1
Jurnal Ilmu Ekonomi (JIE)
Vol. 4, No. 2, May 2020, 339-353
ANALISIS PENYALURAN KREDIT PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DI JAWA TIMUR
Kinarsih, Faisal Abdullah
a Ekonomi Pembangunan, Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Malang, Indonesia
*Corresponding author: [email protected]
Artikel Info Abstrak
Article history:
Received 24 March 2020 Revised 07 April 2020 Accepted 26 April 2020 Available online 21 May 2020
This research aims to analyze the influencing factors lending at the Rural Bank (BPR) in East Java Provience, a total population recorded in desember 2018 of 1583 offices spread in East Java Province. The variable used are Third Party Funds (DPK), BI-Rate, and Non Performing Loan (NPL).
The source of this research data comes from the official website of the Central Statistics aviable in the Financial Services Authority (OJK). The period of the research is amounted 14 years, starting from 2005 – 2018. The analysis technique of this research is the Multiple Linear Regression technique. Based on results of this research, it can be stated simultaneously and partyally that the independent variable has a significant effect on lending, when the variable Third Party Funds (DPK) and BI-Rate both have a significant positive effect with probability of 0.0000 and 0.0088. while the Non Performing Loan (NPL) variable has a significant negative effect with a probability of 0.0001.
Kata Kunci: BI-Rate; Third Party Funds; Non Performing Loan; Credit Distribution, Multiple Linear Regression.
.
JEL Classification E51
PENDAHULUAN
Lembaga keuangan bank merupakan lembaga yang berperan sebagai Financial Intermediary, dimana lembaga tersebut melakukan aktivitas penghimpunan dana (funding) dari masyarakat dan kembali disalurkan kepada masyarakat (landing) sebagai aktiva produktif, seperti kredit yang disalurkan dan lain sebagainya.
Salah satu sektor yang memberikan kontribusi dalam perkembangan perekonomian negara adalah sektor usaha mikro kecil dan menengah, atau yang biasa disebut UMKM. Lembaga keuangan yang segmen pasarnya didominasi oleh UMKM yaitu Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dengan bunga yang relatif tinggi daripada bank umum, begitu pula dengan bunga simpanan. Struktur biaya yang diperlukan BPR sangat tinggi, dimana bank ini menerapkan sistem jemput bola yang artinya sangat memerlukan banyak personal dalam pencarian nasabah, karenanya suku bunga kredit yang diberikan sangat tinggi.
Secara geografis, Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di Indonesia, yang kemudian menjadikannya tempat perputaran perekonomian masyarakat yang didalamnya. Banyaknya jumlah penduduk tersebut memberikan peluang, terkhususnya bagi para pengusaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk membuka usahanya. Selain itu, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) juga tidak diatur oleh Bank Indonesia, sehingga tak jarang suku bunga yang dipakai lebih besar daripada bunga acuan pada Bank Indonesia.
walaupun demikian, pengawasan pada BPR juga sangat ketat, sama halnya pada Bank Umum, dimana BPR juga melaksanakan wajib lapor secara periodik kepada Bank Indonesia (BI) dan Lembaga Pinjaman Simpanan (LPS). BPR juga diharuskan untuk memenuhi ketentuan-ketentuan Bank Indonesia terkait batasan maximum pemberian peminjaman kredit yaitu tidak diperkenankan memberikan pinjaman lebih dari 30% dari modal yang sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Namun hal tersebut tidak menyurutkan minat masyarakat untuk meminjam uang di
2 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) khususnya provinsi Jawa Timur. Hal ini terbukti dengan peningkatan besarnya penyaluran kredit yang ada pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR), khususnya yang ada pada Provinsi Jawa Timur. Seperti yang terlihat pada tabel berikut
Tabel 1. Kredit yang disalurkan, DPK, BI-Rate, NPL pada BPR di Provinsi Jawa Timur
Tahun Kredit Yang Disalurkan (Milyar Rp)
DPK (Milyar
Rp) BI-Rate (%) NPL (%)
2005 2.059 1.740 12,75 7,33
2006 2.274 2.077 9,75 8,09
2007 2.557 2.349 8 6,65
2008 2.977 2.476 9,25 5,27
2009 3.564 2.964 6,50 4,36
2010 4.149 2.508 6,50 4,24
2011 4.850 4.040 6,00 4,01
2012 5.936 4.892 5,75 3,39
2013 6.841 5.448 7,50 3,61
2014 7.753 6.241 7,75 4,83
2015 8.229 6.999 7,50 6,56
2016 8.754 7.703 4,75 6,82
2017 9.249 8.576 4,25 7,18
2018 9.789 9.288 6,00 7,33
Sumber: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Daerah Provinsi Jawa Timur, Bank Indonesia, dan badan pusat statistik, 2019.
Berdasarkan data yang tertera pada diatas, setiap tahunnya kredit yang disalurkan oleh BPR kepada masyarakat terus mengalami peningkatan, dimana pada akhir tahun 2018 mencapai angka 9.789 milyar. Peningkatan yang serupa juga terjadi pada Dana Pihak Ketiga (DPK) yang pada akhir tahun 2018 menyentuh angka 9.288 milyar, sedangkan pergerakan BI-Rate, dan Non Performing Loan (NPL) bergerak secara fluktuatif. Pada tahun 2005 merupakan titik tertinggi dari penetapan suku bunga BI-Rate diantara 14 tahun tersebut diatas sebesar 12,75 %, dengan kredit bermasalah sebesar 7,33 %, hal tersebut justru mampu meningkatkan besar kredit yang disalurkan kepada masyarakat pada tahun berikutnya yaitu pada tahun 2006 sebesar 2.274 milyar, yang asumsinya jika terdapat kredit bermasalah yang tinggi pada tahun yang bersangkutan maka pihak yang memberikan kredit akan menurunkan jumlah penyaluran kreditnya pada tahun berikutnya, namun asumsi tersebut justru berbanding terbalik dengan data yang tertera diatas.
