PELAKSANAAN KURIKULUM MUATAN LOKAL PADA SMK NEGERI DI KABUPATEN MAJENE
Thamrin*)
The regulation of the Ministry of National Education Number 22 year 2006 concerning content standard stated that the local content is an integral part of the structure of curriculum at the level of elementary and secondary education.
Based on the fact that Indonesia is a unity state which consist of a variety of distric with various geographical condition, natural sources, and its people (human resources) with different history backgrounds and culture. The development of local content curriculum in public vocational School in Majene distric focuses on the internal and external supports, thedecision of the types lokal content, and the supporting and inhibiting fktors in the development process of local content curriculum, so this study aims at analyzing the development, the determination as well as the supporting and inhibiting factor on the implementation of local content curriculum in public vocation schools in Majene district.
The study is a descriptive research which reveals the problem solving of the main problems based on the data and obtained documents. The study was conducted in in public vocation schools in Majene district. The focus of the study was the development of department as well as the supporting and inhibiting factors on the implementation of local content curriculum in public vocation schools in Majene district. The instruments used in the study were interview and observation. Data were collected using observation technique, interview techniques, documentation technique, analyzing data arrangement, and classification of data. Data processing was conducted to test the hypothesis which had been formulated. Descriptive analysis was conducted to discover the description of data based on each variable to draw conclusions.
The results of the study reveal that the development process of local content curriculum in public vocation schools in Majene district was not approriate with the technical procedure of the development of local content curriculum for vocational school 2010. In determining the types of subjects which contain the local content, the Vocational Schools in Majene generally decided directly without appropriate procedure, but it was based on the needs and the interest of the schools. The inhibiting factors was lack of participation from the people and parents in giving some thoughs in education. Moreover, lack of fasility and infrastructure, lack of evaluation on curriculum, teachers, competence which not appropriate to the subject matter made the objective of the study unachievable.
Pendidikan di Indonesia kini memasuki era reformasi dengan pembaharuan yang begitu radikal, yang diangkat dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 serta Undang- undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni pendelegasian otoritas pendidikan pada daerah dan mendorong otonomisasi ditingkat sekolah, serta pelibatan masyarakat dalam pengembangan program-program kurikuler serta pengembangan sekolah lainnya.
Dalam permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang standar Isi dinyatakan bahwa muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah dan prospek pengembangan termasuk keunggulan daerah yang materinya tidak dapat dikelompokkan kedalam mata pelajaran yang ada.
Substansi mata pelajaran muatan lokal pada sekolah menengah kejuruan harus disesuaikan dengan kompetensi keahlian yang diselenggarakan, dengan demikian diharapkan bahwa mata pelajaran muatan lokal dapat memperkaya dan meningkatkan kompetensi tamatan pada kompetensi keahlian masing-masing. sehingga setiap lulusan mampu secara langsung terserap lapangan kerja atau paling tidak memiliki jiwa wirausaha.
Beberapa persoalan dalam proses pelaksanaan kurikulum muatan Lokal khususnya di SMK Negeri di Kabupaten Majene.
1. Dalam merumuskan mata pelajaran muatan lokal tidak
sesuai dengan Juknis Pengembangan Muatan Lokal SMA/SMK direktorat Pembinaan SMA/SMK Kemendiknas tahun 2010.
2. Dalam setiap rapat dewan guru biasanya langsung menetapkan jenis mata pelajaran muatan lokal tanpa melalui proses analisis kebutuhan sekolah dan potensi daerah.
3. Permasalahan sarana parasaran yang kurang, kekurangan tenaga pengajar , kemudian peran serta masyarakat yang kurang dalam pengembangan kurikulum di sekolah.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha menjelaskan mengenai hal apa saja yang menyebabkan tidak tercapainya visi misi SMK Negeri di Kabupaten Majene hubungannya dalam pengembangan kurikulum muatan lokal pada SMK Negeri di Kabupaten Majene.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Majene yaitu pada 7 (tujuh) sekolah menengah kejuruan negeri di Kabupaten Majene.
