• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jaksa dan Etika Profesi Jaksa di Indonesia

Fahdel Nasir

Academic year: 2023

Membagikan "Jaksa dan Etika Profesi Jaksa di Indonesia"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

JAKSA DAN ETIKA PROFESI DI INDONESIA

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Mata Kuliah Etika Profesi Hukum

OLEH KELOMPOK 6

LOKAL G

Fahdel Muhammad Nasir : 12020115883 Miftahul Fitria Kumar : 12120125033

DOSEN PEMBIMBING Abdul Ghoni, S.H., M.H

JURUSAN HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2023

(2)

KATA PENGANTAR Assalamualaikum.wr.wb

Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan rahmat dan hidayah Allah SWT kepada kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dan tak lupa mengucapkan shalawat berserta salam atas kehadirat baginda Rasulullah SAW.

Dan rasa terima kasih kami kepada anggota kelompok 6 yang telah membantu menyesaikan tugas ini serta terlebih lagi kepada guru pembimbing Abdul Ghoni, S.H., M.H yang senantiasa membimbing dan memberi saran kepada kelompok 6 sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah “Etika Profesi Hukum”

Makalah ini dibuat bukan hanya menyelesaikan dan melengkapi mata kuliah tapi juga diharapkan dapat memberi wawasan yang lebih luas guna meningkatkan pengetahuan yang mendalam bagi para mahasiswa/I dalam bidang Pendidikan sehingga kita dapat mengetahui hal hal apa saja yang ada dalam Pendidikan.

Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi kami sekian terima kasih.

Pekanbaru, 14 Oktober 2023 Penulis

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...iii

A. Latar Belakang...iii

B. Rumusan Masalah...iv

C. Tujuan...iv

BAB II PEMBAHASAN...1

1. Pengertian Jaksa...1

2. Tugas dan Tanggung Jawab Jaksa...2

3. Kode Etik Profesi Jaksa...4

4. Sumpah Jaksa...6

BAB III PENUTUP...7

A. Kesimpulan...7

DAFTAR PUSTAKA...8

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia sebagai Negara yang meletakkan hukum sebagai kekuatan tertinggi berlandaskan pancasila dan undang-undang dasar 1945 telah memberikan jaminan bagi seluruh warga negaranya untuk mendapatkan kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum yang berintikan pada kebenaran dan keadilan. Jaminan kepastian, ketertiban dan perlindungan hokum tersebut tentunya membutuhkan upaya konkrit agar terselenggarakan dengan seksama sebagai bentuk pertanggung jawaban Negara bagi kemakmuran seluruh rakyat Indonesia1

Dalam rangka penegakan supermasi hukum di Indonesia perlu suatu badan atau perangkat yang bertindak menyidik dan penyelidikan tentang pelanggaran yang dilakukan oleh orang, atau lebih dan badan hukum, maka dalam hal ini Polisi, Jaksa, atau pejabat yang berwenang. Badan – badan tersebut saling berkaitan dan bekerjasama. Dan lebih khususnya yang dibahas dalam makalah ini adalah Tugas dan Wewenang Jaksa.2

Secara yuridis formal, Kejaksaan R.I. telah ada sejak kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, yakni tanggal 17 Agustus 1945. Dua hari setelahnya, yakni tanggal 19 Agustus 1945, dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) diputuskan kedudukan Kejaksaan dalam struktur Negara Republik Indonesia, yakni dalam lingkungan Departemen Kehakiman.3

Dalam Undang-Undang No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI, Pasal 2 ayat (1) ditegaskan bahwa “Kejaksaan R.I. adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara dalam bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang”.

Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara (Dominus Litis), mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum, karena hanya institusi Kejaksaan yang dapat menentukan apakah suatu kasus dapat diajukan ke Pengadilan atau tidak berdasarkan alat bukti yang sah menurut Hukum Acara Pidana. Disamping sebagai penyandang Dominus Litis, Kejaksaan juga merupakan satu-satunya instansi pelaksana putusan pidana (executive ambtenaar). Karena

1 Ismawati Liza Evana, “ETIKA TANGGUNG JAWAB PROFESI JAKSA”, (Makalah: Universitas Muslim Indonesia, 2020), h. iii.

2 Ibid.

3 ibid., h. iv.

(5)

itulah, Undang-Undang Kejaksaan yang baru ini dipandang lebih kuat dalam menetapkan kedudukan dan peran Kejaksaan RI sebagai lembaga negara pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan.4

Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan menjelaskan sedikit tentang hal-hal yang berhubungan dengan kejaksaan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang maksud dengan Jaksa?

2. Apa saja tugas dan tanggung jawab Jaksa?

3. Apa yang dimaksud dengan kode etik profesi Jaksa?

4. Apa bunyi dari sumpah Jaksa?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan jaksa.

2. Untuk mengetahui tugas dan tanggung jawab jaksa.

3. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan kode etik profesi jaksa 4. Untuk mengetahui sumpah jaksa.

