Nama : Dede Saputra (Putra) NIM : 20200102267
Jawaban Tugas Sesi 8 EAP501 Perpajakan Orang Pribadi EU101 8137
1. Jelaskan Pph 21 atas uang Perjalanan Dinas dengan lengkap?
Jawab
Dalam pasal 6 ayat 1 Undang-Undang Pajak Penghasilan, pembayaran oleh pemberi kerja sehubungan dengan biaya perjalanan dinas dianggap bukan sebagai imbalan berkenaan dengan pekerjaan. Perlakuan tidak mengenakan Pajak Penghasilan Pasal 21 terhadap Biaya Perjalanan Dinas bagi pegawai pemerintah telah diatur pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, Anggota Polri, dan Pensiunannya Atas Penghasilan Yang Menjadi Beban Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Atau Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah. Maka seharusnya pengaturan yang sama juga berlaku bagi pegawai swasta yaitu terhadap Biaya Perjalanan Dinas bukan objek Pajak Penghasilan Pasal 21 dan bagi perusahaan, biaya tersebut dapat dijadikan sebagai pengurang penghasilan bruto.
Pasal 3: Atas penghasilan selain penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 2) berupa honorarium atau imbalan lain dengan nama apa pun yang menjadi beban APBN atau APBD, dipotong PPh Pasal 21 dan bersifat final, tidak termasuk biaya perjalanan dinas.
Dari kedua peraturan tersebut yaitu PMK No.113/PMK.05/2012 dan PMK No.262/PMK.03/2010 menetapkan bahwa biaya perjalanan dinas bukanlah merupakan penghasilan yang dikenai PPh Pasal 21.
Begitupun Perlakuan Pajak Penghasilan terhadap Biaya Perjalanan Dinas bagi Pegawai Swasta.
Tiap-tiap perusahaan mempunyai aturan dan standar biaya dalam menetapkan besaran biaya perjalanan dinas. Jika dibandingkan dengan unsur-unsur biaya perjalanan dinas pada pegawai pemerintah (PMK 113/PMK.05/2012). Standar biaya tersebut dihitung dengan menerapkan prinsip kewajaran, sehingga siapapun yang melakukan perjalanan dinas tidak sampai harus rugi namun juga tidak juga membuatnya menjadi berkelebihan uang.
Kesimpulannya, Biaya Perjalanan Dinas yang terdiri dari tiga komponen biaya yaitu Biaya Transportasi, Biaya Akomodasi dan Uang Saku dapat dibayarkan kepada pegawai yang melakukan perjalanan dinas dengan cara lumpsum (pembayaran di awal), reimbursement/penggantian, ataupun dengan cara pemberian uang muka seharusnya tidak membuat pegawai menjadi berkelebihan uang yang membuatnya mempunyai kemampuan ekonomis seperti yang dinyatakan pada definisi objek pajak penghasilan (pasal 4 Undang-Undang Pajak Penghasilan). Pasal 6 ayat 1 Undang-Undang PPh, pembayaran oleh pemberi kerja sehubungan dengan Biaya Perjalanan Dinas dianggap bukan sebagai imbalan berkenaan dengan pekerjaan dan Biaya Perjalanan Dinas dianggap tidak memberikan tambahan kemampuan ekonomis bagi pegawai / karyawan, maka terhadap biaya ini tidak merupakan objek pajak penghasilan bagi yang menerimanya.
2. Pak Banu adalah seorang tetap di PT Air Bandang. Pada Januari 2019, dia memperoleh gaji bulanan sebesar Rp6.750.000 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp200.000. Status Pak Banu sudah kawin namun belum dikaruniai anak. Berapa PPh 21 yang harus dibayar Banu?
Jawab
Gaji sebulan Rp 6.750.000
Pengurang
• Biaya Jabatan (5% x 6.750.000) Rp 337.500
• Iuran Pensiun Rp 200.000 +
Rp 537.500 -
Penghasilan netto sebulan Rp 6.212.500
Penghasilan neto setahun (12 x Rp 6.212.500) = Rp 74.550.000
PTKP (K/0) Rp 58.500.000 –
Rp 16.050.000 Penghasilan Kena Pajaknya (PKP)
PPh 21 setahun 5% x 16.050.000 = Rp 802.500 PPh 21 sebulan 802.500/ 12 = Rp 66.875
Penghasilan bersih Bapak Banu setelah dipotong pajak adalah Rp 6.683.125
Perhitungan Gaji Karyawan
Nama Banu
Status Perkawinan K/-
Gaji Sebulan 6.750.000
Total 6.750.000
Jumlah 6.750.000
Pengurangan
Biaya Jabatan 337.500
Maksimum Diperkenankan 337.500
Iuran Pensiun 200.000
Penghasilan Neto Sebulan 6.212.500
Penghasilan Neto Disetahunkan 74.550.000
PTKP (K/-) 58.500.000
Penghasilan Kena Pajak 16.050.000
PPh Pasal 21 Terutang Setahun
Tarif Kena Pajak Pajak
5% 16.050.000 802.500
15% 0 0
25% 0 0
30% 0 0
802.500
PPh Pasal 21 Terutang Sebulan 66.875
Take Home Pay 6.683.125