• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Universitas Muhammadiyah Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Jurnal Universitas Muhammadiyah Jakarta"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

U N I V E R S I T A S M U H A M M A D I Y A H J A K A R T A

Volume 9 No.1 Januari 2017 ISSN : 2085 – 1669 e-ISSN : 2460 – 0288 Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/jurtek Email : [email protected]

ASSESMENT KINERJA PADA INDUSTRI MANUFAKTUR

(Studi Kasus pada Bagian QC Leather PT. DAK) Dimas Angga Kusumah1,*, Hana Catur Wahyuni2,*

1,2

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Jl. Raya Gelam 250, Candi, Sidoarjo-61217

*[email protected]

*[email protected]

ABSTRAK

PT. DAK adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri sepatu kulit ekspor yang ada di wilayah kabupaten sidoarjo. Pada bagian QC Leather PT. DAK sangat membutuhkan sistem pengukuran yang dapat menggambarkan kinerja secara keseluruhan dan dapat digunakan secara berkelanjutan. Selama ini bagian QC Leather PT. DAK melakukan pengukuran kinerja berdasarkan 1 aspek sehingga tidak dapat memberikan informasi tentang aspek lain yang dimiliki.

Penelitian ini menggunakan metode Performance Prism dan Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode Performance Prism merupakan metode penyempurna dari metode pengukuran kinerja yang sudah ada. Metode ini memberikan pengukuran kinerja secara keseluruhan yang berdasarkan kebutuhan dan keinginan dari semua stakeholder. Kemudian metode AHP digunakan dalam pengambilan keputusannya.

Dari hasil penelitian menggunakan metode performance prism pada departemen QC leather PT. DAK dihasilkan 48 KPI terdiri dari perspektif stakeholder satisfaction dengan 16 KPI, strategi dengan 6 KPI, proses dengan 6 KPI, kapabilitas dengan 6 KPI, dan Stakeholder contribution dengan 14 KPI. Kemudian dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dihasilkan perspektif stakeholder satisfaction dan stakeholder contribution adalah perspektif yang tingkat kepentinganya paling tinggi pada departemen QC. Leather PT. DAK. Dengan hasil pengukuran kinerja ini dapat dijadikan landasan pihak perusahaan untuk melakukan perbaikan demi menghasilkan kinerja yang optimal.

Kata kunci: Performance Prism, AHP, KPI

ABSTRACT

PT. DAK is a company that engage in industrial export of leather shoes in Sidoarjo. The QC Leather division of PT. DAK is in need of a measurement system that can describe overall performance and it can use on an ongoing basis. During this time, the QC Leather division of PT.

DAK was doing measurement based on 1 aspect so it can not provide the information about other aspects.

(2)

This research use Performance Prism and Analytical Hierarchy Process (AHP) method.

Performance Prism method is the complement method of the measurement method that already exist.

This method gives an overall performance measurement based on the needs and desires of all stakeholder. Then AHP method used in the decision making.

From the result of research by using the performance prism method at the QC leather department of PT. DAK is obtained 48 KPIs, consisting of perspective stakeholder satisfaction with 16 KPIs, strategy with 6 KPIs, process with 6 KPIs, capability with 6 KPIs, and stakeholder contribution with 14 KPIs. Then, using Analytical Hierarchy Process (AHP) method, perspective of stakeholder satisfaction and stakeholder contribution is perspective with the highest level of importance in the QC department Leather PT. DAK. With the result of performance measurement can be used as a reference the company to make improvements in order to obtain optimal performance.

Keywords: Performance Prism, Analytical Hierarchy Process (AHP), Key Performance Indicator (KPI), Stakeholder Satisfaction, Stakeholder Contribution.

PENDAHULUAN

PT. DAK merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri sepatu kulit ekspor di wilayah kabupaten sidoarjo.

Seperti pada umumnya perusahaan yang terdiri dari beberapa departemen, salah satunya adalah departemen QC Leather yang merupakan salah satu bagian yang sangat penting bagi PT. DAK. Sistem pengukuran kinerja pada departemen QC Leather selama ini hanya berdasarkan satu aspek saja yaitu jumlah kulit yang mampu di hasilkan karyawan melalui proses grading. Baik dan buruk kinerja didasarkan pada terpenuhi atau tidaknya target dalam jangka waktu tertentu.