4 Ibid.

(6)

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Jaksa

Keberadaan institusi Kejaksaan Republik Indonesia saat ini adalah Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan (UU Kejaksaan). Menurut ketentuan dalam Pasal 2 Ayat (1) UU Kejaksaan, disebutkan bahwa Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang.5

Kejaksaan adalah suatu lembaga, badan, institusi pemerintah yang menjalankan kekuasaan negara di bidang penuntutan dan kewenangan lain. Sementara orang yang melakukan tugas, fungsi, dan kewenangan itu disebut Jaksa.6 Hal ini ditegaskan dalam Pasal 1 Ayat (1) UU Kejaksaan yaitu, “Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksanaan putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang lain berdasarkan undang- undang”. Jadi, perlu digaris bawahi bahwa selain tugasnya di bidang penuntutan, juga diberi kewenangan lain oleh undang-undang misalnya sebagai Jaksa Pengacara Negara, Eksekutor putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, sebagai penyelidik tindak pidana tertentu, dan lain-lain.7

Mengacu pada Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 yang menggantikan UU No. 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan R.I., Kejaksaan sebagai salah satu lembaga penegak hukum dituntut untuk lebih berperan dalam menegakkan supremasi hukum, perlindungan kepentingan umum, penegakan hak asasi manusia, serta pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Di dalam UU Kejaksaan yang baru ini, Kejaksaan RI sebagai lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan harus melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya secara merdeka, terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh kekuasaan lainnya (Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004).

5 Marwan Effendy, “Kejaksaan Republik Indonesia, Posisi dan Fungsinya dari Perspektif Hukum”, (Ghalia Indonesia, 2007), h. 127.

6 http://digilib.unila.ac.id/7745/14/BAB%20II.pdf . Diakses pada 14 Oktober 2023.

7 Ibid.

(7)

2. Tugas dan Tanggung Jawab Jaksa

Seorang Jaksa dalam menjalankan tugasnya harus tunduk dan patuh pada tugas, fungsi, dan wewenang yang telah ditentukan dalam UU Kejaksaan. Tugas adalah amanat pokok yang wajib dilakukan dalam suatu tindakan jabatan. Sedangkan wewenang adalah pelaksanaan tugas yang berkaitan dengan kompetensi yurisdiksi baik kompetensi relatif maupun kompetensi mutlak. Dengan tugas dan wewenang, suatu badan dapat berfungsi sesuai dengan maksud dan tujuan badan tersebut.8

Sehubungan dengan itu, maka antara fungsi, tugas dan wewenang merupakan tiga kata yang selalu berkaitan satu sama lain. Mengenai dua kata yang selalu berkaitan antara tugas dan wewenang dapat dibuktikan secara tertulis dalam beberapa undang-undang, dalam hal ini diambil contohnya dalam Pasal 30 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaaan Republik Indonesia, yaitu:

Sehubungan dengan itu, maka antara fungsi, tugas dan wewenang merupakan tiga kata yang selalu berkaitan satu sama lain. Mengenai dua kata yang selalu berkaitan antara tugas dan wewenang dapat dibuktikan secara tertulis dalam beberapa undang-undang, dalam hal ini diambil contohnya dalam Pasal 30 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaaan Republik Indonesia, yaitu:

1) Dalam bidang pidana, Kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang:

a. Melakukan penuntutan.

b. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat.

d. Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarakan undang-undang.

8 Marwan Effendy, op. cit., h. 128.

(8)

e. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke Pengadilan yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.

2) Dalam bidang perdata dan tata usaha negera, Kejaksaan dengan kuasa khusus dapat bertindak dengan baik di dalam maupun di luar Pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah.

3) Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum, Kejaksaan turut menyelenggarakan kegiatan:

a. Peningkatan kesadaran hukum masyarakat.

b. Pengamanan kebijakan penegak hukum.

c. Pengawasan peredaran barang cetakan.

d. Pengewasan kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan negara.

e. Pencegahan penyalahgunaan dan atau penodaan agama.

f. Penelitian dan pengembangan hukum serta statik kriminal.

Satu hal yang hanya diatur dalam Pasal 30 Ayat (1) UU Kejaksaan yaitu bahwa Kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-undang. Adapun tindakan pidana tertentu berdasarkan undang- undang dimaksud adalah sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan Pasal 30 Ayat (1) huruf d ini bahwa kewenangan dalam ketentuan ini adalah kewenangan sebagaimana diatur misalnya dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia dan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagiana telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Jo. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaaan Republik Indonesia, Kejaksaan dapat meminta kepada hakim untuk menetapkan seorang terdakwa di rumah sakit atau tempat perawatan jiwa, atau tempat lain yang layak karena bersangkutan tidak mampu berdiri sendiri atau disebabkan oleh hal-hal yang dapat membahyakan orang lain, lingkungan atau dirinya sendiri.

