• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

Gamabar 4.1 Peta Wilayah Provinsi Riau

Daerah Provinsi Riau beriklim tropis basah dengan rata-rata curah hujan berkisar antara 2000-3000 milimeter per tahun yang dipengaruhi oleh musim kemarau serta musim hujan. Rata-rata hujan per tahun sekitar 160 hari.

Menurut catatan Stasiun Metereologi Simpang Tiga, suhu udara rata- rata di Kota Pekanbaru menunjukkan optimum pada 27,6 ° Celsius dalam interval 23,4-33,4° Celsius. Kejadian kabut tercatat terjadi sebanyak 39 kali

dan selama Agustus rata-rata mencapai 6 kali sebagai bulan terbanyak terjadinya kejadian.

Provinsi Riau memiliki topografi dengan kemiringan lahan 0 – 2 persen (datar) seluas 1.157.006 hektar, kemiringan lahan 15 – 40 persen (curam) seluas 737.966 hektar dan daerah dengan topografi yang memiliki kemiringan sangat curam (> 40 persen) seluas 550.928 (termasuk Provinsi Kepulauan Riau) hektar dengan ketinggian rata-rata 10 meter di atas permukaan laut. Secara umum topografi Provinsi Riau merupakan daerah dataran rendah dan agak bergelombang dengan ketinggian pada beberapa kota yang terdapat di Wilayah Provinsi Riau antara 2 – 91 m diatas permukaan laut. Kabupaten Bengkalis merupakan kota yang paling rendah, yaitu berada 2 meter dari permukaan laut, sedangkan Kota Pasir Pengaraian berada 91 m dari permukaan laut. Kebanyakan kota di Provinsi Riau berada dibawah 10 meter di atas permukaan laut, seperti Rengat, Tembilahan, Siak, Bengkalis, Bagan Siapi-api dan Dumai.

Provinsi Riau beriklim tropis basah dengan rata rata curah hujan berkisar antara 1000 3000 mm per tahun yang dipengaruhi oleh musim kemarau dan musim hujan. Daerah yang paling sering ditimpa hujan setiap tahun adalah Kota Pekanbaru 193 hari, Kabupaten Indragiri Hulu 178 hari, Kabupaten Pelalawan 147 hari, Kabupaten Rokan Hulu 136 hari, dan Kabupaten Kampar dengan jumlah hari hujan 110 hari. Jumlah Curah Hujan tertinggi pada tahun 2009 terjadi di Kabupaten Kampar dengan curah hujan sebesar 3.349 mm, disusul Kota Pekanbaru sebesar 3.214,4 mm, sedangkan

curah hujan terendah terjadi di Kota Dumai sebesar 635,0 mm. Selanjutnya menurut catatan Stasiun Meteorologi Simpang Tiga, suhu udara rata rata di Kota Pekanbaru tahun 2009 menunjukkan 28° celcius dengan suhu maksimum 36,0 celcius dan suhu minimum 21° celcius.

Jumlah penduduk Provinsi Riau menurut hasil Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) adalah 5.538.367 jiwa, terdiri dari 2.853.168 laki-laki dan 2.685.199 perempuan. Distribusi penduduk menurut kabupaten/kota menunjukkan bahwa penduduk Riau terkonsentrasi di Kota Pekanbaru sebagai ibukota provinsi dengan jumlah penduduk 897.767 jiwa atau sekitar 16,21 persen dari seluruh penduduk Riau. Sedangkan kabupaten/kota dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kabupate Kepulauan Meranti sebesar 176.290 jiwa.