Fokus yang diteliti adalah langkah-langkah dan prosedur pelaksanaan kurikulum muatan lokal, relevansi dengan potensi daerah dan jurusan serta aspirasi masyarakat sampai faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan kurikulum mutan lokal pada SMK Negeri di Kabupaten Majene.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
HASIL
Gambaran Mekanisme pelaksanaan kurikulum muatan lokal di SMK Negeri di Kabupaten Majene.
Konsep muatan lokal sekarang tidak sama seperti tahun 1987, tapi berkembang lagi sesuai petunjuk teknis muatan lokal SMA/SMK Direktorat Pembinaan SMA/SMK Kemendiknas tahun 2010. Dimana Pemberlakuan otonomi daerah, didalamnya memberi kesempatan kepada daerah untuk lebih berperan dalam menentukan kebijakan terutama tentang pengembangan kurikulum muatan lokal .
Sudarfiana kepala SMK Negeri 1 Majene, menjelaskan bahwa
“Sepengetahuan saya kurikulum muatan lokal adalah satu mata pelajaran yang materinya disesuaikan dengan potensi daerah dan kompetensi jurusan sehingga kita mempersilahkan setiap jurusan atau kepala bengkel untuk mengolah sendiri dan menentukan jenis muatan lokal apa yang akan diajarkan dijurusan masing- masing’’. (Wawancara, Jumat 14 September 2012). Hal yang sama Senada disampaikan oleh 6 Kepala SMK Negeri di kabupaten Majene bahwa umumnya pimpinan atau kepala SMK Negeri yang ada di kabupaten Majene telah memahami tentang kedudukan mata pelajaran muatan lokal. dijelaskan bahwa mata pelajaran muatan lokal paling tidak memuat tentang bagaimana potensi daerah dan
kesesuaian dengan kompetensi jurusan serta potensi sekolah namun banyak sekolah yang tidak bisa menjalankan karena berbagai kendala.
Ada tiga hal mendasar yang menentukan implementasi kebijakan pendidikan di Kabupaten Majene
1. Nilai-nilai sosial budaya .
2. Aspirasi masyarakat tentang pendidikan
3. Peluang dalam birokrasi sesuai aspirasi masyarakat.
4. Komitmen.
Untuk melaksanakan kurikulum muatan lokal beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangannya adalah:
a. Megumpulkan data dan informasi tentang potensi dan kebutuhan daerah, potensi satuan pendidikan, daya dukung internal dan eksternal.
b. Mengembangkan SKL, SK,dan KD muatan lokal.
c. Menentukan jenis muatan lokal.
Apabila kita ingin mengetahui bagaimana relevansi jenis mata pelajaran yang diajarkan pada SMK Negeri di Kabupaten Majene serta jenis mata pelajaran muatan lokal pada SMK Negeri di Kabuapaten Majene maka berikut ini adalah rekapitulasi jenis mata pelajaran mulok serta kelengkapannya.
Berdasrkan dokumen yang ada diperoleh informasi bahwa umumnya perangkat pembelajaran muatan lokal hanya disahkan atau ditanda tangani oleh tiga orang yakni guru mata pelajaran, kepala SMK kemudian ketua Komite sebagai perwakilan orang tua dan masyarakat. Pelibatan pihak dinas pendidikan dalam proses
ini belum sepenuhnya dilakukan karena dianggap masih bagian internal sekolah. Padahal dokumen perlu mendapatkan pengesahan dari pejabat yang berwenang dalam hal ini Dinas Pendidikan di daerah. Kemudian bagaimana relevansi kurikulum muatan lokal dengan kompetensi jurusan, potensi daerah dan aspirasi masyarakat harus melihat minat dan kebutuhan siswa yang sangat heterogen sehingga kebutuhan siswa harus disesuaikan dengan bakat, minat dan perkembangan siswa.
Menurut Nurlaela Siswa SMK Negeri 1 Majene bahwa “ Saya jurusan kecantikan kulit dan muatan lokal yang diberikan adalah membuat sanggul daerah, dan bagi kami itu sangat bermanfaat karena kami bisa mengetahui beberapa mode dan aksesoris Mandar” (Wawancara: Kamis 13 Juni 2013). Sama halnya yang disampaikan oleh Abd. Azis (Siswa X AK 1) SMK Negeri 2 Majene, Sarman jurusan X Agribisnis Perikanan SMK Negeri 3 Majene, Sri Masita Siswa kelas XII ATP SMK Negeri 7 Majene, mereka menganggap bahwa jenis muatan lokal yang diberikan oleh pihak sekolah sudah sesuai dengan kebutuhan mereka meskipun masih perlu dilakukan perencanaan pembelajaran yang lebih baik.
