Dengan menggunakan metode analisis data Social Network Analysis (SNA), penulis menyerap query berbasis API di media sosial Twitter. Penelitian ini melibatkan metode pengumpulan data berdasarkan serapan query berbasis API media sosial Twitter, dengan metode analisis data social network analysis (SNA).
Tren Pencarian Informasi Teorirsme
Kata kunci serangan teroris sangat dominan dicari oleh penduduk Selandia Baru, Irlandia, Singapura, Uni Emirat Arab, dan Australia. Yang mengejutkan, penyerangan terhadap dua masjid di Christchurch membuat kata kunci ini populer di kalangan warga Selandia Baru.
Pemetaan Jejaring Teks Christchurch
Sebaran subtopik yang dihasilkan dalam jaringan teks kali ini juga menunjukkan independensi suatu subtopik dari topik lain. Jaringan teks baru ini memunculkan setidaknya 35 subtopik bahasa dengan tema serupa dengan jaringan Church Church Attack sebelumnya.
Kesimpulan
Pemetaan Jaringan Kompetitif dan Perluasan Pasar Industri Kosmetik Korea Selatan dalam Persaingan Pasar Global 2013-2017. Oleh karena itu penelitian ini menginspirasi penulis untuk menyelidiki jaringan kompetitif dan perluasan pasar industri kosmetik di semua negara di pasar global.
METODE PENELITIAN
Derajat : merupakan atribut yang mengukur jumlah koneksi atau hubungan suatu node dengan node lainnya dalam jaringan. Derajat Keluar : merupakan atribut yang mengukur jumlah koneksi atau relasi yang keluar (ekspor) dari satu node ke node lainnya. In Degree : merupakan atribut yang mengukur jumlah koneksi atau hubungan yang masuk (diimpor) dari satu node ke node lainnya.
Derajat tertimbang: merupakan atribut yang mengukur bobot rata-rata hubungan suatu node dengan node lainnya.
Pengukuran Density Perdagangan Kosmetik Dunia
Jumlah relasi yang terbentuk pada tahun 2017 sebanyak 12.772 relasi yang terbagi atas 6.386 relasi keluar dan 6.386 relasi masuk. Karakteristik jaringan yang ketiga adalah rata-rata derajat atau jumlah hubungan yang terbentuk dalam jaringan. Sedangkan pada tahun 2017 rata-rata derajatnya menunjukkan nilai sebesar 64,83 yang berarti dari 12.772 relasi yang terbentuk, rata-rata setiap node mempunyai 65 relasi yang terbagi pula menjadi 32,42 koneksi keluar dan 32,42 koneksi masuk.
Hasil tersebut menunjukkan terdapat 488 jaringan yang mempunyai bobot hubungan yang terbagi dalam nilai bobot ekspor dan impor suatu negara.
Pengukuran Centrality Perdagangan Kosmetik Dunia
Hasil tersebut menunjukkan secara unik bagaimana di tengah peningkatan ekspor yang terjadi bersamaan dengan menurunnya jaringan rantai pasok; Hal ini menunjukkan adanya negara-negara yang hubungannya mulai berubah, baik hubungan ke dalam (impor) maupun hubungan ke luar (ekspor). Atribut jaringan kedelapan adalah modularitas, yang menunjukkan seberapa baik jaringan dibagi menjadi komunitas modular; jaringan dengan nilai modularitas yang tinggi memiliki koneksi yang erat antar node dalam modul yang sama tetapi koneksi yang rendah antar node dalam modul yang berbeda. Hasil tersebut menunjukkan adanya komunitas jaringan yang terpecah atau bergabung dengan komunitas jaringan besar bahkan mulai meninggalkan grup jaringan sebelumnya.
Ciri yang kedua adalah proximity centrality yang mengukur kedekatan antar node dalam jaringan, ukuran ini menunjukkan negara-negara yang mempunyai sentralitas proximity yang tinggi, yaitu negara-negara besar yang mempunyai pengaruh paling besar di pasar global.
