• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jakarta, Juni 2016 Hasan Kiana Aji vii HASAN KIANA AJI Rancang Bangun Sistem Informasi Spasial Analisis Potensi Energi Listrik Alternatif Limbah Kelapa sawit Berbasis web (Studi Kasus: prov. Riau)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Jakarta, Juni 2016 Hasan Kiana Aji vii HASAN KIANA AJI Rancang Bangun Sistem Informasi Spasial Analisis Potensi Energi Listrik Alternatif Limbah Kelapa sawit Berbasis web (Studi Kasus: prov. Riau)"

Copied!
224
0
0

Teks penuh

(1)

KELAPA SAWIT BERBASIS WEB (Studi Kasus : Provinsi Riau )

Skripsi Ini Diajukan Sebagai Syarat Melaksanakan Kewajiban Studi Strata Satu Program Studi Sistem Informasi

Oleh : Hasan Kiana Aji

109093000021 Dosen Pembimbing : 1. Zainul Arham, M.Si 2. Eri Rustamaji, MBA

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2016 M/ 1438 H

(2)

ii

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI SPASIAL ANALISIS POTENSI ENERGI LISTRIK ALTERNATIF BIOMASA LIMBAH

KELAPA SAWIT BERBASIS WEB (STUDI KASUS : PROVINSI RIAU )

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi

Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:

HASAN KIANA AJI 109093000021

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2016

(3)
(4)
(5)

vi

DIAJUKAN SEBAGI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Juni 2016

Hasan Kiana Aji 109093000021

(6)

vii

HASAN KIANA AJI (109093000021), Rancang Bangun Sistem Informasi Spasial Analisis Potensi Energi Listrik Alternatif Limbah Kelapa sawit Berbasis web (Studi Kasus: prov. Riau). Dibawah bimbingan ZAINUL ARHAM dan ERI RUSTAMAJI.

Kebutuhan akan energi yang semakin lama semakin meningkat membuat manusia berfikir bagaimana menciptakan energi yang dapat memenuhi kebutuhan hidup umat manusia, diantaranya yang paling vital adalah enegi listrik. Sebagian besar energi listrik dihasilkan masih menggunakan energi fosil yang tidak dapat diperbaharui, untuk memenuhi kebutuhan energi di Indonesia Energi terbarukan adalah solusi untuk menggeser bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbaharui.

Penelitian ini bertujuan untuk merancang Sistem Informasi Spasial Analisis Potensi Energi Listrik Alternatif Limbah Kelapa Sawit Berbasis Web, yang mampu memberikan informasi letak geografis serta potensi energi listrik alternatif di Provinsi Riau, hal ini sesuai dengan PERATURAN PEMERINTAH NO. 3 TAHUN 2005 tentang Penyediaan tenaga listrik Dan Pemanfaatan Energi, yang diperkuat dengan PERATURAN PRESIDEN NO. 5 TAHUN 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional serta Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain. Maka untuk mendukung hal itu dibutuhkan sistem informasi yang memudahkan investor maupun pemerintah untuk melihat potensi energi listrik yang berasal dari biomasa limbah kelapa sawit. Metode penelitian yang dilakukan menggunakan metode pengumpulan data yaitu studi literatur, observasi dan wawancara, serta metode pengembangan sistem dengan Waterfall yang dimodelkan dengan tools Unified Modelling Language (UML). Menggunakan bahasa pemrograman PHP dan untuk membangun database menggunakan MySQL, ArcGis, serta framework WebGis MapGuide. Hasil penelitian ini berupa Sistem Informasi Spasial Analisis Potensi Energi Listrik Alternatif Limbah Kelapa Sawit Berbasis Web guna membantu Direktorat Jendral EBTKE mengklasifiksikan area potensi limbah kelapa sawit dari data yang telah didapat, dan menampilkan peta potensi limbah kelapa sawit.

Kata Kunci: Limbah Kelapa Sawit, Biomasa, EBTKE, Provinsi Riau, WebGis, Waterfall, UML, MapGuide

V Bab + 198 Halaman + xxvi Halaman Romawi + 71 Gambar + 38 Tabel + 5 Daftar Simbol + Daftar Pustaka

Pustaka Acuan (25,2002-2014)

(7)

viii

SWT yang telah memberikan kesehatan dan kelancaran sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu peneliti lantunkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW. Peneliti berharap skripsi ini dapat memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana (S-1) dalam bidang Sistem Informasi dari Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Alhamdulillah setelah selesainya Skripsi yang dibuat penulis dengan Judul “Rancang Bangun Sistem Informasi Spasial Analisis Potensi Energi Listrik Alternatif Biomasa Limbah Kelapa Sawit Berbasis Web (Studi Kasus: Provinsi Riau)”

Penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak yang membantu baik dari segi motivasi, bimbingan moril maupun materil yang ditujukan kepada:

1. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si, selaku dekan Fakultas Sains dan Teknologi.

2. Ibu Nia Kumaladewi, MMSI, selaku Ketua Program Studi Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi serta Ibu Mei, MMSI, selaku Sekretaris Program Studi Sistem Informasi di Fakultas Sains dan Teknologi.

3. Bapak Zainul Arham, M.Si selaku Dosen pembimbing I dan Bapak Eri Rustamaji, MBA selaku Dosen pembimbing II telah bersedia meluangkan waktu dan untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini, juga memberikan motivasi dan arahan yang sangat berarti kepada penulis

(8)

ix mudah walaupun berlarut lama

5. Terima kasih banyak untuk Bapak Zulfan Zul, ST. selaku kepala Seksi Perencanaan Bioenergi direktorat Jendral yang sudah berbagi ilmu tentang Biomasa dan energi terbarukan :

6. Teman-Teman SIG 2009. Terima kasih atas semuanya pengalaman dan kenanganya.

7. Semua pihak yang sudah membantu dan men-support penulis hingga sampai pada titik ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

.

Jakarta, Juni 2016

Hasan Kiana Aji 109093000021

(9)

x

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR SIMBOL ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 11

1.3 Rumusan Masalah ... 12

1.4 Batasan Masalah ... 12

1.5 Tujuan Dan Manfaat ... 14

1.5.1 Tujuan ... 14

1.5.2 Manfaat ... 14

1.6 Metode Penelitian ... 14

1.6.1 Metode Pengumpulan Data ... 14

1.6.2 Metode Pengembangan Sistem ... 15

1.7 Sistematika Penulisan ... 17

BAB II LANDASAN TEORI ... 19

2.1 Analisis Sistem ... 19

2.2 Rancang Bangun ... 19

2.3 Sistem Informasi ... 21

2.3.1 Sistem ... 21

2.3.2 Informasi ... 25

2.3.3 Sistem Informasi ... 26

(10)

xi

2.4.4 Kelebihan SIG ... 31

2.4.5 Model Data SIG ... 33

2.5 Data Spasial ... 35

2.5.1 Pengertian Data Spasial ... 35

2.5.2 Sumber Data Spasial ... 35

2.5.3 Manfaat Data Spasial ... 36

2.6 Analisis Spasial ... 37

2.6.1 Fungsi Analisis Spasial ... 38

2.7 Perangkat Lunak SIG ... 39

2.7.1 ArcGIS ... 39

2.7.2 MapGuide Open Source ... 41

2.8 Teori Limbah Kelpa Sawit dan Potensi Energi Limbah kelapa sawit ... 42

2.8.1 Energi ... 42

2.8.2 Bentuk dan Sifat Energi ... 42

2.8.3 Sumber Daya Energi ... 45

2.8.4 Satuan Energi ... 46

2.8.5 Konversi Energi ... 48

2.8.6 Aliran Energi ... 49

2.8.7 Konservasi Energi ... 50

2.8.8 Proses Pembangkitan Listrik ... 51

2.8.9 Biomasa Dan Kelapa Sawit ... 52

2.9.10 Kelapa Sawit ... 60

2.9.11 Rumus Perhitungan Potensi Limbah Kelapa Sawit ... 64

2.9.12 Analisa Perhitungan Potensi Limbah Kelapa Sawit ... 69

2.10 Database ... 71

2.10.1 Pengertian Database ... 71

2.10.2 Database Management System (DBMS) ... 71

2.11 Objek Potensial ... 72

2.12 Tahap Pengembangan Sistem Model Waterfall ... 73

(11)