Peranan orang tua dan masyarakat dalam proses penyelenggaraan pendidikan juga sangat dibutuhkan, Sehingga ada kesatuan pemahaman bahwa orang tua dengan pihak sekolah yang biasanya terbentuk dalam komite sekolah adalah partner kerja untuk masa depan anak didik kita. Menurut Adi Ahsan Ketua
komite sekolah SMK Negeri 7 Majene menjelaskan bahwa”Peran serta komite dalam menciptakan peluang bagi sekolah bukan sesuatu yang mudah karena dibutuhkan keseriusan dan kerjasama yang baik antara anggota komite sekolah dengan sekolah. Komite sekolah mestinya tahu apa fungsi dan perannya dalam dunia pendidikan terutama di sekolah. Jika hal ini tidak diketahui maka organisasi ini hanya akan tinggal nama tanpa aktifitas. (wawancara, Selasa 2 April 2013).
Gambaran Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal di SMK Negeri di Kabupaten Majene
a. Faktor pendukung pelaksanaan kurikulum muatan lokal di SMK Negeri di Kabupaten Majene.
Dalam proses pengembangan kurikulum muatan lokal perlu dukungan berbagai pihak sehingga bukan hanya pihak sekolah yang memiliki peranan tapi berbagai unsur baik dukungan internal maupun dukungan eksternal. Sekolah dan komite sekolah memiliki wewenang penuh dalam mengembangkan program muatan lokal. Langkah ini bisa dilakukan bila dirasakan tidak memiliki sumber daya dalam mengembangkannya. Pihak sekolah dan komite sekolah dapat bekerjasama dengan unsur-unsur depdiknas atau Tim Pengembang Kurikulum (TPK) didaerah, Bappeda, LPMP atau pihak DU/DI serta tokoh masyarakat.
Komite sekolah memiliki peranan dalam peningkatan mutu
pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana parasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan. SMK Negeri 1 Majene merupakan salah satu sekolah Berstandar Internasional RSBI.
Artinya sebuah sekolah yang anggapan kita telah memiliki segala kelebihan dari sebagai suatu institusi pendidikan baik sarana, kurikulum maupun sumber daya manusianya dalam rangka menciptakan generasi yang berntelektual dan bertaqwa. Tapi kenyataannya masih memiliki beberapa kekurangan seperti peralatan praktek serta guru produktif yang lebih profesional. Jadi tidak selamanya sekolah yang memilki nama yang bagus dimasyarakat dengan sebuah label pengakuan tetap saja punya kekurangan pada beberapa aspek.
b. Faktor penghambat pelaksanaan kurikulum muatan lokal di SMK Negeri di Kabupaten Majene.
Bahwa pengurus Komite sekolah masih belum memahami tugas dan fungsinya sebagai mitra dari sekolah yang seharusnya memonitoring semua aspek kegiatan dalam lembaga yang dinaunginya.
Kurangnya pemahaman pengurus Komite dalam pengembangan kurikulum di sekolah menjadi salah satu faktor penghambat dalam pengembangan kurikulum muatan lokal disekolah meskipun disatu sisi peranan komite dalam menyediakan sarana prasarana dan fasilitas yang lain menjadi faktor pendukung dalam pengembangan sekolah.
Selain itu peranan orang tua yang kedua adalah penyedia sarana prasarana, orang tua dan masyarakat dituntut lebih aktif lagi memberikan usulan dan proaktif dalam melihat kemungkinan kebutuhan pihak sekolah dalam proses belajar mengajar.
Sehingga ada kesatuan pemahaman bahwa orang tua dengan pihak sekolah yang biasanya terbentuk dalam komite sekolah adalah partner kerja untuk masa depan anak didik kita.