Provinsi Riau memiliki pulau-pulau yang cukup banyak, baik kecil maupun besar, baik yang bernama maupun yang belum bernama dan baik yang berpenghuni maupun yang belum berpenghuni. Jumlah pulau di Provinsi Riau sebanyak 3.214 buah (sebelum dimekarkan menjadi dua Provinsi), diantaranya 743 buah pulau sudah mempunyai nama, sedangkan yang lainnya belum mempunyai nama. Sebagian besar pulau-pulau kecil yang terhampar di Laut Cina Selatan belum dihuni penduduk. Terdapat 15 sungai, diantaranya ada 4 sungai besar yang mempunyai arti penting sebagai sarana perhubungan seperti Sungai Siak (300 Km) dengan kedalaman 8 -12 m, Sungai Rokan (400 Km) dengan kedalaman 6-8 m, Sungai Kampar (400 Km) dengan kedalaman lebih kurang 6 m dan Sungai Indragiri (500 Km) dengan

kedalaman 6-8 m. Ke 4 sungai yang membelah dari pegunungan daratan tinggi Bukit Barisan Bermuara di Selat Malaka dan Laut Cina Selatan itu dipengaruhi pasang surut laut.

1) Visi

Filosofi Pembangunan Daerah Provinsi Riau mengacu kepada nilai-nilai luhur kebudayaan Melayu sebagai kawasan lintas budaya yang telah menjadi jati diri masyarakatnya sebagaimana terungkap dari ucapan Laksamana Hang Tuah “Tuah Sakti Hamba Negeri, Esa Hilang Dua Terbilang, Patah Tumbuh Hilang Berganti, Takkan Melayu Hilang di Bumi” . Posisi strategis Provinsi Riau ditinjau secara geografis, geoekonomi dan geopolitik menjadikan kawasan Riau sebagai kawasan yang dapat berperan penting dimasa yang akan datang, terutama terletak di jalur perdagangan dan ekonomi internasional.

Untuk dapat mewujudkan masyarakat Riau yang mempunyai kemampuan ekonomi yang tinggi baik secara lokal, nasional dan regional serta dilandasi dengan nilai-nilai hakiki kebudayaan Melayu yang beradab, bermoral dan tangguh menghadapi era globalisasi dan modernisasi yang pada akhirnya menjadikan masyarakat Riau maju dan mandiri, sejahtera lahir dan bathin dan beradat istiadat Melayu yang agamis, maka disusunlah Visi Riau sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Riau No. 36 tahun 2001 tentang Pola Dasar

Pembangunan Daerah Provinsi tahun 2001-2005 yakni; Terwujudnya Provinsi Riau Sebagai Pusat Perekonomian Dan Kebudayaan Melayu Dalam Lingkungan Masyarakat Yang Agamis, Sejahtera Lahir Dan Bathin, Di Asia Tenggara Tahun 2020”.

Untuk memberikan gambaran untuk penjabaran Visi Riau 2020, telah dirumuskan visi antara dalam visi 5 tahunan agar setiap tahap periode pembangunan jangka menengah tersebut dapat dicapai sesuai dengan kondisi, kemampuan dan harapan yang ditetapkan berdasarkan ukuran-ukuran kinerja pembangunan. Untuk itu sesuai dengan Perda Provinsi Riau Nomor 5 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah dan Nomor 1 Tahun 2004 tentang Rencana Strategis (Renstra) Provinsi Riau tahun 2004-2008; guna mewujudkan Visi Pembangunan Riau 2020 secara berkelanjutan dan konsisten, maka dirumuskan Visi Antara Provinsi Riau, yakni: “Terwujudnya pembangunan ekonomi yang mengentaskan kemiskinan, pembangunan pendidikan yang menjamin kehidupan masyarakat agamis dan kemudahan aksesibilitas, dan pengembangan kebudayaan yang menempatkan kebudayaan Melayu secara proporsional dalam kerangka kebudayaan”.