xii

2.13 Unified Modeling Language (UML) ... 74

2.13.1 Pengertian ... 74

2.13.2 Diagram-diagram UML ... 75

2.14 Tahap Pengumpulan Data ... 79

2.15 Rich Picture ... 80

2.16 Bahasa Pemrograman ... 80

2.17 XAMPP ... 81

2.18 MySQL ... 81

2.19 Pengujian Black Box ... 82

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 84

3.1 Tempat dan waktu penelitian ... 84

3.2 Data Dan Perangkat Penelitian ... 84

3.2.1 Data ... 84

3.2.2 Alat Penelitian ... 85

3.3 Metodologi Penelitian ... 85

3.3.1 Metode Pengumpulan Data ... 85

3.3.2 Metode Pengembangan Sistem ... 90

3.4 Kerangka Penelitian ... 97

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 98

4.1 Permulaan Sistem ... 98

4.1.1 Identifikasi Masalah ... 98

4.1.2 Lingkup Sistem ... 99

4.1.3 Tujuan Sistem ... 99

4.2 Analisis Sistem ... 99

4.2.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 100

4.2.2 Profil Dirjen Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi ... 107

4.2.3 Analisis Sistem Berjalan ... 116

4.2.4 Analisis Sistem Usulan ... 118

4.2.5 Kebutuhan Pengguna Sistem ... 120

(12)

xiii

4.4 Implementasi ... 189

4.4.1 Digitasi ... 189

4.4.2 Pemrograman (Coding) ... 193

4.4.3 Pengujian Sistem ... 193

BAB V PENUTUP ... 202

6.1 Kesimpulan ... 202

6.2 Saran ... 203

(13)

xiv

Gambar 1.2 Grafik Proyeksi Kebutuhan Listrik Persektor di Sumatera Tahun 2003

s.d 2020 ... 4

Gambar 1.3 Grafik Perkembangan dan Proyeksi Produksi CPO Indonesia 2000/2020 ... 6

Gambar 2.1 Karakteristik sistem (Jogiyanto, 2008)... 22

Gambar 2.3 Komponen SIG (Prahasta, 2009) ... 30

Gambar 2.4 Tampilan ArcGIS (Prahasta, 2009) ... 40

Gambar 2.5 Tampilan MapGuide ... 41

Gambar 2.6 Konversi Energi Kimia (biomassa) ke Energi Listrik ... 48

Gambar 2.7 Perbandingan sistem biomassa dan fosil pada siklus karbon ... 54

Gambar 2.8 Ragam teknologi konversi dan praperlakuan. ... 58

Gambar 2.9 Kesetaraan biomassa dan energi dalam proses pengolahan sawit di pabrik kelapa sawit ... 61

Gambar 2.10 Database Management System (Kadir, 2003) ... 72

Gambar 2.11 Model strategi Waterfall (Whitten et al, 2004) ... 73

Gambar 2.12 Contoh Use Case Diagram ... 76

Gambar 2.13 Contoh Activity Diagram ... 77

Gambar 2.14 Contoh Class Diagram ... 77

Gambar 2.15 Contoh Sequence Diagram... 78

Gambar 2.16 Contoh Deployment Diagram ... 79

Gamabar 4.1 Peta Wilayah Provinsi Riau ... 101

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Direktur Jendral Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi ... 111

Gambar 4.3 Prosedur Sistem yang berjalan ... 117

Gambar 4.4 Sistem Usulan ... 119

Gambar 4.5 Use Case Diagram ... 124

Gambar 4.6 Activity Diagram Login ... 136

Gambar 4.7 Activity Diagram Manajemen User ... 137

(14)

xv

Gambar 4.12 Activity Diagram Mengelola Peta ... 143

Gambar 4.13 Activity Diagram Melihat Peta ... 144

Gambar 4.14 Activity Diagram Mengelola Berita ... 145

Gambar 4.15 Activity Diagram Melihat berita ... 146

Gambar 4.16 Activity Diagram Logout ... 147

Gambar 4.23 Deployment Diagram Sistem ... 148

Gambar 4.17 Class Diagram... 151

Gambar 4.20 Sequence Diagram Login ... 158

Gambar 4.21 Sequence Diagram Manajemen User ... 159

Gambar 4.22 Sequence Diagram Input Data Limbah Kelapa Sawit ... 160

Gambar 4.23 Sequence Diagram Cek Informasi ... 161

Gambar 4.24 Sequence Diagram Melihat Informasi Limbah Kelapa Sawit ... 162

Gambar 4.25 Sequence Diagram Hubungi Kami ... 163

Gambar 4.26 Sequence Diagram Mengelola Peta ... 164

Gambar 4.27 Sequence Diagram Melihat Peta ... 165

Gambar 4.28 Sequence Diagram Mengelola Berita ... 166

Gambar 4.29 Sequence Diagram Melihat Berita... 167

Gambar 4.30 Sequence Diagram Logout ... 168

Gambar 4.18 LRS ... 169

Gambar 4.19 Skema Database ... 170

Gambar 4.39 Bentuk Primary Key dan Foreign Key ... 171

Gambar 4.31 Rancangan Home (Masyarakat) ... 172

Gambar 4.32 Rancangan Layar Produksi Limbah Kelapa Sawit (Masyarakat) . 173 Gambar 4.33 Rancangan Layar Berita (Masyarakat) ... 174

Gambar 4.34 Rancangan Layar Peta (Masyarakat, Admin, Staff ahli, dan Kasi Bioenergi) ... 175

(15)

xvi

Gambar 4.38 Rancangan Layar Produksi Limbah Kelapa Sawit ... 178

(Administrator) ... 178

Gambar 4.39 Rancangan Layar Berita (Administrator) ... 179

Gambar 4.40 Rancangan Layar Peta (Administrator) ... 180

Gambar 4.41 Rancangan Layar Pesan (Administrator) ... 181

Gambar 4.42 Rancangan Layar Manajemen User (Administrator) ... 182

Gambar 4.43 Rancangan Layar Home (Staff ahli dan Kasi Bioenergi ) ... 183

Gambar 4.44 Rancangan Layar Produksi Limbah kelapa Sawit (Staff Ahli) .... 184

Gambar 4.45 Rancangan Layar Berita (Staff ahli)... 185

Gambar 4.46 Rancangan Layar Peta (Staff Ahli) ... 186

Gambar 4.47 Rancangan Layar Biodata (Staff Ahli & Kepala Seksi Bioenergi) ... 187

Gambar 4.48 Rancangan Layar Produksi Limbah Kelapa Sawit (Kepala Seksi Bioenergi) ... 188

Gambar 4.49 Rancangan Layar Berita (Kepala Seksi Bionergi) ... 189

Gambar 4.50 Tampilan Map Guide untuk upload peta ... 190

Gambar 4.51 Hasil peta setelah proses upload... 191

Gambar 4.52 Input Data proses klasifikasi ... 191

Gambar 4.53 Hasil setelah proses klasifikasi ... 192

Gambar 4.54 Peta Hasil setelah proses klasifikasi ... 192

(16)

xvii

Tabel 1.2 Jumlah Produksi Hasil Pertanian Kelapa sawit di Pulau Sumatra tahun

2012 ... 7

Tabel 2.2 Konversi Satuan Energi (Sutarno, 2013) ... 47

Tabel 2.3 Diagram Aliran energi ... 49

Tabel 2.4 Nilai energi panas (calorific value) dari beberapa produk samping sawit (berdasarkan berat kering)... 63

Tabel 2.5 Serat Sawit ... 65

Tabel 2.6 Cangkang Sawit ... 65

Tabel 2.7 Tandan Buah Kosong ... 66

Tabel 2.8 Limbah Cair (POME)... 67

Tabel 2.9 FEEDSTOCK ... 67

Tabel 2.10 Nilai pada masing-masing kategori ... 70

Tabel 3.1 Penelitian Sejenis ... 87

Tabel 4.1 Identifikasi Aktor ... 122

Tabel 4.2 Identifikasi Use Case ... 122

Tabel 4.3 Narasi Use Case Login ... 125

Tabel 4.4 Narasi Manajemen User ... 126

Tabel 4.5 Narasi Use Case Input Data Produksi Limbah Kelapa Sawit ... 127

Tabel 4.6 Narasi Use Case Cek informasi ... 128

Tabel 4.7 Narasi Use Case Melihat informasi limbah kelapa sawit ... 129

Tabel 4.8 Narasi Use Case Hubungi Kami ... 130

Tabel 4.9 Narasi Use Case Mengelola Peta Admin ... 131

Tabel 4.10 Narasi Use Case Melihat Peta ... 132

Tabel 4.11 Narasi Use Case Memperbaharui Berita ... 133

Tabel 4.12 Narasi Use Case Melihat Berita ... 134

Tabel 4.13 Narasi Use Case Logout ... 134

Tabel 4.16 Keterangan Class Diagram ... 151

Tabel 4.17 Tabel Akses Database ... 171

(17)

xviii

Tabel 4.22 Shp Produksi Limbah Kelapa sawit ... 157

Tabel 4.14 Analisis Daftar Objek Potensial “Rancang Bangun Sistem Informasi Spasial Analisis Potensi Energi listrik Alternatif Biomasa Limbah Kelapa Sawit Berbasis Web ... 149

