Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan
ffi
ISSN: l4ll-9447
JURNAL ILMIAH ILMU DASAR DAN LINGKUNGAN HIDUP
* EKSPLORASI KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN SUMATERABARAT
DI KAWASAN SOLOK
Ekologia, Vol. 9. No.2 , Oktober 2009 :38-44
SISTEM DETEKSI KERACUNAN ZAT PADAT DENGAN PENDEKATAN JARINGAN SYARAF TIRUAN
MENGGUNAKAN MATLAB
7.0Eneng Tita
Tosida@ donKarnasih
SobaniahQ)''4Progro-
Studillmu
KomputerFMIPA-(INPAK ABSTRAK
Pendekatan Jaringan Syaraf Tiruaz (JST) merupakan suatu model
dari
sistem syaraf biologisyang
disederhanakan sebagaisuatu alternatif
sistem komputasi. Pendekatanini
dapat diaplikasikan ke dalam berbagai kasus, salah satunya adalah kasus deteksi keracunankhususnya keracunan zat padrt. Metode
backpropagationdigunakan dalam JST ini
dimaksudkanuntuk
mencarinilai hasil output JST
terhadapnilai
pembanding (teacher pattern) yang diberikandari luar
sistem. JSTuntuk
kasusini
menggunakan sepasang polayang terdiri atas pola masukan dan pola yang diinginkan. Pola masukan
dibentuk berdasarkan gejala-gejalayang
dirasakanpasien. Ketika suatu pola diberikan
kepadajaringan,
bobot-bobot diubahuntuk
memperkecil perbedaan pola keluaran dan pola yang diinginkan.Latihan ini dilakukan
berulang-ulang sehingga semua polayang
dikeluarkanjaringan dapat
memenuhipola yang diinginkan.
Pemrogramanyang
digunakanuntuk
mengimplementasikan Sistem Deteksi KeracunanZat
Padat Dengan PendekatanJST ini
adalah bahasa pemrogramtnMatlsb
7.0, sedangkanuntuk
mempermudahinteraksi
antara pengguna dengan sistem dibangun Graphic User Interface(GUI)
menggunakanscript
*.ntfiles
yang terdapat pada Matlab 7.0 (Release14),Kata kunci
:
Jaringan syaraftiruan, Sistem deteksi keracunan zat padat, BacpropagarionPENDAHULUAN
Pemanfaatan komputer pada bidang
kedokteran bisa dilakukan
melaluipembuatan suatu sistem aplikasi
yang dapat membantudalam
mendeteksi suatupenyakit
tertentu.Hal
tersebut diharapkandapat memudahkan
seorangdotler
ataupakar dalam memberikan
informasi mengenaipenyakit tertentu
secara cepat.Salah
satunya adalahuntuk kasus
detesi keracunan.Tidak
semua kasus keracunan dapatdi
deteksi secara manual, terkadangmembutuhkan penghitungan
dan pengolahan datauntuk
mengetahui secaradetail
keracunanyang
adapada
seorang pasien.Salah satu pendekatan untuk sistem deteksi adalah model jaringan syaraf tiruan
(JST). JST yaitu
suatumodel dari
sistemsyaraf biologis yang
disederhanakan sebagai suatualtematif
sistem komputasi.Penelitian ini dimaksudkan
untukmendeteksi keracunan yang ditimbulkan
dari zat padat dan
diimplementasikan menggunakan pemrograman7fatlab
yangdilengkapi dengan User Interface. Input
yang diberikan pada sistem berupa gejala- gejala yang dirasakanoleh
pasien. Outputdari sistem ini adalah nama atau
jenis keracunan.Sistem deteksi keracunan zat padat
ini
nantinya dapat digunakanoleh
tenagamedis maupun non medis
dalam mendeteksi keracunanlebih
awal sekaligusmemberikan informasi mengenai
gejala-gejala dari keracunat zat padat
sebagai antisipasi.Tujuan dari penelitian ini
adalahuntuk merancang
danmengimplementasikan sistem
deteksikeracunan
zat padat dengan
pendekatan Jaringan syaraftiruan
(JST) men_egunakanMatlab
7.0.Sistem Deteksi Keracunan ZatPadat
38
(Eneng Tita T. dan Karna.sih Sobaniah)
Ekologia, Vol. 9. No.2 , Oktober 2009 :38-44
Adapun batasan masalah
daripenelitian ini yaitu
mendeteksi keracunanzat
padat (antaralain
keracunan makananlaut,
makanan,jamur, jengkol,
arsen, danasetosal). Penelitian ini
menggunakanpendekatan JST dengan
metodeBaclqropagation
(propagasibalik).