(9)

Selanjutnya berdasarkan Pasal 32 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaaan Republik Indonesia Kejaksaan dapat diserahi tugas dan wewenang lain berdasarkan undang-undang. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Pasal 33 menyatakan bahwa Kejaksaan membina hubungan kerjasama dengan badan penegak hukum dan keadilan serta badan negara atau instansi lainnya. Pasal 34 menyatakan bahwa Kejaksaan dapat memberikan pertimbangan dalam bidang hukum kepada instalasi pemerintah lainnya.

3. Kode Etik Profesi Jaksa

Kode etik jaksa serupa dengan kode etik profesi yang lain. Mengandung nilai-nilai luhur dan ideal sebagai pedoman berperilaku dalam satu profesi. Yang apabila nantinya dapat dijalankan sesuai dengan tujuan akan melahirkan jaksa-jaksa yang memang mempunyai kualitas moral yang baik dalam melaksanakan tugasnya. Sehingga kehidupan peradilan di Negara kita akan mengarah pada keberhasilan.9

Dalam dunia kejaksaan di Indonesia terdapat norma kode etik profesi jaksa, yang disebut TATA KRAMA ADHYAKSA, yaitu:10

1) Jaksa adalah insan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang tercermin dari kepribadian yang utuh dalam pemahaman penghayatan dan pengamalan Pancasila.

2) Jaksa yang cinta tanah air dan bangsa senantiasa mengamalkan dan melestarikan Pancasila serta secara aktif dan kreatif menjadi pelaku pembangunan hukum dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang berkeadilan.

3) Jaksa mengutamakan kepentingan masyarakat, bangsa dan negara daripada kepentingan pribadi atau golongan.

4) Jaksa mengakui adanya persamaan derajat, hak dan kewajiban antara sesama pencari keadilan serta menjunjung tinggi asas praduda tak bersalah, disamping asas-asas hukum yang berlaku.

5) Jaksa dalam melaksanakan tugas dan kewajiban melindungi kepentingan umum sesuai dengan praturan perUndang-Undangan dengan mengindahkan norma-norma

9 Ismawati Liza Evana, op. cit., h. 5.

10 Ibid.

(10)

keagamaan, ksopanan dan kesusilaan serta menggali nilai-nilai kemanusiaan, hukum dan keadilan yang hidup dalam masyarakat.

6) Jaksa senantiasa berupaya meningkatkan kualitas pengabdiannya dengan mengindahkan disiplin ilmu hukum, memantapkan pengetahuan dan keahlian hukum serta memperluas wawasan dengan mengikuti perkembangan dan kemajuan masyarakat.

7) Jaksa berlaku adil dalam memberikan pelayanan kepada pencari keadilan.

8) Jaksa dalam melaksanakan tugas dan kewajiban senantiasa memupuk serta mngembangkan kemampuan profesional integritas pribadi dan disiplin yang tinggi.

9) Jaksa menghormati adat kebiasaan setempat yang tercermin dari sikap dan prilaku baik di dalam maupun diluar kedinasan.

10) Jaksa terbuka untuk mnerima kebenaran, bersikap mawas diri, berani bertanggungjawab dan dapat menjadi teladan dilingkungannya.

11) Jaksa berbudi luhur serta berwatak mulia, setia dan jujur, arif dan bijaksana dalam tata fikir, tutur dan laku.

12) Jaksa wajib menghormati dan mematuhi kode etik jaksa serta mengamalkan secara nyata dalam lingkungan kedinasan maupun dalam pergaulan masyarakat.

Dalam usaha memahami maksud yang terkandung dalam kode etik jaksa tidaklah terlalu sulit. Kata-kata yang dirangkaikan tidak rumit sehingga cukup mudah untuk dimengerti. Karena kode etik ini disusun dengan tujuan agar dapat dijalankan. Kemampuan analisis yang dikembangkan bukan lagi semata-mata didasari pendekatan-pendekatan yang serba legalitas, positivis dan mekanistis. Sebab setiap perkara sekalipun tampak serupa, bagaimanapun tetap memiliki keunikan tersendiri. Sebagai penuntut, seorang jaksa dituntut untuk mampu merekosntruksi dalam pikiran peristiwa pidana yang ditanganinya. Tanpa hal itu, penanganan perkara tidaklah total, sehingga sisi-sisi yang justru penting bisa jadi malah terlewatkan. Memang bukan persoalan mudah untuk memahami sesuatu, peristiwa yang kita sendiri tidak hadir pada kejadian yang bersangkutan, apalagi jika berkas yang sampai sudah melalui tangan kedua (dengan hanya membaca berita acara pemeriksaan atau BAP dari kepolisian). Jika pada tingkat analisis telah menderita keterbatasan-keterbatasan, maka

