• Tidak ada hasil yang ditemukan

Izhurhusna@gmail.com - STKIP PGRI Sumatera Barat

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Izhurhusna@gmail.com - STKIP PGRI Sumatera Barat"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM

BASED LEARNING (PBL) DISERTAI KUIS TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

KELAS VIII SMPN 2 BATUSANGKAR

Zurriyatil Husna, Rina Febriana, Hamdunah

Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat Izhurhusna@gmail.com

ABSTRACT

This research is based on the understanding of students' mathematical concepts are still low, lack of student’s ability in problem solving and lack of student’s interaction in problem solving. The purposes of this research are to determine the development of understanding and to find out whether the understanding of mathematical concepts which using the Application of Problem Based Learning Model with Quiz is better than using conventional learning with scientific approach. This research is an experimental research. Population in this research is students in Eighth grade at SMPN 2 Batusangkar. The sampling technique was random sampling. The instrument of this research is quiz and final test in essay form. Quiz is given at the end of the meeting in the experimental class. Quiz analysis is done by calculating the average of each meeting quiz. The final test analysis technique used is t-test. The results showed that: 1) the development of the concept decreased and increased, 2) using Problem Based Learning Model with Quiz better than using conventional learning model with scientific approach, which is used by students in Ninth grade at SMPN 2 Batusangkar.

Keywords: Problem Based Learning (PBL), Quiz, Ability Concept Understanding

PENDAHULUAN

Muliyardi (2002: 3) menyatakan bahwa “pembelajaran matematika adalah upaya membantu siswa untuk mengkonstruksi konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep atau prinsip itu terbangun kembali”.

Penyelesaian permasalahan matematika yang harus dikuasai terlebih dahulu oleh siswa adalah memahami konsep.

Menurut Dahar (dalam murizal 2012:

19) Jika diibaratkan, konsep-konsep merupakan batu-batu pembangunan dalam berpikir. Akan sangat sulit bagi siswa untuk menuju ke proses

(2)

2 pembelajaran yang lebih tinggi jika

belum memahami konsep. Oleh karena itu, kemampuan pemahaman konsep matematis adalah salah satu tujuan penting dalam pembelajaran matematika.

Semakin tinggi pemahaman siswa terhadap konsep matematika, semakin tinggi pula hasil belajar yang diperoleh siswa.

Berdasarkan besarnya peranan matematika pemerintah telah mengupayakan implementasi kurikulum 2013. Komponen terpenting dalam implementasi kurikulum 2013 adalah pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan untuk membantu siswa dalam mencapai kompetensi pengetahuan, keterampilan dan sikap. Proses pembelajaran matematika pada jenjang SMP berdasarkan kurikulum 2013 adalah metode scientific Kegiatan siswa dari proses tersebut adalah mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Diharapkan dengan menerapkan kurikulum 2013 dalam pembelajaran matematika siswa dapat mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan.

Kenyataan dilapangan dari Hasil observasi yang dilakukan peneliti di SMPN 2 Batusangkar, pada tanggal 14 sampai dengan 16 Maret 2017, terlihat bahwa proses pembelajaran siswa kurang aktif dan masih terpusat kepada guru. dalam proses pembelajaran guru sudah menerapkan pendekatan scientific namun dalam penerapannya siswa masih kurang aktif dimana pada saat kegiatan mengamati belum sepenuhnya siswa mengamati apa yang diharapkan guru, sehingga tidak ada interaksi dalam proses pembelajaran. Ketika siswa diminta untuk menyelesaikan soal matematika yang sedikit berbeda dengan contoh soal siswa terlihat kesulitan hal ini dikarenakan siswa terbiasa menghafal bukan memahami konsep, sehingga sebagian besar siswa tidak paham dan hanya siswa yang berkemampuan tinggi saja yang memiliki motivasi ingin menjawab soal. Selama pembelajaran berlangsung terlihat Siswa kurang berpendapat seperti, siswa yang berkemampuan tinggi tidak berinteraksi dan tidak membantu siswa yang tidak mengerti begitu juga sebaliknya, siswa berkemampuan rendah tidak mau

(3)

3 bertanya kepada teman berkemampuan

tinggi.