Terdapat beberapa hasil temuan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, diantaranya seperti penelitian dari Gift et al. (2016) dengan judul
“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Di Provinsi Riau Tahun 2006 – 2015”. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif dengan model analisis regresi linear berganda yang menggunakan persamaan kuadrat terkecil sederhana Ordinary Least Square (OLS). Penelitian ini menggunakan 10 tahun periode yaitu dari tahun 2006 – 2015.
Hasil dari penelitian ini adalah dana pihak ketiga dan Non Performing Loan (NPL) memiliki pengaruh yang secara signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit BPR.
Sedangkan suku bunga tidak memiliki pengaruh terhadap jumlah penyaluran kredit pada BPR. Perbedaan antara penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu terletak pada periode dan lokasi yang digunakan. Pada penelitian sekarang periode yang digunakan berawal dari tahun 2005 – 2018 dengan jumlah 14 tahun penelitian dan lokasi yang digunakan adalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) diProvinsi Jawa
3 Timur, sedangkan penelitian terdahulu hanya menggunakan 10 tahun periode penelitian (2006 – 2015) dan lokasi yang diteliti adalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Provinsi Riau.
Murdiyanto (2012) dengan judul penelitian yang dilakukan adalah “Faktor- Faktor Yang Berpengaruh dalam Penentuan Penyaluran Kredit Perbankan” dengan Studi Yang Dipakai Pada Bank Umum Di Indonesia Periode Tahun 2006 -2011.
Penelitian ini meggunakan model regresi linear berganda. Penelitian ini menghasilkan pernyataan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Suku Bunga SBI berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit, sedangkan CAR dan NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Perbedaan penelitian yang akan diteliti dengan penelitian terdahulu terletak pada jenis bank yang akan diteliti, dimana penelitian yang akan dilakukan meneliti Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Jawa Timur dengan variabel DPK, BI-Rate, dan NPL serta menggunakan periode 2005 – 2018, sedangkan pada penelitian terdahulu meneliti Bank Umum di Indonesia dengan variabel DPK, Suku Bunga SBI, CAR, NPL yang digunakan serta menggunakan periode 2006 – 2011.
Putra (2015) dengan judul penelitian yang dilakukan adalah “Pengaruh DPK, BI-Rrate, dan NPL terhadap Penyaluran Kredit Modal Kerja pada BPR di Provinsi Bali tahun 2009 – 2014”. Dengan menggunakan teknik analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini mengatakan bahwa DPK, BI-Rate, dan NPL mempunyai pengaruh signifikan secara simultan terhadap tingkat penyaluran kredit modal kerja pada BPR di Provinsi Bali tahun 2009 – 2014, sedangkan apabila dilihat secara parsial justru memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap penyaluran kredit modal kerja pada BPR di Provinsi Bali tahun 2009 – 2014. Perbedaan penelitian yang akan diteliti dengan penelitian terdahulu terletak pada lokasi dan periode , dimana pada penelitian ini menggunakan 14 periode (2005 – 2018) dan lokasi yang diteliti provinsi Jawa Timur. Sedangkan penelitian terdahulu menggunakan 6 periode (2009 – 2014) dan lokasi yang diteliti adalah Provinsi Bali.
Haryanto & Widyarti (2017), dengan judul penelitian yang dilakukan adalah
“Analisis Pengaruh NIM, NPL, BOPO, BI-Rate Dan CAR Terhadap Penyaluran Kredit Bank Umum GO PUBLIC Periode Tahun 2012 – 2016. Dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini adalah secara simultan menunjukkan bahwa variabel NPL, NIM, BOPO, BI Rate dan CAR berpengaruh secara simultan terhadap penyaluran kredit. Perbedaan antara penelitian yang akan diteliti dengan penelitian terdahulu terletak pada beberapa variabel yang digunakan dan objek penelitian yang diteliti. Pada penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), BI-Rate, dan Non Performing Loan (NPL) dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang menjadi objek penelitiannya. Sedangkan, pada penelitian terdahulu menggunakan variabel NIM, NPL, BOPO, BI-Rate, dan CAR dan Bank Umum GO PUBLIC menjadi objek penelitiannya.
Sari & Abundanti (2016), Pengaruh DPK, ROA, Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Penyaluran Kredit Pada Bank Umum. Teknik yang digunakan untuk menganalisis adalah regresi linear berganda. Secara parsial hasil pada penelitian ini adalah DPK berpengaruh positif signifikan terhadap penyaluran kredit, ROA, inflasi, dan suku bunga SBI berpengaruh positif tidak signifikan terhadap penyaluran kredit pada bank umum. Perbedaannya penelitian yang akan diteliti dengan penelitian terdahulu terletak pada beberapa variabel yang digunakan dan objek penelitiannya.
Pada penelitian yang akan diteliti variabel yang digunakan adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), BI-Rate, dan Non Performing Loan (NPL) dan Bank Perkreditan Rakyat menjadi objek penelitiannya. Sedangkan pada penelitian terdahulu variabel
4 yang digunakan adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), ROA, Inflasi, dan Suku Bunga SBI dan Bank Umum menjadi subjek penelitiannya.
