• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN "

Copied!
56
0
0

Teks penuh

Misalnya naskah drama dapat diubah ke dalam bentuk prosa atau sebaliknya dari bentuk prosa menjadi bentuk naskah drama. Dalam penelitian ini fokus pembahasannya adalah pada konversi naskah drama ke dalam bentuk prosa. Supratia pada tahun 1999, dengan judul penelitian “Tingkat Kemahiran Siswa Kelas I SMP Negeri 15 Makassar dalam Mengubah Naskah Percakapan Drama ke Bentuk Prosa”.

Adrian pada tahun 2007, dengan judul penelitian “Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Pamboang dalam Mengubah Naskah Drama Percakapan Menjadi Bentuk Prosa Naratif”. Kemampuan siswa Kelas VIII SMP Negeri I Bontolempangan Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa mengubah naskah dialog drama ke dalam bentuk prosa. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dan untuk lebih memandu penelitian, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Bagaimana tingkat kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri I Bontolempangan Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa dalam mengubah naskah drama percakapan menjadi bentuk prosa?"

Secara singkat penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang timbul yaitu untuk mengetahui tingkat keterampilan siswa Kelas VIII SMP Negeri I Bontolempangan Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa dalam mengkonversi naskah drama percakapan ke dalam bentuk prosa. Sebagai informasi dasar tentang keterampilan menulis siswa kelas VIII SMP Negeri I Bontolempangan Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa dalam mengubah bentuk sastra satu ke bentuk sastra lainnya khususnya mengubah naskah percakapan drama ke dalam bentuk prosa.

Ciri-ciri Karya Sastra

Ciri-ciri karya sastra yang memerlukan nilai seni dapat dikatakan tidak ada masalah, semua karya sastra pasti mempunyai nilai seni atau estetika. Namun dalam dua hal lainnya, yakni sifat imajiner dan penggunaan bahasa, sastra perlu diklasifikasi. Bedanya dengan bentuk karya sastra lainnya, drama bukan sekedar teks yang dipentaskan, diperankan, diperankan.

Secara umum drama adalah suatu kualitas komunikasi, situasi, tindakan (segala sesuatu yang terlibat dalam pertunjukan) yang menimbulkan perhatian, kegembiraan dan ketegangan pada pendengar atau penontonnya. Lebih lanjut menurut Sumadjo (1985), drama adalah karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dengan maksud untuk dipentaskan. Definisi lain dikemukakan oleh Moeliono (1990), bahwa drama adalah suatu gubahan puisi atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan tokoh melalui tingkah laku yang dipentaskan (akting) dan dialog.

Drama adalah suatu bentuk seni yang mencoba mengungkapkan sesuatu tentang kehidupan manusia melalui gerakan atau tindakan dan percakapan atau dialog. Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa drama diartikan sebagai suatu karya sastra yang berbentuk cerita, dirangkai dalam bentuk dialog, yang memuat potret kisah kehidupan manusia yang akan dipentaskan atau dibacakan.

Unsur-unsur Drama

Berdasarkan uraian di atas, Tarigan (1985) menyimpulkan bahwa jika kita berbicara tentang drama, kita akan selalu menjumpai istilah text play, repertory theater. Mereka hanya diberikan garis besar cerita yang akan disajikan dan secara spontan mendiskusikan garis besar tersebut sebelum naik ke panggung. Namun peristiwa kemudian berkembang sehingga pada akhirnya dialog yang dibawakan berdasarkan naskah yang telah disiapkan sebelumnya.

Naskah drama tidak ditulis khusus untuk dibaca seperti novel atau cerita pendek, namun lebih dari itu. Dalam membuat naskah drama, pertimbangan diberikan pada kemungkinan menerjemahkan naskah ke dalam unsur penglihatan, suara, dan gerak. Jika ada bagian yang tidak berdialog, yaitu bagian yang biasa ditulis dalam tanda kurung disebut kaamangung, sedangkan dialog biasanya ditulis atau diketik dengan bebas tidak diberi tanda kurung.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Poerwardarminta, 1984), drama berarti lakon (tragedi, komedi, dan sebagainya) yang dipentaskan. Sandiwara yang berasal dari bahasa Jawa terdiri dari dua kata yaitu “sandi” yang berarti rahasia atau samar dan “wara”. Di Indonesia sebelum abad ke-20, belum ada naskah atau pertunjukan, yang ada hanya cerita yang disajikan secara lisan.

