PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GRAFIS GAMBAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI METAMORFOSIS DI KELAS V SD NEGERI 1 BOJONG
(Penelitian Eksperimen TERHADAP Hasil Belajar Peserta Didik Kelas V SD Negeri 1 Bojong Kecamatan Langkaplancar Kabupaten
Pangandaran Tahun Pelajaran 2018/2019) NOVIA KARINA
NPM. 1516680871
Program Studi PGMI/SD STAI Putra Galuh Ciamis
ABSTRAK
Permasalahan yang menjadi latar belakang adalah realita masih rendahnya hasil belajar IPA peserta didik khususnya di sekolah dasar yang disinyalir sebagai akibat dari kurang optimalnya penggunaan media pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar peserta didik yang menggunakan media grafis gambar dan yang menggunakan media buku siswa dalam pembelajaran IPA, serta perbandingan diantara keduanya. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif komparatif dan desain penelitian kuasi eksperimen Non Equivalen Control Group Design. Populasi penelitian adalah seluruh peserta didik Kelas V SD Negeri 1 Bojong Kecamatan Langkaplancar Kabupaten Pangandaran yang berjumlah 34 orang, teknik sampling data menggunakan teknik sampel jenuh. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan teknik analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial menggunakan rumus uji Independent Samples t-test.
Hasil penelitian menunjukkan hasil belajar IPA materi metamorfosis pada peserta didik Kelas V SD Negeri 1 Bojong yang menggunakan media grafis gambar mencapai nilai rata-rata 80,59 atau dalam kategori hasil belajar baik sedangkan yang menggunakan media buku siswa mencapai nilai rata-rata 62,35 atau dalam kategori hasil belajar sedang. Hasil belajar hasil belajar IPA materi metamorfosis peserta didik Kelas V SD Negeri 1 Bojong yang menggunakan media grafis gambar lebih besar secara signifikan dibanding hasil belajar yang menggunakan media buku siswa.
Kata kunci : media grafis gambar, hasil belajar IPA
Pendahuluan
Belajar merupakan proses terus menerus yang tidak akan pernah berhenti dan terbatas didalam kehidupan. Hal ini berdasarkan pada asumi bahwa manusia sepanjang hidupnya akan selalu dihadapkan dengan masalah atau tujuan yang ingin dicapainya, semakin ingin
mencapai tujuannya semakin banyak rintangan yang akan dihadapinya, begitu juga setelah tujuan yang ingin didapatnya telah tercapai akan muncul lagi masalah baru kemudian untuk mencapai tujuan baru itu pula manusia akan semakin banyak rintangan yang menghadapinya, begitulah sebabnya bahwa manusia
sering sekali disebut makhluk yang tidak mudah puas dengan apa yang didapatnya. Dengan latar belakang tersebut maka pendidikan menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia guna memenuhi segala tuntutan hidupnya.
Dalam upaya memenuhi tuntutan hidupnya manusia berusaha untuk mempelajari berbagai ilmu pengetahuan termasuk Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai suatu bentuk upaya yang membuat berbagai pengalaman menjadi suatu sistem pola pikir yang logis, yang dikenal dengan istilah pola pikir yang ilmiah. Melalui pembelajaran dan pengembangan potensi diri pada pembelajaran IPA, peserta didik akan memperoleh bekal pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk memahami dan menyesuaikan diri terhadap fenomena dan perubahan-perubahan dilingkungan sekitar dirinya.
Fokus mata pelajaran ilmu pengetahuan alam pada jenjang sekolah dasar mencakup enam lingkup sains yaitu kerja ilmiah dan keselamatan kerja, makhluk hidup dan sistem kehidupan, energi dan perubahannya, materi dan perubahannya, bumi dan alam semesta, serta sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Oleh karena itu penilaian utama dalam pembelajaran IPA dititik beratkan pada kemampuan berfikir tingkat tinggi yang tidak hanya mengandalkan pada kemampuan menghafal saja, tapi lebih dari itu hasil belajar IPA peserta didik diharapkan dapat mencerminkan pemahamannya terhadap materi pembelajaran yang diberikan.