Panuntun & Sutrisno (2018) dengan judul penelitian “Faktor Penentu Penyaluran Kredit Perbankan Studi Kasus Pada Bank Konvensional di Indonesia”.
penelitian ini menggunakan model analisis linear berganda. Hasil pada penelitian ini adalah NPL dan Suku Bunga berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit, kemudian CAR dan LDR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit, sedangkan BOPO berpengatuh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Perbedaan penelitian yang akan diteliti dengan penelitian terdahulu terletak pada beberapa variabel yang digunakan dan objek penelitiannya. Pada penelitian yang akan dilakukan ini, variabel yang digunakan adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), BI-Rate, dan Non Performing Loan (NPL) dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menjadi objek penelitiannya. Sedangkan pada penelitian terdahulu menggunakan variabel NPL, Suku Bunga, CAR, LDR, BOPO, dan Bank Konvensional yang menjadi objek penelitiannya.
Penyaluran Kredit
Kebutuhan dana oleh masyarakat akan lebih mudah diberikan oleh bank apabila, masyarakat yang membutuhkan dana dapat memenuhi semua persyaratan yang diberikan oleh bank. Menyalurkan dana merupakan aktivitas yang sangat penting bagi bank, karena bank akan memperoleh pendapatan atas dana yang disalurkan. Pendapatan tersebut dapat berupa pendapatan bunga untuk bank konvesional, dan bagi hasil atau lainnya untuk bank syariah. Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas pensyaluran dana kepada nasabah merupakan pendapatan yang terbesar di setiap bank, sehingga penyaluran dana kepada masyarakat menjadi sangat penting bagi bank (Ismail, 2011).
Pernyataan serupa juga diutarakan oleh (Suhardjono, 2003) yang menyatakan bahwa dalam neraca bank sebagian besar aset bank berupa kredit, begitu juga halnya dengan pendapatan bank, sebagian besar berasal dari pendapatan bunga kredit. Hal ini menunjukkan bahwa kredit merupakan tulang punggung bagi bank.
Oleh karena itu kualitas kredit akan menentukan kelangsungan hidup bank.
Menyadari betapa pentingnya kualitas portofolio kredit, maka setiap bank mewajibkan mempunyai kebijakan perkreditan secara tertulis yang dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam pemberian kredit sehari-hari.
Penyaluran kredit berkaitan erat dengan teori penawaran uang, (Mukhlis, 2015) mengatakan bahwa tingkat bunga yang berlaku di pasar mencerminkan besarnya rasio kelebihan cadangan yang di tetapkan oleh bank. oleh karena itu, penentuan tingkat bunga yang berlaku di bank dikendalikan oleh bank sentral dengan tujuan untuk mengatur ritme perekonomian melalui peredaran uang yang terjadi. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
5 Gambar 2. Kurva Penawaran Uang
Berdasarkan gambar 2 tersebut, dapat dijelaskan bahwa besar kecilnya nilai suku bunga bank tidak berpengaruh terhadap besarnya nilai jumlah uang beredar.
Seberapapun besar nilai suku bunga bank, besar nilai jumlah uang beredar masih pada posisi M0. (Mukhlis, 2015) mengatakan bahwa penentu besarnya nilai jumlah uang yang beredar dalam perekonomian, biasanya sudah mendapatkan perhitungan yang rasional dari bank sentral dengan melihat perkembangan terkini dari perekonomian, baik secara regional, nasional, maupun internasional. Maka dari itu, seberapa besar tingkat suku bunga yang diberikan, jumlah peredaran uang tetap berada di posisi M0.
Hubungan Dana Pihak Ketiga dengan Penyaluran Kredit
Dana yang dihimpun oleh bank tersebut harus disalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit. Hal ini dilakukan karena fungsi bank adalah sebagai lembaga perantara (intermediare) antara pihak-pihak yang berlebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana, dan keuntungan bank diperoleh dari selisih antara harga jual dan harga beli dana tersebut setelah dikurangi dengan biaya operasional. Dengan demikian bank harus mampu menempatkan dana tersebut dalam bentuk penempatan yang paling menguntungkan. Pada umumnya penempatan dana yang paling menguntungkan adalah dalam bentuk kredit, namun demikian resiko yang dihadapi oleh bank dalam penempatan dana tersebut juga besar. Oleh karena itu bank harus berhati-hati dalam menempatkan dana dalam bentuk kredit (Kuncoro & Suhardjono, 2002).
Hubungan BI Rate dengan Penyaluran Kredit
BI-Rate (suku bunga acuan BI) merupakan tingkat bunga yang dijadikan acuan bagi bank-bank di Indonesia dalam penentuan tingkat bunganya. Jika Suku bunga BI mengalami kenaikan, maka hal tersebut akan mendorong bank-bank lain untuk meningkatkan tingkat bunganya. Sebaliknya jika suku bunga BI mengalami penurunan, maka bank-bank yang ada akan menurunkan bunganya (Mukhlis, 2015).
Hubungan Non Performing Loan (NPL) dengan Penyaluran Kredit
Kredit bermasalah atau yang biasa dikenal dengan Non Performing Loan (NPL) merupakan kondisi yang sangat ditakuti oleh setiap pegawai bank. Karena dengan adanya kredit bermasalah tersebut akan menyebabkan menurunnya pendapatan bank, yang selanjutnya memungkinkan terjadinya penurunan laba.