Inputyang diberikan, pada sistem
diantaranyasakit perut, sakit kepala,
mual/muntah,gangguan pupil, shock, mulut
kering,buang air besar, buang air kecil,
sakit pinggang,berkeringat,
demam, dehidrasi, disentri, diare, tenggorokan terasa terbakar,gangguan
pernapasan,rasa panas,
rasabaal, dan mencakup informasi
mengenaigejala keracunan dan pertolongan
awal pada orang yang keracunan.BAHAN DAN METODE
Tahapan MetodePenelitian
Metodologi penelitian
dilakukanpendekatan sistem yaitu
menggunakan siklus hidup pengembangan sistem (SystemDevelopment Life Cycle/SDLC)
danlangkah-langkah proses
penyelesaiandidalam menganalisis dan
mengimplementasikan sistem
deteksi keracunankeracunan zat padat.
Adapun tahapan dari pendekatan SDLC yaitu dapat dilihat pada Gambar 1.Gambar
1. BaganAlur
PenelitianGambar 2. Skema Rancangan Sistem Sistem Deteksi Keracunan
ZatPadat
... .... (Eneng Tita T. dan Karnasih Sobaniah)39
Dalam jaringan syaraf tiruan ini,
gejala-gejala diproses menggunakan
back- propagation (propagasibalik)
sebagaijalur
pencapaian target.
Dalam penelitian
ini
pengumpulandata dilakukan
denganmengambil
data-data dari buku-buku kedokteran
yang berhubungan dengan penyusunan programdeteksi
keracunanzat padat. Selain itu
juga dilakukan studi literatur
serta wawancara kepada pakar atau dokter untukmengetahui keracunan zat padat
yangsering terjadi di masyarakat.
Skema perancangan sistem deteksi keracunan zat padat disajikan pada Gambar 2.Pengumpulan enam jenis keracunan zat padal
(antara lain keracunan makanan laut, makanan, jamur, jengkol, arsen, dan asetosal).
Gejala-gejala dari enam jenis keracutan zat padat tersebut dijadikan sebagai variabel. Ada
18
gejalayang
dijadikan variabel yaitu gangguan pernapasan (x1), sakit kepala (x2), sakit perut (x3), muaVmuntah (xa), gangguanpupil (x5), dehidrasi (x6), demam (x7), shock
(xr), rasa baal (xs), rasa
panas (xro), tenggorokan terasa terbakar (x11), mulut kering (x12), diare (x13), buang air kecil (x1a), buang air besar (x;5), sakit pinggang (xr6), berkeringat (xrr). dan disentri (x,r).I ftr ple rn enta sa
Uji Coba
Selain variabel, isinya pun diubah ke dalam bentuk numerik agar data tersebut bisa dikenali oleh jaringan syaraf tiruan.
