9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Allah SWT menciptakan berbagai macam mahluk hidup di muka bumi yang saling berhubungan. Seperti halnya manusia dan tumbuhan yang tidak bisa dipisahkan. Banyak sekali manfaat yang didapatkan manusia dari tumbuhan, namun masih banyak tumbuhan di sekitar kita yang belum banyak diketahui manfaatnya. Keberadaan tumbuhan merupakan anugrah dan berkah dari Allah SWT yang diberikan kepada semua makhluk hidup. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surah Asy- Syu'ara' (26) ayat 7 :
ْمَلَوَأ
ْ اموَرَ ي
َْلِإ
ِْضمرَملْ ٱ
ْممَك اَنم تَ ب ۢ نَأ اَهيِف
ِْ لُك نِم
ْ جموَز
ْ يِرَك
Terjemahnya :
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, betapa banyak Kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam pasangan (tumbuh-tumbuhan) yang baik?” (Kementerian Agama RI, 2020).
Menurut Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihabpadatafsiran al-Misbah kata “ جوز” berarti pasangan. Yang dimaksud dalam ayat ini adalah pasangan tumbuhan, tumbuhan muncul di celah-celah hamparan bumi. Dengan demikian tumbuhan juga memiliki pasangan guna pertumbuhan dan perkembangannya. Tumbuhan yang memiliki putik dan benang sari dalam satu tumbuhan, dalam penyerbukannya ia tidak membutuhkan pejantan dari bunga lain, tetap jika hanya memiliki salah
satunya saja maka ia membutuhkan penyerbukan dari tumbuhan lain (M.
Quraish Shihab, 2017).
Indonesia termasuk tujuh negara dengan keanekaragaman hayati terbesar didunia dan memiliki potensi dalam pengembangan obat herbal dalam bidang kesehatan. Aktifitas farmakologi obat herbal dipengaruhi oleh kandungan senyawa metabolitnya yang menghasilkan senyawa metabolit sekunder.
Salah satu tumbuhan yang berpotensi sebagai obat herbal adalah pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl). Tumbuhan ini mudah ditemukan ditepi jalan di ladang, tepi hutan, kolam, hingga danau (Sugiarti, et al., 2020). Terkadang disebut juga sebagai gulma yang akhirnya dipangkas kerena mengganggu. Meskipun demikian, seluruh bagian tanaman pecut kuda dapat dimanfaatkan sebagai obat mulai dari akar, batang, daun dan bunga. Herba pecut kuda berkhasiat pembersih darah, anti radang tenggorokan, batuk, peluruh kencing (diuretik) dan rematik (Suhirman, 2015).
Hasil studi etnofarmasi yang dilakukan oleh Asni Amin (2012) menyatakan bahwa daun Pecut Kuda (Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl) dikabupaten Bulukumba memiliki potensial untuk pengobatan kanker.
Kandungan kimia yang terdapat pada ekstrak Pecut Kuda melalui skrining pereaksi warna menunjukkan positif mengandung fenol, flavonoid, dan tannin (Andi Tenri B., 2022).
Uji aktivitas farmakologi yang dilakukan oleh Noer Kurnia (2022) mengatakan bahwa hasil pengujian BSLT ekstrak etanol 70% fraksi etil asetat dan fraksi n-heksan dari daun pecut kuda menunjukkan aktivitas yang toksik karena nilai LC50 yang diperoleh <1000 ppm. Kemudian menurut penelitian Nurul Fitri (2022) dengan menggunakan metode DPPH pada ekstrak etanol 70%, fraksi etil asetat, fraksi n-heksan daun pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl) menyatakan bahwa masing-masing ekstrak menunjukkan positif antioksidan karena memiliki nilai LC50 < 50 μg/mL.
Flavonoid merupakan salah satu senyawa golongan fenol alam terbesar yang terdapat dalam semua tumbuhan hijau (Markham, K.R., 1988). Flavonoid dibagi dalam sub kelas misalnya flavonol, flavon, flavonon, flavononol, isoflavon, antosianidin dan proantosianidin. Terdapat 3 subkelas utama dalam flavonoid yaitu flavonol, flavon, dan isoflavon. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Andi Tenri B. (2022) menyatakan bahwa pada hasil uji identifikasi KLT pada ekstrak etanol 70%, fraksi etil asetat dan fraksi n-heksan daun pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl) dengan menggunakan asam galat sebagai pembanding untuk senyawa fenol dan kuarsetin sebagai pembanding senyawa flavonoid membuktikan bahwa terdapat senyawa fenol dan flavonoid pada ekstrak etanol 70%, fraksi etil asetat, dan fraksi n-heksan.
Hasil penetapan kadar fenolik yang terdapat pada ekstrak etanol 70%, fraksi n-heksan, fraksi etil asetat daun pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis (L.)
Vahl) secara berturut-turut adalah 61,189 mg GAE/gram ekstrak; 62,999 mgGAE/gram ekstrak dan 154,042 mg GAE/gram ekstrak. Menurut penelitian Zuraida et al. (2017) mengatakan bahwa kadar total fenol yang diperoleh lebih besar dari pada kadar total flavonoidnya karena diketahui bahwa flavonoid merupakan golongan dari senyawa fenol dan flavonoid merupakan turunan tertinggi dari fenol.