Jumlah uang beredar (M) Suku bunga (r)
r1 r0 r2
M0
Ms0 (Kurva Penawaran Uang)
6 Kondisi kinerja usaha bank yang kurang bagus akan berpengaruh secara menyeluruh terhadap upaya perbaikan kesejahteraan pegawai, pemupukan modal sendiri, pengembangan usaha dan sebagainya (Kuncoro & Suhardjono, 2002).
Ketika kredit bermasalah mampu berdampak pada pemupukan modal sendiri, maka hal tersebut juga akan berpengaruh terhadap jumlah penyaluran kredit yang dikeluarkan oleh perbankan. Karena pada dasarnya setiap perbankan memiliki batas maksimum penyaluran kredit kepada masyarakat yang sudah ditetapkan oleh Surat Keterangan yang dikeluarkan Otoritas Jasa Keuangan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara Dana Pihak Ketiga (DPK), BI-Rate, dan Non Performing Loan (NPL) terhadap penyaluran kredit yang terdapat pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Provinsi Jawa Timur.
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Provinsi Jawa Timur yang menjadi subjek penelitian dengan jumlah 1.583 kantor Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang tersebar diseluruh Jawa Timur pada akhir tahun 2018 yang meliputi Kantor Pusat (KP), Kantor Cabang (KC), dan Kantor Cabang Pembantu (KCP). Data tersebut berdasarkan data yang dikeluarkan oleh OJK bulan desember tahun 2018. Penelitian ini dilakukan kepada semua anggota populasi (1.583 kantor Bank Perkreditan Rakyat [BPR]) atau yang lebih dikenal dengan menggunakan metode sampel jenuh atau sensus.
Dalam pengumpulan data penelitian ini, teknik yang digunakan adalah teknik dokumentasi. Teknik ini merupakan teknik yang digunakan melalui hasil pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada, baik berupa hasil publikasi situs resmi ataupun berbagai sunber lain, seperti jurnal dan lain sebagainya.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari penyaluran kredit (Y) sebagai variabel dependen dan Dana Pihak Ketiga (DPK) (X1), BI-Rate (X2), dan Non Performing Loan (NPL) (X3) sebagai variabel independen. Pengujian dilakukan menggunakan analisis regresi linear berganda dengan persamaan regresi sebagai berikut:
𝒀 = 𝜶 + 𝜷𝟏𝑿𝟏+ 𝜷𝟐𝑿𝟐+ 𝜷𝟑𝑿𝟑 Dimana: Y = Penyaluran Kredit
𝛼 = konstanta
𝛽1,𝛽2, 𝛽3,, 𝛽4 = koefisien garis regresi X1 = Dana Pihak Ketiga (DPK) X2 = BI-Rate
X3 = Non Performing Loan (NPL) HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum
Berdirinya Bank Perkreditan Rakyat (BPR) bermula dari rasa simpati terhadap ketidakmampuan masyarakat khususnya para petani, pegawai, dan buruh dalam melepaskan diri dari rentenir yang cenderung memberikan bunga yang sangat tinggi. Hal tersebut menjadi latar belakang didirikannyaLembaga Perkreditan Rakyat. Dimulai dari abad ke-19 dengan dibentuknya Lumbung Desa, Bank Tani, dan Bank Dagang Desa. Setelah Kemerdekaan Indonesia, pemerintah mulai memberikan dorongan pada bank-bank pasar yang terkenal karena didirikan di lingkungan pasar dan bertujuan untuk memberikan pelayanan jasa keuangan pada para pedagang pasar. Berdasarkan Paket Kebijakan Oktober 1988 atau yang dikenal sebagai PAKTO 1988 melalui keputusan Presiden RI no.38 yang menjadi
7 momentum dalam penerbitan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Sejak saat itu, BPR di Indonesia mulai berkembang dengan pesat. Salah satunya adalah perkembangan jumlah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang ada di Provinsi Jawa Timur.
Tabel 3. Jumlah Kantor Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Jawa Timur Tahun 2005 – 2018
Sumber: data diolah, 2020
Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa KPK terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini berbeda dengan Kantor Pusat yang cenderung mengalami penurunan hingga saat ini hanya sekitar 304 kantor pusat.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sama halnya dengan Bank Umum yang dalam kegiatannya melaksanakan kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali pada masyarakat yang membutuhkan dana, bedanya Bank Perkreditan Rakyat (BPR) tidak memberikan jasa yang berkaitan dalam melakukan transaksi pembayaran. Selain itu, sasaran Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah para pengusaha Mikro Kecil dan Menengah yang berada di Kabupaten ataupun desa.
Perkembangan Penyaluran Kredit
Pada penelitian ini, variabel dependen yang digunakan adalah Penyaluran Kredit. Dapat dilihat pada grafik dibawah ini terkait perkembangan penyaluran kredit Bank Perkreditan Rakyat yang ada di Provinsi Jawa Timur dari Tahun 2004 sampai 2018.
Tahun KP KC KPK Jumlah
Kantor
2005 339 78 210 627
2006 341 92 210 643
2007 340 100 210 650
2008 340 122 210 672
2009 339 139 347 825
2010 337 151 416 904
2011 332 175 467 974
2012 331 189 526 1046
2013 326 205 596 1127
2014 325 222 628 1175
2015 325 228 690 1243
2016 322 235 973 1530
2017 312 248 1018 1578
2018 304 260 1019 1583
8 Tabel 4. Penyaluran Kredit Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi
Jawa Timur Tahun 2005 – 2018 (dalam milyar Rp)
Tahun Penyaluran Kredit (Y)
Perubahan Nominal Persen (%)
2005 2.059 0 0
2006 2.274 215 10,44
2007 2.557 283 12,45
2008 2.977 420 16,43
2009 3.564 587 19,72
2010 4.150 586 16,44
2011 4.849 699 16,84
2012 5.824 975 20,11
2013 6.841 1017 17,46
2014 7.754 913 13,35
2015 8.230 476 6,14
2016 8.788 558 6,78
2017 9.271 483 5,50
2018 9.836 565 6,09
Sumber : Data diolah, 2020
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa Penyaluran Kredit Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang ada di Provinsi Jawa Timur pada setiap tahunnya terus mengalami peningkatan hingga pada tahun 2018 mencapai angka 9.836 Milliar.
