Pentingnya penguatan karakter anak yang berkonflik dengan hukum melalui program rehabilitasi Sahabat Kapas. Upaya penguatan karakter anak yang berkonflik dengan hukum melalui program rehabilitasi Sahabat Kapas.
Pelaksanaan Program Full Day School terhadap Pembentukan
Berdasarkan hasil kajian, pembinaan kedisiplinan yang dilakukan oleh sekolah dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi sekolah yang diikuti oleh siswa. Adanya kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi yang diikuti siswa diharapkan dapat membuat siswa berperilaku lebih baik.
Evaluasi Program Full Day School terhadap Pembentukan
Dilihat dari evaluasi proses, hasil analisis menunjukkan bahwa selama proses pelaksanaan program full day school, pembentukan karakter siswa berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dikarenakan siswa ikut serta dalam semua kegiatan yang ada di sekolah sehingga dapat membantu dalam pembentukan karakter siswa itu sendiri.
Hambatan-Hambatan yang ditemukan dalam Pelaksanaan
Karakter dasar anak merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam pelaksanaan program full day school untuk pembentukan karakter seorang siswa. Solusi dalam melaksanakan program full day school untuk membangun karakter siswa adalah Pertama, selalu gunakan 5S (senyum, sapa, sapa, sopan, santun).
SARAN
Kesadaran akan perbedaan konteks warga negara biasa dan warga negara yang termasuk dalam kelompok rentan (penyandang disabilitas) harus mampu melahirkan sikap yang komprehensif dalam kehidupan warga negara, khususnya dalam pemenuhan hak atas pekerjaan dan kehidupan yang layak. Sedangkan pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif untuk memperoleh informasi mengenai strategi pemenuhan hak warga negara untuk menyampaikan pendapat komunitas digital yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta. Salah satu upaya yang dilakukan adalah menetapkan hak dan tanggung jawab digital masyarakat dalam menyampaikan pengaduan.
Tabel berikut menunjukkan implementasi strategi mewujudkan hak warga negara untuk menyampaikan pendapat dalam rangka kewargaan digital melalui ULAS (Unit Layanan Pengaduan Surakarta): meneruskan pengaduan dengan menyediakan kanal digital sehingga dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja). Menciptakan tanggung jawab digital (agar masyarakat memahami aturan penggunaan media digital sehingga pengaduan disampaikan dengan santun, benar dan pengaduan itu penting). Strategi Pemenuhan Hak Warga Negara untuk Berpendapat merupakan strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan ULAS (Unit Pelayanan Pengaduan Surakarta) yang tertuang dalam Peraturan Walikota tentang ULAS.
Strategi pemenuhan hak warga negara untuk menyampaikan pendapat terkait kewargaan digital melalui ULAS (Unit Layanan Pengaduan Surakarta) adalah sebagai berikut: a) Penyediaan website; b) Penjangkauan; c) Ketersediaan Fasilitas Kelurahan; d) Formulir elektronik untuk pengaduan; e) Penutupan pengaduan. Hambatan pemenuhan hak warga negara untuk menyampaikan pendapat terkait kewargaan digital di ULAS (Unit Pelayanan Pengaduan Surakarta) antara lain: 1) hambatan internal yaitu adanya sistem manual pada sistem digital dan adanya pengurus yang kurang lancar dalam menggunakan teknologi; 2) hambatan eksternal yaitu keterbatasan anggaran dan terhentinya sosialisasi.
Pembahasan
Saran
Dengan refleksi tersebut dimaksudkan agar peneliti melihat apakah tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat meningkatkan kompetensi akademik guru baru. Hal ini menunjukkan bahwa belum semua guru baru telah menyusun RPP dan melaksanakan pembelajaran dengan baik. Nilai supervisi pelaksanaan pembelajaran juga meningkat, dari 6,67% guru yang memperoleh hasil baik pada pra siklus menjadi 73,33% guru baru yang memperoleh hasil baik dan sangat baik.
Pada siklus ke-2, kompetensi pedagogik guru SMP dalam perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran meningkat secara signifikan. Jumlah guru SMP yang mencapai hasil supervisi perencanaan pembelajaran dengan kriteria baik dan sangat baik pada siklus I adalah 83,33%. Nilai monitoring pelaksanaan pembelajaran juga meningkat yaitu dari 83,33% guru muda yang mendapat nilai baik dan sangat baik menjadi 96,67%.
Latar Belakang Masalah Perubahan dari KTSP 2006
Placed in SMK Negeri 2 Salatiga together with the respondents of the research are PPKn's teacher of class XII TKJ A, the deputy head of the curriculum field, and students of class XII TKJ A. The purpose of the study is to provide an overview of the implementation to give authentic assessment in PPKn subjects at SMK Negeri 2 Salatiga and the barriers experienced by teachers and how to overcome them. The results of the study indicate that the implementation of authentic assessments at SMK Negeri 2 Salatiga was generally carried out by the teacher, but not optimally.