Sehingga dengan sistem pengukuran kinerja berdasarkan satu aspek tersebut departemen QC Leather dianggap tidak mampu mengukur aset tidak berwujud yang dimiliki seperti sumber daya manusia dan tingkat kepuasan karyawan.

Di pilihlah metode Performance Prism sebagai metode yang terbaik yang dapat memberikan solusi dari permasalahan yang ada pada departemen QC Leather. Performance Prism adalah penyempurna dari metode pengukuran kinerja yang sudah ada sebelumnya. Performance Prism merupakan metode yang digunakan untuk mengukur kinerja organisasi dari semua persepsi stakeholder organisasi (Sukwadi, 2013).

Filosofi Performance Prism berasal dari sebuah bangun 3 dimensi yaitu prisma lima sisi yaitu pada sisi atas adalah kepuasan dari pemegang kepentingan dan pada sisi bawah adalah kontribusi dari pemegang kepentingan.

Untuk ketiga sisi lainya adalah strategi, proses,

dan kapabilitas. Terdapat lima pertanyaan yang mendasari metode Performance Prism adalah sebagai berikut :

a. Stakeholder Satisfaction : Siapa yang menjadi stakeholder kunci dan apa yang mereka inginkan dan butuhkan?

b. Strategy : Strategi apa yang sebaiknya di terapkan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan stakeholder?

c. Process : Proses kritis apa yang dibutuhkan untuk menjalankan strategi tersebut?

d. Capability : Kemampuan apa yang harus kita lakukan untuk meningkatkan proses tersebut?

e. Stakeholder contribution : Kontribusi apa dari stakeholder yang dibutuhkan apabila akan mengembangkan kemampuan tersebut?

Kemudian dalam penerapanya di kombinasikan dengan Analytical Hierarchy Process (AHP). Thomas L. Saaty menyatakan metode Analytic Hierarchy Process adalah metode yang dalam prosesnya didasarkan pada teori menyusun hirarki, menentukan prioritas, dan konsistensi yang logis. Metode AHP digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang terdiri dari berbagai macam atribut dan komplek yang dimana fungsi dari metode ini adalah sebagai alat pengambil keputusan.

Beberapa permasalahan yang dapat diselesaikan dengan AHP antara lain pengambilan keputusan terkait dengan kriteria teknologi (Cahyono dkk, 2015), kriteria kecanggihan tenaga kerja (Wahyuni dkk, 2009). Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode Analytical Hierarchy Process diawali dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :

(3)

1. Menyusun hirarki dari permasalahan yang sedang di hadapi. Permasalahan yang akan diselesaikan, di uraikan menjadi kriteria dan alternatif yang kemudian disusun menjadi struktur hirarki.

2. Melakukan penilaian kriteria dan alternatif dengan menggunakan perbandingan berpasangan dengan menggunakan skala perbandingan. Skala perbandingan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 Skala Perbandingan Berpasangan (Hartati, 2012)

Intensitas

Kepentingan Keterangan 1 Sama pentingnya. Dua

elemen mempunyai kontribusi yang sama pada sasaran.

3 Suatu elemen mempunyai kepentingan yang sedikit lebih kuat dibandingkan elemen yang lainya dalam kerangka pencapaian sasaran.

5 Elemen yang satu lebih kuat dari pada elemen yang lainya

7 Satu elemen sangat lebih kuat dari pada elemen yang lainya

9 Satu elemen mempunyai kepentingan yang dominan dari pada elemen yang lainya

2,4,6,8 Nilai-nilai yang berada di antara nilai-nilai yang telah disebutkan sebelumnya 3. Melakukan penentuan bobot prioritas

pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk mendapatkan keseluruhan prioritas

4. Selanjutnya menentukan konsistensi logis.

Dalam membuat keputusan penting untuk mengetahui seberapa baik konsistensinya, karena tidak mungkin mengambil keputusan dengan pertimbangan dengan tingkat konsistensi yang rendah. Hal-hal yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Mengalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen pertama, nilai pada kolom kedua dengan

prioritas relatif elemen kedua, dan seterusnya.