2) Misi

Untuk mewujudkan Visi Antara Provinsi Riau kurun waktu 2004-2008, sebagai tahapan kedua dalam perwujudan Visi Riau 2020, maka ke depan Misi Pembangunan Riau yang dilaksanakan bertumpu pada komitmen yang tertuang sebagai berikut:

a. Mewujudkan kredibilitas Pemerintah Daerah dengan kemampuan profesional, moral dan keteladanan pemimpin dan aparat;

b. Mewujudkan Supremasi hukum dan Penegakan Hak Asasi Manusia;

c. Mewujudkan keseimbangan pembangunan antar wilayah dan antar kelompok masyarakat;

d. Mewujudkan perekonomian berbasis potensi sumber daya daerah dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan;

e. Mewujudkan sarana dan prasarana untuk menciptakan kehidupan masyarakat agamis;

f. Mewujudkan kualitas sumberdaya manusia dengan penekanan kemudahan memperoleh pendidikan, peningkatan mutu dan manajemen pendidikan dasar, menengah, kejuruan dan pendidikan tinggi, kemudahan

memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas, serta pembangunan agama, seni budaya dan moral;

g. Mewujudkan kemudahan untuk mengakses dalam bidang transportasi, produksi, komunikasi dan informasi serta pelayanan publik;

h. Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan desa agar mampu berperan sebagai lini terdepan dalam mengatasi berbagai permasalahan sosial dan ekonomi masyarakat pedesaan;

i. Mewujudkan sebuah payung kebudayaan daerah, yakni kelangsungan budaya Melayu secara komunitas dalam kerangka pemberdayaannya, sebagai alat pemersatu dari berbagai etnis yang ada;

j. Mewjudkan prinsip pembangunan yang berkelanjutan.

4.2.2 Profil Dirjen Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi

salah satu terobosan penting. Selama ini, bidang EBTKE ditangani terpisah- pisah di beberapa Ditjen dalam lingkungan Kementerian ESDM.

Secara umum, bidang EBTKE ditangani oleh salah satu direktorat di Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi, yaitu Direktorat Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Untuk jenis EBT secara spesifik ditangani terpisah oleh Direktorat Jenderal lainnya. Misalnya Panas Bumi dan Pengelolaan Air Tanah di Ditjen Mineral Batu Bara dan Panas Bumi.

Sedangkan yang terkait Bahan Bakar Nabati, kebijakan niaga ditangani oleh Ditjen MIGAS.

Seiring semakin pentingnya peranan EBTKE, dirasakan perlu dibentuk organisasi Pemerintah pada level Eselon I. Dengan demikian, diharapkan sinergi pengelolaan bidang EBTKE dapat lebih terjalin antar stakeholder sehingga peranan EBTKE sebagaimana ditargetkan dalam Perpres No. 5 tahun 2006 sebesar 17% dan eleastisitas energi kurang dari 1 dapat tercapai. Tak lain, ini adalah panduan menuju “Indonesia Hijau”.

Lahirnya Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) sebagai unit baru di lingkungan Kementerian ESDM merupakan langkah penting dalam upaya percepatan pengembangan energi baru, terbarukan dan konservasi energi di Indonesia dalam rangka menjamin ketahanan energi nasional.

1) Visi

Terjaminnya ketersediaan energi bersih untuk memenuhi kebutuhan energi nasional (secara efisien) dalam rangka pembangunan yang berkelanjutan.

2) Misi

a. Memaksimalkan konservasi energi.

b. Mengoptimalkan penyediaan dan mengutamakan pemanfaatan EBT dalam rangka diversifikasi.

c. Meningkatkan peran swasta dalam pengembangan EBT skala besar dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan EBT skala kecil.

d. Meningkatkan produksi dalam negeri/kandungan lokal dalam mendukung pengembangan dan pemanfaatan EBTKE pada Misi a, b dan c

4.2.2.1 Tugas dan Fungsi Organisasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 18 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang energi baru, terbarukan, dan konservasi energi. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan di bidang energi baru, terbarukan, dan konservasi energi;

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang energi baru, terbarukan, dan konservasi energi;

c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang energi baru, terbarukan, dan konservasi energi;

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang energi baru, terbarukan, dan konservasi energi;

e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi.

