. CARA KERJA
1. Analisi Golongan Flavonoid
Sebanyak 2 g sampel ditambahkan 5 ml amonia 25%, kemudian digerus di dalam mortar
Saring panas- panas dengan kain saring (filtrat 1)
Panaskan dengan atas kompor selama 30 menit
Tambahkan 200 ml air pada ampas dan panaskan diatas kompor 15 menit
Kedua lapisan tersebut dipisahkan dan sebanyak 5 mL lapisan air dimasukkan dalam tabung reaksi dan diuji
menggunakan pereaksi Mayer. Hasil positif alkaloid ditunjukkan apabila terbentuk endapan berwarna putih.
2. Isolasi Kofein
Masukkan 50 g serbuk teh kering dalam Beaker glass 500 ml
Tambahkan 25 gram MgO dan 400 mL air
Sebanyak 5 mL lapisan air diuji dengan Bouchardat LP dan positif jika terjadi endapan coklat sampai hitam Sebanyak 5 lapisan air tersebut dimasukkan dalam tabung
reaksi dan diuji menggunakan pereaksi Dragendorff, hasil positif alkaloid ditunjukkan apabila terbentuk endapan
berwarna merah.
Saring panas- panas dengan kain saring (filtrat 2)
Saring filtrat 1 dan 2 dengan kertas saring
Tampung filtrat kedalam jar yang telah dikalibrasi 100 ml dan tambahkan 25 mL H2SO4 10%, uapkan di wb sampai kering
Ekstraksi dengan 3 X 25 ml CHCl3,kumpulkan fase CHCl3, cuci dengan NaOH 10% dan pisahkan dengan
corong pisah.
Ambil fase CHCI3 di bagian bawah, tampung dalam cawan petri. Cuci residu dengan 15 ml.
CHCI3, Campur hasil cucian dengan ekstrak bersih. Uapkan ekstrak yang didapat sampai
kering.
Masukkan kristal kofein kasar dalam cawan porselin.
Tutup cawan porselin dengan corong yang di dalamnya telah diberi kertas saring berlubang- lubang. Tutup ujung corong dan tempatkan kapas basah di sekeliling corong, Jaga agar air pada kapas
basah tidak menetesi kertas saring.
Bila terjadi larutan koloidal, saring Masukkan larutan dalam corong pisah
Cawan porselin didinginkan selama lima belas menit, kemudian buka corong perlahan-lahan.
Kumpulkan kristal kofein murni pada kertas timbang yang telah ditara.
Dikeringkan dan diamati di bawah sinar UV 254 nm. Hitung nilai Rf dan HRf 3. Analisis Hasil Isolasi Kofein
Panaskan cawan porselin dengan lampu spiritus selama kurang lebih lima belas menit.
Dilakukan penjenuhan, sambil mengaktifkan lempeng KLT pada oven selama 5-10 menit
Ditotolkan sampel dan baku pembanding pada lempeng KLT, Fase diam : silika gel GF254, Fase gerak : kloroform-metanol (1:1) , Larutan uji : seujung jarum kristal dilarutkan dalam 1 mL etanol
Dimasukan dalam chamber yang sudah jenuh
Amati kenaikan bercak
V. HASIL KOFEIN
A. ANALISIS GOLONGAN ALKALOID
SAMPEL Uji Dragendorf Uji Mayer Uji Bauchardat
Kofein Tidak ada endapan
Merah/Jingga (negativ)
Tidak ada endapan putih (negative)
Ada endapan coklat
B. HASIL ISOLASI KOFEIN Organoleptik
Organoleptik Hasil Isolasi Teoritis dan Pustaka
Bentuk Kristal Jarum Kristal jarum (Neni Gunarti,T.A.,et al 2024)
Warna Putih Putih (Neni Gunarti,T.A.,et al 2024)
Rasa Pahit Pahit (Flowler,K.D.2013;o.et al 2022)
Bau Tidak Berbau Tidak berbau (Neni Gunarti,T.A.,et al
2024)
2. Rendemen
Kandungan teoritis kofein dalam simplisia = 1 – 5% (Trease and Evans,2002) Bobot serbuk simplisia = 50 gram
Bobot ektrak kasar = 0,548 gram Rendemen
Ektrak kasar = Bobot ektrak kasar
Bobot serbuk simplisiax100 % = 0,548gram
50gram x100 % = 1,096%
Bobot kristal = 1,094 gram
Rendemen = Bobot kristal
Bobot serbuk simplisiax100 % = 1,094gram
50gram x100 %
= 2,18%
3. Identifikasi KLT Fase diam : silika gel GF254
Fase gerak : kloroform : metanol (1:1)
Larutan uji : seujung jarum kristal dilarutkan dalam 1 ml etanol Pereaksi pendeteksi : iodin alkohol – HCL- alkohol
Kode
bercak Rf Warna noda
Visual UV 254 nm UV 366 nm Pereaksi
Baku
Kristal 2,5cm 5cm
=0,5
biru ungu Larutan iodinn
alkohol dengan HCl- alkohol bercah bewarna coklat gelap
VI. PEPMBAHASAN VII. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Abi Aufa, Afina, Ajeng Purwaningsih, Alvin Muthoharoh, Ana Kartika, Anizatun Azizah.
ISOLASI KAFEIN DARI TEH HITAM (Camellia sinensis) SIAP SEDUH MERK X DENGAN ANALISA KUALITATIF SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT) DAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS. Program Studi S1 Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Mandala Husada Slawi
Firdaus. (2011). Teknik Dalam Laboratorium Kimia Organik. Hibah Penulisan Buku Ajar.
Makasar: Universitas Hasanuddin
McMurray, J. (2004). Organik Chemistry. Brooks/Cole: USA
Novia, N. (2022). Laporan Isolasi Kafein dari Teh. from https://www.academia.edu/13697918/1.
Diakses pada 18 Desember 2024. BPMB-Balai Pengujian Mutu Barang - Pengujian Organoleptik Teh Hitam. (2022). http://lab-bpmb.kemendag.go.id/2013/10/12/markup- html-tags-and-formatting-2/Diakses pada 18 Desember 2024.
P. D. Wilantari, N. R. A. Putri, D. G. P. Putra, I. G. A. A. K. Nugraha, Syawalistianah,
Prawitasari, D.N.D., P. O. Samirana. 2018. Isolasi Kafein Dengan Metode Sublimasi dari Fraksi Etil Asetat Serbuk Daun Teh Hitam (Camellia sinensis). Jurnal Farmasi Udayana, Vol 7, No 2,53-62,
Romario Abdullah, ISOLASI KAFEIN DARI TEH,
https://www.academia.edu/37729818/ISOLASIKAFEINDARI TEH, diakses 18 Desember 2024.
LAMPIRAN