• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISSN No. 2303-3401 Volume 5 Nomor 4 November, 2016

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "ISSN No. 2303-3401 Volume 5 Nomor 4 November, 2016"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

Uji aktivitas antioksidan ekstrak n-heksana, etil asetat dan metanol daun Kayu Ara (Ficus aurata (Miq.) Miq.) (λ = 517 nm). Hasil LC50 ekstrak n-heksana, etil asetat dan metanol daun pohon tin (Ficus aurata (Miq.) Miq.).

Tabel  2.  Hasil  identifikasi  metabolit  sekunder dari ekstrak metanol,  etil asetat, dan n-heksana daun  kayu  ara  (Ficus  aurata  (Miq.)  Miq.)
Tabel 2. Hasil identifikasi metabolit sekunder dari ekstrak metanol, etil asetat, dan n-heksana daun kayu ara (Ficus aurata (Miq.) Miq.)

Uji Total Fenolik

Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak metanol merupakan ekstrak paling aktif dengan nilai LC50 sebesar 53,33 mg/L, ekstrak etil asetat dengan nilai LC50 sebesar 67,83 mg/L dan ekstrak heksana dengan LC50 sebesar 92,04 mg/L. Ekstrak yang bersifat toksik saat diuji dengan metode Brine shrimp Lethality Test (BSLT) dapat menyebabkan kematian 50% larva artemia dalam waktu 24 jam pada konsentrasi LC50 < 1000 mg/L yang menunjukkan sampel bersifat kanker, bersifat antibakteri, sifat antijamur. dan seterusnya [9].

Hubungan Uji Aktivitas Antioksidan Metode DPPH dengan Total Fenolik

Teori ini juga didukung oleh data yang diperoleh pada uji aktivitas antioksidan, dimana ekstrak metanol memiliki kandungan total fenolik tertinggi dibandingkan dengan ekstrak etil asetat dan n-heksana. Korelasi nilai IC50 metode DPPH dengan total fenol masing-masing ekstrak daun Kayu Ara (Ficus aurata (Miq.) Miq.).

Kesimpulan

Ucapan terima kasih

Dharma, dan Suryati, 2015, Skrining Fitokimia dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah dan Daun Ficus aurata (Miq.) Miq., Jurnal Riset Kimia dan Farmasi. Musa dan La A., 2013, Identifikasi senyawa alkaloid dari ekstrak metanol kulit batang mangga (Mangifera indica L), JURNAL ENTROPI, 8(1), 1.

TOTAL FENOLIK DARI EKSTRAK DAUN PACAR CINA

  • Pendahuluan
  • Metodologi Penelitian
  • Hasil dan Pembahasan 3.1. Uji Profil Fitokimia
  • Ucapan Terima Kasih

Ekstraksi Senyawa Daun Inai Cina Ekstraksi daun inai Cina dilakukan dengan metode maserasi. Ekstrak heksana, etil asetat dan metanol dari daun tanaman henna cina diketahui aktif melawan antioksidan dengan nilai IC50.

Tabel 1. Hasil uji kandungan metabolit sekunder  terhadap daun pacar cina
Tabel 1. Hasil uji kandungan metabolit sekunder terhadap daun pacar cina

PEMANFAATAN KERTAS KARBON SEBAGAI BAHAN ELEKTRODA PADA SUPERKAPASITOR

Hasil dan Pembahasan 3.1 Analisis hasil karakterisasi

Berdasarkan hasil tersebut, karbon dari cangkang sawit dapat digunakan sebagai bahan elektroda pada superkapasitor. Pada Gambar 3.2 terlihat bahwa karbon cangkang sawit dengan suhu pembakaran 400 oC memiliki ukuran makropori dan hampir merata pada permukaan karbon. Ukuran makropori karbon cangkang sawit ini memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan elektroda pada superkapasitor.

Tabel 3.1 menunjukkan bahwa komposisi yang paling banyak terdapat pada karbon dari cangkang kelapa sawit adalah karbon dengan persentase berat 78,36%. Unsur kalium kemungkinan besar berasal dari mineral lain yang terdapat pada karbon cangkang sawit, karena penyusun dasar karbon berasal dari bahan alam7. Oleh karena itu, pada penelitian ini karbon dari cangkang kelapa sawit digunakan sebagai karbon aditif pada elektroda kertas karbon.

