BAB IX
SISTEM DAN RANGKAIAN PELEDAKAN MISFIRE
Disusun Oleh:
Nama : Rizky Adi Prihartono
NPM : 100.701.21.039
Shift /Kelompok : IV (Empat)
Hari /Tanggal Praktikum : Rabu / 20 Desember 2023 Hari /Tanggal Laporan : Rabu / 27 Desember 2023
Asisten : 1. Zahwa Siba Afiza
2. Anggi Auliya Zaneti
Praktikum Peledakan Laboratorium Tambang
Nilai Akhir Acc Laporan
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2023 M/1445 H
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Sebelum laporan ini di buat , marilah panjatkan Puji serta syukur atas kehadirat illahi rabbi Allah SWT yang karena berkat ridho dan hidayah-Nyalah saya dapat menyelesaikan laporan ini, tak lupa shalawat serta salam semoga allah limpah curahkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan ke zaman yang serba islami, akhlaq dan imani.
Kemudian saya ucapkan terimakasih kepada dosen dan assisten laboratorium tambang karena atas bimbingannya saya dapat menyelesaikan laporan awal ini yang berjudul’’ SISTEM DAN RANGKAIAN PELEDAKAN MISFIREsecara tepat waktu.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan ini.Saya menyadari, Laporan yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan laporan ini.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Bandung 18 Desember 2023 Penulis
Rizky Adi Prihartono
10070121039
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI...ii
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Maksud Dan Tujuan...1
1.2.1 Maksud...2
1.2.2 Tujuan...3
BAB II LANDASAN TEORI ...1
2.1 Peledakan...2
2.2 Konsep Peledakan...3
2.3 Rangkaian Peledakan……….4
2.3.1 Rangkaian Seri………...4
2.3.2 Rangkaian Parallel……….5
2.3.3 Rangkaian Parallel - Seri………..6
2.4 Gagal Ledak (Misfire)……….8
BAB III KESIMPULAN……… 9
DAFTAR PUSTAKA...10
iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tambang bawah tanah (underground mining) adalah metode penambangan yang segala kegiatan atau aktivitas penambangannya dilakukan dibawah permukaan bumi dan tempat kerjanya tidak langsung berhubungan dengan udara terbuka. Tambang bawah tanah mengacuh pada metode pengambilan bahan-bahan mineral yang dilakukan dengan membuat terowongan menuju lokasi mineral tersebut. Berbagai macam logam bisa diambil melalui metode ini, seperti emas, tembaga, seng, nikel, dan timbal.
Karena letak cadangan yang umumnya berada jauh di bawah tanah, maka jalan masuk perlu dibuat untuk mencapai lokasi cadangan. Seperti yang telah kita ketahui ketika untuk memilih sistem penambangan bawah tanah yang paling utama adalah ketingkat keekonomisannya dibanding dengan menggunakan tambang terbuka.
Peledakan merupakan serangkaian kegiatan yang melibatkan Memasuki tahap produksi dan pengolahan industri pertambangan dalam kegiatan penambangan. Peledakan adalah Tujuannya adalah untuk memecah material padat, yaitu batu. Kegiatan eksplosif Dilakukan pada saat alat berat sudah tidak mampu lagi memecahkan material batuan Itu sangat sulit, jadi melakukannya saat aktivitas pemecahan batu mengunakan suatu peledakan
1.2 Maksud Dan Tujuan 1.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum kali ini untuk mengetahui dan memahami tentang suatu Peledakan.
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pengujian kali ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Sistem Peledakan.
2. Untuk mengetahui Macam Macam Sistem peledakan 3. Untuk mengetahui prosedur Dalam suatu Peledakan
1
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Peledakan
Peledakan merupakan aktivitas penambangan yang bertujuan untuk memberaikan batuan atau material, dimana bahannya terdiri atas bahan kimia yang mampu menciptakan ledakan. Peledakan pada material akan dilakukan apabila material terlalu sulit untuk digali menggunakan alat mekanis ( Yahdi Azzhury, 2009 ). Disamping itu kegiatan peledakan dilakukan agar memudahkan untuk proses selanjutnya seperti penentuan ukuran fragmentasi. Dalam hal ini penentuan peledakan pun sangat bergantung dari sifat atau karakterisktik batuan yang akan diledakan.