Secara umum bahwa sarana prasarana pada sekolah yang memiliki sarana yang memadai menjadi pendukung dalam proses pengembangan kurikulum disekolah seperti di SMKN 1 Majene, SMKN 2 Majene, SMKN 3 Majene, SMKN 5 Majene namun pada beberapa SMK lain seperti di SMKN 4 Majene, SMKN 6 Majene dan SMKN 7 Majene dengan sarana prasarana yang kurang, menjadi faktor penghambat dalam proses pengembangan sekolah. Kemudian tenaga pendidik yang kurang pada beberapa SMK menjadi kendala apalagi dengan jumlah siswa yang cukup banyak seperti yang terjadi di SMKN 4 Majene, dan SMKN 7 Majene, kemudian pengetahuan tenaga pendidik yang kurang tentang mata pelajaran yang di ampuh.
PEMBAHASAN
Mekanisme Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal di SMK Negeri di Kabupaten Majene
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan kurikulum muatan lokal di SMK Negeri di Kabupaten Majene umumnya belum
mampu melaksanakan sesuai dengan peraturan atau petunjuk teknis badan standar pendidikan nasional. seperti yang termuat dalam Juknis Pengembangan muatan lokal SMA/SMK oleh Drektorat pembinaan SMA/SMK kemendiknas tahun 2010.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi menyatakan bahwa muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri merupakan bagian integral dari struktur kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kebijakan nasional yang berkaitan dengan dimasukkannya muatan lokal dalam Standar Isi dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas berbagai daerah yang beragam kondisi geografis, sumber daya alam, dan masyarakatnya (sumber daya manusianya) dengan latar belakang sejarah dan budaya yang berbeda-beda. (Juknis Pengembangan Muatan lokal SMA:2010.23)
Ada tiga rumpun dalam mata pelajaran muatan lokal, yaitu; rumpun budaya, rumpun keterampilan dan rumpun pendidikan lingkungan (Suharsimi Arikunto:1988).
Menyusun program kurikulum muatan lokal Kepala SMK/SMA terlebih dahulu harus membentuk Tim Pengembang Kurikulum yang disingkat TPK sekolah untuk menyusun rencana kegiatan dan rambu-rambu pengembangan muatan lokal yang sekurang-kurangnya memuat:
a. Dasar pelaksanaan pengembangan muatan lokal.
b. Tujuan dan manfaat pengembangan muatan lokal.
c. Hasil yang diharapkan dari pengembangan muatan lokal, dan d. Unsur-unsur yang terlibat dan
uraian tugasnya dalam pengembangan muatan lokal.(Sumber: Juknis Pengembangan Muatan Lokal SMA/SMK BSNP Tahun 2010)
Kita mesti mampu menciptakan kemandirian sekolah dalam mengelola berbagai sumber daya yang ada.
Banyaknya keterbatasan, baik dana, tenaga pengajar, bahkan sarana sehingga perlu dilakukan berbagai alternatif dalam proses pencapaian pendidikan yang mengarah pada tujuan visi misi sekolah.
Relevansi Kurikulum Muatan Lokal dengan Kompetensi Jurusan, Potensi Daerah dan Aspirasi Masyarakat.
SMK yang terdapat di Kabupaten Majene umumnya tidak memperhatikan bakat dan minat siswa, hanya sebagian kecil saja meskipun jenis muatan lokal yang diberikan sudah layak dan sesuai dengan kebutuhan dan potensi daerah namun tidak melalui prosedur yang seharusnya. Berdasarkan hasil penelitian penulis tim pengembang kurikulum dari tujuh SMK negeri yang ada empat SMK Negeri langsung menentukan bahwa muatan lokal yang cocok diberikan adalah Baca Tulis Al-Quran, kemudian tiga SMK Negeri sesuai dengan kompetensi jurusan yang ada disekolah tersebut. Artinya dengan dasar banyak siswa yang belum tahu baca tulis Al-Quran bukan berarti bisa begitu saja ditetapkan bahwa itulah
yang bisa ditetapkan sebagai muatan lokal untuk diajarkan kepada siswa.
Karena penentuan bahan kajian muatan lokal didasarkan pada kriteria sebagai berikut:
1) Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik 2) Kemampuan guru dan ketersediaan
tenaga pendidik yang diperlukan 3) Tersedianya sarana prasarana 4) Tidak bertentangan dengan agama
dan nilai luhur bangsa
5) Tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan
6) Kelayakan berkaitan dengan pelaksanaan disekolah
7) Lain-lain yang dapat dikembangkan sendiri sesuai dengan kondisi dan situasi daerah. (Rusman, 2008:408).