Pada JST
ini
gejala-gejala diproses denganmenggunakan
metode
baclcpropagation (propagasibalik)
sebagai perhitungan, dan fungsi yang digunakan adalah fungsi sigmoidI
v:
f(x)I + e-o'
dengan:
f(x): of(x)[
- f(x)]Membuat tampilan user
interface (menggunakan Matlab versi 7.0)Ekologia, Vol. 9. No.2 , Oktober 2009 :38-44
Arsitektur Jaringan
Arsitektur jaringan
merupakan gambaranhubungan antar lapisan
yangdigunakan dalam proses
pembelajaran.Setiap unit sel pada satu
lapisan dihubungkanpenuh
terhadapsel-sel unit pada lapisan di
depannya sehingga akan ditemukanbobot dan bias dari
hubungan antar lapisan tersebut.Arsitektur jaringan yang
dipakaiyaitu jaringan dengan banyak
lapisan(multilayer net). Jaingan
dengan banyaklapisan memiliki satu atau lebih
lapisanyang terletak diantara lapisan input
danlapisan output. Jaringan dengan
banyaklapisan ini dapat
menyelesaikan permasalahanyang lebih sulit
daripada lapisan tunggal, dengan pembelajaran yang lebih rumit.Pada sistem deteksi keracunan zat padat dengan pendekatan JST
ini memiliki arsitektur jaringan yang terdiri atas
3lapisan, yakni lapisan masukan,
lapisan tersembunyi dan lapisan keluaran. Lapisan masukanterdiri dari
18unit
sel saraf yang merupakan variabel-variabel penyebab ataugejala keracunan, lapisan
tersembunyi denganjumlah unit
sel saraf yang berubah- ubah sesuai dengan kecepatan konvergensidan 3 unit sel saraf lapisan
keluarandigunakan untuk
mempresentasikan pengelompokanpola. Tiga unit sel
syarafini dikombinasikan
dengan bahasa biner sesuaitingkat
bahaya keracunan menurutpara ahli, dimana nilai 001
untuk keracunan makananlaut, nilai 010
untukkeracunan makanan, nilai 011
unfukkeracunan jamur, nilai ---1t0
untuk
keracunan jengkol, nilai 101
untukkeracunan arsen, dan nilai 110
untuk keracunan asetosal.Dibawah ini
gambararsitektur jaringan untuk sistem
deteksikeracunan zat padat dengan
jaringanbanyak lapisan (multilayer net)
metode baclEropagation.Gambar 3. Arsitektur
JST Keracunan ZatPadatKeterangan :
x1
...x18 z1 ...250
Yl
... Y3 VUwjk
Lapisan masukan
Nilai
lapisan tersembunyi Lapisan keluaran Bobot antaralapisan masukan dan lapisan tersembunyiBobot antara lapisan tersembunyi dan lapisan keluaran
Gambar 3. memperlihatkan struktur
unit pengolah JST keracunan zat
padat.Pada
sisi
sebelahkiri terlihat
18 masukangejala-gejala keracunan zat padat
yangmenuju ke unit pengolah yang
masing- masing datang dariunit-unit
yang berbedax(n). Setiap sambungan
mempunyaikekuatan
hubunganterkait (bobot)
yangdisimbolkan dengan vij dan wjk. Unit pengolah akan membentuk
penjumlahanberbobot dari tiap masukannya
danmenggunakan fungsi aktivasi
untukmenghitung
keluarannya.Fungsi
aktivasiyang digunakan dalam sistem
deteksikeracunan zat padat ini 1'aitu
fungsisigmoid biner (/ogsig). Hasil
perhirunganakan dikirimkan melalui
hubungankeluaran seperti tampak pada
gambarsebelah kanan yaitu yr, y2, !,-r
]-angmerupakan
nilai-nilai dari nama 6
jeniskeracunan zatpadat.
;,
...
...
(Eneng Tita T. dan Karnasih Sobaniah) Sistem Deteksi Keracunan ZatPadatHASIL DAN PEMBAHASAN
Perancangan SisteSistem ini dirancang
melalui beberapa tahapan perancanganyakni
:1).
Perancangan secara umum
yangdilakukan dengan pembuatan Diagram Konteks dan
DFD
level 02). Perancangan melalui Flowchart, dan 3).