(11)

sebagai konsekuensi logisnya kebenaran yang hendak kita tegakkan tidaklah dapat diraih secara bulat. Tidak adanya faktor tunggal, menyebabkan setiap perkara memiliki keunikan sendiri.11

Di dalam mengemban profesi, usaha-usaha yang dilakukan oleh jaksa bukan hanya untuk memenuhi unsur-unsur yang terkandung dalam ketentuan hukum semata, melainkan apa yang sesungguhnya benar-benar terjadi dan dirasakan langsung oleh masyarakat juga didengar dan diperjuangkan. Inilah yang dinamakan pendekatan sosioligis. Memang tidak mudah bagi jaksa untuk menangkap suara yang sejati yang muncul dari sanubari anggota masyarakat secara mayoritas. Di samping masyarakat Indonesia yang heterogen, kondisi yang melingkupinya pun sedang dalam keadaan yang tidak sepenuhnya normal.12

4. Sumpah Jaksa

Seorang jaksa sebelum memangku jabatannya, harus mengikrarkan dirinya bersumpah/berjanji sebagai pertanggungjawabab dirinya kepada negara, bangsa dan lembaganya. Dalam Pasal 10 Undang-Undang No. 16 tahun 2004 dinyatakan bahwa:

Saya bersumpah atau berjanji:

Bahwa saya akan setia kepada dan mempertahankan NKRI, serta mengamalkan Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melaksanakan peraturan per Undang-Undangan yang berlaku bagi Negara Republik Indonesia.

Bahwa saya senantiasa menjunjung tinggi dan akan menegakkan hukum, kebenaran dan keadilan, serta senantiasa menjalankan tugas dan wewenang dalam jabatan saya ini dengan sungguh-sungguh, saksama, objektif, jujur, berani, profesional, adil, tidak membeda- bedakan, agama, ras, gender, dan golongan tertentu dan akan melaksanakan kewajiban saya dengan sebaik-baiknya, serta bertanggung jawab sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, bangsa, dan negara.

11 Ibid., h. 6.

12 Ibid.

(12)

Bahwa saya akan senantiasa menolak atau tidak menerima atau tidak mau dipengaruhi oleh campur tangan siapa pun juga dan saya akan tetap teguhmelaksanakan tugas dan wewenang saya yang diamanatkan Undang-Undang kepada saya.

Bahwa saya dengan sungguh-sungguh, untuk melaksanakan tugas ini, langsung atau tidak langsung, dengan menggunakan nama atau cara apapun juga, tidak memberikan atau menjanjikan sesuatu apa pun kepada siapa pun juga. Bahwa saya untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam tugas ini, tidak sekali-kali akan menerima langsung atau tidak langsung dari siapa pun juga suatu janji atau pemberian.”

(13)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Dalam Undang-Undang No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI, Pasal 2 ayat (1) ditegaskan bahwa “Kejaksaan R.I. adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara dalam bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang”. Sudah jelas bahwajaksa mempunyai wewenang untuk menyelesaikan suatu perkara baik pidana maupun perdata.

Pemerintah memberikan wewenang kepada kejaksaan bukan semerta-merta. tetapi banyak hal yang mengikat kinerja profesi hukum kejaksaan seperti menaati kode etik serta berani untuk mengucapkan sumpah dan siap menerima konsekwensi jika perbuatan mereka keluar/melenceng dari prosedur kinerja tugas profesinya. Sebagai penuntut, seorang jaksa dituntut untuk mampu merekosntruksi dalam pikiran peristiwa pidana yang ditanganinya.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Marwan. “Kejaksaan Republik Indonesia, Posisi dan Fungsinya dari Perspektif Hukum”.

Ghalia Indonesia. 2007.

Evana, Ismawati Liza. “ETIKA TANGGUNG JAWAB PROFESI JAKSA”. Makalah: Universitas Muslim Indonesia. 2020.

http://digilib.unila.ac.id/7745/14/BAB%20II.pdf . Diakses pada 14 Oktober 2023.

Indonesia, Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI.

Indonesia, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan RI.

Referensi

Dokumen terkait

134 كاشلما ّلح دصق مهموق دئادشب ينبحرم يرغ ةداسلا كئلوأ ناكو ؟لا فيكو ،ةشيعلما سيل هنأكو ،ل ،بعشلا ةداع ةدشلا تحبصأ ،ساسلأا كلذ لىعو .ةيدنجلاو ةيطارقميدلا لاجر نم ةداس مهل

UiTM dalam satu kenyataan berkata, sebanyak 231 buah kitab milik almarhum diwaka�kan kepada UiTM Sarawak untuk dijaga, dipelihara dan dijadikan salah satu koleksi istimewa mereka..