Salah satu usaha untuk mengatasi permasalahan yang timbul dalam pembelajaran matematika pada sekolah tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). PBL adalah model pembelajaran yang diawali dengan sebuah masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri.

Menurut Moffit (Rusman, 2011:241) pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pegetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran.

Problem Based Learning (PBL), merupakan salah satu model pembelajaran pembelajaran yang menuntut aktivitas mental siswa untuk memahami suatu konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah yang disajikan pada awal pembelajaran dengan tujuan untuk melatih siswa menyelesaikan masalah dengan

menggunakan pendekatan pemecahan masalah (Tomi, 2013: 6)

Model Pembelajaran Problem Based Learning ini disertai kuis. Kuis adalah pernyataan yang diajukan kepada peserta didik, dimana pernyataan itu hanya menanyakan hal-hal yang prinsip saja dari materi yang telah diajarkan sebelumnya dan bentuknya berupa isian singkat. Hal ini dilakukan untuk mengetahui penguasaan materi (kompetensi) peserta didik. Waktu yang diperlukan relatif singkat, kurang dari 15 menit (Haryati (2007 : 80). Kuis ini bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing siswa telah memahami konsep dari materi yang baru saja dipelajari. Pada penelitian kuis ini terdiri dari beberapa pertanyaan sederhana berbentuk esai yang berkenaan dengan materi yang telah dipelajari.

Menurut NCTM (dalam rifqi 2016: 14) pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap konsep matematika dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam: (1) mendifinisikan konsep secara verbal dan tertulis; (2) Mengidentifikasi membuat contoh dan bukan contoh; (3) menggunakan model, diagram, dan

(4)

4 simbol-simbol untuk mempresentasikan

suatu konsep; (4) mengubah suatu bentuk presentasi kedalam bentuk lain;

(5) mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep; (6) mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang menentukan suatu konsep;

(7) membandingkan dan membedakan konsep-konsep.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan pemahaman konsep matematis siswa dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) disertai kuis di kelas IX SMPN 2 Batusangkar.

Mengetahui apakah pemahaman konsep matematis siswa dengan menerapkan model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) disertai kuis lebih baik daripada pemahaman konsep matematis siswa dengan menerapkan pembelajaran konvensional di kelas IX SMPN 2 Batusangkar.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian eksperimen yang dilaksanakan pada tanggal 12 Agustus sampai dengan 05 September 2017 dikelas IX SMPN 2

Batusangkar Tahun Pelajaran 2017/2018.

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 2 Batusangkar Tahun Pelajaran 2016/2017, yang terdiri dari 5 kelas.

Menurut Arikunto (2010: 174)

“Sampel sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”. Untuk pengambilan sampel dilakuka uji normalitas, uji homogenitas dan uji kesamaan rata-rata. Berdasarkan perhitungan hasil uji normalitas nilai akhir semester, maka diperoleh populasi yang berdistribusi normal. Kemudian, dilakukan uji homogenitas dengan uji barlet. Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh populasi homogen.

Setelah populasi berdistribusi normal dan homogen dilanjutkan dengan melakukan uji kesamaan rata-rata, dengan uji anava, berdasarkan asil analisis didapatkan anggota-anggota populasi yang setara, oleh karena itu pemilihan sampel dilakukan pengundian untuk mendapatkan dua kelas yang dijadikan sampel pada penelitian ini.

(5)

5 Berdasarkan pengundian yang

dilakukan, pengambilan pertama kelas IX.4 sebagai kelas eksperimen dan pengambilan kedua yaitu kelas IX.2 sebagai kelas kontrol.