Peningkatan tersebut diindikasi bahwa pada provinsi Jawa Timur terjadi perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Selain itu juga, diindikasi bahwa Bank Perkreditan Rakyat (BPR) terus mendapatkan laba atau pendapatan yang diterima oleh Bank. Karena meningkatnya pendapatan yang diterima bank juga akan mempengaruhi jumlah dana yang akan disalurkan kepada masyarakat.
Perkembangan Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK)
Dalam dunia perbankan, Dana Pihak Ketiga (DPK) sangat dibutuhkan sebagai sumber dana yang didapatkan oleh perbankan dan kemudian akan disalurkan kembali pada masyarakat sesuai mekanisme perbankan.
9 Tabel 5. Dana Pihak Ketiga Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi
Jawa Timur Tahun 2005 – 2018 (dalam Milyar Rp)
Tahun DPK (X1)
Perubahan Nominal Persen (%)
2005 1.740 0 0
2006 2.077 337 19,37
2007 2.349 272 13,10
2008 2.476 127 5,41
2009 2.964 488 19,71
2010 3.497 533 17,98
2011 4.041 544 15,56
2012 4.893 852 21,08
2013 5.459 566 11,57
2014 6.241 782 14,32
2015 6.999 758 12,15
2016 7.703 704 10,06
2017 8.576 873 11,33
2018 9.304 728 8,49
Sumber : Data Diolah, 2020
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Seperti yang terlihat, pada tahun 2018 Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mampu dihimpun oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR) mencapai 9.304 Milliar, jumlah yang begitu tinggi apabila dibandingkan dengan jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) pada tahun sebelumnya.
Hal ini diindikasikan bahwa tingginya bunga yang ditetapkan oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dari pada Bank Umum mampu menarik nasabah untuk menyimpan dananya di Bank Perkreditan Rakyat. Adanya bunga simpanan yang tinggi akan sangat menguntungkan nasabah, berbeda halnya apabila yang tinggi adalah suku bunga pinjaman. Hal tersebut justru akan merugikan nasabah dan menguntungkan pihak bank. Selain itu, hal lain yang diduga menjadi indikator peningkatannya adalah tumbuhnya kepercayaan terhadap rasa aman pada masyarakat untuk menempatkan dananya pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Perkembangan Variabel BI-Rate
Bagi suatu Bank, BI-Rate dijadikan sebagai suku bunga acuan dalam menentukan suku bunga simpanan dan pinjaman yang akan diberlakukan kepada nasabah. BI-Rate merupakan bagian dari kebijakan moneter yang dikeluarkan Bank Indonesia dalam mengendalikan uang yang tersebar di masyarakat.
10 Tabel 6. BI-Rate di Indonesia Tahun 2005 – 2018
Tahun BI-Rate (X2) Perubahan (%)
2005 12,75 0
2006 9,75 -3
2007 8 -1,75
2008 9,25 1,25
2009 6,50 -2,75
2010 6,50 0
2011 6,00 -0,5
2012 5,75 -0,25
2013 7,50 1,75
2014 7,75 0,25
2015 7,50 -0,25
2016 4,75 -2,75
2017 4,25 -0,5
2018 6,00 1,75
Sumber : Data Diolah, 2020
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa diantara persentase BI-Rate pada tahun 2005 sampai tahun 2018 , persentase yang tertinggi berada pada tahun 2005 yang mencapai 12,75 %. Hal ini diduga karena pada tahun tersebut terjadi kenaikan harga-harga secara bersmaan yang mengakibatkan peredaran uang dimasyarakat semakin meningkat dan menyebabkan inflasi sehinggapada tahun 2005 inflasi pada bulan november mencapai 18,38 %. Inflasi tertinggi jika dilihat dari kisaran waktu 2005 sampai 2018.. Kemudian sejak tahun tersebut, pergerakan persentase BI-Rate cenderung menurun, walaupun pergerakan tersebut diimbangi dengan pergerakan fluktuatif. Penurunan tersebut diindikasi karena semakin membaiknya perekonomian negara Indonesia. Hingga pada akhirnya pada tahun 2018 mengalami peningkatan dari tahun 2017 menjadi 6,00% yang semula hanya 4,25%. Hal tersebut diindikasi terjadi karena dampak dari perang dagang antara Amerika Serikat dan China sehingga mempengaruhi kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dengan menaikkan suku bunga Acuan atau yang biasa dikenal dengan BI-Rate.
Perkembangan Variabel Non Performing Loan (NPL)
Non Performing Loan (NPL) atau yang biasa dikenal sebagai kredit bermasalah menjadi suatu hal yang perlu diantisipasi bagi bank. Karena semakin tinggi Non Performing Loan (NPL) yang dimiliki suatu bank maka kerugian yang akan diterima oleh bank juga akan semakin tinggi.