Tabel 4.15 Daftar Objek Yang Diusulkan... 150

Tabel 4.23 Tabel Pengujian Black Box Sistem oleh Masyarakat ... 194

Tabel 4.24 Tabel Pengujian Black Box Sistem oleh Admin ... 195

Tabel 4.25 Tabel Pengujian Black Box Sistem oleh Kepala Seksi Bioenergi .... 196

Tabel 4.26 Tabel Pengujian Black Box Sistem oleh Staff Perencanaan Bioenergi ... 197

Tabel 4.27 Tabel Pengujian Black Box Sistem oleh Staff Analisis dan Evaluasi ... 200

(18)

xix

Simbol Keterangan

Actor

Use case

Association

<<extend>> Extends

<<include>> Include / Uses

SIMBOL ACTIVITY DIAGRAM (Whitten et al. 2004)

Simbol Keterangan

Activity

(19)

xx

Swimlane

Final state

Decision

Fork / Join

Transition

SIMBOL CLASS DIAGRAM (Whitten et al. 2004)

Simbol Keterangan

#Attribute1 +Attribute2 +Operation1()

Class 1. Class name 2. Attribute 3. Operation

Aggregation

Generalization

1..*

1 Association

1

2

3

(20)

xxi

(Whitten et al. 2004)

Simbol Keterangan

Node

Association

SIMBOL SEQUENCE DIAGRAM

(Whitten et al. 2004)

Simbol Keterangan

Actor

Non object life line

Object life line

(21)

xxii

Activation

(22)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Sebagai bangsa yang besar dengan jumlah penduduk sekitar 220 juta jiwa, Indonesia menghadapi masalah energi yang cukup mendasar. Sumber energi yang tidak terbarukan non-renewable tingkat ketersediaannya semakin berkurang. Sebagai contoh, produksi minyak bumi Indonesia yang telah mencapai puncaknya pada tahun 1977 yaitu sebesar 1.7 juta barel per hari terus menurun hingga tinggal 1.125 juta barel per hari tahun 2004. Di sisi lain konsumsi minyak bumi terus meningkat dan tercatat 0.95 juta barel per hari tahun 2000, menjadi 1.05 juta barel per hari tahun 2003 dan sedikit menurun menjadi 1.04 juta barel per hari tahun 2004.

Tabel 1.1 Produksi dan Konsumsi Minyak Bumi Indonesia 2005-2010 (Ribu Barel / hari)

S

(Sumber: diolah dari data kementrian ESDM) Tahun Produksi (juta

barel/hari)

Konsumsi (juta

barel/hari) Impor BBM

2005 268.529 397.802 164.842

2006 257.821 374.691 131.765

2007 254.396 383.453 149.479

2008 251.531 388.107 153.105

2009 246.289 389.142 137.817

2010 241.156 398.241 146.997

(23)

Gambar 1.1 Grafik Total Cadangan Minyak Bumi Indonesia

(Sumber: Statistik Minyak Bumi, Kementerian ESDM 2011)

Dari Gambar 1.1 berdasarkan pada penemuan discovery menyebutkan bahwa cadangan yang terus ditemukan adalah cadangan gas, bukan minyak. Seperti tangguh, area deepwater Selat Makassar (Gandang, Gendalo, Gehem, dll.), dan Bintuni. Dari kenyataan tersebut maka terbukti cadangan minyak nasional terus menyusut selama 8 tahun terakhir dari 8,61 miliar barel menjadi 7,73 miliar barel, publikasi statistik minyak bumi kementerian ESDM (2011). Dengan kebutuhan konsumsi BBM nasional yang saat ini sudah diatas 1,2 juta barel per hari dan kemampuan kilang domestik hanya 700 ribu barel per hari, maka sisa kebutuhan BBM masih harus diimpor. Dan saat ini minyak bumi masih mendominasi konsumsi bahan bakar dengan 51,66%, sementara batu bara 15,34% dan gas alam 28,57%.

Oleh karena itu, cadangan minyak bumi nasional hanya cukup untuk 12 tahun mendatang.

(24)

Terhadap tuntutan ini, industri kelapa sawit mempunyai potensi kontribusi yang sangat besar. Produk utama kelapa sawit yaitu minyak sawit (CPO) kini sudah mulai dikembangkan sebagai sumber energi terbarukan dengan memprosesnya menjadi biodiesel, seperti yang sudah dikembangkan di Malaysia. Produk samping kelapa sawit seperti cangkang dan limbah pabrik CPO juga potensial sebagai sumber biomassa yang dapat dikonversi menjadi energi terbarukan. Alternatif ini memiliki beberapa kelebihan.

Pertama, sumber energi tersebut merupakan sumber energi yang bersifat renewable sehingga bisa menjamin kesinambungan produksi. Kedua, Indonesia merupakan produsen utama minyak sawit sehingga ketersediaan bahan baku akan terjamin dan industri ini berbasis produksi dalam negeri.

Ketiga, pengembangan alternatif tersebut merupakan proses produksi yang ramah lingkungan. Keempat, upaya tersebut juga merupakan salah satu bentuk optimasi pemanfaatan sumberdaya untuk meningkatkan nilai tambah.

Sejalan dengan hal tersebut, maka dalam tulisan ini akan dibahas mengenai pemanfaatan produk limbah kelapa sawit sebagai sumber energi terbarukan.

Pembahasan difokuskan pada potensi secara empiris produk samping kelapa sawit sebagai sumber energi terbarukan. Di samping itu, teknologi yang sudah berkembang serta status penguasaan teknologi Indonesia dalam hal produk samping kelapa sawit sebagai sumber energi dibahas secara ringkas di bagian akhir tulisan ini.

(25)

Kebutuhan listrik di Pulau Sumatera jauh lebih kecil dibanding dengan kebutuhan listrik di Jawa, dengan pangsa hanya sekitar 16% pada tahun 2003 dan menjadi 18% pada tahun 2025. Mengingat Pulau Sumatera akan menjadi lumbung energi dan dapat dikatakan pemakaian listrik di pulau ini masih tergolong rendah menyebabkan peningkatan kebutuhan listrik di pulau ini diasumsikan lebih tinggi dibanding Jamali (Jawa, Madura, Bali), yaitu sebesar 8,6% per tahun, dari 21,14 TWh pada tahun 2003 menjadi 128,91 TWh pada tahun 2025. Peningkatan pertumbuhan kebutuhan listrik 8,6% per tahun tersebut juga dipicu oleh membaiknya perekonomian di Sumatera dan adanya program peningkatan rasio elektrifikasi di Sumatera.

Gambar 1.2 Grafik Proyeksi Kebutuhan Listrik Persektor di Sumatera Tahun 2003 s.d 2020 (Sumber : Perencanaan Sistem PT. PLN Persero)

Berdasarkan Gambar 1.2 diatas, proyeksi kebutuhan listrik persektor di Sumatera dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, dari sektor rumah tangga, usaha, umum, serta industri. Terkait dengan masalah keterbatasan

(26)

sumber energi listrik yang dimiliki oleh Indonesia dan semakin besarnya permintaan sumber energi listrik maka salah satu kebijakan pemerintah ialah dengan pemanfaatan limbah sebagaimana untuk mengatasi krisis listrik, sesuai dengan undang-undang nomor 30 tahun 2007 tentang energi dan Undang-undang nomo 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan yaitu salah satunya dengan cara mengelola limbah kelapa sawit, limbah sekam padi, limbah pelepah tebu, dan kotoran ternak sapi sebagai energi alternatif, yang pada akhirnya di kenal dengan istilah Biomasa.