Instrumen penelitian berupa Kuis yang dilaksanakan pada akhir tiap pertemuan dan tes akhir yang berbentuk essay yang disusun berdasarkan materi yang telah dipelajari, yang mengandung indikator kemampuan Pemahaman Konsep. Soal tes akhir diujicobakan terlebih dahulu. Uji coba soal dilakukan di kelas IX SMPN 1 Batusangkar pada tanggal 28 Agustus 2017. Analisis butir soal tes akhir dilakukan dengan menyelidiki tingkat kesukaran soal, daya pembeda soal dan reliabilitas tes.

Analisis Kuis yang dilakukan dengan menghitung rata-rata kuis tiap pertemuan, dan analisis data untuk menguji hipotesis digunakan uji t Pengujian digunakan untuk mengetahui apakah hipotesis diterima atau ditolak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian yang telah dilakukan tanggal 12 Agustus sampai dengan 5 September 2017 yang dilakuka pada kedua kelas sampel yaitu kelas

eksperimen dan kelas kontrol, maka diperoleh data:

1) Perkembangan pemahaman konsep matematis siswa dilihat melalui kuis. Kuis diberikan disetiap akhir pertemuan pada siswa kelas eksperimen. Nilai kuis yang diperoleh siswa dianalisis dengan menghitung rata-rata dan persentase ketuntasan, kemudian nilai tersebut dibandingkan setiap kali pertemuan.

2) Data diperoleh melalui tes akhir yang dilakukan diakhir penelitian.

Soal tes akhir berupa soal esai sejumlah 8 butir soal yang mengandung indikator pemahaman konsep, yaitu Menyatakan ulang sebuah konsep Mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah. Pada kelas eksperimen diikuti oleh 30 orang siswa dan kelas kontrol diikuti oleh 30 orang siswa.

Penelitian yang dilakukan dengan menerapakan model Problem Based Learning (PBL) disertai kuis memiliki 5 langkah pembelajaran, diawali dengan guru memberi salam, mengajak siswa berdoa dilanjutkan dengan menanya

(6)

6 kabar serta mengecek kehadiran siswa.

Setelah itu guru menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan siswa dalam proses pembelajaran. Tahap pertama Mengorientasikan peserta didik terhadap masalah. Pada tahap ini, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, siswa menyimak tujuan yang disampaikan guru dan memotivasi siswa sebelum memulai pembelajaran.

Memotivasi siswa yang dilakukan yaitu dengan memberi soal cerita sehari-sehari secara lisan, sesuai dengan materi pelajaran.

Tahap kedua Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar. Pada tahap ini, guru mengorganisasikan peserta didik untuk belajar dalam bentuk diskusi kelompok, Guru membagi siswa dalam 5 kelompok secara heterogen berdasarkan kemampuan akademik siswa kemudian siswa duduk dalam kelompok masing- masing. Kemudian siswa bersama anggota kelompok mendiskusikan untuk mencari penyelesaian dari lembar masalah. Pertemuan pertama ini masih terlihat siswa masih terlihat bingung dengan penjelasan dan instruksi yang diberikan guru mengenai langkah-

langkah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Oleh karena itu guru menjelaskan kembali langkah- langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan, namun pada pertemuan selanjutnya pembelajaran sudah berlangsung dengan baik. Siswa sudah tahu langkah-langkah apa yang hendak dilakukannya tanpa diinstruksikan oleh guru.

Guru membagikan lembar masalah pada setiap kelompok yang nantinya akan dibahas. Pada pertemuan pertama masalah yang diberikan yaitu masalah yang diharapkan siswa menemukan konsep mengenai pola bilangan ganjil, pola bilangan genap , dan pola bilangan segitiga, serta dapat menyelesaikan masalah sesuai dengan konsep yang ditemui. pertemuan kedua masalah yang diberikan yaitu masalah yang diharapkan siswa menemukan konsep mengenai pola bilangan persegi, pola bilangan persegi panjang , dan pola bilangan segitiga pascal, serta dapat menyelesaikan masalah sesuai dengan konsep yang ditemui. pertemuan ketiga masalah yang diberikan yaitu masalah yang diharapkan siswa menemukan