2. Menjumlahkan baris pertama dan seterusnya.

3. Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan elemen prioritas relatif yang bersangkutan yang disebut egien value.

4. Menjumlahkan hasil bagi di atas dengan banyaknya elemen yang ada, hasilnya disebut λ maks.

5. Kemudian menghitung Consistency Index (CI) dengan persamaan sebagai berikut:

1 max

  N CIN

(1)

Keterangan:

λmax :nilai maksimum dari nilai eigen matrik yang bersangkutan.

N :jumlah elemen yang

dibandingkan.

6. Menghitung rasio konsistensi / Consistency Ratio (CR) dengan persamaan sebagai berikut:

RI

CRCI (2)

Keterangan:

CI : Consistency Index RI : Random Index

Dimana dalam penentuan nilai dari random index diperlukan daftar indeks random konsistensi. Daftar random index konsistensi dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Daftar Random Index Konsistensi (Muhardono, 2014)

Urutan Matriks

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

( RI ) 0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49

Untuk metode AHP matrik perbandingan dapat diterima jika nilai rasio inkonsistensi ≤ 0,1, jika tidak berarti penilaian yang telah diperbuat mungkin dilakukan secara random dan perlu di perbaiki.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskas, maka dapat dirumuskan

(4)

permasalahan sebagai berikut “Bagaimana rancangan pengukuran kinerja pada departemen QC Leather PT. DAK dengan menggunakan metode Performance Prism dan Analytical Hierarchy Process (AHP)”.

Adapun tujuan yang ingin diwujudkan penulis dalam penelitian mengenai pengukuran kinerja ini adalah:

1. Menentukan Key Performance Indicator (KPI) berdasarkan 5 perspektif Performance Prism pada departemen QC Leather PT. DAK.

2. Menentukan bobot dari masing – masing KPI melalui metode Analytical Hierarchy Process (AHP).

3. Menentukan tingkat kepentingan tertinggi dari 5 perspektif Performance Prism untuk bahan perbaikan.

METODE PENELITIAN

Tahap dalam pengolahan data sebagai berikut :

a. Identifikasi Stakeholder Kunci Perusahaan, Dalam tahap ini dilakukan dengan mengidentifikasi siapa saja yang menjadi stakeholder kunci dari departemen QC Leather PT. DAK.

b. Identifikasi 5 Perspektif Performance Prism Pada perusahaan, Tahapan ini dilakukan dengan mengidentifikasi 5 perspektif Performance Prism dengan 5 pertanyaan kunci untuk masing-masing kelompok stakeholder departemen QC Leather PT. DAK.

c. Identifikasi Key Performance Indicator (KPI), Tahapan ini dilakukan dengan cara menyusun Key Performance Indicator (KPI) dan wawancara dengan para stakeholder yang telah ditentukan berdasarkan Performance Prism. Sebagai verifikasi KPI yang telah disusun, dilakukan diskusi kembali dengan pihak yang berkompeten untuk memastikan KPI yang disusun tersebut dapat diterapkan.

d. Pembobotan Key Performance Indicator (KPI), Key Performance Indicator yang telah disusun kemudian di buat menjadi kuisoner yang kemudian diberikan kepada karyawan departemen QC Leather PT.

DAK untuk diberikan bobot. Hasil bobot yang sudah diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk menentukan tingkat kepentinganya. Dalam perhitunganya dapat

dilakukan dengan cara manual yaitu dengan menggunakan Microsoft Excel.

e. Analisis Hasil, Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menganalisa hasil atau output yang dihasilkan dari proses pengolahan data. Indikator-indikator yang memerlukan perbaikan akan dievaluasi untuk segera diperbaiki.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembobotan dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pembobotan antar stakeholder, pembobotan antar perspektif performance prism, dan pembobotan antar KPI dari masing- masing perspektif. Responden yang dipilih adalah manager bagian dari departemen QC Leather PT. DAK karena mempunyai tanggung jawab manajerial terhadap departemen QC Leather PT. DAK.

Pembobotan Antar Stakeholder

Pembobotan antar stakeholder dilakukan untuk menentukan tingkat kepentingan dari masing - masing stakeholder.