Visualisasi Jejaring Industri Kosmetik Dunia Tahun 2013 dan 2017 Jejaring Industri Kosmetik Dunia pada tahun 2013 menunjukan bahwa negara-
Negara-negara tersebut juga dapat dengan cepat mempengaruhi seluruh jaringan, dimana setiap negara yang mempunyai hubungan dengan negara-negara tersebut juga dapat dengan mudah menjalin hubungan dengan negara lain. Hasil tersebut menunjukkan bahwa posisi negara-negara tersebut dalam blok pasar tidak mewakili mereka sebagai anggota blok tersebut, melainkan menjaga hubungan dekat dengan negara-negara di seluruh blok tersebut. Uniknya, hal ini menunjukkan telah terjadi pergeseran, dimana negara-negara yang tidak memiliki blok bukan lagi berasal dari negara-negara berkembang di Afrika dan Asia, melainkan dari negara-negara yang tidak memiliki blok.
Yang unik dalam kurun waktu lima tahun ini adalah negara-negara berkembang yang sebelumnya hanya menduduki puluhan posisi sebagai negara pengekspor, kini mulai menempati posisi lima besar dan mampu menyalip negara-negara sebelumnya; Negara-negara tersebut antara lain Korea Selatan dengan total ekspor 3,9 triliun dolar AS dan berada di peringkat ketiga menggusur Jerman; Singapura dengan total ekspor 3,8 triliun dolar AS berada di peringkat keempat menggusur Inggris.
Hasil Pengukuran Density dan Centrality Korea Selatan
Pada tahun 2013, industri kosmetik Korea Selatan memiliki 167 jaringan hubungan antar negara, yang terdiri dari 118 hubungan ekspor (dalam derajat) dan 49 hubungan impor (dalam derajat). Sementara itu, industri kosmetik Korea Selatan memiliki 182 jaringan hubungan antar negara pada tahun 2017, yang terdiri dari 119 hubungan ekspor dan 63 hubungan impor. Hasil tersebut menunjukkan bahwa industri kosmetik Korea Selatan mulai meningkatkan ekspornya dibandingkan impor pada tahun 2017.
Pada tahun 2013, Korea Selatan memiliki rasio bobot 15,29 dalam jaringan industri kosmetik global; yang terdiri dari bobot rasio keluaran (ekspor) sebesar 7,08 dan bobot rasio masukan (impor) sebesar 8,21.
KESIMPULAN
Perdagangan kopi internasional ditandai oleh keragaman karakteristik produksi, geografis dan pendapatan di tengah kehadiran Organisasi Kopi Internasional (ICO). Penelitian ini menimbulkan pertanyaan apakah faktor produksi, geografi dan peran institusi mempengaruhi pendapatan negara-negara penghasil kopi dunia dari perdagangan kopi internasional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produksi, variabel geografis dan peran kelembagaan secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan negara-negara penghasil kopi dunia dari perdagangan kopi internasional.
Peran institusi dinyatakan sebagai variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap pendapatan negara-negara produsen kopi dari perdagangan kopi internasional.
PENDAHULUAN
Seluruh negara penghasil kopi mempunyai iklim kering hingga tropis yang merupakan iklim terbaik untuk komoditas ini. Sayangnya, negara-negara penghasil kopi, meski memiliki berbagai keunggulan, belum mampu meraih pendapatan maksimal dari perdagangan kopi internasional. Ketidakmampuan negara produsen dalam memenuhi kebutuhan kopi dunia berpotensi menghambat negara produsen dalam memaksimalkan pendapatan negaranya dari perdagangan kopi internasional.
Magginetti melihat hal ini sebagai permasalahan dan hambatan bagi negara-negara penghasil kopi dalam mewujudkan maksimalisasi pendapatannya.
Hasil Uji Simultan dan Parsial
Sebab, sejumlah subvariabel secara bersamaan dapat memberikan dampak terhadap pencapaian maksimalisasi pendapatan negara dari perdagangan kopi internasional. Faktor produksi mempunyai nilai signifikan sebesar 0,001 atau kurang dari α = 0,05, dan merupakan satu-satunya faktor yang berpengaruh signifikan terhadap pendapatan negara-negara penghasil kopi dunia dari perdagangan kopi internasional. Hal ini menandakan bahwa negara-negara harus terus berupaya untuk meningkatkan hak suara dalam status sertifikasi ICO, ICA 2007 dan status sertifikasi fair trade, sehingga negara-negara produsen mampu mencapai maksimalisasi pendapatan negara dari perdagangan kopi internasional.
Faktor penentu pendapatan nasional dari perdagangan kopi internasional: faktor produksi, geografi dan peran institusi secara bersama-sama.