(7)

7 konsep mengenai pengertian barisan dan

rumus suku ke-n dari suatu barisan aritmatika. pertemuan keempat masalah yang diberikan yaitu masalah yang diharapkan siswa menemukan konsep mengenai rumus suku ke-n dari suatu barisan geometri, dan dapat menyelesaikan masalah nyata yang berhubungan dengan barisan geometri.

pertemuan kelima masalah yang diberikan yaitu masalah yang diharapkan siswa menemukan konsep mengenai pengertian deret dan rumus suku ke-n dari suatu deret aritmatika. pertemuan keenam masalah yang diberikan yaitu masalah yang diharapkan siswa menemukan konsep mengenai rumus suku ke-n dari suatu deret geometri, dan dapat menyelesaikan masalah nyata yang berhubungan dengan deret geometri.

Tahap ketiga membimbing penyelidikan individu dan kelompok.

Pada tahap ini, guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi berbagai sumber untuk mendapatkan penjelasan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah Pertemuan pertama ini masih terlihat siswa yang malu bertanya kepada guru oleh karena itu, guru memberikan

motivasi kepada siswa. Pertemuan selanjutnya siswa sudah berani bertanya jika ada materi yang diragukan.

Tahap keempat Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Pada tahap ini, guru meminta peserta didik untuk mengisi lembar jawaban yang ada pada lembar masalah secara kelompok. Siswa mengumpulkan lembar masalah yang telah dijawab

Tahap kelima menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pada tahap ini, guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan jawaban terhadap masalah yang diberikan, setelah itu guru memberi kesempatan kapada kelompok lain untuk menanggapi atau memberi pendapat terhadap presentasi kelompok.

Pada pertemuan pertama terlihat siswa tidak percaya diri dalam persetasi pertemuan selajutnya siswa yang melakukan presentasi di depan kelas sudah mulai percaya diri dalam mempresentasikan lembar kerjanya.

Akhir pembelajaran guru memberikan kuis pada tiap siswa yang terdiri dari 2 soal esai sesuai indikator pemahaman konsep dengan waktu

(8)

8 kurang dari 15 menit, sesuai dengan

materi pelajaran tiap pertemuan.

Perkembangan Pemahaman konsep matematis siswa yang dilihat dari kuis yang diberikan setiap akhir pembelajaran. Nilai kuis yang diperoleh siswa dianalisis dengan menghitung rata- rata dan persentase ketuntasan, kemudian nilai tersebut dibandingkan setiap kali pertemuan. Berdasarkan penilaian yang telah dilakukan pada lembar kuis siswa diperoleh perkembangan pemahaman konsep matematis siswa yang dapat dilihat berdasarkan nilai rata-rata kuis, seperti Tabel 2

Tabel 2. Rata-rata Nilai Kuis Matematika Siswa Kelas Eksperimen

Kuis I II III IV V VI Rata-

rata 62,5

0 63,3

3 52,8

7 72,8

7 52,5

4 67,4

6

Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata pada setiap pelaksanaan kuis terjadi penigkatan dan penurunan. Rata- rata kuis I ke kuis II mengalami peningkatan, kuis II ke kuis III mengalami penurunan, kuis III ke kuis IV mengalami peningkatan, kuis IV ke kuis V mengalami penurunan, dan kuis

V ke kuis VI mengalamami peningkatan.

Hal ini disebabkan karena tingkat kesulitan materi yang berbeda disetiap pertemuan. Rata-rata kuis yang diperoleh siswa menunjukkan perkembangan pemahaman konsep matematis siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada kelas eksperimen.