Kemudian berkaitan dengan dokumen pembelajaran empat SMK Negeri yang menentukan Baca Tulis Al-Quran sebagai mata pelajaran muatan lokal bagi siswanya, umumnya mengatakan tidak memiliki dokumen pembelajaran baik silabus maupun RPP. Guru agama Islam sebagai guru Muatan lokal mengajarkan metode IQRO sesuai metode yang dilakukan di Taman Pendidikan Al-Quran (TPA).
Hal ini bertentangan dengan petunjuk teknis yang ada yang seharusnya memiliki Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Standar Kompetensi Lulusan, silabus dan RPP agar jelas perencanaan dan pembelajaran yang ingin dicapai.
Kemudian dari tiga SMK Negeri yang menentukan jenis muatan lokal sesuai dengan kompetensi jurusan di sekolah tersebut penulis mendapatkan beberapa dokumen RPP dan silabus dan modul mata pelajaran muatan
lokal. Namun dari temuan penulis masih banyak dokumen yang belum dipenuhi seperti catatan dan informasi tentan potensi daerah, daya dukung internal dan eksternal.
Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal di SMK Negeri di Kabupten Majene
Kurikulum bukan dipahami sekedar dokumen semata tapi bagaimana kurikulum tersebut dapat diterapkan dalam keseluruhan aktifitas disekolah yang engarah pada perubahan sikap, perilaku dan keterampilan peserta didik. dalam prakteknya kompetensi guru-guru dalam menerapkannya masih merupakan persoalan besar yang harus ditangani lebih lanjut. Kemudian sistem ujian akhir yag sekedar memberikan iklim pengajaran dengan tekanan lebih pada mata pelajaran akademik sedangkan pelajaran yang memberikan bekal praktis dianggap bersifat fakultatif.
Permasalahan yang berat yang harus dihadapi dalam pembangunan pendidikan didaerah ada 5 yang pertama, peningkatan mutu pendidikan, kedua, pemerataan pendidikan, ketiga, efisiensi manajemen, keempat,peran serta masyarakat dan akuntabilitas.
Maka perlu kerjasama seluruh pihak untuk menciptakan iklim pendidikan yang lebih baik.(Irianto,2011:92)
Berbagai persoalan dalam implementasi kurikulum muatan lokal sampai saat ini cukup pelik. Hal ini berkaitan dengan perencanannya, pelaksanaan dan evaluasinya. Dari segi ketenagaan, pelaksanaan muatan lokal memerlukan pengorganisasian secara
khusus karena melibatkan pihak lain selain sekolah. Untuk itu dibutuhkan suatu tim perumus dalam pelaksanaannya. Selain dengan mengajar rutin oleh guru dikelas, harus pula ada kreasi dalam menentukan tema ,tempat dan metode pembelajaran sehingga dibutuhkan kerjasama terpadu antara pembina, pelaksana dilapangan dan nara sumber yang mengetahui proses pelaksanaan kurikulum muatan lokal.
SIMPULAN
SMK Negeri di Kabupaten Majene umumnya tidak membentuk Tim Pengembang Kurikulum (TPK), tidak melakukan pendataan informasi potensi dan kebutuhan daerah, analisis potensi satuan pendidikan, umumnya guru muatan lokal tidak memiliki dokumen administrasi pendidikan.
Relevansi mata pelajaran muatan lokal hanya disesuaikan dengan kebutuhan.
Faktor pendukung dalam proses pengembangan kurikulum muatan lokal adalah peran komite dalam melakukan monitoring program sekolah, penyediaan sarana parasarana dan pengawasan dalam kegiatan pembelajaran.
Faktor penghambat umumnya kurangnya tenaga pengajar,sarana prasarana yang kurang, kemudian pengetahuan tenaga pendidik dan kependidikan yang kurang. kurangnya peranan masyarakat/komite melibatkan diri dalam bidang pendidikan.
DAFTAR RUJUKAN
Achmadi. 2010. Ideology Pendidikan Islam.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Ary, D, dkk. 1982. Pengantar
penelitian Dalam pendidikan.