Spektrum menunjukkan adanya senyawa lain pada karbon cangkang sawit, karena karbon tersebut berasal dari bahan alam9. Gambar 3.13 menunjukkan bahwa tegangan listrik cenderung meningkat dengan meningkatnya rasio massa ketika ditambahkan karbon cangkang sawit untuk metode rolling dan metode plate/sandwich.

Gambar  3.3  Spektrum  FTIR  dari  karbon  cangkang  kelapa  sawit  ukuran  90  µm  dengan  suhu pembakaran 400 o C
Gambar 3.3 Spektrum FTIR dari karbon cangkang kelapa sawit ukuran 90 µm dengan suhu pembakaran 400 o C

CIPLUKAN (Physalis minima Linn.)

Metodologi Penelitian

Larutan uji dibuat dengan melarutkan 10 mg setiap fraksi dengan metanol dalam labu ukur 10 mL hingga diperoleh konsentrasi larutan 1000 mg/L. Pembuatan larutan kontrol positif sama dengan pembuatan larutan uji yaitu asam askorbat sebanyak 10 mg dilarutkan dalam metanol dalam labu ukur 10 mL hingga diperoleh konsentrasi larutan 1000 mg/L. Untuk masing-masing larutan uji diambil 2 mL, kemudian ditambahkan 3 mL larutan DPPH dan didiamkan selama 30 menit, dan campuran terlindung dari cahaya.

Setelah didapatkan nilai % hambatan dari perhitungan, maka nilai IC50 untuk setiap perubahan konsentrasi larutan uji dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan regresi yang dihasilkan. Pembuatan larutan uji dilakukan dengan menimbang masing-masing fraksi sebanyak 10 mg dan melarutkannya menjadi 10 mL dengan metanol hingga diperoleh konsentrasi larutan induk 1000 mg/L. Larutan uji dibuat dengan memipet larutan induk ke dalam vial 2,5 ml untuk mendapatkan beberapa variasi konsentrasi.

Larutan uji yang dibuat dengan konsentrasi berbeda 250 mg/L diambil hingga 5 mL, kemudian pelarutnya diuapkan, kemudian ditambahkan 50 L DMSO dan 2 mL air laut. Setelah itu, volume masing-masing larutan uji dan kontrol dinaikkan menjadi 5 mL dengan air laut.

Hasil dan Pembahasan 3.1 Persiapan dan Identifikasi Sampel

Kandungan fenol total ditentukan dengan kurva kalibrasi menggunakan asam galat dan 80 µg/ml) sebagai larutan standar. Oleh karena itu, keempat fraksi pekat tersebut diuji kandungan total fenolnya, karena keempat fraksi tersebut memiliki kemampuan sebagai antioksidan. Berdasarkan data yang diperoleh, kandungan fenol total fraksi etil asetat paling tinggi dibandingkan fraksi lainnya.

Semakin tinggi kandungan fenolik total dalam suatu bahan, maka semakin tinggi pula aktivitasnya sebagai antioksidan13. Berdasarkan grafik di atas, dapat dikatakan bahwa semakin sedikit kandungan fenolik total suatu fraksi maka semakin kecil nilai IC50. Pada grafik di atas juga terlihat nilai R2 persamaan regresi sebesar 0,918 yang menunjukkan adanya korelasi antara aktivitas antioksidan dengan kandungan fenolik total.

Nilai kandungan fenol total pada fraksi buah ciplukan berhubungan dengan aktivitas antioksidan, semakin besar kandungan fenol total maka aktivitas antioksidannya semakin tinggi. Alfian, R., dan Susanti, H., 2012, Penentuan kadar fenol total ekstrak metanol kelopak rosella merah (Hibiscus sabdariffa Linn) dengan variasi.