2.2 Konsep Dasar Peledakan
Beberapa tujuan peledakan terhadap massa batuan diantaranya sebagai berikut :
1. Membongkar atau melepaskan batuan (bahan galian) dari batuan induknya.
2. Memecah dan memindahkan batuan.
3. Membuat rekahan.
Dalam hal digunakannya bahan peledak sebagai media untuk memberaikan material tentunya memberikan effisiensi dan ekonomis, namun dalam hal lain bahan peledak merupakan benda yang berbahaya, sehingga harus harus hati-hati sesuai dengan peraturan dan teknik-teknik yang diterapkan.
Setiap teknik peledakan yang dipakai biasanya atas dasar dari tujuan peledakan dan pekerjaan atau proses lanjutan setelah peledakan. Untuk mencapai pekerjaan peledakan yang optimum sesuai dengan rencana, perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :
1. Karakteristik batuan yang diledakkan.
2. Karakteristik bahan peledak yang digunaka.
3. Teknik atau metode peledakan yang diterapkan.
3
Adapun proses yang terjadi dalam peledakan biasanya dilakukan dengan cara membuat lubang ledak yang diisi dengan sejumlah bahan peledak; dengan penerapan metode peledakan, geometri peledakan dan jumlah bahan peledak yang sesuai untuk mendapatkan hasil yang diharapkan.
2.3 Rangkaian Peledakan
Rangkaian Peledakan merupakan bentuk atau susunan yang dilakukan agar peledakan yang dilakukan dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan.
Pemilihan sistem rangkaian akan tergantung dari jumlah detonator listrik yang akan diledakkan.
2.3.1 Rangkaian Seri
Rangakaian seri adalah rangkaian yang sangat sederhana dengan arus minimum yang disuplai blasting machine pada setiap detonator sekitar 1,5 Ampere untuk menjamin tiap detonator tersebut meledak sempurna. Prinsip peledakan adalah menghubungkan legwire dari satu lubang ke lubang lain secara menerus, sehingga apabila sala satu detonator mati, maka seluruh rangkaian terputus dan akan berakibat gagal ledak (misfire). Pada sisitem seri akan diperoleh arus yang rendah dan tegangan yang tinggi. Apabila salah satu kawat ada yang putus, maka seluruh rangkaian tidak dapat berfungsi.
Sumber : Tubagus, 2015
Gambar 2.1 Rangkaian Seri Rumus yang dapat digunakan:
Rtotal = R1 + R2 + R3 +...+ Rn
Itotal = i1 = i2 = in
V = i (nr)
4
2.3.2 Rangkaian Parallel
Rangkaian parallel adalah suatu rangkaian di mana setiap detonator mempunyai alur alternative dalam rangkaian tersebut, sehingga apabila sala satu atau beberapa detonator mati, detonator yang lainnya masih dapat meledak.
Oleh sebab itu pengujian rangkaian menyeluruh secara langsung sangat riskan, apabila setiap detonator belum di uji. Untuk peledakan rangkaian parallel, arus minimum yang diperlukan per detonator sekitar 0.5 ampere. Namun secara menyeluruh sistem parallel memerlukan arus tinggi dengan tegangan rendah dan untuk menyuplai tenaga listrik digunakan panel control khusus bukan dari blasting machine.
Sumber : Tubagus, 2015
Gambar 2.2 Rangkaian Parallel Rumus yang digunakan:
2.3.3 Rangkaian Parallel - Seri
Rangkaian ini terdiri dari sejumlah rangkaian seri yang di hubungkan parallel. Umumnya rangkaian ini di terapkan apabila peledakan memerlukan lebih dari 40 detonator dengan leg wire setipa detonator lebih dari 7 meter,serta dipetimbangan bahwa apabilah seluruh lubang ledak dihubungkan secara seri memerlukan power yang besar. Perhitungan tahanan dan arus untuk memperoleh power atau voltage yang sesuai, adalah sebagai berikut :
1. Hitung dulu tahanan total untuk setiap rangkaian
2. Hitung tahanan pada rangkaian parallel - seri degnan menganggap bahwa tahanan total hubungan seri sebagai tahanan pada rangkaian parallel.