Hasil dari pembobotan antar stakeholder dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3 Hasil Pembobotan Antar Stakeholder

Stakeholder PP K P

PP 1 3 5

K 0,33 1 3

P 0,2 0,33 1

Total 1,53 4,33 9

Keterangan:

PP : Pemilik Perusahaan

K : Karyawan

P : Pemasok

Setelah dilakukan pembobotan, kemudian dilakukan proses perhitungan normalisasi. Proses normalisasi dapat dilakukan dengan cara dibawah ini:

a. Perhitungan normalisasi = Nilai elemen kolom / Jumlah nilai elemen kolom.

Normalisasi Elemen PP= 1 / 1,53 = 0,65 Untuk elemen berikutnya dilakukan dengan cara perhitungan yang sama.

b. Perhitungan bobot prioritas = Jumlah nilai elemen baris / Jumlah elemen.

Bobot prioritas elemen PP = 1,90 / 3 = 0,63 Untuk elemen berikutnya dilakukan dengan cara perhitungan yang sama.

(5)

c. Perhitungan Eigen Value = Jumlah nilai elemen baris / bobot prioritas

Eigen Value elemen PP = 1,90 / 0,63 =3 Untuk elemen berikutnya dilakukan dengan cara perhitungan yang sama.

Hasil keseluruhan perhitungan normalisasi dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4 Hasil Perhitungan Normalisasi

Stakeholde

r PP K P Total Bobot Eigen

Value

PP 0,65 0,69 0,56 1,90 0,63 3

K 0,22 0,23 0,33 0,78 0,26 3

P 0,13 0,08 0,11 0,32 0,11 3

Total 1 1 1 3 1 9

Nilai λ max = Total eigen value / Total elemen = 9 / 3

= 3

Nilai CI = λ max-N / N-1 = (3-3)/(3-1) = 0

Nilai CR = CI / RI (Random Index) = 0 / 0,58 = 0,00

Dari tabel 4 di dapatkan bahwa tingkat kepentingan stakeholder investor memiliki tingkat kepentingan paling tinggi dengan bobot sebesar 0,63. Karena nilai CR < 0,1 maka nilai perbandingan berpasangan dapat diterima.

Pembobotan Antar Perspektif Performance Prism

Pembobotan antar perspektif performance prism dilakukan untuk menentukan tingkat kepentingan dari masing- masing perspektif performance prism. Hasil pembobotan antar perspektif Performance Prism dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5 Hasil Pembobotan Antar Perspektif Performance Prism

Kriteria SS SC S P C Bobot CR

SS 1 1 3 5 3 0,33

0,00

SC 1 1 3 5 3 0,33

S 0,33 0,33 1 3 5 0,18

P 0,2 0,2 0,33 1 3 0,09

C 0,33 0,33 0,2 0,33 1 0,07

Total 2,86 2,86 7,53 14,33 15 1

Keterangan:

SS : Stakeholder Satisfaction SC : Stakeholder Contribution S : Strategy

P : Process C : Cabability

Dari tabel 5 di dapatkan bahwa tingkat kepentingan kriteria stakeholder satisfaction dan stakeholder contribution memiliki tingkat kepentingan paling tinggi dengan bobot sebesar 0,33. Karena nilai CR < 0,1 maka nilai perbandingan

berpasangan dapat diterima.

Pembobotan Antar KPI Perspektif Performance Prism

Pembobotan antar KPI perspektif performance prism dilakukan untuk menentukan tingkat kepentingan KPI dari masing-masing perspektif setiap stakeholder.

Berikut ini adalah hasil pembobotan antar KPI perspektif performance prism setiap stakeholder :

Tabel 6 Hasil Pembobotan Antar KPI Stakeholder Satisfaction (Pemilik perusahaan)

KPI A1 A2 A3 A4 A5 Bobot

Rasio konsistensi

(CR)

A1 1 1 0,33 0,2 0,33 0,08

0,00

A2 1 1 3 0,33 0,33 0,13

A3 3 0,33 1 0,33 0,2 0,10

A4 5 3 3 1 0,33 0,27

A5 3 3 5 3 1 0,41

Keterangan:

A1 : Peningkatan keuntungan A2 : Kemudahan mengontrol dan

mengevaluasi perusahaan A3 : Minimasi biaya operasional

A4 : Pekerjaan karyawan yang efektif dan efisien

A5 : Peningkatan skill karyawan

Dari tabel 6 di dapatkan bahwa tingkat kepentingan KPI Peningkatan skill karyawan memiliki tingkat kepentingan paling tinggi dengan bobot 0,41. Karena nilai CR <

0,1 maka nilai perbandingan berpasangan dapat diterima.