Fakta yang ada dilapangan teramati nyata bahwa hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran IPA termasuk di SD Negeri 1 Bojong cenderung masih belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Berdasarkan hasil observasi peneliti serta hasil diskusi dengan guru kelas bersangkutan, peneliti berhasil mengidentifikasi permasalahan yang menyebabkan rendahnya hasil belajar ilmu pengetahuan alam peserta didik tersebut, diantaranya adalah kurangnya motivasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran dikarenakan cara penyampaian guru yang hanya menggunakan metode ceramah membuat peserta didik merasa jenuh dan tidak memperhatikan pembelajaran dengan baik. Sedangkan dari pihak guru sendiri mengakui masih kurangnya mengimplementasikan berbagai metode pembelajaran termasuk penggunaan media pembelajaran dengan berbagai alasan seperti keterbatasanya waktu pembelajaran yang tersedia, keterbatasan dana
dalam pembuatan media
pembelajaran, dan tidak ada media yang siap pakai yang tersedia di sekolah. Sedangkan penggunaan media pembelajaran sangat dibutuhkan dan akan memberikan
banyak manfaat dalam
menyampaikan pembelajaran kepada peserta didik karena pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang tidak hanya berpusat pada guru saja melainkan harus berpusat kepada peserta didik supaya peserta didik menjadi lebih aktip.
Realita sebagaimana dipapar- kan tersebut memerlukan perhatian khusus dari para guru, karena apabila
tidak segera diatasi akan memberikan paradigma yang kurang baik bagi peserta didik, mereka akan menganggap pembelajaran IPA itu membosankan, verbalistik dan tidak menarik. Untuk mengatasinya setiap guru ditantang untuk dapat memilah, memilih dan mengembangkan berbagai media pembelajaran yang tepat guna dan tepat dana sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran disatu sisi serta sesuai dengan sarana, prasarana serta dana yang tersedia disisi lain. Pemilihan media pembelajatran yang tepat akan dapat memberikan hasil yang optimal pada pembelajaran yang disampaikan.
Media grafis gambar adalah
media pembelajaran yang
menyajikan fakta, ide atau gagasan melalui kata-kata atau kalimat, angka dan gambar dengan maksud untuk memperjelas suatu ide data atau kejadian. Penggunaan media grafis gambar sendiri sudah banyak dikemukakan dan diteliti oleh para peneliti sebelumnya yang menghasilkan pengaruh terhadap peserta didik pada motivasi belajar.
Keunggulan media grafis juga bukan hanya biaya atau harga yang sangat relatif murah akan tetapi mudah diperoleh dan digunakan dalam proses pembelajaran.
Media grafis merupakan salah satu media yang tergolong kedalam media dua dimensi. Media visual ini menyajikan fakta, ide atau gagasan melalui kata-kata atau kalimat, angka dan gambar dengan maksud untuk memperjelas suatu ide data atau kejadian. Didalam media grafis terdapat dua fungsi umum dan khusus. Fungsi umum media ini adalah sebagai penyalur pesan dari
sumber ke penerima dan fungsi khususnya, sebagai penarik perhatian, memperjelas ide atau menghiasi fakta-fakta yang mungkin akan cepat mudah terlupakan jika tidak digrafiskan.
Hamalik (1986:43), menge- mukakan bahwa penggunaan media gambar akan efektif apabila gambar disesuaikan dengan tingkatan anak, baik berupa gambar, warna dan latar belakang yang perlu untuk diajadikan alat kreatif yang bertujuan memperkaya fakta dan kekurang jelasan terhadap materi yang disampaikan, akan tetapi ada juga kekurangan dari media ini yaitu, pembelajaran menggunakan media gambar akan tidak terlihat apabila sering digunakan dalam waktu yang lama, sebaiknya penggunaan media
gambar digunakan dengan
menyesuaikan masalah yang akan disampaikan.