Tabel 1. Rendemen fraksi buah ciplukan
Tabel 1. Rendemen fraksi buah ciplukan

33 PENGARUH RASIO TITANIUM DAN STRONSIUM TERHADAP

MELALUI METODE SOLVOTERMAL

Hasil dan Pembahasan 3.1. Analisis hasil karakterisasi

Grafik tersebut juga menunjukkan bahwa SrTiO3 yang terbentuk pada variasi Sr : Ti 1 : 1,5 umumnya memiliki kristalinitas yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan CTAB sebagai capping agent dapat mempertahankan bentuk partikel dalam bentuk kubus walaupun pembentukannya masih belum sempurna, karena CTAB masih belum menutupi sempurna senyawa SrTiO3 secara keseluruhan, yang menyebabkan bentuk partikel SrTiO3 yang dihasilkan tidak sempurna. untuk membentuk kubus dengan sisi yang sempurna. , sedangkan hasil TEM SrTiO3 tanpa CTAB (Gambar b) menunjukkan bahwa partikel SrTiO3 yang dihasilkan tidak berbentuk kubik. Hal ini dikarenakan tidak adanya senyawa yang menutupi pembentukan SrTiO3, sehingga pertumbuhan partikel meningkat selama proses pemanasan membentuk bola memanjang.

Pola yang jelas terlihat dari hasil SAED yang menunjukkan bahwa SrTiO3 yang terbentuk merupakan senyawa polikristalin. Ukuran rata-rata partikel SrTiO3 dengan adanya capping agent (CTAB) adalah 20,3 nm, ukuran ini berarti partikel SrTiO3 yang terbentuk tergolong nanometer karena ukurannya kurang dari 100 nm. Hal ini bertujuan untuk mengamati apakah molekul CTAB dapat dihilangkan setelah proses pencucian.

Molekul CTAB ini juga dapat diamati pada Gambar 2a yaitu hasil TEM yang menunjukkan adanya gumpalan (aglomerasi) CTAB yang tidak larut sehingga menutupi sebagian partikel SrTiO3. Hasil TEM menunjukkan bentuk partikel SrTiO3 yang dihasilkan dengan penambahan cubic capping agent dengan ukuran partikel rata-rata 20,3 nm.

Gambar  3a  menunjukan  hasil FTIR  dari  SrTiO 3   tanpa  CTAB  yang  menunjukan  adanya  OH  stretching  pada  serapan  3030,64  cm -1 , pada 1486,23 cm -1  merupakan serapan  dari nitrat pada Sr(NO 3 ) 2  dan serapan pada  daerah  sidik  jari  menunjuka
Gambar 3a menunjukan hasil FTIR dari SrTiO 3 tanpa CTAB yang menunjukan adanya OH stretching pada serapan 3030,64 cm -1 , pada 1486,23 cm -1 merupakan serapan dari nitrat pada Sr(NO 3 ) 2 dan serapan pada daerah sidik jari menunjuka

38 MODIFIKASI SILIKA MESOPORI DENGAN ANILIN SEBAGAI SUPPORT

KATALIS KOBAL(II); SINTESIS DAN KARAKTERISASINYA

Hasil dan Pembahasan

  • FTIR

Keberhasilan proses modifikasi dapat dianalisis dengan munculnya pita serapan pada 1499 cm 1. Adanya regangan C-N aromatik dari molekul anilin menunjukkan bahwa anilin terlibat. Daerah 965 cm-1 adalah pita serapan lentur Si-OH, dan daerah 800 cm-1 adalah daerah peregangan simetris Si-O-Si. Sa-Co menggeser pita serapan ke bilangan gelombang yang lebih besar dari silika amorf pada bilangan gelombang 3367 cm-1, menunjukkan gugus Si-OH.

Hal ini menunjukkan bahwa silika mesopori termodifikasi anilin stabil dan tidak ada perubahan struktur semi kristalnya. Metal loading test dilakukan dengan mengukur AAS filtrat hasil proses grafting yang dilakukan terhadap beberapa sampel yaitu silika mesopori (SM), silika termodifikasi (SMmN) dan silika amorf (Sa). Silika mesopori dan hasil modifikasi berdasarkan FTIR masih banyak mengandung pengotor dan penyisihan surfaktan belum optimal.

Berdasarkan hal tersebut, modifikasi silika mesopori dengan anilin berpengaruh baik terhadap nilai pelindian logam. Meskipun muatan Co silika mesopori termodifikasi ini (38%) lebih rendah dibandingkan silika amorf dan silika mesopori (48 dan 42%), namun lebih baik dari segi nilai pelindian Co (0,02 berbanding 0,09 dan 0,04%). .