Tabel 7 Hasil Pembobotan antar KPI Stakeholder Satisfaction (Karyawan)

(6)

KPI B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 Bobot Rasio konsistensi

(CR) B1 1 0,14 0,14 0,2 0,33 1 0,14 0,03

0,00

B2 7 1 1 3 3 3 1 0,22

B3 7 1 1 3 3 3 1 0,22

B4 5 0,33 0,33 1 3 1 0,2 0,10

B5 3 0,33 0,33 0,33 1 5 0,2 0,09

B6 1 0,33 0,33 1 0,2 1 0,2 0,06

B7 7 1 1 5 5 5 1 0,28

Keterangan:

B1 : Pelatihan skill karyawan B2 : Jaminan hari tua

B3 : Pemberian tunjangan atau bonus karyawan

B4 : Penghargaan kerja berupa jenjang karir B5 : Kondisi kerja yang nyaman

B6 : Keluhan karyawan lebih diperhatikan B7 : Jaminan kesehatan

` Dari tabel 7 di dapatkan bahwa tingkat kepentingan KPI jaminan kesehatan memiliki tingkat kepentingan paling tinggi dengan bobot sebesar 0,28. Karena nilai CR <

0,1 maka nilai perbandingan berpasangan dapat diterima.

Tabel 8 Hasil Pembobotan Antar KPI Stakeholder Satisfaction (Pemasok)

KPI C1 C2 C3 C4 Bobot

Rasio konsistensi

(CR)

C1 1 5 0,2 1 0,21

0,00 C2 0,2 1 0,33 0,33 0,09

C3 5 3 1 3 0,51

C4 1 3 0,33 1 0,19

Keterangan:

C1 : Pembayaran tepat waktu

C2 : Administrasi yang mudah dan cepat C3 : Keberlangsungan kerja sama yang baik

dan lama

C4 : Keuntungan yang banyak

Dari tabel 8 di dapatkan bahwa tingkat kepentingan KPI keberlangsungan kerja sama yang baik dan lama memiliki tingkat kepentingan paling tinggi dengan bobot

sebesar 0,51. Karena nilai CR < 0,1 maka nilai perbandingan berpasangan dapat diterima.

Tabel 9 Hasil Pembobotan Antar KPI

Strategi (Pemilik Perusahaan)

KPI D1 D2 Bobot

Rasio konsistensi

(CR) D1 1 0,2 0,17

0,00

D2 5 1 0,83

Keterangan:

D1 : Pemanfaatan aset perusahaaan secara optimal untuk memajukan perusahaan D2 : Penggunaan sistem komputerisasi untuk

pengontrolan perusahaan

Dari tabel 9 di dapatkan bahwa tingkat kepentingan KPI penggunaan sistem komputerisasi untuk pengontrolan perusahaan memiliki tingkat kepentingan paling tinggi dengan bobot sebesar 0,83. Karena nilai CR <

0,1 maka nilai perbandingan berpasangan dapat diterima.

Tabel 10 Hasil Pembobotan Antar KPI

Strategi (Karyawan)

KPI E1 E2 Bobot Rasio konsistensi (CR) E1 1 0,33 0,25

0,00

E2 3 1 0,75

Keterangan:

E1 :Perbaikan kinerja dan loyalitas karyawan untuk kemajuan perusahaan

E2 : Perbaikan kondisi tempat kerja untuk meningkatkan kenyamanan karyawan

Dari tabel 10 di dapatkan bahwa tingkat kepentingan KPI perbaikan kondisi tempat kerja untuk meningkatkan kenyamanan karyawan memiliki tingkat kepentingan paling tinggi dengan bobot sebesar 0,75. Karena nilai CR < 0,1 maka nilai perbandingan berpasangan dapat diterima.