Penetapan kandungan flavonoid dapat dihitung menggunakan metode kolorimetri AlCl3 dengan beberapa modifikasi (Asni Amin et al., 2018). Salah satunya yaitu Spektrofotometer Visibel dengan alat Spektrofotometer UV-Vis yang digunakan untuk mendapatkan nilai absorbansi pada setiap panjang gelombang di daerah spektrum UV dan spektrum tampak (Harborne, J., 1987). Menurut Puspitasari & Prayogo (2016) optimasi panjang gelombang pada pengukuran menggunakan metode Spektrofotometri Visibel dengan panjang gelombang 400-500 nm, diperoleh nilai absorbansi dan panjang gelombang maksimal 428 nm menggunakan kuarsetin sebagai pembanding untuk penentuan kurva baku untuk penetapan kadar flavonoid.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan berbagai hasil pengujian, diantaranya hasil uji aktivitas, uji skrining, dan penetapan kadar fenol total. Dari beberapa penelitian tersebut maka peneliti tertarik untuk melanjutkan penelitian sebelumnya karena belum ada penelitian yang membahas mengenai Kadar Flavonoid pada Ekstrak dan Fraksi Daun Pecut Kuda (Stachytarpheta jamaicensis (L.)Vahl). Oleh
karena itu, penelitian skripsi ini mengangkat judul “Penentuan Kadar Flavonoid pada Ekstrak dan Fraksi Daun Pecut Kuda (Stachytarpheta jamaicensis (L.)Vahl)”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah berapa kadar flavonoid yang terdapat pada ekstrak etanol 70%, fraksi n-heksan dan fraksi etil asetat daun Pecut Kuda (Stachytarpheta jamaicensis (L.)Vahl)?
C. Maksud dan Tujuan Penelitian 1. Maksud Penelitian
Adapun maksud penelitian ini yaitu melakukan penetapan kadar flavonoid ekstrak etanol 70%, fraksi n-heksan dan fraksi etil asetat daun Pecut Kuda (Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl).
2. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum
Untuk menentukan kadar flavonoid pada ekstrak etanol 70%, fraksi n-heksan dan fraksi etil asetat daun Pecut Kuda (Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl).
b. Tujuan Khusus
Untuk menentukan kadar flavonoid ekstrak etanol 70%, fraksi n-heksan dan fraksi etil asetat daun Pecut Kuda (Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl) menggunakan metode kolorimetri dengan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum.
D. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kandungan flavonoid yang terdapat pada tanaman daun pecut kuda. Dan dapat digunakan sebagai rujukan untuk informasi pengembangan daun Pecut Kuda (Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl) kedepannya.
b. Manfaat praktis
Manfaat praktis yaitu dapat dijadikan acuan oleh produsen obat tradisional untuk strandarisasi daun Pecut Kuda (Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl).
E. KERANGKA PIKIR Daun Pecut Kuda
(Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl)
Studi etnofarmasi dikabupaten Bulukumba yang dilakukan oleh Asni Amin, (2012) menyatakan
bahwa tanaman pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl) merupakan tanaman yang
memiliki kandungan kimia sebagai anti kanker.
Ekstrak
Kandungan kimia
Uji BSLT
Uji DPPH
Penelitian yang dilakukan oleh Noer Kurnia (2022) mengatakan bahwa hasil pengujian BSLT ekstrak etanol
70% fraksi etil asetat dan fraksi n- heksan dari daun pecut kuda menunjukkan aktivitas yang toksik
Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Fitri (2022) mengatakan bahwa hasil pengujian DPPH ekstrak etanol 70%
fraksi etil asetat dan fraksi n-heksan dari daun pecut kuda menunjukkan
adanya aktivitas antioksidan.
Kandungan biokimia yang terdapat pada ekstrak Pecut Kuda
melalui skrining pereaksi warna menunjukkan positif
mengandung fenol, flavonoid, dan tannin
(Andi Tenri B, 2022)
Uji identifikasi KLT pada ekstrak etanol 70%, fraksi etil asetat
dan fraksi n-heksan daun pecut kuda
(Stachytarpheta jamaicensis L.) menyatakan positif mengandung fenol dan flavonoid (Andi Tenri B,
2022).
Penetapan kadar fenolik total yang terdapat pada ekstrak etanol 70%, fraksi n-heksan,
fraksi etil asetat daun pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl) secara
berturut-turut adalah 61,189 mg GAE/gram ekstrak;
62,999 mg GAE/gram ekstrak dan 154,042 mg GAE/gram ekstrak. (Andi Tenri B, 2022).
Flavonoid
Analisis kadar flavonoid pada ekstrak dan fraksi daun pecut kuda (Stachytarpheta
jamaicenis L.)
Data Ilmiah
F. Hipotesis
Adapun hipotesa pada penelitian ini adalah ekstrak Daun Pecut Kuda (Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl) mengandung kadar flavonoid dalam jumlah tertentu.