Perancangan secara Rinci
yaflgdilakukan melalui pembuatan rancangan
navigasi sistem, sistem menu
dan rancangan form.Rancangan
Navigasi Sistem
ditampilkan pada Gambar 4.menggunakan bahasa
pemrogramanMATLAB 7.0. Untuk
mengimplementasi-kan
rancangartform menu ttama, form Deteksi
KeracunanZat Padat
danform
PelatihanData
digunakaneditor
programx.mfiles Matlab
2.0untuk
menulis scriptdari ketiga -form tersebut. Sistem ini
membutuhkan
form
pelatihan data sebagai venfikasinilai
input yang digunakan.Pada form
ini
terdapat delapan buah keterangan variabel pelatihan, dan variabel urituk pola input data yang akan dilatihkan dalam bentuk rnatriks yang disimpan padan-frle
den_qannama P Pola output
dataatau target dalam bentuk vektor
yangdisimpan pada m-file dengan nama
T.Dengan menggunakan fungsi
aktivasilogsig untuk pelatihan data
denganbaclqropagati on, konstanta belaj ar dengan
nilai
0.75,lapisan tersembunyi dengannilai
50, besar galat dengan
nilai 0.1,
tampilan periterasi dengannilai 5,
dan batas iterasi dengannilai
1000. Jika diklik
pada tombolpelatihan perhatikan grafik
sampai konvergen atau iterasi maksimal terpenuhi.Gambar
6. Menunjukkan Form
Pelatihan Data.Grafik di
bawah menunjukan bahwapelatihan yang dilakukan oleh
jaringanterhadap data input yang
dimasukanmengalami konvergensi atau
tingkat kecepatan pada iterasi ke-38.Gambar 4. Rancangan Navigasi Sistem
Implementasi
SistemSistem deteksi Keracunan ZatPadat (makanan
laut,
makanan,jamur,
jengkol,arsen, dan
asetosal)dengan
Pendekatan JSTdiimplementasikan
denganGambar 5. Form Pelatihan Data Pelatihan data perlu dilakukan pada
suatu JST sebelum digunakan
untukmenyelesaikan suafu masalah,
karena dengan pelatihan dataini
dapat diperolehtanggapan yang benar atau
diinginkanterhadap masukan yang
diberikan kepadanya. Pada suatu tingkat terlentu JSTini dapat memberikan tanggapan
yangbenar
walaupun masukanyang
diberikanSistem Deteksi Keracunan Zat
Padat
. .. ... . (Eneng Tito T. dan Karnasih Sobaniah).11
Ekologia, Vol. 9. No.2 , Oktober 2009 :38-44
kepadanya terkena derau atau berubah oleh suatu keadaan.
Dalam pelatihan
data pada sistem deteksi keracunanzat
padatini terdiri
daridata input dan target. Jumlah
datainput sebanyak 24 data dai enam
jeniskeracunan
zat padat dengan 18
variabel gejala yang dijadikan sebagai matrikP
dan untuk targetnyayaitu nilai-nilai
enam jenis keracunanzat
padatyang
dikombinasikan dengan bahasabiner
sesuai tingkat bahaya keracunannnya sebagaimatrik
Z.Pelatihan dilakukan
denganbeberapa tahapan, antara lain
denganidentifikasi bobot dan bias
denganmenggunakan fungsi initff.
Kemudiandilatihkan
denganfungsi trainbp
dengan menentukanmasukan dan target
berupamatriks
yang telah disediakan pada bahasa pemrogramanMatlab 2.0.