Rtotal = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 +...+ 1/Rn
Itotal = i1 = i2 = in
V = i (nr)
5
Cara parallel cukup efektif untuk jumlah lubang ledak kurang dari 300, namun demikian perlu di pertimbangkan pula bahwa untuk jumlah lubang ledak sampai ratusan rangkaian dan perhitungan menjadi tambahan kompleks.
Sumber : Tubagus, 2015
Gambar 2.3 Rangkaian Parallel-Seri
2.4 Gagal Ledak (Misfire)
Gagal ledak (misfire) adalah istilah yang diberikan kepada bahan peledak yang tidak meledak di dalam kolom lubang ledak. Banyak penyebab tidak mengakibatkan gagalnya peledakan suatu bahan peledak dan biasanya merupakan suatu pekerjaan yang sulit serta berbahaya untuk mengatasinya.
Kata kuncinya adalah gagal ledak harus ditangani dengan penuh kehati-hatian.
2.4.1 Ciri-Ciri Misfire
Terdapat beberapa ciri awal untuk mengindikasikan bahwa suatu lubang ledak tidak meledak, diantaranya adalah :
1. Perhatikan dari jauh asap yang keluar dari dalam lubang yang tidak meledak, biasanya mengalir dengan konstan. Apabila tidak bisa, maka setelah 15 menit untuk peledakan listrik atau 30 menit untuk peledakan dengan sumbu api, lakukan pemeriksaan pada tumpukan fragmentasi hasil peledakan untuk mengamati sisa asap yang keluar dari lubang
2. Terbentuk banyak bongkah batuan hasil peledakan
3. Bila menggunakan sistem peledakan listrik carilah kawat yang masih terlihat diantara tumpukan fragmentasi hasil peledakan.
4. Bila menggunakan sistem sumbu ledak carilah sumbu ledak di sekitar tumpukan fragmentasi. Sumbu ledak tidak akan tersisa apabila betul-betul meledak
6
5. Setelah diketahui jumlah lubang yang gagal ledak, kemudian periksa lembaran rencana peledakan atau log peledakan atau charging sheet untuk mendapatkan data jumlah bahan peledak pada setiap lubang yang gagal ledak.
7
BAB III KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari materi yang telah dijabarkan diantaranya sebagai berikut :
1. Rangkaian Peledakan merupakan bentuk atau susunan yang dilakukan agar peledakan yang dilakukan dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan.
Pemilihan sistem rangkaian akan tergantung dari jumlah detonator listrik yang akan diledakkan. Rangkaian peledakan diklasifikasikan menjadi beberapa jenis yaitu rangkaian seri, rangkaian paralell, dan rangkaian seri-paralell.
2. Misfire merupakan suatu kejadian dimana bahan peledak yang sudah diisi kedalam lubang ledak dan telah dirangkai tersebut tidak terjadi atau tidak adanya bahan peledak yang meledak pada suatu lubang peledakan tersebut.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kejadian Misfire ini, diantaranya adalah dari bahan peledak yang digunakan, karena dalam menentukan komposisi dari bahan peledak yang dipakai harus sesuai dengan keadaan lingkungan sekitar, detonator yang dipakai, kemudian sumbu atau kawat penghantar yang dipakai. Dengan adanya kejadian Misfire ini harus lebih berhati-hati lagi dalam penanganan bahan peledak yang ada.
3. Secondary Blasting adalah suatu kegiatan yang dilakukan pada saat fragmentasi batuan hasil Primary Blasting berukuran bongkah (boulder) atau tidak sesuai dengan perencanaan awal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Aswin. 2012. " RANGKAIAN PELEDAKAN ". Aswin63.. Diakses pada 18 Desember 2023 pada pukul 17.21 Wib
2. Gaudin, AM. 1939. "Sistem Peledakan "New York:McGraw Hill Book.
Diakses pada 18 Desember 2023 pada pukul 17.21 Wib
3. Hamdani, Burhan. 2015. "pengertian Peledakan .Riyanto. Diakses pada tanggal 18 Desember 2023 pada pukul 17.29 Wib
4. Kelly and. Spottiswood. 1982. "peledakan". Kanada:Jonh Wiley & Sons 5. Prayitno, Budi. 2019. "Diktat Pengantar Peledakan". Medan: Institut
Teknologi Medan.