Selain digunakan untuk tujuan primer seperti serat, bahan pangan, pakan ternak, minyak nabati, bahan bangunan dan sebagainya, biomassa juga digunakan sebagai bahan energi (bahan bakar). Umumnya yang digunakan sebagai bahan bakar adalah biomassa yang nilai ekonomisnya rendah atau merupakan limbah setelah diambil produk primernya. Biomassa terutama dalam bentuk kayu bakar dan limbah pertanian merupakan sumber energi tertua. Hingga sekarang, biomassa sebagai sumber energi masih cukup berperan terutama untuk negara-negara berkembang. Data dari Shell Breifing Service (1980) yang dikutip Abdul Kadir (1982) menyebutkan bahwa konsumsi energi biomassa di negara-negara berkembang (tidak termasuk negara OPEC) pada tahun 1977 adalah 2.6 BOE perkapita per tahun, atau sekitar 54% dari konsumsi energi keseluruhan. (sumber ; Sri Endah Agustina IPB)

Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam memanfaatkan produk samping sawit sebagai sumber energi. Seperti diketahui, kelapa sawit

(27)

Indonesia merupakan salah satu komoditi yang mengalami perkembangan yang terpesat. Pada era tahun 1980-an sampai dengan pertengahan tahun 1990-an, industri kelapa sawit berkembang sangat pesat. Pada periode tersebut, areal meningkat dengan laju sekitar 11% per tahun. Sejalan dengan perluasan areal, produksi juga meningkat dengan laju 9.4% per tahun.

Konsumsi domestik dan ekspor juga meningkat pesat dengan laju masing- masing 10% dan 13% per tahun. Pada awal tahun 2001–2004, luas areal kelapa sawit dan produksi masing-masing tumbuh dengan laju 3.97% dan 7.25% per tahun, sedangkan ekspor meningkat 13.05% per tahun (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2005).

Pertumbuhan produksi CPO berarti pula peningkatan ketersediaan produk samping sawit yang antara lain bersumber dari TBS. Seperti terlihat pada Gambar 2, produksi TBS diperkirakan akan terus meningkat dan mencapai sekitar 83 juta ton pada tahun 2020, sehingga dapat dihasilkan 17 ton CPO. Volume tersebut merupakan sumber produk samping yang sangat besar untuk menghasilkan energi.

Gambar 1.3 Grafik Perkembangan dan Proyeksi Produksi CPO Indonesia 2000/2020

(28)

(Sumber : Badan Litbang Pertanian Jakrta tahun 2005)

Berdasarkan Gambar 1.3 volume produksi CPO tersebut dihasilkan dari 205 pabrik kelapa sawit yang sebagian besar berlokasi di Sumatera (177 pabrik), dan lainnya di Kalimantan, Sulawesi dan Jawa. Sebagai ilustrasi, produksi TBS Indonesia pada tahun 2004 diperkirakan sebesar 53,762 juta ton TBS. Produksi ini akan terus meningkat dan pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 64,000 juta ton TBS. Dari produksi TBS tahun 2004 dapat diperkirakan produksi POME sebanyak 32,257 s/d 37,633 juta ton dan TKKS sebanyak 12,365 juta ton. Jumlah ini sangat melimpah dan berpotensi besar sebagai sumber energi terbarukan.

Provinsi Riau merupakan penghasil limbah kelapa sawit terbesar di Indonesia, yang terletak di bagian tengah Sumatera, Kabupaten Kampar merupakan salah satu kabupaten yang terletak di propinsi Riau, yang memproduksi hasil limbah kelapa sawit terbanyak di antara kabupaten yang lain. Sementara Kota Pekan Baru merupakan penghasil limbah kelapa sawit terendah di Provinsi Riau.

Tabel 1.2 Jumlah Produksi Hasil Pertanian Kelapa sawit di Pulau Sumatra tahun 2012

No Lokasi Produksi (ton)

1 Aceh 616.306

2 Sumatra Utara 4.142.085

3 Sumatra Barat 953.937

4 Riau 5.840.880

5 Kep. Riau 14.733

6 Jambi 1.714.684

7 Bengkulu 877.874

(29)

8 Sumatra Selatan 2.242.649

9 Bangka Belitung 512.195

10 Lampung 401.952

TOTAL 17.317.295

(Sumber: Energi Baru, Terbarukan Dan Konservasi Energi Kementrian Energi Sumber Daya Mineral )

Berdasarkan Tabel 1.2, terdapat daerah penghasil Kelapa sawit di provinsi Riau yang terdiri dari beberapa Kabupaten/kota. daerah penghasil Kelapa sawit terbanyak di provinsi Riau yaitu Kab. Kampar yang ditandai dengan warna merah, sedangkan penghasil Kelapa sawit terendah di Riau yaitu kota Pekan Baru di tandai dengan warna merah muda.

Sesuai dengan perkembangan teknologi khususnya di bidang komputer grafik, basis data, teknologi informasi, pemetaan, maka kebutuhan mengenai penyimpanan, analisis, penyajian data yang berstruktur kompleks dengan jumlah besar makin mendesak. Struktur data kompleks tersebut mencakup jenis data spasial maupun tabular. Oleh karena itu untuk mengelola data yang kompleks ini diperlukan sebuah sistem informasi terintegrasi yang mampu mengolah data baik data spasial maupun data tabular ini secara efektif dan efisien. Sehingga diharapkan dibangunnya sebuah sistem informasi yang dapat mengintegrasikan data tabular dan data spasial potensi energi listrik alternatif yang efisien dan mampu mengelola ataupun mengolah data yang kompleks sehingga dapat membantu proses penentuan daerah potensi energi

(30)

listrik alternatif pada Direktorat Jendral Energi Baru Terbarukan dan Konversi Energi.

Beberapa penelitian atau studi literatur sejenis yang menjadi rujukan mengenai sistem sejenis yang pernah dibuat diantaranya:

Syarifudin (2012), Universitas Indonesia. Penelitian ini berjudul

“Analisis Manfaat dan Biaya Pembangkit Listrik Tenaga Sampah untuk Desa Terpencil di Indragiri Hilir (Studi Kasus: TPA Sei Beringin)”. Hasil penelitian ini adalah analisa terhadap manfaat dan biaya pembangkit listrik tenaga sampah menghasilkan peningkatan nilai ekonomi sebesar 11% di Desa Indragiri Hilir. Dalam penelitian saya yang membedakan dengan penelitian tersebut adalah penelitian yang saya bahas mengenai proses perancangan WebGIS potensi gas metana TPA, sedangkan dalam penelitian tersebut lebih fokus membahas analisa terhadap manfaat dan biaya untuk meningkatkan nilai ekonomi sampah TPA yang dijadikan energi listrik.

Ahmed Arieful Fadillah (2013), Fakultas Sains dan Teknologi, Jurusan Sistem Informasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitiannya berjudul “Rancang Bangun Sistem Informasi Spasial Berbasis Web Kualitas Air Situ”. Hasil yang didapatkan yaitu Sistem informasi spasial kualitas air situ di DKI Jakarta yang dapat membantu BPLHD Jakarta dalam memonitoring, inventarisir dan pelaporan kualitas air situ di DKI Jakarta.

Dalam penelitian saya yang membedakan dengan penelitian tersebut adalah adanya data transaksi (laporan) di dalam web yang dapat diunduh oleh public user, tidak hanya memonitoring, inventarisir dan pelaporan saja.

(31)

Siti Halimatusya’diyah (2011), Fakultas Sains dan Teknologi, jurusan Sistem Informasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini berjudul

“Rancang Bangun Sistem Informasi Spasial Berbasis Webgis pada Sebaran Pencemaran Udara Primer Industri Besar (Studi Kasus: DKI Jakarta)”. Hasil yang dicapai berupa sistem informasi spasial berbasis web yang disajikan dalam dua tema yaitu sebaran lokasi industri serta sebaran pencemaran SO2 dan NO2 terhadap baku emisi cerobong. Dalam penelitian saya yang membedakan dengan penelitian tersebut adalah penelitian tersebut menampilkan informasi spasial sebaran dalam bentuk point atau titik, sedangkan penelitian yang saya buat dapat menampilkan informasi spasial sebaran dalam bentuk point dan polygon.

Joko Triyono, Kunjung Wahyudi, Institut Adhitama Surabaya.