Teori utama yang melandasi penggunaan media grafis gambar adalah teori yang dikemukakan oleh Edgar Dale melalui Dale’s Cone of Experience atau Kerucut Pengalaman Dale (Arsyad, 2011: 10). Teori Kerucut Edgar Dale memberikan gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh peserta didik dapat melalui proses perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari,, proses mengamati dan mendengarkan melaui media tertentu, dan proses mendengarkan melalui bahasa. Semakin konkret peserta didik mempelajari bahan pengajaran semakin banyaklah pengalaman yang diperoleh peserta didik. Sebaliknya semakin abstrak peserta didik memperoleh pengalaman semakin sedikit
pengalaman yang akan diperoleh peserta didik.
Pengalaman yang diperoleh peserta didik saat menggunakan media grafis gambar akan lebih konkrit dibandingkan hanya sekedar mendengarkan penjelasan guru atau membaca buku siswa, sehingga bagi mereka pembelajaran media grafis gambar akan terasa lebih bermakna dan akan meningkatkan minat serta motivasi mereka untuk mempelajari pelajaran IPA yag diberikan dan pada akhirnya akan bermuara pada peningkatan hasil belajar mereka.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif yaitu “suatu penelitian yang berlandasan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti populasi dan sampel”
(Sugiyono, 2016:14) Didalam penelitian ini, digunakan penelitian eksperimen yang dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang dikendalikan (Sugiyono, 2016:107).
Desain eksperimen yang digunakan adalah Quasy Experiment (eksperimen semu) dengan rancangan Nonequivalent Control Design, dimana kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Secara diagramatis, desain penelitian yang dilakukan dapat digambarkan sebagai berikut :
Sumber : Sugiyono (2016:76) Gambar 1 Diagram Desain Penelitian Non Equivalent Control Group Design
Keterangan :
O1 : Hasil pre-test kelas
O3 : Hasil pre-test kelas kontrol O2 : Hasil Pos-tes kelas eksperimen O4 : Hasil Pos-tes kelas kontrol X : Treatment (tindakan yang diteliti)
Populasi penelitian ini adalah semua peserta didik kelas V SD Negeri 1 Bojong yang berjumlah 34 orang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu
penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu ( Sugiyono, 2016:124), dalam penelitian, sampel dibagi atas dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dengan jumlah 17 peserta didik sebagai kelas yang menggunakan media grafis gambar dan kelompok kontrol dengan jumlah 17 orang peserta didik sebagai kelas yang menggunakan media buku siswa.
Variabel bebas dalam penelitin ini adalah media grafis gambar (X) Media ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA materi Metamorfosis di kelas V SD Negeri 1 Bojong. Sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA materi Metamorfosis di kelas V SD Negeri 1 Bojong sebelum perlakuan (Y).
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik tes, menurut Arikunto (2015:67),
“Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan aturan- aturan tertentu”. Dalam penelitian O1 X O2
O3 O4
ini, tes yang dilakukan meliputi dua macam tes yaitu: Pretes (tes awal) yaitu tes yang dilakukan sebelum pembelajaran (perlakuan) diberikan dengan maksud untuk mengetahui keadaan awal apakah ada perbedaan antara kemampuan peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol;
Postes
(tes akhir) yaitu tes yang dilakukan setelah pembelajaran (perlakuan) diberikan. Hasil tes merupakan dasar dari penghitungan adakah perbedaan antara hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai pengaruh dari penggunaan media yang digunakan. Instrumen yang digunakan berupa 20 soal pilihan ganda untuk mengukur kemampuan belajar IPA siswa.
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan responden peserta didik kelas VI SD Negeri 1 Bojong dengan pertimbangan utama responden mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan populasi dalam hasil belajar IPA materi metamorfosis. Uji validitas dilakukan melalui korelasi Product Moment Pearson dengan bantuan program program SPSS ver.16.