Tabel 11 Hasil Pembobotan Antar KPI Strategi (Pemasok)

(7)

KPI F1 F2 Bobot Rasio konsistensi (CR) F1 1 0,33 0,25

0,00

F2 3 1 0,75

Keterangan:

F1 : Pengontrolan kerja pemasok secara berkelanjutan

F2 : Menjaga komunikasi dengan pemasok untuk memudahkan kerja sama dan meningkatkan kepercayaan antar perusahaan dan pemasok.

Dari tabel 11 di dapatkan bahwa tingkat kepentingan KPI menjaga komunikasi dengan pemasok untuk memudahkan kerja sama dan meningkatkan kepercayaan antar perusahaan dan pemasok memiliki tingkat kepentingan paling tinggi dengan bobot sebesar 0,75. Karena nilai CR < 0,1 maka nilai perbandingan berpasangan dapat diterima.

Tabel 12 Hasil Pembobotan Antar KPI Proses (Pemilik Perusahaan)

KPI G1 G2 Bobot Rasio konsistensi (CR) G1 1 0,33 0,25

G2 3 1 0,75 0,00

Keterangan:

G1 : Merencanakan pengembangan perusahaan yang strategis

G2 : Informasi data yang akurat dan teratur Dari tabel 12 di dapatkan bahwa tingkat kepentingan KPI informasi data yang akurat dan teratur memiliki tingkat kepentingan paling tinggi dengan bobot sebesar 0,75. Karena nilai CR < 0,1 maka nilai perbandingan berpasangan dapat diterima.

Tabel 13 Hasil Pembobotan Antar KPI

Proses (karyawan)

KPI H1 H2 Bobot Rasio konsistensi (CR)

H1 1 5 0,83

0,00 H2 0,2 1 0,17

Keterangan:

H1 : Pemberian sangsi untuk meningkatkan kedisiplinan kerja dan pemberian penghargaan untuk karyawan berprestasi H2 : Komunikasi antara atasan dan bawahan

yang baik

Dari tabel 13 di dapatkan bahwa tingkat kepentingan KPI pemberian sangsi untuk meningkatkan kedisiplinan kerja dan pemberian penghargaan untuk karyawan berprestasi memiliki tingkat kepentingan paling tinggi dengan bobot sebesar 0,83.

Karena nilai CR < 0,1 maka nilai perbandingan berpasangan dapat diterima.

Tabel 14 Hasil Pembobotan Antar KPI Proses (Pemasok)

KPI I1 I2 Bobot Rasio konsistensi (CR)

I1 1 5 0,83

I2 0,2 1 0,17 0,00

Keterangan:

I1 : Adanya kesepakatan standart kualitas produk untuk menjaga kualitas layanan I2 : Melakukan pemesanan secara terencana

dan pasti

Dari tabel 14 di dapatkan bahwa tingkat kepentingan KPI adanya kesepakatan standart kualitas produk untuk menjaga kualitas layanan memiliki tingkat kepentingan paling tinggi dengan bobot sebesar 0,83.

Karena nilai CR < 0,1 maka nilai perbandingan berpasangan dapat diterima.

Tabel 15 Hasil Pembobotan Antar KPI Kapabilitas (Pemilik Perusahaan)

KPI J1 J2 Bobot Rasio konsistensi (CR)

J1 1 3 0,75

0,00 J2 0,33 1 0,25

Keterangan:

J1 : Sistem informasi yang baik dan terpercaya J2 : Semua informasi terdokumentasi

Dari tabel 15 di dapatkan bahwa tingkat kepentingan KPI sistem informasi yang baik dan terpercaya memiliki tingkat kepentingan paling tinggi dengan bobot sebesar 0,75. Karena nilai CR < 0,1 maka nilai perbandingan berpasangan dapat diterima.

(8)

Tabel 16 Hasil Pembobotan Antar KPI Kapabilitas (karyawan)

KPI K1 K2 Bobot Rasio konsistensi (CR)

K1 1 5 0,83

0,00 K2 0,2 1 0,17

Keterangan:

K1 : Penyediaan kesempatan jenjang karir yang terbuka

K2 : Perhatian terhadap keluhan karyawan Dari tabel 16 di dapatkan bahwa tingkat kepentingan KPI Penyediaan kesempatan jenjang karir yang terbuka memiliki tingkat kepentingan paling tinggi dengan bobot sebesar 0,83. Karena nilai CR <

0,1 maka nilai perbandingan berpasangan dapat diterima

.