Penelitiannya berjudul “Aplikasi Sistem Informasi Geografi Tingkat Pencemaran Industri di Kabupaten Gresik”. (1) Aplikasi ini dapat memberikan informasi mengenai hasil pemantauan udara, sungai dan laut di Gresik Kota dengan lebih mudah, (2) Dapat memberikan informasi mengenai status lingkungan di suatu titik pantau ataupun wilayah kecamatan, dengan cara membandingkannya dengan baku mutu yang sesuai apakah tercemar ataupun belum tercemar. Dalam penelitian saya yang membedakan dengan penelitian tersebut adalah penelitian saya memiliki fitur manajemen peta di dalam webgis yang dapat menghitung potensi gas metana TPA secara otomatis.

(32)

Rahma Sari (2013), Fakultas Sains dan Teknologi, Jurusan Sistem Informasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil yang dicapai berupa sistem informasi spasial berbasis web yang disajikan dalam dua tema yaitu sebaran lokasi ISPU serta data statistik berdasarkan waktunya pada pencemar PM10 dan O3 terhadap baku emisi. Dalam penelitian saya yang membedakan dengan penelitian tersebut adalah penelitian tersebut dibangun menggunakan perangkat lunak Geoserver, sedangkan penelitian saya dibangun dengan menggunakan perangkat lunak Mapguide Maestro dimana kelebihannya dapat menambahkan data spasial (berupa point, line dan polygon) secara online.

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis akan menganalisis dan merancang sebuah sistem informasi spasial dalam mengungkap peluang potensi energi listrik yang di hasilkan oleh limbah kelapa sawit untuk mempermudah investor meliat peluang dibangunya sumber tenaga listrik alternatif. Adapun judul yang diangkat adalah “Rancang Bangun Sistem Informasi Spasial Analisis Potensi Energi Listrik Alternatif Biomasa Limbah Kelapa Sawit (Studi Kasus: Prov. Riau)”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalah yang dirumuskan sebagai berikut:

(33)

1. Belum tersedia sistem informasi spasial berbasis web potensi energi listrik alternatif biomasa limbah kelapa sawit berbasis web di kementrian EBTKE

2. Belum terintegrasi data spasial potensi energi listrik alternatif biomasa limbah kelapa sawit berbasis web dengan data non spasial

3. Belum tersedia sistem informasi spasial yang mampu menganalisa potensi energi listrik alternatif biomasa limbah kelapa sawit berbasis web yang bisa menghasilkan energi listrik yang dihasilkan oleh limbah kelapa sawit.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana merancang dan membangun sistem informasi spasial berbasis web potensi energi listrik alternatif pada limbah Kelapa sawit di Provinsi Riau?”

1.4 Batasan Masalah

Untuk lebih memfokuskan penelitian yang dilakukan yang sesuai dengan judul penelitian ini, maka batasan permasalahan penelitian ini adalah pada :

1. Wilayah yang diteliti adalah Provinsi Riau

2. Data Spasial dan tabular yang digunakan dan ditampilkan adalah data yang berasal dari Kementerian Energi Sumber Daya Mineral Direktorat Jendral

(34)

Energi Baru Terbarukan dan Konversi Energi tahun 2012. Serta berfokus dilingkungan Direktur Bioenergi.

3. Informasi yang ditampilkan bersifat spasial dan nonspasial berbasiskan WebGIS, sementara sistem yang dibangun adalah mengklasifikasikan potensi energi yang dihasilkan oleh limbah kelapa sawit di setiap kabupaten

4. Penelitian ini hanya berfokus pada perhitungan dan klasifikasi limbah kelapa sawit.

5. Teknik analisa spasial yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik klasifikasi, sementara sisitem yang dibangun adalah mengklasifikasikan potensi energi yang dihaslikan oleh limbah kelapa sawit di setiap Kabupaten menjadi 5 klasifikasi yaitu berpotensi sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi, sangat tinggi

6. Metode pengembangan sistem yang digunakan adalah model Waterfall yang dibatasi sampai tahap implementasi coding dan pengujian black box.

Whitten (2004)

7. Tools yang digunakan dalam perancangan sistem yaitu Unified Modelling Languange UML berupa use case diagram, activity diagram, class diagram, Sequence diagram, dan deployment diagram. Whitten (2004) 8. Perangkat lunak yang digunakan pada penelitian ini adalah ArcGis 3.9

untuk mengolah peta dan analisis skoring, , MapGuide Maestro 4.0.3 untuk penyimpanan database spasial, Apache untuk web server, PHP sebagai Interface berbasis web dan MySQL sebagai database sistem.

(35)

1.5 Tujuan Dan Manfaat 1.5.1 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan sistem informasi spasial berbasis web potensi energi listrik alternatif di Provinsi Riau

1.5.2 Manfaat

1. Untuk memberikan informasi kepada pihak EBTKE Kementerian ESDM daerah mana yang berpotensi sebagai tempat dibangunnya pengolahan energi terbarukan (biomassa).

2. Membantu pihak Direktorat Jendral EBTKE dalam menentukan potensi sumber daya biomasa daerah mana saja yang menguntungkan dan pada akhirnya efektif menghasilkan listrik untuk masyarakat.

3. Investor bisa meliahat daerah mana saja yang bisa berpotensi menghasilkan listrik yang menguntungkan dari hasil limbah kelapa sawit .

1.6 Metode Penelitian

Dalam menganalisis dan merancang sistem informasi spasial analisis potensi energi listrik alternatif biomasa limbah kelapa sawit berbasis web ini menggunakan 2 (dua) metode penelitian, yaitu:

1.6.1 Metode Pengumpulan Data

(36)

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah observasi, wawancara, dan studi pustaka. Mengenai apa yang dimaksud dari metode tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Observasi

Penulis melakukan observasi di direktorat Jendral Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi dengan cara mengamati secara langsung dan mengambil data-data yang dibutuhkan untuk perancangan sistem.

2. Wawancara

Untuk menambah informasi, penulis melakukan tanya jawab dengan narasumber yang dianggap ahli dan kompeten untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan penelitian.

3. Studi Literatur

Dengan membaca buku-buku referensi yang relevan, jurnal, makalah, serta hasil penelitian yang berkaitan dengan judul dan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.

1.6.2 Metode Pengembangan Sistem

Metode pengembangan sistem yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model Waterfall menurut Whitten (2004) yang memiliki tahapan sebagai berikut:

(37)

1. Permulaan Sistem

Perencanaan pengembangan sistem informasi bertujuan untuk mengidentifikasikan dan memprioritaskan sistem informasi apa yang akan dikembangkan, sasaran-sasaran yang ingin dicapai, jangka waktu pelaksanaan serta mempertimbangkan dana yang tersedia dan siapa yang melaksanakan.

2. Analisis Sistem

Tahap analisis dapat diidentifikasikan sebagai suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikannya.

3. Desain Sistem

Proses perancangan sistem membagi persyaratan dalam sistem perangkat keras dan perangkat lunak. Kegiatan ini menentukan arsitektur sistem secara keseluruhan. Perancangan perangkat lunak melibatkan identifikasi dan deskripsi abstrak sistem perangkat lunak yang mendasar dan hubungan-hubungannya.

4. Implementasi Sistem

Unit program atau program individual diintegrasikan dan diuji sebagai sistem yang lengkap untuk menjamin bahwa persyaratan sistem telah dipenuhi.

(38)

1.7 Sistematika Penulisan

Sebagai acuan bagi penulis agar penulisan laporan ini dapat terarah sesuai dengan yang penulis harapkan, maka akan disusun sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, ruang lingkup atau batasan dalam penelitian ini, tujuan yang hendak dicapai, manfaat yang diharapkan, dan metodologi yang digunakan dalam penelitian ini secara sistematik.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang digunakan dalam pembahasan penulisan skripsi ini dan sumber landasan teori tersebut.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai metode penelitian yang mencakup metode pengumpulan data dan metode pengembangan sistem yang digunakan dalam suatu sistem informasi spasial berbasis web.

BAB 4 PEMBAHASAN

(39)

Dalam bab ini diuraikan mengenai hasil pembahasan dari sistem informasi yang dikembangkan dan pengujian terhadap sistem yang dikembangkan.