Selain melihatbobot dan bias pada
saat pelatihanjuga
diketahui konfigurasi terbaik
yangmerupakan proses pelatihan
pola
tercepatyang dilakukan JST dengan
caramemberikan konstanta belajar,
galatinformasi, lapisan tersembunyi,
tampilanperiterasi, dan batas iterasi
sebagai parametemya.Menurut Hermawan
(2006)menyatakan suatu konstanta belaj
ar
yangberharga
yaitu antara 0.25 sampai
0.75.Nilai ini menunjukan
kecepatan belajardari jaringan. Nilai terlalu tinggi
dapat menyebabkan jaringan menjaditidak
stabilsedangkan nilai terlalu kecil
dapatmenjadikan waktu belajar yang lama. Oleh karena itu pemilihan
nilai
konstanta belajar(cr) harus seoptimal mungkin
agar didapatkan proses belajar yang cepat. Hasildari pelatihan untuk mencari
konfigurasiterbaik yang dengan cara
mengubah konstanta belajar serta lapisan tersembunyi dilakukan secaratrial
and error.Pelatihan dilakukan berulang-ulang
sehingga \ihasilkan jaringan
yangmemberikanr tanggapan yang
benar terhadap sernua masukannya.Nilai
benardisini
ditujukan dengannilai
SSE galatnya Sistem Deteksi Keracunan ZatPadatyang
biasanyamempunyai nilai
dibawah0,1.
Dengannilai
SSE dibawah0,1
maka jaringan sudah dikatakan terlatih.Berdasarkan hasil pelatihan
datatersebut di atas jaringan syaraf
tiruan kemudian digunakanuntuk
proses deteksi yangdiwakili
olehform
deteksi. Padaform deteksi terdapat delapan beTasbuah inptt
gejala dengan
inpil
nilai 0 atau 1 (0:
tidakdan 1
:
ya),nilai
tersebut merupakannilai
yang diinputkan oleh pengguna. Sedangkan padahasil
deteksi menunjukan nama darisalah safu keracunan zat padat.
Form deteksi dan Form Hasil deteksi ditampilkan pada Gambar 6.Gambar
6. Form Deteksi dan HasilnyaUjicoba
danValidasi
SistemTahap
uji
coba danvalidasi
sistemdilakukan untuk
mengetahui kekurangandan kelebihan sistem, sistem
berjalan denganbaik
atau tidak, sistem yang dibuatsesuai
dengan perancangansistem
yangdirancang atau tidak. Tahapan ini
dilakukan melalui
beberapa proses yakni .... (Eneng Tita T. clan Karnasih Sobaniah) 421). Uji coba struktural adalah
mengujikesesuaian sistem dengan
rancanganberasal dari model-model kinerja
yangdibuat. Hasil uji coba ini
menunjukkanbahwa sistem telah sesuai
denganperancang yang dibuat 2). Uji
cobafungsional adalah menguji fungsi
darisetiap form, button atau
aplikasi-aplikasiyang
disediakan sistem.Hasil uji
cobaini juga
menunjukkanbahwa seluruh
sistemtelah telah
sesuai dengan perancang yangdibuat 3). Uji coba validasi
bertujuanuntuk
membandingkanantara data
yang diperoleh dari wawancara langsung denganahli
dan data output yangdi
hasilkan olehprogram aplikasi. Hasil dari
tahapanini
juga menunjukkan bahwa sistem
telah valid. Proses deteksi yang ditunjukkan olehsistem ini sesuai dengan hasil
deteksiseperti layaknya dilakukan
melaluikonsultasi dengan dokter/ahli kesehatan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Jaringan syaraf tiruan
padaprinsipnya dapat digunakan
untukmendeteksi jenis penyakit
tertentu (termasukjenis
penyakit yang ditimbulkanoleh keracunan zat padat
diantaranya keracunan makananlaut,
makanan, jamur,jengkol,
arsen,dan
asetosal), berdasarkangejala
klinis
yang ada.Sistem deteksi keracunan zat padat 1nl diimplementasikan dengan
pemrograman Matlab 7.0
denganmenggunakan metode JST. JST
yangdigunakan yaitu baclqropagation
ataupropagasi balik, melalui algoritma ini
dilatih dengan menggunakan
metodebelajar terbimbing
(suvervised learning).Pada jaringan diberikan
sepasang polayang terdiri
ataspola
masukandan
pola yang diinginkan.Variabel data pada
saat pelatihanyaitu 18 gejala x 24
data.Grafik
yangdihasilkan pada saat pelatihan
data sehingga mencapai konvergen berada pada epoh atau iteiasi ke-38 dengan memasukanparameter-parameter yang
digunakan antaralain :jumlah
sel lapisan tersembunyi50, konstanta belajar/learning rate 0.15, besar galat 0.1
dengannilai SSE
(Sum SquareError) dibawah 0,1
dengannilai
0.0997325.
