JURNAL READING (JUDUL JURNAL)
Disusun Oleh:
1. Nama……. NIK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN PROVINSI DKI JAKARTA
TAHUN 2022
L
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...3
BAB IIKEGIATAN JURNAL READING...4
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan...4
2. Peserta Kegiatan...4
3. JOURNAL READING...4
3.1. Latar Belakang...4
3.2. Judul Jurnal...4
3.3. Abstrak...4
3.4. Metode Penelitian...4
3.5. Hasil Penelitian...4
3.6. Pembahasan...4
BAB IIIPENUTUP...5
1. Kesimpulan...5
2. Rekomendasi Tindak Lanjut...5
3. Referensi...5
1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG B. TUJUAN
C. RUANG LINGKUP
D. SISTEMATIKA LAPORAN
BAB II
KEGIATAN JURNAL READING 1.
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan
Tanggal : 07 Januari 2023
Jam :
Tempat : RSUD Tarakan 2.
Peserta Kegiatan
Seluruh perawat RSUD Tarakan 3.
JOURNAL READING
3.1.
Latar Belakang
Stroke adalah penyebab utama kecacatan di seluruh dunia dan penyebab kematian nomor dua. Global Stroke Factsheet yang dirilis pada tahun 2022 mengungkapkan bahwa risiko seumur hidup terkena stroke telah meningkat sebesar 50% selama 17 tahun terakhir dan sekarang 1 dari 4 orang diperkirakan mengalami stroke dalam hidup mereka. Dari tahun 1990 hingga 2019, telah terjadi peningkatan 70% dalam insiden stroke, 43% peningkatan kematian akibat stroke dan juga peningkatan Disability Adjusted Life Years (DALY) (WHO,2022) Berdasarkan data riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2018, Indonesia memiliki angka prevalensi stroke yang tinggi yaitu 10,9 permil dan memegang angka kematian tertinggi pertama di Asia Tenggara. Berdasarkan data rekam medis stroke unit RSUD Tarakan 2023 angka kejadian stroke infark berjumlah 260 pasien dan stroke hemoragic 95 pasien.
Stroke dapat mengakibatkan 80% kecacatan hemiplegia dan hemiparese. Hemiplegia merupakan kelumpuhan dari salah satu anggota tubuh, sedangkan hemiparese adalah kelemahan dari salah satu anggota tubuh. Sehingga mengakibatkan hilangnya koordinasi dan hilangnya kemampuan keseimbangan tubuh, Menurut Aprilia, (2017). Kelemahan otot penderita stroke akan mempengaruhi kontraksi otot. Kontraksi otot dikarenakan berkurangnya suplai darah ke otak, sehingga menghambat syaraf-syaraf utama otak dan medula spuinalis. Terhambatnya oksigen dan nutrisi ke otak menimbulkan masalah kesehatan yang serius karena bisa menimbulkan hemiparese sehingga gerak otot mengalami suatu penurunan funsi yang mengakibatkan masa otot berkurang.
Dengan demikian di perlukan terapi untuk meningkatkan kekuatan otot pada penderita stroke, terutama di bagian ekstremitas yang mengalami kelemahan yang dapat menghambat aktivitas seseorang Salah satu latihan yang bisa di lakukan yaitu dengan Range Of Motion (ROM) (Setiyawan et al., 2019).
Judul Jurnal
Efektivitas ROM (Range off Motion) terhadap Kekuatan Otot pada Pasien Stroke di Rumah Sakit Royal Prima Tahun 2021
3.2.
Abstrak
Kelemahan otot pada pasien stroke akan mempengaruhi kontraksi otot.
Kontraksi otot disebabkan berkurangnya suplai darah ke otak, sehingga menghalangi saraf utama otak dan sumsum tulang belakang.
3
Penyumbatan oksigen dan nutrisi ke otak menyebabkan masalah kesehatan yang serius karena dapat menyebabkan hemiparesis dan bahkan kematian. Kontrol otak untuk mengatur gerakan otot mengalami penurunan fungsi sehingga mengakibatkan berkurangnya massa otot.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas ROM (Range of Motion) terhadap kekuatan otot pada pasien stroke di Rumah Sakit Royal Prima Medan. Jenis penelitian ini menggunakan quasi eksperimental dengan satu kelompok pre-posttest dengan lembar observasi. Hasil sebelum melakukan latihan ROM, sebagian besar kekuatan otot responden berada pada skala 3 (67,9%) dan kekuatan otot minoritas berada pada skala 4 (10,7%). Setelah melakukan latihan ROM (Range of Motion) terjadi peningkatan kekuatan otot dimana mayoritas pada skala 4 adalah (45,5%) dan kekuatan otot minoritas berada pada skala 5 (30,0%). Analisis data dengan uji Wilcoxon diperoleh nilai p sebesar 0,004 <nilai alpha sebesar 0,05. Kesimpulannya adalah ada efektivitas ROM (Range of Motion) terhadap kekuatan otot pada pasien stroke di Rumah Sakit Royal Prima Medan pada tahun 2021. Bagi penderita stroke untuk dapat memanfaatkan dan melakukan latihan ROM (Range of Motion) sebagai alternatif yang bermanfaat bagi kesehatan, terutama untuk meningkatkan kekuatan otot.