4.2.2.2 Struktur Organisasi

Struktur organisasi sesuai Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral adalah sebagai berikut :

a. Sekretariat Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi;

b. Direktorat Panas Bumi;

c. Direktorat Bioenergi;

d. Direktorat Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan;

e. Direktorat Konservasi Energi.

DIREKTUR JENDRAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN

KONSERVASI ENERGI

DIREKTUR BIOENERGI

SEKRETARIS DIREKTORAT JENDRAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN

KONSERVASI ENERGI

DIREKTUR PANAS BUMI

DIREKTUR ANEKA ENERGI BARU DAN

TERBARUKAN

DIREKTUR KONSERVASI ENERGI

KASUBDIT PELAYANAN DAN PENGAWASAN

USAHA BIOENERGI

KASUBDIT INVESTASI DAN KERJA SAMA BIOENERGI KASUBDIT PENYIAPAN

PROGRAM BIOENERGI

KASUBDIT KETEKNIKAN DAN LINGKUNGAN BIOENERGI

KASI PERENCANAAN BIOENERGI

KASI ANALISIS DAN EVALUASI PROGRAM

BIOENERGI

KASI PELAYANAN USAHA BIOENERGI

KASI PENGAWASAN USAHA BIOENERGI

KASI INVESTASI BIOENERGI

KASI KERJASAMA BIOENERGI

KASI KETEKNIKAN BIOENERGI

KASI PERLINDUNGAN

LINGKUNGAN BIOENERGI

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Direktur Jendral Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi

4.2.2.3 Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi Ditjen EBTKE

1) Sekretariat Direktorat Jendral Energi baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi

Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi

kepada seluruh unit di lingkungan Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi. Dalam melaksanakan tugas Sekretariat Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi menyelenggarakan fungsi:

a. Koordinasi pelaksanaan kegiatan Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi;

b. Koordinasi dan penyusunan rencana, program dan anggaran, laporan, akuntabilitas, dan evaluasi kinerja, serta pengelolaan sistem informasi;

c. Pengelolaan administrasi perbendaharaan, barang milik negara, serta akuntansi dan pertanggungjawaban keuangan;

d. Koordinasi dan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan, pemberian pertimbangan dan penelaahan hukum, dan urusan hubungan masyarakat;

e. Pengelolaan urusan ketatausahaan, perlengkapan, rumah tangga, kepegawaian, organisasi dan tata laksana.

2) Direktorat Panas Bumi

Mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang panas bumi.

Dalam melaksanakan tugas Direktorat Panas Bumi menyelenggarakan fungsi:

a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang program, pengawasan usaha, pelayanan dan bimbingan usaha, investasi dan kerja sama, keteknikan dan lingkungan panas bumi;

b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang program, pengawasan usaha, pelayanan dan bimbingan usaha, investasi dan kerja sama, keteknikan dan lingkungan panas bumi;

c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang program, pengawasan usaha, pelayanan dan bimbingan usaha, investasi dan kerja sama, keteknikan dan lingkungan panas bumi;

d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang program, pengawasan usaha, pelayanan dan bimbingan usaha, investasi dan kerja sama, keteknikan dan lingkungan panas bumi.

3) Direktorat Bioenergi

Mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang bioenergi.

Dalam melaksanakan tugas Direktorat Bioenergi menyelenggarakan fungsi:

a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penyiapan program, pelayanan dan pengawasan usaha, investasi dan kerja sama, serta keteknikan dan lingkungan bioenergi;

b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penyiapan program, pelayanan dan pengawasan usaha, investasi dan kerja sama, serta keteknikan dan lingkungan bioenergi;

c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penyiapan program, pelayanan dan pengawasan usaha, investasi dan kerja sama, serta keteknikan dan lingkungan bioenergi;

d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penyiapan program, pelayanan dan pengawasan usaha, investasi dan kerja sama, serta keteknikan dan lingkungan bioenergi.