The evaluation indicators that have been implemented are daily evaluations, final semester evaluations, discussions and presentations and are planned in the lesson plan (RPP). Some assessment indicators that have not been implemented by the teacher, such as attitude assessment that must be done by observation, self-assessment, peer assessment and diary, but in practice only teachers assess students' attitudes. Barriers to implementing authentic assessments include: a curriculum that is constantly being revised and a long time in the assessment process.
Rumusan Masalah
Ketiga ranah tersebut didefinisikan sebagai berikut: a) Ranah kognitif (pengetahuan), meliputi aktivitas mental (otak); dengan bentuk penilaian yang dibagi menjadi enam tingkatan, diantaranya mengingat, memahami, menerapkan,. menganalisis, mengevaluasi dan membuat; b) Ranah afektif (sikap) meliputi lima kategori utama, yaitu penerimaan, reaksi, penilaian, organisasi dan nilai kompleks. Ranah sikap ini bertujuan untuk menangkap aspek afektif yang berkaitan dengan pandangan/pendapat dan sikap/nilai siswa tentang peristiwa atau fenomena tertentu; C). Dalam melakukan penilaian yang sesuai dengan kurikulum yang digunakan oleh sekolah, seorang guru harus merancang penilaian yang mengarah pada tujuan yang telah ditentukan dan yang harus dicapai. Salah satu mata pelajaran yang menggunakan penilaian autentik adalah mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).
Tujuan Penelitian
PENILAIAN AUTENTIK 1. Pengertian Penilaian Autentik
Teknik Penilaian Autentik Penilaian pada Kurikulum
SMK Negeri 2 Salatiga semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019 dan cara mengatasinya. b) kompetensi pengetahuan, yaitu tes tertulis, tes lisan dan penugasan; dan (c) kompetensi keahlian, yaitu untuk pekerjaan, proyek, portofolio. Observasi merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati siswa selama pembelajaran atau kegiatan ekstrakurikuler. Penilaian teman sebaya adalah teknik penilaian dengan meminta siswa untuk secara jujur mengungkapkan kelebihan dan kekurangan temannya dengan berbagai cara.
Buku harian adalah catatan guru selama pembelajaran, yang berisi data hasil observasi tentang kekuatan dan pemahaman siswa dalam hubungannya dengan kinerja, atau sikap dan perilaku siswa, yang disajikan secara deskriptif. Tes pengetahuan tertulis, yaitu tes yang menuntut jawaban tertulis berupa pilihan dan uraian. Siswa dapat melakukan penelitian dengan mengumpulkan, mengatur dan menganalisis data dan melaporkan pekerjaan mereka.
PPKn
Pengertian PPKn
Sedangkan menurut Edmonson (dalam Ubaedillah, pengertian kewarganegaraan selalu diartikan sebagai kajian tentang pemerintahan dan kewarganegaraan yang berkaitan dengan kewajiban, hak dan keistimewaan warga negara. Dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran sosial yang menitikberatkan pada dan mempersiapkan generasi muda (peserta didik) dalam pembentukan warga negara yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai kemasyarakatan dalam hal pemerintahan dan kewarganegaraan yaitu terkait dengan kewajiban, hak dan keistimewaan warga negara Penilaian otentik cocok untuk mata pelajaran sipil, karena PPKn juga memuat penilaian pada ranah afektif, psikomotorik, dan kognitif.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, penelitian ini berkonsep if-is, maka dalam penelitian ini digunakan studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi pasif yaitu peneliti hanya mengamati pelaksanaan penilaian autentik tanpa terlibat dalam kegiatan tersebut yaitu dengan mewawancarai responden. Untuk keabsahan data digunakan triangulasi data berupa triangulasi sumber yaitu pengecekan data yang diperoleh dari berbagai sumber dan triangulasi teknik pengumpulan data yaitu dengan cara mengecek data dari sumber yang sama dengan menggunakan teknik yang berbeda.
Perencanaan Penilaian Autentik dalam Mata
Asesmen harian dilakukan pada akhir Kompetensi Dasar (KD), jika dalam 1 KD terdapat 3 kali pertemuan, maka pada pertemuan terakhir guru melakukan ulangan harian untuk memperoleh nilai pengetahuan siswa selain soal-soal yang ada pada siswa. tugas yang kemudian rata-rata dari dua nilai. Disebutkan bahwa selain nilai penilaian harian, guru juga memberikan penugasan kepada setiap siswa untuk memperoleh nilai pengetahuan, tugas yang paling banyak diberikan oleh guru adalah tugas mandiri dan tugas kelompok. Tugas mandiri adalah tugas yang harus diselesaikan oleh setiap siswa dalam waktu yang telah ditentukan, tugas yang diberikan kepada siswa berupa pekerjaan rumah.