BAB 5 PENUTUP

Dalam bab ini merupakan akhir penulisan penulisan skripsi, dimana berdasarkan uraian-uraian yang telah dibahas akan dituangkan ke dalam suatu bentuk kesimpulan akhir serta saran- saran.

(40)

19 BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Analisis Sistem

Analisis sistem adalah studi domain masalah bisnis untuk merekomendasikan perbaikan dan menspesifikasikan persyaratan dan prioritas bisnis untuk solusi. Analisis sistem informasi merupakan sebuah teknik pemecahan masalah yang menguraikan sebuah sistem menjadi bagian- bagian komponen dengan tujuan mempelajari seberapa bagus bagian-bagian komponen tersebut bekerja dan berinteraksi untuk meraih tujuan mereka.

(Whitten et al, 2004)

Analisis sistem informasi dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan, kesempatan, hambatan yang terjadi dan kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan.Tujuan utamanya adalah memahami sistem dan masalah yang ada, untuk menguraikan kebutuhan informasi dan untuk menetapkan prioritas pekerja sistem selanjutnya. (Jogiyanto, 2008)

2.2 Rancang Bangun

Rancang merupakan serangkaian prosedur untuk menerjemahkan hasil analisis dari sebuah sistem ke dalam bahasa pemrograman untuk mendeskripsikan dengan detail bagaimana komponen-komponen sistem diimplementasikan. Perancangan adalah kegiatan yang

(41)

memiliki tujuan untuk mendesain sistem baru yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi perusahaan yang diperoleh dari pemilihan alternatif sistem yang terbaik (Ladjamudin, 2005). Sedangkan pengertian bangun atau pembangunan sistem adalah kegiatan menciptakan sistem baru maupun mengganti atau memperbaiki sistem yang telah ada baik secara keseluruhan maupun sebagian. Bangun sistem adalah membangun sistem informasi dan komponen yang didasarkan pada spesifikasi desain (Whitten et al, 2004).

perancangan sistem merupakan serangkaian prosedur untuk menerjemahkan hasil analisis dari sebuah sistem ke dalam bahasa pemrograman untuk mendeskripsikan dengan detail bagaimana komponen- komponen sistem diimplementasikan. Sedangkan pengertian pembangunan sistem adalah kegiatan menciptakan sistem baru maupun mengganti atau memperbaiki yang telah ada, baik secara keseluruhan maupun sebagian.

Sehingga dapat disimpulkan pengertian dari rancang bangun sistem adalah serangkaian proses yang saling terintegrasi dengan baik untuk menerjemahkan hasil analisa ke dalam bahasa pemrograman, dan mengimplementasikan komponen-komponen sistem yang diperlukan dalam rangka penciptaan maupun pengembangan sebuah sistem baik secara keseluruhan maupun sebagian.

(42)

2.3 Sistem Informasi 2.3.1 Sistem

2.3.1.1 Pengertian Sistem

Berikut beberapa definisi sistem menurut beberapa ahli :

Sistem adalah sekumpulan elemen yang saling terkait untuk mencapai suatu tujuan (Stair R dan Reynolds G 2010).

sistem adalah sekelompok komponen yang saling berhubungan, bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur (O’Brien, J.A. & Marakas, G.M., 2010).

Sistem memiliki tiga fungsi dasar (O’Brien, J.A. & Marakas, G.M., 2010):

a. Masukan (Input)

Meliputi kegiatan menangkap dan merakit elemen-elemen yang dimasukan ke dalam sistem untuk diproses. Misalnya, bahan baku, energi, data, dan upaya manusia yang harus aman dan teratur untuk pemrosesan.

b. Proses (Processing)

Meliputi kegiatan proses transformasi yang mengubah input menjadi output. Contohnya adalah proses manufaktur, proses pernafasan manusia atau perhitungan matematis.

c. Keluaran (Output)

Meliputi kegiatan memindahkan elemen yang telah diproduksi oleh proses tranformasi ke tujuan akhir mereka. Sebagai contoh,

(43)

produk jadi, jasa manusia, dan manajemen informasi harus dikirimkan kepada pengguna.

.

2.3.1.2 Karakteristik Sistem

Menurut Jogiyanto (2008) suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu, yaitu mempunyai komponen- komponen (components), batas sistem (boundary), lingkungan luar sistem (environments), penghubung (interface), masukan (input), keluaran (output), pengolah (process), dan sasaran (objectivities) atau tujuan (goal).

Gambar 2.1 Karakteristik sistem (Jogiyanto, 2008)

(44)

1) Komponen sistem

Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, yang artinya saling bekerja sama membentuk satu kesatuan. Komponen-komponen sistem atau elemen- elemen sistem dapat berupa sub-sistem atau bagian-bagian dari sistem. Setiap sub-sistem mempunyai sifat-sifat dari sistem yang menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan. Suatu sistem dapat mempunyai suatu yang lebih besar yang disebut dengan supra system.

2) Batas sistem

Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini memungkinan suatu sistem dipandang sebagai satu kesatuan. Batas suatu sistem menunjukkan ruang lingkup (scope) dari sistem tersebut.

3) Lingkungan luar sistem

Lingkungan luar dari suatu sistem adalah apapun di luar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem.

Lingkungan luar sistem dapat bersifat menguntungkan atau dapat juga bersifat merugikan sistem.

4) Penghubung sistem

(45)

Penghubung merupakan media yang menghubungkan antara satu sub-sistem dengan sub-sistem yang lainnya. Melalui penghubung ini memungkinkan sumber daya mengalir dari satu sub-sistem ke sub-sistem lainnya atau menjadikan output dalam satu sub-sistem menjadi input pada sub-sistem lainnya.

5) Masukan sistem

Masukan adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem.

Masukan dapat berupa masukan input (maintenance input) dan masukan sinyal (signal input)

6) Keluaran Sistem

Keluaran dapat merupakan masukan untuk sub-sistem yang lain atau kepada supra sistem.

7) Pengolah sistem

Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah atau siste itu sebagai pengolahnya. Pengolah akan merubah masukan menjadi keluaran.

8) Sasaran sistem

Sasaran dari sistem sangat menentukan sekali masukan yang dibutuhkan sistem dan keluaran yang akan dihasilkan sistem. Suatu sistem dikatakan berhasil apabila dapat mengenai sasaran atau tujuannya.

(46)

2.3.2 Informasi

2.3.2.1 Pengertian Informasi

Berikut beberapa definisi sistem menurut beberapa ahli :

Menurut Whitten dan Bentley (Whitten, J.L. & Bentley, L.D., 2007) informasi adalah data yang telah di proses atau di organisasi kembali menjadi suatu bentuk yang lebih berarti untuk seseorang. Informasi di bentuk dari data yang telah diolah sehingga mempunyai arti bagi penerimanya.

Informasi dapat didefinisikan sebagai hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu kejadian- kejadian (event) yang nyata (fact) yang digunakan untuk pengambilan keputusan (Jogiyanto, 2008).

Data yang diolah melalui suatu model menjadi informasi, penerima kemudian menerima informasi tersebut membuat keputusan dan melakukan tindakan, yang berarti menghasilkan suatu tindakan yang lain yang akan membuat sejumlah data kembali. Data tersebut akan ditangkap sebagai input, diproses kembali lewat suatu model dan seterusnya membentuk siklus.

Siklus ini oleh John Burch disebut dengan siklus informasi (information cycle) atau ada yang menyebutnya dengan istilah siklus pengolahan data (data processing cycles(Jogiyanto, 2008).

(47)

2.3.2.2 Kualitas Informasi

Informasi yang baik adalah informasi yang berkualitas. Informasi yang berkualitas di tentukan oleh hal-hal sebagai berikut (Stair R dan Reynolds G. 2010)

1 Mudah diakses yaitu informasi harus mudah diakses oleh pengguna sehingga pengguna bisa mendapatkannya ketika membutuhkan informasi tersebut.

2 Akurat yaitu informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan.

3 Lengkap yaitu informasi yang lengkap terdiri atas fakta-fakta penting.

4 Ekonomis yaitu informasi yang dihasilkan harus mempunyai manfaat yang besar dibandingkan dengan biaya mengeluarkannya.

5 Fleksibel yaitu informasi dapat digunakan untuk berbagai tujuan.

6 Relevan yaitu informasi harus memberikan manfaat yang baik untuk pengguna informasi tersebut.

7 Dapat dipercaya yaitu informasi harus dapat dipercaya.

8 Aman yaitu informasi harus aman dari pengguna yang tidak memiliki hak akses.

9 Tepat waktu yaitu informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan tidak boleh terlambat, karena nantinya tidak mempunyai nilai yang baik, sehingga apabila dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan dan berakibat fatal atau kesalahan pengambilan keputusan dan tindakan.