11 Tabel 7. Non Performing Loan (NPL) Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Jawa Timur Tahun 2005 – 2018
Tahun NPL (X3) Perubahan (%)
2005 7,33 0
2006 8,09 0,76
2007 6,65 -1,44
2008 5,27 -1,38
2009 4,35 -0,92
2010 4,24 -0,11
2011 4,00 -0,24
2012 3,50 -0,50
2013 3,61 0,11
2014 4,82 1,21
2015 6,51 1,69
2016 7,07 0,56
2017 7,16 0,09
2018 7,34 0,18
Sumber: data diolah, 2020
`Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa Non Performing Loan (NPL) tertinggi dari sepanjang tahun 2005 sampai 2018 berada pada tahun 2006 dengan persentase sebesar 8,09 %. Hal ini diindikasi terjadi karena dampak dari tingginya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI-Rate) yang ditetapkan dan mempengaruhi suku bunga pinjaman yang juga semakin tinggi, sehingga merugikan debitur karena debitur harus mengembalikan dengan bunga yang tinggi. Maka dari itu, Non Performing Loan (NPL) bergerak naik.
Setelah tahun 2006, Non Performing Loan (NPL) di Jawa Timur cenderung mengalami penurunan hingga pada tahun 2013 dengan persentase 3,50 %, hal ini diindikasi bahwa selain mendapat pengaruh dari BI-Rate juga semakin baiknya prosedur dan pengawasan yang telah dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Jawa Timur yang dapat dikatakan bahwa bank yang bersangkutan telah menerapkan prinsip kehati-hatian dengan baik.
Sedangkan tahun 2014 kembali mengalami kenaikan hingga tahun 2018.
Kenaikan tersebut diduga karena dampak dari suku bunga acuan yang tinggi dan mempengaruhi suku bunga kredit. Selain itu, menurunnya penerapan prinsip kehati- hatian bank terhadap nasabah yag meminjam uang pada bank. Ditambah lagi sejak tahun 2018 awal terjadi perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang diduga menjadi salah satu indikator dalam peningkatan persentase Non Performing Loan (NPL).
Hasil Regresi Linear Berganda
Berdasarkan data yang ada dan di olah menggunakan Eviews 9, dapat diperoleh persamaan dari pengaruh variabel dana pihak ketiga (X1), BI-Rate (X2), Non Performing Loan (X3) terhadap penyaluran kredit pada Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2005 – 2018 (Y) sebagai berikut :
12 Y = - 0.1101 + 1.0374 X1 + 0.0176 X2 – 0.0316 X3
Dari persamaan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
Y = nilai konstanta sebesar – 0.1101. jika setiap variabel Dana Pihak Ketiga (X1), BI- Rate (X2), dan Non Performing Loan (X3) dianggap nol maka akan menurunkan penyaluran kredit (Y) sebesar 0.1101 %.
X1 = Nilai koefisiennya sebesar 1.0374 %. Setiap kenaikan 1% variabel Dana Pihak Ketiga (X1) , akan meningkatkan variabel penyaluran kredit (Y) sebesar 1.0374%
dengan asumsi variabel lain bernilai nol.
X2 = Nilai koefisiennya sebesar 0.0176 %. Setiap kenaikan 1% variabel BI-Rate (X2), akan meningkatkan variabel penyaluran kredit (Y) sebesar 0.0176% dengan asumsi variabel lain bernilai nol.
X3 = Nilai koefisiennya sebesar -0.0316 %. Setiap kenaikan 1% variabel Non Performing Loan (X3) akan menurunkan tingkat penyaluran kredit (Y) sebesar 0.0316
% dengan asumsi variabel lain bernilai nol.
Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel dependen dan independen yang terkait berdistribrusi normal atau tidak. Cara menyimpulkannya dengan melihat nilai Jarque-Bera (JB). Jika nilai Jarque-Bera hitung memiliki nilai lebih besar dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa residual terdistribusi normal.
Sedangkan apabila Jarque-Bera lebih kecil dari 0.05 dapat disimpulkan sebaliknya, yaitu residual tidak memiliki cukup bukti untuk dinyatakan terdistribusi normal.
Pada penelitian ini, nilai Jarque-Bera hitung yang dihasilkan adalah 0.360725, yang artinya nilai tersebut lebih besar dari 0.05 dan dapat disimpulkan bahwa terdapat cukup bukti untuk menyatakan bahwa residual terdistribusi normal.
Uji Multikolinearitas
Salah satu cara mendeteksi suatu penelitian terdapat adanya multikolinearitas atau tidak adalah menggunakan Varianc e Inflation Factors (VIF). Sebagai acuannya adalah Varians Inflation Factors (VIF) tidak boleh lebih besar dari 10, karena jika lebih besar dari 10 artinya terdapat adanya multikolinearitas.
Tabel 8. Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel R-Square VIF
Y (Penyaluran
Kredit) 0,998278 0
X1 (DPK) 0,605788 2,536706138
X2 (BI-Rate) 0,630989 2,709946316
X3 (NPL) 0,131262 1,151095037
Sumber: data diolah, 2020
Berdasarkan Tabel 8, diperoleh hasil perhitungan Variance Inflation Factors (VIF) yang semuanya tidak lebih besar dari angka 10. Artinya model regresi tersebut sudah memenuhi asumsi non multikolinearitas atau dapat dikatakan bahwa tidak terjadi multikolinearitas di dalam data pengamatan ini.
Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisias digunakan untuk mendeteksi apakah terdapat varians gangguan dari model regresi yang bersifat tidak konstan. Untuk mendeteksinya penelitian ini menggunakan Uji White Heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil olahan menggunakan Uji White Heteroskedastisitas, didapatkan nilai Probabilitas Chi-Square hitung sebesar 0.5775, dimana tersebut lebih besar dari 0.05 yang artinya jika nilai probabilitas Chi-Square lebih besar dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak
13 terdapat adanya heteroskedastisitas, begitu juga sebaliknya. Jika nilai probabilitas Chi-Square lebih kecil dari 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat adanya masalah heteroskedastisitas, sehingga membutuhkan penanganan. Berdasarkan hasil Uji White Heteroskedastisitas ini, dapat disimpulkan bahwa tidak adanya masalah heteroskedastisitas.
Uji Autokolerasi
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data dalam periode saat ini bergantung pada periode sebelumnya. Dalam mendeteksinya digunakan uji LM Breusch-Godfrey. Apabila dalam hasil uji tersebut terdapat nilai probabilitas Chi- Square hitung diatas 0.05, maka artinya tidak terdeteksi adanya autokorelasi. Namun juga sebaliknya, apabila nilai probabilitas Chi-Square yang dihasilkan dibawah 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat adanya autokorelasi, sehingga diperlukan penanganan. Pada penelitian ini didapatkan hasil uji dengan nilai probabilitas Chi- Square pada lag 2 sebesar 0.0928. Nilai tersebut lebih besar dari 0.05 yang artinya tidak terdapat autokorelasi.
Uji Hipotesis Uji Simultan (Uji F)
Berdasarkan hasil analisis, didapatkan nilai probabilitas (F-Statistik) hitung sebesar 0.000000. nilai tersebut lebih kecil dari 0.05 dari tingkat signifikan, sehingga diputuskan untuk menolak H0 oleh karena itu dapat dikatakan bahwa model regresi layak digunakan untuk menjelaskan variabel Dana Pihak Ketiga (X1), BI-Rate (X2), dan Non Performing Loan (X3) mampu mempengaruhi penyaluran kredit (Y).
Uji Parsial (Uji t)
Berdasarkan output analisis yang dihasilkan dari Variabel Dana Pihak Ketiga (X1) memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0000, nilai tersebut lebih kecil dari 0.05 (X1
= 0.0000 < 0.05) sehingga dapat dinyatakan untuk menolak H0. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa besarnya Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh terhadap penyaluran kredit pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Provinsi Jawa Timur.
Variabel BI-Rate (X2) memiliki nilai probabilitas (t-statistik) hitung sebesar 0.0088, nilai tersebut juga dibawah dari nilai 0.05 (X2 = 0.0088 < 0.05) sehingga dapat dinyatakan untuk menolak H0. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa BI- Rate berpengaruh terhadap penyaluran kredit pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Provinsi Jawa Timur.
Variabel Non Performing Loan (NPL) memiliki nilai probabilitas (t-statistik) hitung sebesar 0.0001, nilai tersebut kurang dari nilai 0.05 (X3 = 0.0001 < 0.05) sehingga dinyatakan untuk menolak H0. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa Non Performing Loan (NPL) berpengaruh terhadap penyaluran kredit pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Provinsi Jawa Timur.
Uji R-Square
Nilai Koefisien R-Square dari hasil regresi adalah 0.998 atau 99.8 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel Dana Pihak Ketiga (X1), BI-Rate (X2), dan Non Performing Loan (X3) mampu menjelaskan variabel penyaluran kredit sebesar 99,8
%, sedangkan sisanya 0,2 % dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model regresi penelitian ini.
Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap penyaluran kredit
Berdasarkan pengujian secara parsial (Uji t) yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif signifikan terhadap penyaluran kredit. Hal ini dikarenakan dana pihak ketiga merupakan salah satu sumber dana yang didapat oleh bank, yang kemudian dana yang telah terhimpun akan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Bahkan Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan sumber dana utama bank dalam menyalurkan kredit. Hasil tersebut sesuai dengan teori dari (Kuncoro & Suhardjono, 2002) yang
14 mengatakan bahwa dana yang dihimpun oleh bank tersebut harus disalurkan kembali le masyarakat dalam bentuk kredit. Hal ini dilakukan karena fungsi bank adalah sebagai lembaga perantara (intermediare) antara pihak-pihak yang berlebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana, dan keuntungan bank diperoleh dari selisih antara harga jual dan harga beli dana tersebut setelah dikurangi dengan biaya operasional.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Murdiyanto, 2012) yang mengatakan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif signifikan terhadap penyaluran kredit.
Pengaruh BI-Rate terhadap penyaluan kredit
Berdasarkan hasil uji parsial (Uji t) yang telah dilakukan, BI-Rate berpengaruh positif signifikan terhadap penyaluran kredit. Hasil tersebut, diindikasi karena nasabah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) tidak terlalu memperhatikan suku bunga yang diberikan oleh pihak bank. Nasabah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) cenderung kepada masyarakat menengah kebawah, dimana nasabah tersebut tidak terlalu memperhatikan suku bunga dalam permohonan kredit. Mereka melakukan pinjaman pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) karena memegang tiga prinsip.
Pertama, income nasabah dapat digunakan untuk mengansur cicilan pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Kedua, prosedur proses peminjaman lebih mudah apabila dibandingkan dengan prosedur yang diberikan oleh bank umum, dan pencairan dananya tergolong cepat, sehingga nasabah lebih cepat dalam menerima dana pinjamannya tersebut. Ketiga, nasabah memperhatikan tingkat suku bunga yang berlangsung. Namun, prinsip ketiga ini jarang dilakukan oleh nasabah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) karena nasabah cenderung ingin mendapatkan dana pinjaman yang cepat dalam pencairannya dan juga prosedur yang diberikan mudah.