Penentu Pendapatan Negara Dari Perdagangan Kopi Internasional Faktor produksi, geografis, dan peran institusi secara bersama-sama
Berdasarkan hasil pengujian penelitian tersebut, ditentukan bahwa tenaga kerja memang merupakan subvariabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap penerimaan negara dari perdagangan kopi internasional. Teori keunggulan komparatif juga menjelaskan faktor lain yang dapat mendorong maksimalisasi pendapatan negara dari perdagangan kopi internasional, yaitu geografi. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji statistik yang menunjukkan bahwa seluruh subvariabel geografis tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan negara dari perdagangan kopi.
Selain itu, salah satu sub-variabel faktor peran institusi (ICO) merupakan sub-variabel yang mempunyai pengaruh paling kuat terhadap penentuan pendapatan pemerintah dari perdagangan kopi internasional dibandingkan dua belas sub-faktor lain dalam model.
KESIMPULAN
Kondisi ini sesuai dengan asumsi yang dimiliki oleh perspektif liberalisme institusional, yang menyatakan bahwa meskipun suatu lembaga mampu meredam rasa ketidakpercayaan di kalangan anggotanya dan mewujudkan kepentingan bersama, namun lembaga yang umumnya dibentuk oleh negara-negara maju kemungkinan besar akan didominasi oleh negara-negara maju. kepentingan salah satu pihak, dengan negara maju menjadi pihak yang mendapat keuntungan lebih besar dalam lembaga tersebut.
Saran dan Rekomendasi
Faktor penentu yang mempengaruhi kebijakan hambatan non tarif (NTBs) terhadap penurunan volume dan nilai ekspor komersial Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan faktor-faktor penentu yang mempengaruhi kebijakan NTB terhadap penurunan volume dan nilai ekspor komersial Indonesia ke Jepang selama periode 2008-2015. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis Kasus Negatif dengan tiga bagian proses analisis data yaitu Model Aliran.
Kajian ini ditinjau dari tiga kekhawatiran besar yaitu perubahan term of trade (ToT), dinamika pasar global dan keadaan PDB riil negara pengimpor (Jepang).
Pendahuluan
Kerja sama di bidang non-tariff Barriers (NTBs) antara Indonesia dan Jepang seharusnya dapat meningkatkan intensitas perdagangan kedua negara, namun yang terjadi justru sebaliknya yaitu menurunnya volume dan nilai ekspor perdagangan Indonesia ke Jepang dari tahun 2008 hingga 2015. Dalam pelaksanaan kerja sama perdagangan, Indonesia dan Jepang khususnya di bidang kepabeanan yang mencakup hambatan tarif dan non-tarif baru dimulai pada bulan Juli 2005 dan mencapai kesepakatan pada bulan November 2006. Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Michael Daly dan Sergios Stamnas dengan penelitiannya berjudul Tariff and Non-Tariff Barriers to Trade in Korea.
A Legal and Economic Analysis of Non-Tariff Barriers in Pakistan, India, China and Sri Lanka.
Penuruan Perdagangan Indonesia ke Jepang Tahun 2008-2015
Penerapan ini juga menyebabkan penurunan volume dan nilai ekspor Indonesia ke Jepang selama periode 2008-2015. Di sektor kelautan, harga produk turun menjadi USD 84,9 juta pada tahun 2009, hingga mencapai USD 95,4 juta pada akhir tahun 2015, di sektor pertanian turun menjadi USD 82,8 juta pada tahun 2009, hingga akhirnya keluar mencapai USD 90,8 juta. pada akhir tahun 2015. Kemampuan masyarakat Jepang yang tercermin pada PDB riil Jepang menjadikan faktor ini sebagai faktor kedua yang mendominasi penurunan volume dan nilai ekspor Indonesia ke Jepang.
Faktor terakhir, dinamika pasar global, tidak begitu dominan terhadap penurunan volume dan nilai ekspor Indonesia ke Jepang antara tahun 2008 dan 2015.
Kesimpulan
Stabilitas hegemoni Amerika Serikat di tengah hadirnya pengaruh Tiongkok pasca lahirnya inisiasi One Belt One Road. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stabilitas hegemoni AS di tengah hadirnya pengaruh Tiongkok pasca dimulainya OBOR dengan menganalisis pengaruh faktor-faktor pengaruh hegemoni terhadap hegemoni dominan di negara mitra pada tahun 2010 dan 2015. Hasil penelitian ini juga menunjukkan prediksi bahwa Keenam negara mitra tersebut akan mulai bergerak menuju hegemoni dominan Tiongkok pada tahun 2015, di tengah adanya hegemoni dominan AS.