4) Direktorat Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan

Mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang aneka energi baru dan energi terbarukan.

Dalam melaksanakan tugas Direktorat Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan menyelenggarakan fungsi:

a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penyiapan program, pelayanan dan pengawasan usaha, investasi dan kerja sama,

serta keteknikan dan lingkungan aneka energi baru dan energi terbarukan;

b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penyiapan program, pelayanan dan pengawasan usaha, investasi dan kerja sama, serta keteknikan dan lingkungan aneka energi baru dan energi terbarukan;

c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penyiapan program, pelayanan dan pengawasan usaha, investasi dan kerja sama, serta keteknikan dan lingkungan aneka energi baru dan energi terbarukan; dan

d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penyiapan program, pelayanan dan pengawasan usaha, investasi dan kerja sama, serta keteknikan dan lingkungan aneka energi baru dan energi terbarukan.

5) Direktorat Konservasi Energi

Mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang konservasi energi. Dalam melaksanakan tugas Direktorat Konservasi Energi menyelenggarakan fungsi:

a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penyiapan program pemanfaatan, pengaturan dan pengawasan efisiensi, tekno ekonomi

energi, penerapan teknologi energi bersih dan efisiensi energi, bimbingan teknis, dan kerja sama konservasi energi;

b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penyiapan program pemanfaatan, pengaturan dan pengawasan efisiensi, tekno ekonomi energi, penerapan teknologi energi bersih dan efisiensi energi, bimbingan teknis, dan kerja sama konservasi energi;

c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penyiapan program pemanfaatan, pengaturan dan pengawasan efisiensi, tekno ekonomi energi, penerapan teknologi energi bersih dan efisiensi energi, bimbingan teknis, dan kerja sama konservasi energi;

d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penyiapan program pemanfaatan, pengaturan dan pengawasan efisiensi, tekno ekonomi energi, penerapan teknologi energi bersih dan efisiensi energi, bimbingan teknis, dan kerja sama konservasi energi;

Data Produksi Kelapa Sawit

Staff Analisis dan Evaluasi Program Bioenergi

1. Mengambil dan memberikan

Kasi. Perencanaan Bioenergi Hasil Potensi Energi Listrik Alternatif kelapa sawit

Masyarakat Surat Permohonan Bagian Tata Usaha

10. Menyerahkan 11.. diterima

12. Memberikan 16. Mendapatkan Data

13. Disposisi

Staff Perencanaan Bioenergi

14.. Menugaskan Staff

2. Cek kelengkapan

3. Data Ok 4. Olah data

5. mengambil Data yang Diolah 6. input Data dan menyerahkan

8. Menerima Hasil

9. validasi 15. mengirim data

Direktur Bioenergi Surveyor

Gambar 4.3 Prosedur Sistem yang berjalan

Surveyor memberikan laporan yang berisi data produksi kelapa sawit Provinsi Riau, kemudian diserahkan ke staff Perencanaan Bioenergi (Sub Direktorat Penyiapan Program Bioenergi ) untuk dilakukan pemeriksaan. jika laporan tidak lolos maka staff Perencanaan Bioenergi mengembalikan laporan tersebut kepada pihak surveyor untuk diperbaiki. setelah laporan tersebut lolos maka akan diserahkan ke Staff analisis dan Evaluasi Program Bioenergi untuk diolah. setelah data diolah, data hasil tersebut di berikan ke bagian staff perencanaan bioenergi untuk diteruskan ke Kepala Seksi perencanaan Bioenergi. Setelah Kepala seksi menerima informasi limbah kelapa sawit, kemudian Kasi memvalidasi data potensi energi limbah kelapa sawit. Bagi masyarakat maupun investor yang membutuhkan data potensi energi listrik biomassa limbah kelapa sawit harus menyertakan surat permohonan ke

bagian Sekretariat, kemudian bagian Sekretariat menyerahkan surat permohonan tersebut ke Direktur Bioenergi. setelah itu Direktur Bioenergi memberikan surat disposisi kepada Seksi perencanaan bioenergi. Kemudian Kepala seksi perencanaan bioenergi menugaskan ke staff perencanaan bioenergi setelah itu staff perencanaa bioenergi memberikan data yang dibutuhkan tersebut kepada masyarakat.