Surabaya: Usaha Nasional
Bakri. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum.
Jakarta: Rineka Cipta
Baktiar, A. 2004. Filsafat Ilmu.Jakarta:
Raja Grafindo Persada
Basrowi, S. 2009. Manajemen Penelitian Sosial. Bandung:
Mandar Maju
Bendang, LW. 2012. Sejarah Perkembangan Kurikulum Pendidikan di Indonesia (Online), diakses 17 Agustus 2013).
Chan, S, M, & Tuti T. 2011. Analisis Swot Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Demsi, K. Intan. 2005. Potret pendidikan Indonesia Dalam Deretan Masa. Makassar:
Yabuindo Press
Depdiknas. 2009. Pengembangan Kurikulum SMK. Materi Pelatihan KTSP 2009 Departemen Pendidikan Nasional
. 2009. Pengembangan Model Mata Pelajaran Muatan Lokal SMK. Materi Pelatihan KTSP 2009 Departemen Pendidikan Nasional
Hafid, S. 2005. Analisis Strategi Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal di SMP negeri Belopa.
Makassar: Program Pascasarjana Universitas negeri Makassar Hartono A, Sunarto. 2002.
Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: Rineka Cipta
Hasbullah.2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Idi A. 1999. Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktik.
Jakarta: Gaya Media Pratama Irianto, YB. 2011. Kebijakan
Pembaruan Pendidikan (Konsep, Teori dan Model). Jakarta: Raja Grafindo Persada
Indahsari,M. 2012. Perkembangan Kurikulum di Indonesia. Jakarta:
Pascasarjana UPI.
Mardapi, D. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah: BSNP
Musanna. 2009. Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal Dalam Konteks Pendidikan Di Aceh.
Jurnal Penelitian Vol.10 No.2 Riduwan, M.BA. 2004. Metode dan
Teknik Menyusun Tesis. Jakarta:
Alfabeta
Rifai. 2011. Politik Pendidikan Nasional. Yogyakarta: AR- RUZZ MEDIA
---. Sejarah Pendidikan Nasional, Dari Masa Klasik Hingga Modern, Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA
Rivai V & Sylvana Murni. 2010.
Education Management (analisi, teori dan Paraktik). Jakarta:
Rajawali Press
Rosyada D. 2007. Paradigma Pendidikan Demokratis. Prenada.
Jakarta: Media Group
Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sanjaya W. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem pembelajaran.
Jakarta: Kencana Prenadamedia Group
Saodih N & Soli Abimanyu. 1995.
Perkembangan Peserta Didik.
Ujung Padang: Bagian Penerbitan FKIP IKIP
Sayadul, J. 2012. Merancang Kebijakan PEMDA Dalam Upaya Percepatan Majene Menjadi Kota Pendidikan”.
Majene: Makalah
Sedyawati, E. 2006. Budaya Indonesia, Kajian Arkeologi, Seni, Dan Sejarah. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sofyan. 2010. Eksistensi Kurikulum Muatan Lokal dalam Kurikulum Lembaga Pendidikan Agama dan pendidikan Keagamaan di Sulawesi Barat. Makassar:
Jurnal AL-QALAM Balai penelitian Dan pengembangan Agama
Suardinmath. 2010. Pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal SMK.(http://suardinmath.wordpr ess.com/2010/05/09/pengemban
gan-mata-pelajaran-muatan- lokal-pada-smk/#respond)
Sudibyo, B.2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah: BSNP
Supriadi, S. 2013. Sejarah Perkembangan Kurikulum Indonesia (Online), diakses 17 Agustus 2013).
Susilo, J. 2007. Pembodohan siswa Tersistematis. Yogyakarta: Pinus Sutrisno, J. 2008. Bimtek Penyusunan KTSP SMK. Jakarta: Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
. 2008. Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan. Jakarta: Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
. 2008. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengembangan Diri Pada Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Syaifuddin, dkk. 2009. Teori-teori Manajemen Pendidikan.
Tiro,M.A. 2009. Penelitian: Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Makassar:
Andira Karya Mandiri.
Warnandi, N. 2012. Implementasi Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal pada Sekolah Luar Biasa. Bandung:Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Bandung.
Yaumi, M.2013. Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group