Tabel 17 Hasil Pembobotan Antar KPI Kapabilitas (Pemasok)

KPI L1 L2 Bobot

L1 1 3 0,75

L2 0,33 1 0,25

Keterangan:

L1 : Pengecekan kualitas produk pesanan L2 : Memberikan informasi secara baik

Dari tabel 17 di dapatkan bahwa tingkat kepentingan KPI Pengecekan kualitas produk pesanan memiliki tingkat kepentingan paling tinggi dengan bobot sebesar 0,75.

Karena nilai CR < 0,1 maka nilai perbandingan berpasangan dapat diterima.

Tabel 18 Hasil Pembobotan Antar KPI Stakeholder Contribution (Pemilik Perusahaan)

KPI M1 M2 M3 M4 M5 M6 Bobot

Rasio konsistensi

(CR)

M1 1 1 7 9 3 3 0,37

0,00

M2 1 1 3 3 0,33 0,33 0,14

M3 0,14 0,33 1 3 0,33 0,33 0,06

M4 0,11 0,33 0,33 1 0,2 0,2 0,03

M5 0,33 3 3 5 1 1 0,19

M6 0,33 3 3 5 1 1 0,19

Keterangan:

M1 : Menyediakan modal

M2 : Menyediakan tempat kerja yang nyaman M3 : Memberikan pelatihan skill karyawan M4 : Memberikan penghargaan kepada

karyawan berprestasi

M5 : Memberikan jaminan kesehatan dan jaminan hari tua

M6 : Memberikan tunjangan atau bonus karyawan

Dari table 18 di dapatkan bahwa tingkat kepentingan KPI menyediakan modal memiliki tingkat kepentingan paling tinggi dengan bobot sebesar 0,37. Karena nilai CR <

0,1 maka nilai perbandingan berpasangan dapat diterima.

Tabel 19 Hasil Pembobotan Antar KPI Stakeholder Contribution (karyawan)

KPI N1 N2 N3 N4 N5 Bobot Rasio konsistensi

(CR)

N1 1 1 1 3 0,33 0,16

0,00

N2 1 1 1 5 0,33 0,18

N3 1 1 1 5 0,33 0,18

N4 0,33 0,2 0,2 1 1 0,10

N5 3 3 3 1 1 0,37

Keterangan:

N1 : Bekerja secara efektif dan efisien N2 : Tingkat absen kerja yang rendah N3 : Datang ketempat kerja tepat waktu N4 : Menjaga keamanan dan ketertiban tempat

kerja

N5 : Bekerja disiplin sesuai aturan

Dari tabel 19 di dapatkan bahwa tingkat kepentingan KPI bekerja disiplin sesuai aturan memiliki tingkat kepentingan paling tinggi dengan bobot sebesar 0,37. Karena nilai CR < 0,1 maka nilai perbandingan berpasangan dapat diterima

(9)

Tabel 20 Hasil Pembobotan Antar KPI Stakeholder Contribution (supplier)

KPI O1 O2 O3 Bobot

Rasio konsistensi

(CR) O1 1 1 0,33 0,20

O2 1 1 0,33 0,20 0,00

O3 3 3 1 0,60

Keterangan:

O1 : Melakukan pengiriman tepat waktu O2 : Melakukan pengiriman sesuai jumlah

kesepakatan

O3 : Melakukan pengiriman secara baik dan sesuai standart pengiriman

Dari table 20 di dapatkan bahwa tingkat kepentingan KPI Melakukan pengiriman secara baik dan sesuai standart pengiriman memiliki tingkat kepentingan paling tinggi dengan bobot sebesar 0,60.

Karena nilai CR < 0,1 maka nilai perbandingan berpasangan dapat diterima.