Tugas kelompok adalah tugas yang harus diselesaikan siswa dalam satu kelompok dalam waktu tertentu, tugas ini biasanya diberikan secara berkelompok. Toh beberapa mata pelajaran tidak hanya mengukur nilai pengetahuan dan keterampilan siswa saja, maka dalam PPKn sikap merupakan kompetensi yang termasuk dalam penilaian. Untuk menilai kompetensi sikap, sesuai hasil observasi dan wawancara yang diperoleh, guru merencanakan penilaian kompetensi ini dengan menggunakan Panduan Internalisasi Sikap.
Pelaksanaan Penilaian Autentik dalam Mata
Sebelum guru menilai dengan teknik penilaian harian berupa soal pilihan ganda dan esai, terlebih dahulu guru membuat instrumen berupa soal-soal tersebut. Guru telah membuat RPP yang memuat teknik dan instrumen yang akan digunakan untuk menilai kompetensi sikap mental siswa yaitu dengan menggunakan teknik penilaian diri. Sebanyak 15% siswa menyatakan bahwa guru menggunakan teknik penilaian diri, 58% siswa mengatakan guru tidak pernah menilai teknik penilaian diri, sedangkan 27% siswa meragukan apakah guru pernah menggunakannya.
Penilaian teman sebaya adalah teknik penilaian dengan meminta siswa secara jujur mengungkapkan kelebihan dan kekurangan temannya dengan berbagai cara (Sunarti & Rahmawati. Sebanyak 15% siswa mengatakan bahwa guru membuat penilaian dengan menggunakan penilaian teman sebaya teknik penilaian, 55% siswa mengatakan guru tidak pernah menggunakan penilaian antar teman dan 30% siswa 97% siswa mengatakan guru PKn menggunakan teknik penilaian berupa penilaian harian dan Penilaian Akhir Semester, 3%.
Hambatan dalam Pelaksanaan Penilaian Autentik dalam Mata
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan penilaian autentik dalam pembelajaran IPS di SMK Negeri 2 Salatiga belum berjalan secara optimal, namun secara umum guru telah merencanakan penilaian autentik dengan baik. Pelaksanaan penilaian autentik di SMK Negeri 2 Salatiga sudah selesai dilakukan, namun masih ada beberapa indikator yang belum dilakukan oleh guru seperti penilaian sikap yang seharusnya dilakukan dengan 3 teknik yaitu teknik observasi, teknik observasi diri. evaluasi, dan penilaian antar teman, sedangkan guru hanya melakukan satu teknik yaitu teknik observasi. Tampak pula beberapa teknik lain dalam penilaian autentik seperti teknik jurnal, proyek dan portofolio oleh guru belum diterapkan.
Beberapa kendala yang dihadapi oleh guru PKn dalam melaksanakan penilaian autentik antara lain: kurikulum yang selalu ditinjau ulang dan waktu yang lama untuk penilaian. Sekolah mendampingi guru dalam melaksanakan pembelajaran otentik dan penilaian dalam pelajaran. Dalam pelaksanaan penilaian autentik, harapannya adalah guru terbuka terhadap kritik dan saran guna tercapainya penilaian autentik sehingga siswa merasa benar-benar mengetahui kemampuannya.
- Perencanaan Pembelajaran Dari keterangan hasil
- Pelaksanaan Pembelajaran 1 Metode Pembelajaran
- Media Pembelajaran PPKn
- Evaluasi Pembelajaran
- Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan
- Solusi terhadap hambatan- hambatan yang terjadi
- Efektifitas Pembelajaran PPKn dalam Pelaksanaan Pendidikan
Kendala apa saja yang dihadapi guru dalam penerapan pendidikan karakter melalui PKn di kelas X (sepuluh) KGSP-B SMK Negeri 2 Salatiga dan cara mengatasinya. Mendeskripsikan implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran PPKn (Kurikulum, Pelaksanaan Pembelajaran dan Evaluasi Pembelajaran) di kelas X (sepuluh) KGSP-B SMK Negeri 2 Salatiga. Yovita Violleta Ratna D dalam proses pembelajaran PPKn di kelas X KGSP B SMK Negeri 2 Salatiga memasukkan atau menerapkan pendidikan karakter di dalamnya.
Yovita Violleta Ratna D dalam proses pembelajaran PPKn di kelas X KGSP B SMK Negeri 2 Salatiga sudah memasukkan dan menerapkan pendidikan karakter di dalamnya. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran PKn di kelas X KGSP B SMK Negeri 2 Salatiga sudah dilakukan dengan baik oleh guru mata pelajaran PPKn, dimana RPP yang disusun oleh Ny. dr. Yovita Violleta Ratna D selaku guru PKn di kelas X KGSP B SMK Negeri 2 Salatiga sudah memasukkan pendidikan karakter di dalamnya.
Jurnal PPKn