Setelah melihat sistem yang sedang berjalan, penulis menganalisa beberapa masalah pada sistem yang ada, terdapat beberapa kelemahan, diantaranya adalah :

1) Data yang terdapat pada Direktorat Bioenergi masih berupa data mentah yang belum terintegrasi.

2) Sistem yang berjalan belum memiliki manajemen sistem yang baik sehingga sulit dalam proses pencarian data

3) Dibutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan laporan hasil data konversi energi terbarukan.

4) Belum adanya sistem informasi spasial yang dapat menyajikan informasi maupun visualisai data potensi energi listrik limbah kelapa sawit.

4.2.4 Analisis Sistem Usulan

Dilihat dari masalah-masalah yang terdapat pada Direktorat Bioenergi yang disebutkan di atas, maka diusulkan pemecahan masalah yaitu dengan mengembangkan Sistem Informasi Spasial Berbasis Web Potensi Energi Listrik Alternatif Biomassa Limbah Kelapa Sawit. Aplikasi ini dibangun

untuk dapat menyelesaikan beberapa permasalahan yang terjadi pada sistem yang berjalan. Adapun kelebihan dalam aplikasi yang diusulkan ini adalah:

1) Sistem yang diusulkan merupakan sistem berbasis web sehingga dapat dengan mudah dalam mengaksesnya.

2) Sistem ini dapat dengan mudah dalam penambahan data, pembaruan data sehingga data yang ada dapat terintegrasi dengan baik.

3) Menghemat anggaran dana dalam mengolah data energi terbarukan limbah kelapa sawit.

4) Dengan sistem ini user dapat dengan mudah mengetahui peta Energi Listrik Alternatif kelapa sawit Provinsi Riau.

WEB SISPOTENGKELSA

Masyarakat

Akses Web

Data Hasil Survey

Surveyor

web Akses Web

Kasi. Perencanaan Program Bioenergi

Akses web, hasil konversi Hasil laporan

Database Simpan data, konversi data

Staff perencanaan Bioenergi

Staff analisis dan evaluasi

Akses web

Admin

Gambar 4.4 Sistem Usulan

Surveyor menyerahkan data hasil survei produksi Kelapa Sawit ke staff perencanaan Bioenergi. Kemudian staff perencanaan Bioenergi

Mengidentifikasikan hal-hal yang diperlukan dalam suatu penelitian merupakan langkah awal dapat terwujudnya suatu aplikasi yang dapat sesuai dengan kebutuhan pengguna. Mengidentifikasikan masalah-masalah yang ada sehingga dapat memberikan pemecahannya, menganalisa proses berjalannya sistem atau pun pengolahan data yang masih manual dalam penyampaian informasi dan laporan yang dihasilkan. Serta mengelompokkan dan menyeleksi data-data secara menyeluruh terhadap kebutuhan yang ada.

Sehingga perancangan sistem informasi spasial berbasis web potensi energi

listrik alternatif di provinsi Riau dapat sesuai dengan kebutuhan orang banyak.

Adapun beberapa kebutuhan yang diharapkan sesuai dengan hasil wawancara dan konsultasi dengan pihak EBTKE adalah:

1) Kebutuhan akan visualisasi dari data-data lokasi potensi listrik dari konversi limbah kelapa sawit EBTKE untuk penyebaran informasi yang lebih interaktif.

2) Kebutuhan akan sistem informasi spasial mengenai sebaran lokasi dan potensi listrik limbah kelapa sawit berdasarkan data-data EBTKE.

3) Kebutuhan akan sistem yang mampu mengintegrasikan data spasial dan atribut (tabel sistem basis data).