Kelompok profesional tidak menggunakan naskah, organisasi amatir tetap menggunakan naskah, tetapi mengabaikan penulis, pengadaptasi, dan penyalin. Belakangan ini tak heran jika bermunculan drama-drama yang tidak menggunakan dialog lisan melainkan dibawakan dengan gerakan.

Pengertian dan Jenis-jenis Prosa

-Belakangan ini tidak heran jika banyak bermunculan drama-drama yang tidak menggunakan dialog lisan, melainkan dibawakan dengan gerakan. Dari pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa prosa adalah tulisan bebas yang mengungkapkan pengalaman batin pengarangnya terhadap permasalahan kehidupan dalam bentuk dan segi. Agar penulis mengetahui jenis esai yang ditulisnya, berikut beberapa pendapat mengenai pembagian jenis esai.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penjelasan, deskripsi, narasi dan argumentasi lazim dikenal dalam pengajaran bahasa Indonesia di sekolah. Oleh karena itu pembahasan berikut berfokus pada wacana naratif dan hal-hal yang berkaitan dengan wacana tersebut. Menurut Tarigan (1985), wacana adalah satuan kebahasaan yang paling lengkap dan tertinggi atau terbesar atas kalimat atau klausa yang mempunyai koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan, mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan atau tulisan.

Wacana pada dasarnya tidak lain hanyalah pernyataan dan perasaan mengenai objek atau situasi yang nyata atau diharapkan atau dicita-citakan, dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alatnya. Keadaan demikian memerlukan penyajian yang cermat, teratur, dan jelas agar maksud pengarang dapat dipahami oleh pembaca. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan wacana adalah subjek yang memuat sekumpulan preposisi yang dihubungkan satu sama lain sehingga menghasilkan rasa keterpaduan atau koherensi.

Wacana naratif merupakan suatu bentuk wacana yang berupaya menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi sejelas-jelasnya kepada pembaca. Topik atau tema umum yang menjadi sumber ide yang paling mudah digali dalam argumentasi ini adalah pengalaman pribadi yang pernah kita gunakan sebagai topik esai. Kita memilih peristiwa-peristiwa yang dialami di rumah, di sekolah, dalam perjalanan, atau di tempat lain yang paling membekas dalam pikiran, lalu mengungkapkannya kembali dalam bentuk karangan.

Variabel dan Desain Penelitian

Fokus Penelitian

Desain Penelitian

Dalam penelitian ini dilakukan pembahasan sesuai variabel yang diteliti dengan keterbatasan rumusan masalah yang ada.

Batasan Istilah

Populasi dan Sampel

Populasi

Sampel

Teknik Pengumpulan Data

Pada tahap ini, siswa dipilih sebagai sampel penelitian naskah drama percakapan untuk diubah menjadi prosa naratif. Naskah drama percakapan yang digunakan dalam penelitian ini berjudul “Tumbang” yang dikutip dari buku teks Kompeten berbahasa Indonesia. Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap hasil tes kemampuan menerjemahkan naskah percakapan drama ke dalam prosa naratif yang telah diselesaikan siswa.

Teknik Analisis Data

Kriteria kinerja kemampuan siswa didefinisikan bahwa jika jumlah siswa yang memperoleh nilai 6,5 ke atas mencapai 85% maka dianggap mahir, dan jika jumlah siswa yang memperoleh nilai 6,5 kurang dari 85% maka dianggap mahir. dianggap bagi mereka yang tidak kompeten. .