Kriteria pengujian adalah butir soal dinyatakan valid jika nilai korelasi skor butir soal terhadap skor total lebih besar dari nilai korelasi product moment tabel untuk derajat kepercayaan dan jumlah butir soal yang diuji (rhitung > ttabel (α,N)). Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas diketahui bahwa semua nilai r hitung lebih besar dari r tabel
sebesar 0.339. Dengan demikian dapat disimpukan bahwa semua item soal
dalam penelitian ini dinyatakan valid sehingga dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.. Uji Reliabilitas dilakukan menggunakan rumus Spearman-Brown metode split-half method (metode belah dua) dengan hasil diperoleh nilai 0,765. Berdasar kriteria menurut Guilford (dalam Suherman, 2003:139), dengan nilai reliabilitas ini berarti instrumen yang disusun mempunyai reliabilitas yang tinggi untuk digunakan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial dengan prosedur sebagai berikut:
1. Tabulasi data hasil pre-test kelas eksperimen, data hasil pre-test kelas kontrol, data hasil post-test kelas eksperimen dan data hasil post-test kelas kontrol, serta analisis nilai-nilai gejala pusatnya.
2. Melakukan kategorisasi hasil belajar berdasar rating scale menurut Sugiyono (2009:141).
3. Menentukan metode statistik yang akan digunakan (statistik parametrik atau non parametrik) melalui uji prasarat (uji normalitas) dengan kriteria jika data hasil penelitian berdistribusi normal maka analisis selanjutnya menggunakan metode statistik parametrik, sedangkan jika data hasil penelitian tidak berdistribusi normal maka
analisis selanjutnya
menggunakan metode statistik non parametrik.
4. Melalukan uji beda hasil dari pre- test. Kriteria uji, jika hasil
berbeda secara signifikan maka hipotesis dapat langsung ditentukan melalui uji beda hasil pos tes, namun jika sama secara signifikan maka uji hipotesis dilakukan dengan uji gain tes.
5. Melakukan pengujian hipotesis
Hasil Penelitian dan Pembahasan a. Hasil Pre-test
Rekapitulasi nilai pretes dari kedua kelas (kelas eksperimen dan kelas kontrol) diperlihatkan pada tabel dibawah ini:
Tabel 1 Hasil Pre-Test
No .
Kelas / Kelompok Perlakuan Eksperimen Kontrol
1 60 50
2 80 20
3 65 60
4 70 55
5 50 65
6 75 40
7 60 45
8 70 65
9 40 60
10 55 35
11 60 60
12 55 55
No .
Kelas / Kelompok Perlakuan Eksperimen Kontrol
13 50 50
14 35 50
15 50 40
16 60 45
17 65 20
Analisis gejala pusat (Central Tendency) hasil pre test dengan SPSS Ver.16 adalah sebagai berikut:
Tabel 2
Hasil Statistik Deskriptif Pretes Eksperimen Kontrol
N Valid 17 17
Mean 58.82 47.94
Median 60.00 50.00
Mode 60 50
Std. Deviation 11.796 13.700
Variance 139.154 187.684
Range 45 45
Minimum 35 20
Maximum 80 65
Sum 1000 815
Analisis lebih lanjut dilakukan dengan melakukan kategorisasi terhadap hasil belajar dengan rating scale menurut Sugiyono (2009:141).
Distribusi frekuensi hasil Pretes dengan menggunakan rating scale kedua kelas dapat dilihat melalui grafik berikut:
Gambar 2. Histogram Hasil Pretes Kelas Eksperimen Gambar 4.1 Grafik Distribusi Frekwensi Hasil Pretes
b. Hasil Post-test
Tabulasi hasil postes kedua kelas yang diperoleh dari evalusi yang dilakukan terhadap sampel setelah pelaksanaan treatment diperlihatkan pada tabel dibawah ini:
Tabel 3
Rekapitulasi Hasil Post Test
No .
Kelas / Kelompok Perlakuan Eksperimen Kontrol
1 95 65
2 95 45
3 90 70
4 85 65
5 75 75
6 90 50
7 85 60
8 85 75
9 70 75
10 70 50
>81 61–80 41–60 21–40 <20 ∑
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
0
6
9
2
0
17
0
2
10
3 2
17
Distribusi Frekuensi Hasil Pretes
No .