Metode Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah penelitian ekperimen semu. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang mengalami stroke di Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan sebanyak 30 orang pada bulan Juli 2021. Besar sampel yang diambil dalam penelitian ini mengacu pada tehnik accidental sampling yaitu suatu metode penentuan sampel dengan mengambil responden yang kebetulan ada disuatu tempat penelitian. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 20 orang. Pengukuran variabel pada penelitian ini mengacuh pada angka terhadap kekuatan otot yang telah di tetapkan, sehingga dapat dilihat bahwasanya Efektivitas Latihan ROM tersebut dapat meningkatkan kekuatan otot pada pasien stroke.
Pengukuran kekuatan otot dalam penelitian ini menggunakan pengujian
otot secara manual yang disebut dengan MMT (manual muscle testing),
yang mana pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan otot
mengkontraksikan kelompok otot secara volunter. Pada penelitian ini
menggunakan untuk menguji antara pre dan post kekuatan otot pasien
dengan menggunakan uji Wilcoxon.
3.3.
Hasil Penelitian
Kekuatan Otot Sebelum Pelaksanaan ROM (Range of Motion). Berikut ini hasil analisis yang ditampilkan dalam distribusi frekwensi
Tabel 1. Kekuatan Otot Responden Sebelum dan Sesudah Pelaksaan ROM (Rangeof Motion) Kekuatan Otot
Berdasarkan table 1 sebelum melakukan latihan ROM (Range of Motion) didapatkan mayoritas kekutan responden pada skala 3 sebanyak (67,9%) dan minoritas kekuatan otot pada skala 4 sebanyak (10,7%). Sedangkan sesudah dilakukan latihan ROM (Range of Motion) didapatkan kenaikan tenaga otot dimana mayoritas tenaga otot pada skala 4 sebanyak (45,5) dan minoritas tenaga otot pasien di skala 5 sebanyak (30,0%)
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan kekuatanotot sebelum dilakukan latihan ROM didapatkan nilai minimal kekuatan otot yaitu pada skala 2 dan nilai maximal kekuatan otot pada skala 4 dengan nilai rata-rata 3,50. Sedangkan sesudah dilakukan ROM didapatkan peningkatan kekuatan otot dimana nilai minimal skala 2 dan nilai maximal pada skala 5 dengan nilai rata-rata 4,00
5
Berdasarkan table 3. didapatkan nilai rata-rata kekuatan otot sebelum dilakukan intervensi sebesar 3,50 dan rata-rata kekuatan otot sesudah dilakukan intervensi mengalami peningkatan menjadi sebesar 4,00 hasil analisa data menggunakan uji Wilcoxon didapat nilai p-value 0,004 atau < 0,05 dengan nila z tabel 2,887. Maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat Efektivitas ROM (Range of Motion) Terhadap Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke di Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan Tahun 2021.
3.4.
Pembahasan
Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke Sebelumdan Sesudah Pelaksaan ROM (Range of Motion)
Berdasarkan hasil tabel 1 dimana kekuatanotot sebelum dilakukan latihan ROM didapatkan nilai minimal kekuatan otot yaitu pada skala 2 dan nilai maximal kekuatan otot pada skala 4 dengan nilai rata-rata 3,50. Hal ini disebabkan karena pada penderita stroke memiliki komplikasi dan permasalahan yaitu terjadinya kelumpuhan separuh badan dan gangguan fungsional seperti gangguan gerak serta sensorik. Hal ini sesuai dengan konsep yang menyatakan bahwa gejala- gejala stroke yang umum terjadi adalah lumpuh sebelah/separuh badan (hemiparese), kesemutan, mulut mencong. Sehingga penderita stroke memiliki keterbatasan dalam melakukan pergerakan (Indrawati., dkk 2018).Sedangkan sesudah dilakukan ROM didapatkan peningkatan kekuatan otot dimananilai minimal 2 dan nilai maximal 5 dengan nilai rata – rata 4,00. Hal ini terdapat peningkatan kekuatan otot sesudah dilakukan intervensi.