Hasil Penyajian Analisis Data

Distribusi frekuensi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bontolempangan Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa dalam mengubah naskah percakapan drama berbentuk prosa naratif. Data pada Tabel 3.2 menunjukkan hasil keseluruhan yang diperoleh dari sampel yang menggambarkan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bontolempangan Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa mengubah naskah drama percakapan menjadi prosa naratif. Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh rangkuman sebaran karakteristik tingkat kemampuan sampel dalam mengubah skenario drama percakapan menjadi prosa naratif.

Rangkuman sebaran kelas menggambarkan tingkat kemahiran siswa kelas VIII SMP Negeri I Bontolempangan Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa. Mengubah naskah percakapan drama menjadi prosa naratif. Nilai tertinggi yang diperoleh tes kemampuan mengubah bentuk percakapan dramatik menjadi prosa naratif pada siswa kelas VIII SMP Negeri I Bonolempangan Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa adalah 8,5. Nilai terendah yang diperoleh melalui tes kemampuan mengubah bentuk percakapan dramatis menjadi prosa naratif pada siswa kelas VIII SMP Negeri I Bonolempangan Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa adalah 5,0.

Rata-rata nilai yang diperoleh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bonto Lempangan Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa adalah 6,5 termasuk kategori sangat tinggi. Tidak ada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bontolempangan Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa yang mempunyai kemampuan sangat rendah dalam mengubah naskah drama percakapan menjadi prosa naratif.

Untuk lebih jelasnya frekuensi dan sebaran tingkat kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bontolempangan Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa maka perubahan naskah drama percakapan menjadi prosa naratif dapat digambarkan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut :.

Pembahasan

Artinya nilai rata-rata tingkat keterampilan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bontolempangan Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa yang mengubah naskah drama percakapan ke prosa naratif adalah 6,5. Jika nilai mean tersebut diubah ke dalam tabel distribusi frekuensi dan kategorisasi, maka tingkat kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bontolempangan dalam mengubah naskah dialog drama menjadi prosa naratif dikategorikan sedang karena berada pada interval nilai 5, 5 hingga 7,4 . Jika nilai modus tersebut diubah menjadi tabel distribusi frekuensi dan kategorisasi, maka gambaran tingkat kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bontolempangan Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa yaitu naskah drama percakapan hingga prosa naratif mengubah. dikategorikan sedang, karena berada pada interval nilai 5,5 – 7,4.

Frekuensi dan persentase kelompok siswa yang mempunyai rentang 5,5 sampai dengan 7,4 berada pada tabel distribusi frekuensi dengan kategori sedang. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa tingkat kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bontolempangan Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa dalam mengubah skenario drama percakapan ke dalam bentuk prosa naratif kurang memadai. Fakta tersebut juga didukung oleh fakta bahwa dari 37 siswa kelas VIII di SMSP Negeri 1 Bontolempangan, Kecamatan Bontolempangan, Kabupaten Gowa yang disurvei dalam penelitian ini, sebanyak 29,7% berkategori mahir dan 64,8% berkategori mahir. sebagai sekunder.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan di atas terlihat siswa yang mempunyai nilai 6,5 atau lebih sebanyak 21 orang atau 56,75% yang berarti terdapat 16 orang atau 43,24% yang mempunyai nilai dibawah 6,5. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa kelas VIII. kelas di SMP Negeri 1 Bontolempangan Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa kurang memadai dalam mengkonversi naskah dialog drama ke dalam bentuk prosa naratif. Kriteria ini didasarkan pada prinsip belajar sempurna yang menyatakan bahwa koherensi pembelajaran tercapai apabila sejumlah siswa tertentu atau 85% dari jumlah siswa mencapai nilai 6,5.

Simpulan

Saran

Mampu menarasikan pengalaman manusia pada naskah drama

Tujuan pembelajaran

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2010

Gambar

Tabel  3.1.  Penyebaran  Siswa  Kelas  VIII  SMP  Negeri  I  Bontolempangan   Kecamatan  Bontolempangan  Kabupaten Gowa  sebagai  Populasi  Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

The Definitions of Explanatory Variables and the Expected Relationship with Tree Cover Loss Explanatory variable Unit Descriptions Expected Sign GDP Rupiah thousands Real GDP per