Hasil akhir penelitian ini membuktikan bahwa kehadiran pengaruh Tiongkok melalui strategi overbalance ekonominya dapat mempengaruhi stabilitas hegemoni AS di negara mitra.
Hegemoni dan Stabilitas Hegemoni
Berdasarkan latar belakang tersebut, artikel ini membahas adakah pengaruh faktor pengaruh hegemoni terhadap hegemoni dominan AS, di tengah hadirnya pengaruh Tiongkok. Konsep hegemoni dalam penelitian ini jelas berfungsi dalam mendefinisikan hegemoni dominan sebagai variabel terikat dan pengaruh hegemonik sebagai variabel bebas. Perbandingan tahun berdasarkan dua titik waktu dalam penelitian ini berguna untuk melihat kestabilan hegemoni, sehingga perlu melihat kondisi hegemoni dominan pada tahun 2010 dan 2015.
Variabel terikatnya terdiri dari kategori hegemoni dominan, meliputi hegemoni dominan Amerika Serikat dan Tiongkok.
Pengujian Pengaruh Faktor Hegemonic Influence terhadap Hegemonic Dominance
Enam faktor pengaruh hegemonik yang terdiri dari: bantuan militer, bantuan senjata militer, selisih ekspor-impor, bantuan keuangan dan utang publik, nilai investasi dan bantuan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menentukan klasifikasi hegemoni dominan yang mengarah pada posisi hegemoni. Amerika atau Tiongkok. Dari keenam faktor pengaruh hegemoni, hanya variabel bantuan keuangan dan utang pemerintah yang mempunyai pengaruh parsial signifikan terhadap variabel dependen. Bedanya, hasil pengujian tahun 2010 menunjukkan bahwa faktor yang mempunyai pengaruh parsial adalah nilai bantuan keuangan dan utang, namun hasil pengujian tahun 2015 menunjukkan bahwa tidak ada faktor yang mempunyai pengaruh parsial signifikan terhadap pembentukan Amerika yang dominan. hegemoni. .
Meskipun terdapat perbedaan, kedua tes pada tahun 2010 dan 2015 menempatkan bantuan keuangan dan utang negara sebagai faktor yang paling berpengaruh.
Hegemoni Dominan Amerika Serikat - Tiongkok
AS tidak secara parsial menempati posisi hegemonik yang dominan dalam institusi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hasil observasi menunjukkan bahwa pada tahun 2010, total ada empat belas negara mitra yang masuk dalam kategori hegemoni dominan Tiongkok. Sebaliknya, hasil prediksi menunjukkan seharusnya keempat negara tersebut bergerak menuju kategori hegemoni dominan Tiongkok.
Hasil observasi tahun 2015 juga menempatkan enam kasus (negara mitra) dalam hegemoni dominan AS pada tahun 2015.
Perseimbangan Kekuatan Amerika Serikat dan Tiongkok
Hasil pengujian di atas juga dapat diartikan adanya anomali pada kelompok empat negara mitra. Kondisi ini juga menyiratkan bahwa masih ada faktor lain yang belum dapat dijelaskan, sehingga keempat negara mitra pada tahun 2010 masih berada dalam kategori hegemoni AS yang dominan. Hasil pengujian di atas juga dapat diartikan adanya anomali pada pengelompokan negara keenam negara mitra.
Hal ini didukung oleh gabungan jumlah negara mitra hingga 89 negara dengan total ribuan perjanjian atau lembaga.
Kesimpulan
Hal ini didukung oleh visi dan tujuan lembaga-lembaga yang sudah mapan serta aktivitas bantuan yang diberikan oleh AS dan Tiongkok. Secara bersama-sama, keenam faktor ini ditemukan memiliki dampak yang signifikan terhadap klasifikasi negara-negara mitra ke dalam kategori hegemoni dominan AS dan Tiongkok pada tahun 2010 dan 2015. Kedua, sebagian, ditemukan adanya penyediaan dan pelaksanaan bantuan keuangan dan utang negara. menjadi faktor yang paling berpengaruh dalam menentukan derajat hegemoni AS dan Tiongkok di negara mitra.
Oleh karena itu, kecil atau besarnya pengaruh AS dan Tiongkok di sektor ini akan menentukan tingkat hegemoni dominan yang dipilih di negara mitra.