Sesuai dengan konsep yang menyatakan Latihan ROM merupakan salah satu bentuk latihan dalam proses rehabilitasi yang dinilai masih cukup efektif untuk mencegah terjadinya kecacatan pada pasien dengan stroke. Secara konsep, Latihan ROM dikatakan dapat mencegah terjadinya penurunan fleksibelitas sendi dan kekakuan sendi (Lewis et al., 2017).
Hasil analisa data menggunakan uji Wilcoxon didapat nilai p value 0,004 atau < 0,05 dengan nilai z tabel 2,887. Maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat Efektivitas ROM (Range Of Motion) Terhadap Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke di Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan Tahun 2021. Pemberian latihan pasif ROM dapat meningkatkan kekuatan otot pada pasien stroke sebesar 83% pada nilai kekuatan otot 4 menurut hasil dari penelitian (Hutahaean et al., 2020). Begitu juga hasil penelitian Anggriani et al., (2018) yang menyatakan bahwa dengan pemberian latihan pasif ROM dapat meningkatkan kekuatan otot sebesar 52,2% dengan nilai 3. Beberapa penelitian menyatakan terapi fisik dapat meningkatkan kekuatan otot salah satunya adalah latihan ROM.
Range of Motion (ROM) jika dilakukan sedini mungkin dan dilakukan dengan benar dan secara terus- menerus akan memberikan dampak pada kekuatan otot. Latihan ROM ratarata dapat meningkatkan kekuatan otot serta pengaruh dari kekuatan otot. Pemberian metode range of motion aktif ini bertujuan untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot ototnya secara aktif atau mandiri sehingga menjadi lebih efektif dalam upaya meningkatkan kekuatan otot (Adriani & Sary, 2019). Dengan melakukan terapi ROM dua kali sehari, dalam lima hari pun terdapat peningkatan pergerakan sendi dari 64% menjadi 91%. Pernyataan ini ditemukan dalam penelitian Chasanah tahun 2017 dengan instrumen lembar observasi ROM (Chasanah et al., 2017).
Menurut penelitian studi kasus Basuki tahun 2018 dengan menggunakan instrumen lembar observasi ROM, menyatakan bahwa pelaksanaan terapi ROM pada pasien stroke dengan keluhan lemah otot dapat dilaksanakan pada hari keempat selama rawat inap (Basuki et al., 2018),
Menurut asumsi peneliti, pengaruh ROM pada pasien stroke terhadap peningkatan kekuatan otot dapat membuat pasien mengerti dan tahu cara berlatih dalam memberikan pergerakan baik otot, persendian yang sesuai dengan gerakan normal maupun secara aktif dan pasif saat melakukan kontraksi pergerakan. Pemberian latihan Range of Motion selama 2 minggu dan dilakukan 2 kali sehari dapat mempengaruhi luas derajat rentang gerak sendi ekstremitas atas. Latihan Range of Motion ini dapat dilakukan pada pagi hari dan sore hari
BAB III PENUTUP
1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan latihan range of motion pada pasein stroke mampu meningkatkan kekuatan otot pada pasien stroke yang mengalami kelemahan otot dengan hasil uji wilcoxon diperoleh nilai p value 0,004 <
nilai alpha 0,05. Menurut penulis latihan ROM (range of motion) berguna dalam meningkatkan kekuatan pada otot, dan mempertahankan fungsi pada jantung dan melatih pernafasan, sehingga dapat menghindari munculnya kontraktur serta kaku sendi
2.
Rekomendasi Tindak Lanjut
- Membuat jadwal Latihan ROM pada pasien dengan gangguan mobilitas fisik minimal 1x per hari
- Memberikan edukasi kepada keluarga penting Latihan ROM untuk meminimalisir kecacatan - Berkolaborasi dengan petugas rehab medik
3.
Referensi
Agustina, Retna Eva, dkk. 2021. Efektivitas Latihan Range Of Motion Cylindrical Grip Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas Atas Pada Pasien Stroke Non Hemoragik
7
diRuanga Syaraf RSUD Jend. Ahmad Yani Metro. Jurnal Cendika Muda. Volume 1,Nomor 4 desember 2021
Kristina L Silalahi, dkk 2021. Efektivitas ROM (Range off Motion) terhadap Kekuatan Otot pada Pasien Stroke di
Rumah Sakit Royal Prima Tahun 2021
Penerapan Latihan Range Of Motion (ROM) Untuk Meningkatkan Kekuatan Otot Pada Pasien Dengan Gangguan Mobilitas Fisik Akibat Stroke