Kelas / Kelompok Perlakuan Eksperimen Kontrol
11 75 65
12 75 60
13 70 65
14 75 70
15 75 60
16 80 60
17 80 50
Analisis gejala pusat (Central Tendency) hasil pre test dengan SPSS Ver.16 adalah sebagai berikut:
Tabel 4
Hasil Statistik Deskriptif Postes
Eksperimen Kontrol
N Valid 17 17
Mean 80,59 62.35
Median 80.00 65.00
Mode 75 60a
Std. Deviation 8.456 9.374
Variance 71.507 87.868
Range 25 30
Minimum 70 45
Maximum 95 75
Sum 1370 1060
Sebagaimana hasil pretest, analisis lebih lanjut dilakukan dengan melakukan kategorisasi terhadap hasil belajar dengan rating scale menurut Sugiyono (2009:141).
Distribusi frekuensi hasil Pretes dengan menggunakan rating scale kedua kelas dapat dilihat melalui grafik berikut:
>81 61–80 41–60 21–40 <20 ∑
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
7
10
0 0 0
17
0
8 9
0
2
17
Distribusi Frekuensi Hasil Posttes
Gambar 2. Histogram Hasil Pretes Kelas Eksperimen Gambar 4.2 Grafik Distribusi Frekwensi Hasil Posttes
c. Uji Prasarat
Uji prasarat yang dilakukan adalah uji normalitas untuk menentukan metode statistika yang diguanakan dalam analisis statistik inferensial. Uji normalitas mengguna-kan rumus Shapiro Wilku dengan dasar pertimbangan jumlah sampel dibawah 50.
Tabel 5 Hasil Uji Normalitas
Shapiro-Wilk Statistic df Sig.
Nilai Pre Test
Kontrol .911 17 .103
Nilai Post Test
Kontrol .923 17 .167
Nilai Pre Test
Eksperimen .976 17 .918
Nilai Post Test
Eksperimen .906 17 .087
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikasi uji normalitas semua data penelitian mempunyai nilai lebih dari 0,05, hal ini berarti semua data penelitian berdistribusi normal dan sebagai implikasinya metode penelitian yang digunakan dalam analisis selanjutnya dilakukan dengan menggunakan metode statistik parametrik.
d. Uji Beda Hasil Pretes
Berdasarkan hasil uji normalitas, uji beda hasil pretes dilakukan menggunakan metode statistika parametrik menggunakan rumus independent samples t-test.
Hasil uji beda yang dilakukan dengan bantuan program SPSS ver 16 dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 6
Hasil Uji Beda Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol t-test for Equality of Means
t df
Sig.
(2- tailed)
Mean Differenc
e
Std. Error Differenc
e Hasil Pre Test Equal variances
assumed -
2.482 32 .019 -10.88235 4.38472 Equal variances not
assumed -
2.482 31.310 .019 -10.88235 4.38472
Berdasarkan hasil uji homogenitas yang menyatakan bahwa semua data hasil
penelitian mempunyai varian yang sama, maka pembacaan hasil uji t dilakukan untuk hasil
´
Equal variances assumed´ yang menunjukkan nilai signifikasi yang diperoleh adalah sebesar 0,019 atau lebih kecil dari 0,05, artinya hasil pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol secara signifikan berbeda.
Sebagai implikasinya maka untuk Uji hipotesis penelitian harus dilakukan melalui Uji Beda Gain Tes (selisih hasil postes dan pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol).
e. Penghitungan dan Analisis Gain Tes
Untuk menghidari bias akibat “ceilling and floor effect” dimana skor tes tidak bisa lebih dari 100 dan kurang dari 0, maka untuk menghitung perubahan hasil belajar sebagai pengaruh dari treatment penelitian
digunakan gain
ternormalisasi yang dikembangkan oleh Hake.
Gain ternormalisasi didefinisikan sebagai ratio atau perbandingan antara gain absolut (skor postes - skor pretes) dengan gain
maksimum yang
memungkinkan (skor
maksimum – skor pretes)
Menurut Hake
(1998:65), peningkatan hasil belajar melalui gain ternormalisasi dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok yaitu:
a. (g) ≥ 0,7 Tinggi
b. 0,3 ≤ (g) <0,7 Sedang c. (g) < 0,3 Rendah
Hasil penghitungan gain ternormalisasi kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 7 Gain ternormalisasi
No.