Input
dari sistem deteksi keracunanzat
padatini yaitu
dengannilai 1
atau 0 dimana0
sama dengantidak
dan1
sama denganya. Output dari sistem
deteksi keracunanzat
padatini
adalah nama darijenis 6 jenis
keracunanzat padat yang diteliti
dan mencakupinformasi
mengenai keracunan tersebut.Sebagai langkah
pengembanganagar didapatkan hasil yang
optimal,jaringan perlu dilatihkan dengan
data denganberjumlah banyak dan
bervariasisehingga tingkat akurasi
meningkat.Konsekuensinya, proses akan
menjadi lebih lambat akibat banyak data yang harus diproses.Saran
Jaringan syaraf tiruan
denganmenggunakan metode
baclqropagation atau propagasibalik
dapatjuga
digunakanuntuk mendeteksi penyakit lain
sepertiTHT,
kanker, jantung danlain-lain.
Selaindalam bidang
kesehatanJST juga
dapatdigunakan pada bidang lain
sepertiotomotif sistem penerbangan
udara, perbankan, sistem pertahanan, elektronik,dunia hiburan, finansial, suara,
asuransi, pabrik, pertambangan, robotika, keamanan, telekomunikasi dan transportasi.Kekurangan
dari sistem ini
yaitumenggunakan data crispt (nilai
kuko)hanya 0 dan 1
denganasumsi 0
sama dengantidak
danI
sama denganya, bisa
dikembangkan menggunakan neural fuzzy.DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2007. http://saintek.uin-suka.ac.id Anonim,2007. http ://www.kleq.web.usm. ac. id/
images/LapTK2.pdf
Foster. 2000. Zat-zat Yang
Menimbulkan Keracunan, Widya Medika, Jakarta Sistem Deteksi KeracunanZatPadat
. . .... (Eneng Tita T. dan Karnasih Sobaniah)43
Ekologia,
Vol.
9. No.2 , Oktober 2009 :38-44Gunaidi,
AA.
2006. The Shortcut Of MATLABP r o gramming, lnformatika, Bandung Hermawan,
A.
2006. Jaringan Syaraf Teoridan Aplikasi, ANDI, Yogyakarta.
Kusumadewi, S. 2003.
ArtiJicial
Intelligence (Telcnik dan Aplikasinya). Graha Ilmu, Yogyakarta.Kusumadewi, S. 2004. Membangun Jaringan Syaraf Tiruan (Menggunakan MATLAB
& Excel Link), Graha Ilmu, Yogyakarta.
Sistem Deteksi Keracunan ZaIPadat
Marimin. 2005. Teori dan Aplikasi
sistem pttk,:rr dolanr teknologi nrunajeriol, fPB Press, Bogor.Sugiharto, A. 2006.
Pemrograman GUIdengan MATLAB, ANDI, Yogyakarta.
Taylor. 2001. Kapita
Selekta Kedokteran, Widya Medika, Jakarta.Program Studi Ilmu Komputer
FMIPA Universitas Pakuan Bogor. 2005. BukuPanduan Penulisan Karya
Ilmiah Program Studillmu
Komputer FMIPAWPAK, Bogor.
(Eneng Tita T. dan Karnas'ih Sobaniah)