1. Struktur Hierarki Bobot KPI

Dari hasil pembobotan KPI yang sudah dilakukan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) diatas, kemudian dilakukan pembuatan struktur hierarki bobot dari KPI departemen QC Leather berdasarkan hasil yang sudah diperoleh. Struktur hierarki bobot dari Key Performance Prism (KPI) departemen QC Leather PT. DAK dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1 Struktur Hierarki Bobot KPI Departemen QC Leather PT. DAK

(10)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja pada departemen QC Leather PT. DAK yang mengacu pada tujuan penelitian didapatkan kesimpulan bahwa Key Performance Indicator (KPI) pada departemen QC Leather PT. DAK adalah 48 KPI yang terdiri dari perspektif stakeholder satisfaction terdapat 16 KPI yang terdiri dari pemilik perusahaan 5 KPI, karyawan 7 KPI, pemasok 4 KPI. Untuk perspektif strategi terdapat 6 KPI yang terdiri dari pemilik perusahaan 2 KPI, karyawan 2 KPI, pemasok 2 KPI. Perspektif proses terdapat 6 KPI yang terdiri dari pemilik perusahaan 2 KPI, karyawan 2 KPI, pemasok 2 KPI. Untuk perspektif kapabilitas terdapat 6 KPI yang terdiri dari pemilik perusahaan 2 KPI, karyawan 2 KPI, pemasok 2 KPI. Kemudian untuk perspektif stakeholder contribution terdapat 14 KPI yang terdiri dari pemilik perusahaan 6 KPI, karyawan 5 KPI, pemasok 3 KPI.

Dari hasil pembobotan yang dilakukan dengan menggunakan metode AHP diketahui tingkat kepentingan stakeholder pemilik perusahaan adalah yang tertinggi dengan bobot sebesar 0,63. Kemudian untuk perspektif stakeholder satisfaction mempunyai bobot sebesar 0,33, perspektif strategi mempunyai bobot sebesar 0,18, perspektif proses mempunyai bobot sebesar 0,09,

perspektif kapabilitas mempunyai bobot sebesar 0,07, perspektif stakeholder contribution mempunyai bobot sebesar 0,33.

Perspektif stakeholder satisfaction dan stakeholder contribution adalah perspektif yang mempunyai tingkat kepentingan yang paling tinggi dengan bobot masing-masing 0,33 dan dapat dikatakan seimbang. Dengan hasil tersebut departemen QC Leather PT.

DAK dapat melakukan perbaikan dengan cara menjalankan strategi-strategi yang telah ditentukan agar kepuasan dan kontribusi stakeholder tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono E.,D, Wahyuni H.C, 2015, Penilaian Teknologi Menggunakan Analytical Hierarchy Process Dan Teknometrik Di Departemen Produksi, Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 14, No. 2, Hal 122-129, Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Sidoarjo.

Hartati, Sri, Nugroho, Adi, 2012, Sistem Pendukung Keputusan Berbasis AHP (Analytical Hierarchy Process Untuk Penentuan Kesesuaian Penggunaan

Lahan (Studi Kasus : Kabupaten Semarang), Jurnal Informatika, Vol.

6, No. 2, Hal 630-641, Semarang.

(11)

Muhardono, Ari, Isnanto, R.Rizal, 2014, Penerapan Metode AHP Dan Fuzzy Topsis Untuk Sistem Pendukung Keputusan Promosi Jabatan, Jurnal Sistem Informasi Bisnis, No. 2, Hal 108-115, Universitas Pekalongan, Pekalongan.

Saaty, Thomas L, Vargas, Luis G, 2012, Model, Methode, Concepts &

Applications of The Analytic Hierarchy Process, Springer, New York.

Sukwadi, Ronald, 2013, Penerapan Performance Prism Sebagai Alat Ukur Kinerja Kebun Binatang, Jurnal Teknologi, Vol. 6, No. 2, Hal 131-138, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta.

Wahyuni H.C, Ciptomulyono U, Supriyanto H, 2009, Analisa Tingkat Kecanggihan Humanware Dengan Pendekatan Teknometrik Di Pabrik Gula Candi Baru Sidoarjo, Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi x, Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya.

Referensi

Dokumen terkait

Teknik Brithing Ball Penurunan Bagian Bawah Janin Total H I H II H III H IV Sebelum 1 11 4 0 16 6% 69% 25% 0% 100% Setelah 0 0 10 6 16 0% 0% 63% 37% 100% Berdasarkan tabel 4 di