Kelas / Kelompok Perlakuan Ekspe
rimen Kontr
ol
.88 .30
.75 .31
.71 .25
.50 .22
.50 .29
.60 .17
.63 .27
.50 .29
.50 .38
10 .33 .23
11 .38 .13
12 .44 .11
13 .40 .30
14 .62 .40
15 .50 .33
16 .50 .27
17 .43 .38
Untuk melakukan uji beda/ uji hipotesis terhadap gain ternormalisasi tersebut terlebih dahulu harus dilakukan uji prasarat (uji
normalitas) untuk
menentukan metode statistik yang akan digunakan dalam uji beda yang akan dilakukan.
Hasil uji normalitas terhadap gain ternormalisasi dengan menggunakan bantuan progaram SPSS Ver.16 dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 8
Hasil Uji Normalitas Gain Ternormalisasi
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
(g) .960 34 .244
Hasil uji normalitas diatas menunjukkan bahwa nilai signifikasi uji normalitas gain ternormalisasi lebih besar dari 0,05 yang berarti data yang diuji berdistribusi normal. Implikasi dari hasil uji normalitas ini adalah pengujian hipotesis dengan
menggunakan gain
ternormalisasi dilakukan
menggunakan metode
statistik parametrik dengan rumus independent t test.
f. Uji Hipotesis
Langkah pertama uji hipotesis adalah membuat hipotesis statistik dan hipoteisi kerja dari uji yang
akan dilakukan sebagai berikut:
Ho: μ1 = μ2 Hasil belajar peserta didik kelas V SDN 1 Bojong pada
pembelajaran IPA yang
menggunakan media grafis gambar sama dengan hasil belajar peserta didik yang menggunakan media buku siswa.
Ha: μ1 ≠ μ2 Hasil belajar peserta didik kelas V SDN 1 Bojong pada
pembelajaran IPA yang
menggunakan media grafis gambar tidak sama dengan hasil belajar peserta didik yang menggunakan media buku siswa.
Pengujian hipotesis
dilakukan dengan
menggunakan rumus
independent t test. dengan bantuan SPSS versi 16. Hasil pengujian dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.22
Hasil Uji Hipotesis Penelitian Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
(g) Equal variances assumed 4.281 .047 -6.704 32 .000
Equal variances not
assumed -6.704 25.617 .000
Berdasarkan tabel hasil uji hipotesis diatas dapat diketahui bahwa uji homogenitas terhadap gain ternormalisasi menunjukkan nilai signifikasi sebesar 0,047 atau lebih kecil dari 0,05 berarti gain ternormalisasi hasil penelitian tidak mempunyai varian yang sama (tidak homogen) sehingga pembacaan hasil
uji normalisasi dilakukan untuk
“Equal variances not assumed” yang menunjukkan nilai Sig. = 0,000 atau lebih kecil dari 0,05. Hasil ini berarti hipotesis nol pengujian yaitu Ho: μ1
= μ2 atau “Hasil belajar peserta didik kelas V SDN 1 Bojong pada
pembelajaran IPA yang
menggunakan media grafis gambar
sama dengan hasil belajar peserta didik yang menggunakan media buku siswa.” ditolak dan hipotesis alternatifnya yaitu Ha: μ1 ≠ μ2 atau
“Hasil belajar peserta didik kelas V SDN 1 Bojong pada pembelajaran IPA yang menggunakan media grafis gambar tidak sama dengan hasil belajar peserta didik yang menggunakan media buku siswa”
dapat diterima.
Pembahasan
Penggunaan media grafis bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik khususnya dalam ranah kognitif. Dalam penelitian ini menggunakan kertas karton yang ditempelkan gambar- gambar yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Dengan adanya media grafis dalam proses pembelajaran tersebut menunjukan adanya ketertarikan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran dan kemampuan peserta didik meningkat dari nilai rata-rata pre-test 58,82 menjadi 80,59. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa media grafis sangat berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran IPA materi metamorfosis di SDN 1 Bojong.