Pembelajaran yang berlangsung pada kelas kontrol adalah pembelajaran konvensional dengan menggunakan pendekatan Scientific. Pembelajaran diawali pengecekan dan kesiapan siswa sebelum memulai pembelajaran, menciptakan suasana yang kondusif, guru memberikan motivasi dan menyampaikan indikator serta tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa dalam proses pembelajaran. Guru meminta siswa mengamati materi tentang Pola, Barisan dan Deret yang ada pada buku siswa. Selanjutnya guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi pelajaran yang sudah dibaca siswa sebelumnya tentang apa yang kurang jelas atau belum dipahami siswa. Dengan bantuan

(9)

9 guru meminta siswa mengasosiakan dari

apa yang telah diamati, tidak semua siswa memperhatikan kebanyakan siswa sibuk dengan kegiatan yang lain seperti berbicara dengan teman, meribut dan mengerjakan tugas mata pelajaran yang lain, hal ini mengakibatkan rendahnya pemahaman konsep siswa.

Setelah proses pembelajaran di kelas eksperimen dan kontrol selesai, maka dilakukan tes akhir pada kedua kelas tersebut. Hasil tes akhir melihat pemahaman konsep matematis siswa dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata, Simpangan Baku,

, pada Kelas Sampel

Kelas Sampel

x

S Xmaks Xmin

Eksperimen 62 20,72 96 27 Kontrol 52,4 21,68 87 12

Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa jika dilihat dari nilai maksimum dan minimum yang diperoleh siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, kemudian nilai rata-rata siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada nilai rata-rata siswa kelas kontrol.

Hipotesis diterima atau ditolak untuk mengetahuinya, maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas menggunakan uji liliefors, berdasarkan uji tersebut diperoleh kedua kelas sampel normal. Setelah itu dilakukan uji homogenitas. Karena kedua kelas sampel berdistribusi normal dan homogen maka uji hipotesis yang dilakukan yaitu uji- satu pihak dengan hasil Pemahaman konsep matematis siswa dengan menerapkan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) disertai kuis lebih baik daripada pemahaman konsep matematis siswa dengan menerapkan pembelajaran konvensional

Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Tomi Utomo, dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Terhadap Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa (Siswa Kelas VIII Semester Gasal SMPN 1 Sumbermalang Kabupaten Situbondo Tahun Ajaran 2012/2013) menyatakan bahwa pengaruh model Pembelajaran Berbasis Masalah

(10)

10 (Problem Based Learning) sangat

berpengaruh terhadap pemahaman konsep siswa.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa:

1) Perkembangan Pemahaman Konsep Siswa dengan menerapkan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) disertai kuis mengalami Penurunan dan Peningkatan.

2) Pemahaman konsep matematis siswa dengan menerapkan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) disertai kuis lebih baik daripada pemahaman konsep matematis siswa dengan menerapkan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IX SMPN 2 Batusangkar.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Angga, murizal. 2012. Pemahaman konsep matematis dan model pembelajaran Quantum teaching.

FMIPA UNP. Skripsi

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: Rineka Cipta.

Haryati, mimin. (2004). Model dan teknik penilaian pada tingkat satuan pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta

Muliyardi.(2002).Strategi Pembelajaran Matematika. Padang: FMIPA UNP

Rusman. (2011). Model-model pembelajaran mengembangkan profesionalisme guru. Jakarta:

Rajawali Pers.

Angga, murizal. 2012. Analisis peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa MTs lewat penerapan model pembelajaran problem based learning berbantuan software geogebra berdasarkan kemampuan awal matematika. Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Cirebon. Skripsi Tomi, utomo. 2013. Pengaruh Model

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Terhadap Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa(Siswa Kelas VIII Semester Gasal SMPN 1 Sumbermalang Kabupaten Situbondo Tahun Ajaran 2012/2013). Skripsi

Referensi

Dokumen terkait

Uji hipotesis kedua yaitu untuk mengetahui perbedaan hasil belajar geometri antara siswa yang mengkuti model pembelajaran NHT dengan siswa yang mengikuti model

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui perbedaan kemampuan awal dan kemampuan akhir kedua kelas. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan koneksi matematis