Gambar  2.  a  dan  b  merupakan  spektrum  silika amorf sebelum dan sesudah digrafting,  dimana  tidak  terjadi  perubahan  yang  berarti
Gambar 2. a dan b merupakan spektrum silika amorf sebelum dan sesudah digrafting, dimana tidak terjadi perubahan yang berarti

PAGAR (Jatropha curcas L.) DAN UJI TOKSISITAS MENGGUNAKAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST

Metode Penelitian

Sedangkan jumlah ekstrak yang diekstraksi dari kulit batang tanaman jarak pagar (Jatropha curcas), konsentrasi tertinggi terdapat pada ekstrak etil asetat dibandingkan dengan ekstrak lainnya. Dari nilai LC50 tersebut dapat ditentukan tingkat toksisitas dari masing-masing ekstrak daun jarak pagar (Jatropha curcas). Dari nilai LC50 tersebut dapat diketahui tingkat toksisitas dari masing-masing ekstrak dasar batang Jarak Pagar (Jatropha curcas).

Hal ini menunjukkan bahwa pelarut heksana dapat mengekstrak metabolit sekunder dari kulit batang jarak pagar (Jatropha curcas) yang memiliki toksisitas paling tinggi. Dan ekstrak heksana dari kulit batang jarak pagar (Jatropha curcas) mengandung triterpenoid, steroid dan alkaloid. Daun jarak pagar (Jatropha curcas) memiliki toksisitas yang sangat toksik yaitu ekstrak dengan metanol dengan nilai LC50.

Kulit kayu jarak pagar (Jatropha curcas) memiliki tingkat toksisitas yang sangat toksik yaitu ekstrak dengan heksana dengan nilai LC50 sebesar 194,68 µg/mL. Hal ini menunjukkan bahwa daun dan kulit batang jarak pagar (Jatropha curcas) diduga memiliki aktivitas anti kanker.

Gambar 3. Kadar Terekstrak Daun dan Kulit          Batang Jarak Pagar.
Gambar 3. Kadar Terekstrak Daun dan Kulit Batang Jarak Pagar.

ISOLASI SENYAWA KUMARIN DARI EKSTRAK ETIL ASETAT AKAR JARAK MERAH (Jatropha gossypifolia L.) DAN UJI TOKSISITAS DENGAN METODE

BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

Hasil dan Pembahasan 3.1. Analisis Kualitatif Ekstrak Teh

Pengaruh variasi konsentrasi HCl terhadap laju korosi baja tanpa KI dan dengan penambahan KI 5 mM selama 4 hari. Peningkatan laju korosi disebabkan oleh peningkatan jumlah ion H+ yang agresif dalam larutan, yang memecah baja sehingga menyebabkan korosi. Penurunan laju korosi ini disebabkan adanya ion I yang disumbangkan oleh KI yang dapat menghambat serangan ion.

Pengaruh penambahan ekstrak teh yang berbeda terhadap laju korosi dan efisiensi inhibisi baja tanpa KI dan dengan penambahan KI 5 mM. Penambahan KI 5 mM menyebabkan laju korosi menurun akibat adanya adsorpsi senyawa tanin dari ekstrak teh dan ion I dari KI pada permukaan baja, sehingga serangan ion H+ yang agresif pada media HCl dapat dicegah dengan lebih efektif [6 ,28,29 ]. Pengaruh suhu pada laju korosi dan. efisiensi inhibisi baja dalam medium HCl selama 7 jam. tanpa ekstrak, dengan ekstrak, dan dengan penambahan ekstrak + KI).

Berdasarkan nilai log laju korosi (log v) sebagai fungsi temperatur (T), diperoleh hubungan antara 1/T dengan log v yang menghasilkan garis lurus (linier). Ion iodida yang disumbangkan KI dapat memiliki efek sinergis dalam mengurangi laju korosi baja.