Pengolahan data diketahui bahwa hipotesisnya terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar peserta didik yang menggunakan media grafis degan yang menggunakan media buku siswa di SDN 1 Bojong. Hal tersebut sesuai dengan rata-rata nilai yang diperoleh dari pengujian hipotesis yaitu X1 > X2 (X1 = hasil belajar IPA yang menggunakan media grafis, X2 = hasil belajar IPA
yang menggunakan media buku siswa). Selain itu, dilakukan pengujian uji-t. Diketahui hasil dari uji t hasil dari thit 11,66 dan memiliki tingkat signifikan 0,000 <
0,05, artinya bahwa Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan teruji kebenarannya.
Pernyataan dari hasil pengujian data tersebut sesuai dengan teori kerucut pengalaman Edgar Dale dalam (Daryanto, 2010:13) bahwa semakin konkrit peserta didik mempelajari bahan pelajaran maka semakin banyaklah pengalaman yang didapatkan tetapi sebaliknya, jika semakin abstrak peserta didik mempelajari bahan pelajaran maka semakin sedikit pula pengalaman yang akan didapat oleh peserta didik.
dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa ketika penggunaan media pembelajaran lebih konkrit atau dengan pengalaman langsung maka pesan
(informasi) pada proses
pembelajaran yang disampaikan guru kepada peserta didik akan tersampaian dengan baik. Akan tetapi jika penggunaan media pembelajaran semakin abstrak maka pesan (informasi) akan sulit untuk diterima oleh peserta didik dengan kata lain peserta didik menghadapi kesulitan dalam memahami dan mencerna apa yang disampaikan oleh guru. Menurut Hermawan Heri, (2007:24) bahwa media grafis dalam penggunaannya harus dipahami dan dipelajari lebih mendalam sehingga media ini lebih efektif untuk menyajikan pelajaran kepada siswa agar hasil belajarnya maksimal.
Adapun tujuan media grafis adalah untuk memudahkan guru dalam
menyampaikan materi pembelajaran, dengan begitu peserta didik dapat lebih mudah memahami materi yang disajikan guru, sehingga guru tidak merasa sia-sia dalam menyampaikan materi.
Simpulan dan Saran
Berdasar berbagai analisa terhadap data-data hasil penelitian sesuai rumusan masalah yang ditetapkan sebagai landasan penelitian, sebagai simpulan dari penelitian ini adalah :
1. Hasil belajar IPA peserta didik kelas V SD Negeri 1 Bojong dengan menggunakan media grafis gambar mencapai nilai rata-rata 80,59 jika dihubungkan dengan nilai KKM 75 maka hasil yang diperoleh berada dalam kriteria baik
2. Hasil belajar IPA peserta didik kelas V SD Negeri 1 Bojong yang menggunakan media buku siswa mencapai nilai rata-rata 62,35 jika dihubungkan dengan KKM 75 maka hasil yang diperoleh berada dalam kriteria kurang.
3. Dari hasil perhitungan maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan media grafis gambar terhadap hasil belajar IPA peserta didik di kelas V SD Negeri 1 Bojong.
Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini, peneliti memberikan saran sebagai berikut:
Pertama, hasil penelitian inidapat memperkaya wawasan guru dan
menjadi landasan bagi guru dalam menentukan media yang akan digunakan (khususnya dalam pembelajaran IPA) atau paling tidak dapat menjadi alternatif media pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar;
Kedua, bagi peneliti selanjutnya dapat melakukannya pada materi ajar yang lain agar dapat dijadikan sebagai studi perbandingan dalam meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi, (2013), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Rineka Cipta
Arsyad, Azhar. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Daryanto, (2015). Media Pembelajaran. Bandung: Satu Nusa.
Hermawan, Heri dkk. (2007). Media Pembelajaran. Upi press:
Bandung
Sugiyono, (2016), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, Bandung, CV. Alfabeta
Suherman, Erman dkk.
(2003) Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: PT Remaja Rosda- karya