4) Sistem informasi yang diusulkan dapat langsung diaplikasikan pada sistem informasi atau sistem berjalan yang telah ada.

5) Sistem informasi spasial yang dirancang diharapkan dapat tersaji secara interaktif, mudah dan efisien dalam penggunannya.

4.3 Desain Sistem

Tahap perancangan bertujuan untuk menjabarkan perancangan sistem usulan yang akan dibuat, yaitu desain sistem dan desain antarmuka

4.3.1 Perancangan Sistem

4.3.1.1 Usecase Diagram

Use Case Diagram berikut menggambarkan interaksi antara sistem dan pengguna. Adapun langkah-langkah dalam membuat Use Case Diagram, yaitu:

Tabel 4.1 Identifikasi Aktor

1. Identifikasi Aktor

No. Aktor Deskripsi

1. Admin Staff IT pada direktorat jendral EBTKE yang dapat mengelola data-data dalam sistem informasi spasial potensi energi listrik kelapa sawit.

2. Kasi.

Perencanaan program Bioenergi

Kepala seksi dierjen EBTKE Bidang Perencanaan Bioenergi yang dapat melihat melihat informasi pada web, peta Provinsi Riau, detail peta, dan hasil potensi energi listrik pengolahan spasial yang diproses oleh sistem, serta memvalidasi data 3. Masyarakat Masyarakat umum, investor, dan seluruh pengunjung web

sistem informasi spasial potensi energi listrik kelapa sawit dapat melihat informasi pada web, peta Provinsi Riau, dan detail peta.

4. Staff analisis dan evaluasi

Staff analisis dan evaluasi pada direktorat Bioenergi yang dapat mengecek kelengkapan data produksi limbah kelapa sawit pada web

5. Staff

perencanaan Bioenergi

Staff perencanaan Bioenergi pada direktorat Bioenergi yang dapat melakukan penginputan data limbah kelapa sawit ke dalam web.

Tabel 4.2 Identifikasi Use Case

2. Identifikasi Use Case

No. Nama Use Case Deskripsi Aktor

1. Login Proses memasukkan username dan password untuk dapat mengakses halaman SISPOTENGKELSA

Admin, Kasi bioenergi, Staff analisis dan evaluasi, staf perencanaan Bioenergi 2. Manajemen User Mengelola database user yang bisa admin

mengkakses web 3. Mengelola data

limbah kelapa sawit

Proses melihat, menambah, mengubah, atau menghapus data kelapa sawit yang akan dilakukan penghitungan klasifikasi

Staff

perencanaan Bioenergi 4. Cek informasi Proses pengecekan kelengkapan data

yang sudah ada di web

Staff analisis dan evaluasi 5. Melihat informasi

limbah kelapa sawit

Proses melihat peta hasil klasifikasi yang telah ditampilkan pada web

Kasi bioenergi, Staff

perencanaan Bioenergi 6. Hubungi Kami Proses Proses pemberian informasi

pesan kepada administrator sistem.

Masyarakat, admin 7. Mengelola peta Proses membuat peta pada MapGuide

dan memasukkan peta tersebut ke dalam web untuk ditampilkan pada pengguna umum (masyarakat) dan Kabid bioenergi EBTKE

Admin

8. Melihat peta Proses melihat peta yang telah ditampilkan pada web serta menggunakan fungsi-fungsi pada peta tersebut

Masyarakat, Kasi bioenergi, Staff

Perencanaan Bioenergi 9. Mengelola berita Proses melihat, menambah,

mengubah, atau menghapus berita yang ditampilkan pada web

Admin

10. Melihat berita Proses melihat berita yang ditampilkan pada web

Masyarakat, Kasi bioenergi 11. Logout Proses untuk keluar dari login sistem Admin, Kasi

bioenergi, Staff analisis

evaluasi, dan Staff

perenccanaan Bioenergi