Gambar  2.     Pengaruh  penambahan  variasi  ekstrak  teh  (0.5  ;  1.0 ;  1.5  ; 2.0  M)  terhadap  (a)  laju korosi dan (b) efisiensi inhibisi baja  tanpa  KI,    dengan  penambahan  KI  5  mM, dalam medium HCl 1 M, selama 4  hari (─-◊─- : ekstrak tanpa
Gambar 2. Pengaruh penambahan variasi ekstrak teh (0.5 ; 1.0 ; 1.5 ; 2.0 M) terhadap (a) laju korosi dan (b) efisiensi inhibisi baja tanpa KI, dengan penambahan KI 5 mM, dalam medium HCl 1 M, selama 4 hari (─-◊─- : ekstrak tanpa

Senyawa empat lapis Bi5Ti3FeO15 juga berhasil disintesis dengan campuran garam NaCl/KCl pada suhu sintesis 800°-950°C3. Berdasarkan pola XRD, dapat disimpulkan bahwa produk senyawa Aurivillius empat lapis terbentuk dengan membandingkannya dengan pola XRD standar Aurivillius PbBi4Ti4O1511 empat lapis. Pola XRD dari produk di atas kemudian disempurnakan menggunakan metode Le Bail dengan grup ruang A21am sebagai struktur ideal PbBi4Ti4O15 Aurivillius empat lapis, dan profil yang disempurnakan ditunjukkan pada Gambar 3.

Hasil penyempurnaan menunjukkan bahwa komposisi produk x = 0 merupakan senyawa Aurivillius empat lapis satu fasa yang terlihat dari kecocokan antara pola difraksi sampel (hitam) dengan hasil perhitungan (merah). Sedangkan pada produk x = 0,5, dari gambar 4 terlihat adanya fasa lain yaitu fasa PbTiO3 dan fasa Pb0.625La0.25TiO3, selain fasa Aurivillius dengan empat lapisan. Plot penyempurnaan Aurivillius PbBi4-xLaxTi4O15 (x = 0) dengan grup ruang A21am menunjukkan Aurivillius fase tunggal.

Refinement plot senyawa Aurivillius PbBi4-xLaxTi4O15 (x = 0,5) dengan space group A21am menunjukkan fase pengotor berupa PbTiO3 dan Pb0.625La0.25TiO3. Parameter sel satuan fasa tunggal Aurivillius PbBi4-xLaxTi4O15 disempurnakan dengan metode Le Bail menggunakan space group A21am.

Gambar  1  menunjukkan  foto  hasil  sintesis  PbBi 4-x La x Ti 4 O 15 .  Dengan  melihat  perbandingan  kedua  gambar  produk,  maka  produk  mengalami  perubahan  warna  dari  tanpa  substitusi  La 3+   (x  =  0)  dengan  substitusi La 3+ ( x = 0,5) dari
Gambar 1 menunjukkan foto hasil sintesis PbBi 4-x La x Ti 4 O 15 . Dengan melihat perbandingan kedua gambar produk, maka produk mengalami perubahan warna dari tanpa substitusi La 3+ (x = 0) dengan substitusi La 3+ ( x = 0,5) dari

Gambar

Tabel  2.  Hasil  identifikasi  metabolit  sekunder dari ekstrak metanol,  etil asetat, dan n-heksana daun  kayu  ara  (Ficus  aurata  (Miq.)  Miq.)
Tabel  4.  Hasil  pengamatan  uji  toksisitas  sampel  daun  Kayu  Ara  (Ficus  aurata  (Miq.)  Miq.)  ekstrak   n-heksana, etil asetat dan metanol
Tabel 3. Uji aktivitas antioksidan ekstrak n- n-heksana,  etil  asetat  dan  metanol  daun  Kayu  Ara  (Ficus  aurata  (Miq.) Miq.) (λ = 517 nm)
Tabel    7.  Hubungan  Nilai  IC 50   Metode  DPPH  dengan  Total  Fenolik  untuk  masing-masing  ekstrak  daun  Kayu  Ara  (Ficus  aurata  (Miq.) Miq.)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rendamen ekstrak dan fraksi daun sereh wangi Sampel Rendamen % Ekstrak etanol EtOH 13,2 Fraksi n-heksan 5,86 Fraksi air 5,34 Fraksi etil asetat 1,80 Kadar air dalam simplisia daun