Walaupun tidak sesuai dengan teori yang diutarakan oleh (Mukhlis, 2015) yang mengatakan bahwa jika suku bunga BI mengalami kenaikan, maka hal tersebut akan mendorong bank-bank lain untuk meningkatkan tingkat bungannya. Sebaliknya jika suku bunga BI mengalami penurunan, maka bank-bank yang ada akan menurunkan bunganya. Sehingga bisa dikatakan bahwa hasil uji parsial tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa BI-Rate berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit.
Hasil penelitian ini sesuai oleh (Putra, 2015) yang mengatakan bahwa BI- Rate berpengaruh positif signifikan terhadap penyaluran kredit.
Pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap penyaluran kredit
Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif signifikan terhadap penyaluran kredit. Hal tersebut didasarkan pada hasil uji parsial (Uji t) yang telah dilakukan. Berpengaruh negatif dignifikan karena semakin meningkatnya besar nilai Non Performing Loan (NPL), bank cenderung lebih membatasi dan berhati-hati dalam menyalurkan dananya kepada nasabah. Sehingga hal tersebut berdampak pada penurunan penyaluran kredit yang diberikan oleh bank pada periode selanjutnya.
Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan (Kuncoro & Suhardjono, 2002) yang mengatakan bahwa kredit bermasalah atau yang biasa dikenal dengan Non Performing Loan (NPL) merupakan kondisi yang ditakuti oleh pegawai bank. karena dengan adanya kredit bermasalah tersebut menyebabkan menurunnya pendapatan bank, yang selanjutnya memungkinkan terjadinya penirunan laba. Kondisi kinerja yang kurang bagus akan berpengaruh secara menyeluruh terhadap upaya perbaikan kesejahteraan pegawai, pemupukan modal sendiri, pengembangan usaha dan sebagainya.
Hasil analisis tersebut sejalan dengan hasil penelitian dari (Murdiyanto, 2012) yang mengatakan bahwa Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit.
15 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang telah dianalisis beserta pembahasan dalam penelitian ini, terkait pengaruh yang dimiliki variabel independen (Dana Pihak Ketiga, BI-Rate, dan Non Performing Loan) terhadap penyaluran kredit sebagai variabel dependennya, didapatkan beberapa poin yang menjadi kesimpulan dari penelitian ini yaitu Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) sebagai X1 memiliki pengaruh positif signifikan terhadap penyaluran kredit yang dikeluarkan Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Jawa Timur sebesar 0.0000.Variabel BI-Rate sebagai X2 memiliki pengaruh positif signifikan terhadap penyaluran kredit yang dikeluarkan Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Jawa Timur sebesar 0.0088. Variabel Non Peforming Loan (NPL) sebagai X3
memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap penyaluran kredit yang dikeluarkan Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Jawa Timur sebesar 0.0001
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia. (2019). “moneter”. www.bi.go.id. [diakses pada 4 Oktober 2019].
Badan Pusat Statistik. “Table BI-Rate”. www.bps.go.id [diakses pada 29 Januari 2020].
Darmawi, H. (2012). Manajemen Perbankan. PT. Bumi Aksara.
Gift, V., Putro, T., & Mayes, A. (2016). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Pada Bank Perkreditan Rakyat (Bpr) Di Provinsi Riau Tahun 2006-2015. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Riau, 4(1), 768–782.
Haryanto, S. B., & Widyarti, E. T. (2017). Analisis Pengaruh NIM, NPL, BOPO, BI Rate dan CAR Terhadap Penyaluran Kredit Bank Umum Go Public Periode 2012-2016. Journal of Management, 6(4), 1–11.
Ismail. (2011). Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi (pertama). Kencana.
Kuncoro, M., & Suhardjono. (2002). MANAJEMEN PERBANKAN: Teori dan Aplikasi (Pertama). BPFE-YOGYAKARTA.
Mukhlis, I. (2015). Ekonomi Keuangan & Perbankan. In Ekonomi Keuangan &
Perbankan: Teori dan Aplikasi. Salemba Empat.
Murdiyanto, A. (2012). Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Penentuan Penyaluran Kredit Perbankan Studi Pada Bank Umum Di Indonesia Periode Tahun 2006 - 2011. Conference In Business, Accounting, And Management (CBAM), 1(1), 61–75. http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/cbam/article/view/123/99 Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 2017. “Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan”.
www.ojk.go.id [diakses pada 4 Oktober 2019]
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 2011 - 2018. "Statistik Perbankan Indonesia".
www.ojk.go.id [diakses pada 29 Januari 2020].
Panuntun, B., & Sutrisno, S. (2018). Faktor Penentu Penyaluran Kredit Perbankan Studi Kasus Pada Bank Konvensional Di Indonesia. JAD: Jurnal Riset Akuntansi
& Keuangan Dewantara, 1(2), 57–66. https://doi.org/10.26533/jad.v1i2.235 Putra, I. G. O. P. dan S. D. R. (2015). Pengaruh DPK, BI-Rate, dan NPL terhadap
Penyaluran Kredit Modal Kerja pada BPR di Provinsi Bali Tahun 2009-2014.
E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, 4(5), 451–464.
Sari, N., & Abundanti, N. (2016). Pengaruh Dpk, Roa, Inflasi Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Penyaluran Kredit Pada Bank Umum. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 5(11), 7156–7184.
Suhardjono. (2003). Manajemen Perkreditan: Usaha Kecil dan Menengah. UPP AMP YKPN.