(48)

10 Verifikasi yaitu informasi harus dapat diverifikasi.

10.1.1 Sistem Informasi

2.3.3.1 Pengertian Sistem Informasi

Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang merupakan kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi, media, prosedur-prosedur, dan pengendalian yang ditujukan untuk mendapatkan jalur komunikasi penting, memproses tipe transaksi rutin tertentu, memberi sinyal kepada manajemen dan yang lainnya terhadap kejadian-kejadian internal dan eksternal yang penting dan menyediakan suatu dasar informasi untuk pengambilan keputusan yang cerdik.

2.3.3.2 Komponen Sistem Informasi

Komponen-komponen sistem informasi adalah (Turban, E. &

Volonino, L., 2010)

1. Perangkat keras (hardware) adalah serangkaian peralatan seperti prosesor, monitor, keyboard dan printer. Berbagai peralatan tersebut menerima data serta informasi, memprosesnya dan menampilkannya.

2. Perangkat lunak (software) adalah sekumpulan program yang memungkinkan peranti keras untuk memproses data.

3. Basis data (database) adalah sekumpulan file, tabel, relasi dan lain-lainnya yang saling berkaitan dan menyimpan data serta berbagai hubungan di antaranya.

(49)

4. Jaringan (network) adalah sistem koneksi (dengan kabel atau nirkabel) yang memungkinkan adanya berbagai sumber daya antar berbagai komputer yang berbeda.

5. Prosedur adalah serangkaian instruksi mengenai bagaimana menggabungkan berbagai komponen di atas agar dapat memproses informasi dan menciptakan hasil yang diinginkan.

2.3.3.3 Tujuan dan Aktifitas Sistem Informasi

Menurut Prahasta (2009) tujuan sistem informasi adalah untuk menyediakan dan mensistematikkan informasi yang merefleksikan seluruh kejadian atau kegiatan yang diperlukan untuk mengendalikan operasi-operasi organisasi. Kegiatan dalam sistem informasi adalah mengambil, mengolah, menyimpan, dan menyampaikan informasi yang diperlukan untuk terjadinya komunikasi yang diperlukan untuk mengoperasikan seluruh aktifitas di dalam organisasi.

2.4 Sistem Informasi Geografis (SIG) 2.4.1 Pengertian SIG

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi informasi geografi. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis objek-objek dan fenomena dimana lokasi geografi merupakan karateristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. Prahasta (2009)

(50)

Dengan demikian, SIG merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan berikut dalam menangani data yang bereferensi geografi: (a) masukan, (b) manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data), (c) analisis dan manipulasi data, serta (d) keluaran.

2.4.2 Komponen SIG

SIG merupakan sistem kompleks yang biasanya terintegrasi dengan lingkungan sistem-sistem komputer yang lain di tingkat fungsional dan jaringan. SIG terdiri dari beberapa komponen berikut: (Prahasta, 2009)

a. Perangkat keras

Dalam SIG perangkat keras yang umum digunakan adalah CPU, RAM, storage, input device, output device, dan komponen pendukung lainnya.

b. Perangkat lunak

SIG dapat diartikan sebagai sistem perangkat lunak yang tersusun secara modular dimana setiap sub-sistem diimplementasikan dengan menggunakan perangkat lunak yang terdiri dari berbagai modul. Contoh perangkat lunak SIG adalah ArcView, MapGuide, MapServer dan lain-lain.

c. Data dan informasi geografis

SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data dan informasi yang diperlukan dengan cara meng-import dari perangkat- perangkat lunak SIG lain, misalnya dengan cara mendijitasi data

(51)

spasial dari peta dan memasukkan data atribut dari tabel-tabel dan laporan.

d. Manajemen

Komponen ini berkaitan dengan sumberdaya manusia atau brainware, termasuk pengguna. Suatu proyek SIG akan berhasil jika di-manage dengan dengan baik dan dikerjakan oleh orang-orang yang memiliki keahlian yang tepat.

Kombinasi yang benar antara keempat komponen utama ini akan menentukan kesuksesan suatu proyek pengembangan sistem informasi geografis.

Gambar 2.3 Komponen SIG (Prahasta, 2009)

2.4.3 Kemampuan SIG

Berikut adalah beberapa kemampuan-kemampuan SIG yang diambil dari beberapa definisi SIG (Prahasta, 2002):

(52)

1. Memasukkan dan mengumpulkan data geografi (spasial dan atribut).

2. Mengintegrasikan data geografis (spasial dan atribut).

3. Memeriksa, meng-update (meng-edit) data geografi (spasial dan atribut).

4. Menyimpan dan memanggil kembali data geografi (spasial dan atribut).

5. Merepresentasikan atau menampilkan data geografi (spasial dan atribut).

6. Mengelola data geografi (spasial dan atribut).

7. Memanipulasi data geografi (spasial dan atribut).

8. Menganalisa data geografi (spasial dan atribut).

9. Menghasilkan keluaran (output) data geografi dalam bentuk- bentuk: peta tematik (view dan layout), tabel, grafik (chart) laporan (report) dan lainnya baik dalam bentuk hardcopy maupun softcopy.

2.4.4 Kelebihan SIG

Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh SIG, diantaranya: (Prahasta, 2005)

1. SIG sangat efektif di dalam membatu proses-proses qpembentukan, pengembangan atau perbaikan peta manual yang telah dimiliki oleh setiap orang yang menggunakannya dan selalu berdampingan dengan lingkungan fisik dunia nyata yang penug dengan kesan- kesan virtual.

(53)

2. SIG dapat digunakan sebagai alat bantu utama yang interaktif, menarik dan menantang di dalam usaha-usaha untuk meningkatkan pemahaman, pengerian, pembelajaran dan pendidikan mengenai konsep-konsep lokasi, ruang (spasial), kependudukan dan unsur- unsur geografis yang terdapat di permukaan bumi berikut data-data atribut terkait yang menyertainya.

3. SIG memiliki kemampuan analisis spasial dan non-spasial.

4. SIG dapat memisahkan dengan tegas antara bentuk presentasi dengan data-datanya (basis data) sehingga memiliki kemampuan- kemampuan untuk merubah presentasi dalam berbagai bentuk.

5. SIG dapat menguraikan unsur-unsur yang terdapat di permukaan bumi ke dalam bentuk beberapa layer atau coverage data spasial.

6. SIG memiliki kemampuan-kemampuan yang sangat baik dalam memvisualisasikan data spasial berikut atribut-atributnya.

Modifikasi warna, bentuk dan ukuran simbol yang diperlukan untuk merepresentasikan unsur-unsur permukaan bumi dapat dilakukan dengan mudah.

7. Hampir semua operasi (termasuk analisis-analisisnya) yang dimiliki oleh perangkat SIG (terutama desktop GIS) dapat dilakukan secara interaktif dengan bantuan menu-menu dan help yang bersifat user friendly.

(54)

8. SIG dapat menurunkan data-data secara otomatis tanpa keharusan untuk melakukan intepretasi secara manual (terutama intepretasi secara visual dengan menggunakan mata manusia).

9. Hampir semua aplikasi SIG dapat di-costumize, dengan menggunakan perintah-perintah dalam bahasa skrip yang dimiliki oleh perangkat lunak SIG yang bersangkutan, sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pengguna secara otomatis, cepat, lebih menarik, informatif dan user friendly.

10. Perangkat lunak SIG, pada saat ini, sudah menyediakan fasilitas- fasilitas untuk berkomunikasi dengan aplikasi-aplikasi perangkat lunak lainnya hingga dapat bertukar data secara dinamis baik melalui fasilitas Object Linking and Embedding maupun driver Open DataBase Connectivity.

11. SIG pada saat ini, sudah dapat diimplementasikan sedemikian rupa sehingga dapat bertindak sebagai map-server atau GIS-server yang siap melayani permmintaan-permintaan (queries) baik para client melalui jaringan lokal (intranet) maupun jaringan internet (web- based).

12. SIG sangat membantu pekerjaan-pekerjaan yang erat kaitannya dengan bidang-bidang spasial dan geo-informasi.

2.4.5 Model Data SIG

(55)

Di dalam sistem informasi geografis, terdapat tiga model data representasi grafis suatu objek dalam peta, yaitu:

1. Titik

Titik adalah representasi grafis yang paling sederhana untuk suatu objek, representasi ini tidak memiliki dimensi tetapi dapat diidentifikasi di atas peta dan dapat ditampilkan pada layar monitor dengan menggunakan simbol-simbol. Sudut property suatu batas polygon juga merupakan suatu titik. Selain itu harus dipahami juga bahwa skala suatu peta dapat mempengaruhi tampilan suatu objek, apakah ditampilkan sebagai titik atau sebagai polygon. Pada skala besar, suatu objek ditampilkan sebagai polygon, sementara pada skala kecil akan ditampilkan sebagai titik.

2. Garis

Garis adalah bentuk linier yang menghubungkan paling sedikit dua titik dan digunakan untuk merepresentasikan objek-objek satu dimensi. Batas-batas poligon merupakan garis-garis, demikian pula dengan jaringan listrik, komunikasi, pipa air minum, saluran buangan, dan utility lainnya, namun semuanya tergantung pada skala yang digunakan.

3. Polygon

Polygon adalah representasi dari objek-objek dua dimensi, suatu polygon paling sedikit dibatasi oleh tiga garis yang saling

(56)

terhubung di antara ketiga titik tersebut. Didalam basis data, semua bentuk area (luasan) dua dimensi dipresentasikan oleh bentuk polygon contohnya suatu danau, batas propinsi, batas kota, dan batas-batas persil tanah milik adalah tipe-tipe entity yang pada umunya dipresentasikan sebagi polygon. Tetapi seperti yang dijelaskan di atas, hal ini masih tergantung pada skala yang digunakan.

2.5 Data Spasial

2.5.1 Pengertian Data Spasial

Data spasial (data keruangan) adalah data yang memiliki referensi keruangan atau kebumian (georeference) dimana berbagai data atribut terletak dalam berbagai unit spasial, sekarang ini data spasial menjadi data yang penting untuk perencanaan pembangunan dan pengelolaan sumber daya alam yang berlanjut pada cakupan wilayah regional maupun lokal. (Budiyanto, 2009).

Data spasial digunakan untuk menentukan posisi dari identifikasi suatu elemen di permukaan bumi. Pentingnya peranan posisi lokasi yaitu, (1) pengetahuan mengenai lokasi dari suatu aktifitas memungkinkan hubungannya dengan aktifiktas lain atau elemen lain dalam daerah yang sama atau lokasi yang berdekatan dan (2) Lokasi memungkinkan diperhitungkannya jarak, pembuatan peta, memberikan arahan dalam membuat keputusan spasial yang bersifat kompleks. (Rajabidfard dan Williamson, 2009)

2.5.2 Sumber Data Spasial

Data spasial dapat dihasilkan dari berbagai macam sumber, diantaranya adalah:

(57)

2.5.2.1 Peta Analog

Sebenarnya jenis data ini merupakan versi awal dari data spasial, dimana yang mebedakannya adalah hanya dalam bentuk penyimpanannya saja. Peta analog merupakan bentuk tradisional dari data spasial, dimana data ditampilkan dalam bentuk kertas atau film.

Oleh karena itu dengan perkembangan teknologi saat ini peta analog tersebut dapat di scan menjadi format digital untuk kemudian disimpan dalam basis data.

2.5.2.2 Data Tabular

Data ini berfungsi sebagai atribut bagi data spasial. Data ini umumnya berbentuk tabel. Salah satu contoh data ini yang umumnya digunakan adalah data sensus penduduk, data sosial, data ekonomi, dan lain-lain. Data tabular ini kemudian di relasikan dengan data spasial untuk menghasilkan tema data tertentu.

2.5.3 Manfaat Data Spasial

Rajabidfard dan Wiliamson (2009), menerangkan bahwa terdapat dua pendorong utama dalam pembangunan data spasial. Pertama adalah pertumbuhan kebutuhan suatu pemerintahan dan dunia bisnis dalam memperbaiki keputusan yang berhubungan dengan keruangan dan meningkatkan efisiensi dengan bantuan data spasial. Faktor pendorong kedua adalah mengoptimalkan anggaran yang ada dengan meningkatkan informasi dan sistem komunikasi secara nyata dengan membangun teknologi informasi spasial.

(58)

Didorong oleh faktor-faktor tersebut, maka banyak negara, pemerintahan dan organisasi memandang pentingnya data spasial, terutama dalam pengembangan informasi spasial atau yang lebih dikenal dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Tujuannya adalah membantu pengambilan keputusan berdasarkan kepentingan dan tujuannya masing-masing, terutama yang berkaitan dengan aspek keruangan. Oleh karena itu data spasial yang telah dibangun, sedang dibangun dan yang akan dibangun perlu diketahui keberadaanya.

2.6 Analisis Spasial

Secara umum, analisis spasial adalah suatu teknik atau proses yang melibatkan sejumlah hitungan dan evaluasi logika (matematis) yang dilakukan dalam rangka mencari atau menemukan potensi hubungan atau pola-pola yang (mungkin) terdapat di antara unsur-unsur geografis (yang terkandung dalam data digital dengan batas-batas wilayah studi tertentu.

(Prahasta, 2009)

Sementara itu, pengertian ringkas menyatakan bahwa analisis spasial merupakan: (Prahasta, 2009)

a. Sekumpulan teknik untuk menghasilkan data spasial

b. Sekumpulan teknik yang hasil-hasilnya sangat bergantung pada lokasi objek yang bersangkutan (yang sedang dianalisis)

c. Sekumpulan teknik yang memerlukan akses baik terhadap lokasi objek maupun atribut-atributnya.

(59)

2.6.1 Fungsi Analisis Spasial

Menurut Prahasta (2009), kemampuan SIG dapat juga dikenali dari fungsi-fungsi analisis yang dapat dilakukannya. Secara umum, terdapat dua jenis fungsi analisis; fungsi analisis spasial dan fungsi analisis atribut (basis data atribut).

2.6.1.1 Fungsi Analisis Atribut

Fungsi analisis atribut terdiri dari operasi dasar sistem pengolahan basisdata (DBMS) yang mencakup:

a. Membuat basisdata baru (create database) b. Menghapus basisdata (drop database) c. Membuat tabel basisdata (create table) d. Menghapus tabel basisdata (drop table)

e. Membaca dan mencari data (field atau record) dari tabel basisdata (seek, find, search, retrieve)

f. Mengubah dan meng-edit data yang terdapat di dalam tabel basisdata (update dan edit)

g. Menghapus data dari tabel basisdata (delete, zap, pack) h. Membuat indeks untuk setiap tabel basis data

2.6.1.2 Fungsi Analisis Spasial

Meskipun sering disebut sebagai tools pembuat peta, namun kekuatan SIG yang sebenarnya terletak pada kemampuannya dalam melakukan analisis. Berikut adalah teknik analisis yang dapat

(60)

dilakukan oleh SIG: klasifikasi (reclassify), jaringan (network), overlay, skoring, buffer, analisa 3D, dan pengolahan citra dijital.

2.7 Perangkat Lunak SIG

Salah satu komponen utama SIG diantaranya adalah perangkat lunak, karena setiap pengolahan data tersebut tidak lepas dari peranan perangkat lunak. Perangkat lunak yang digunakan dalam pengolahan data SIG haruslah merupakan alat (tool) yang mudah digunakan, dan memungkinkan melakukan organisasi, menyusun, menggambarkan, dan menganalisis peta atau informasi spasial.

Perangkat lunak yang digunakan juga biasanya dapat bekerj

Gambar

Tabel 1.1 Produksi dan Konsumsi Minyak Bumi Indonesia  2005-2010 (Ribu Barel / hari)
Gambar 1.2 Grafik Proyeksi Kebutuhan Listrik Persektor di Sumatera Tahun 2003 s.d 2020  (Sumber : Perencanaan Sistem PT
Gambar 2.6 Konversi Energi Kimia (biomassa) ke Energi Listrik Limbah Biomassa dibakar
Gambar 2.9  Kesetaraan biomassa dan energi dalam proses pengolahan sawit di pabrik  kelapa sawit (Sumber : Asian Biomass Handbook)
+7

Referensi

Dokumen terkait