• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kabupaten Indramayu

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Kabupaten Indramayu"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

L ATAR B ELAKANG

T UJUAN

R UANG L INGKUP

L UARAN D OKUMEN

GAMBARAN UMUM WILAYAH

K ONDISI F ISIK

  • Topografi, Iklim, Tanah, Sumberdaya Air, dll
  • Jenis dan Lokasi Bencana

K ONDISI S OSIAL -B UDAYA

  • Demografi
  • Kelompok Usia Penduduk
  • Pendidikan
    • Angka Partisipasi Sekolah (APS)
    • Rasio Ketersediaan Sekolah

Struktur penduduk Indramayu menurut umur ditunjukkan pada Gambar 2.3. Piramida penduduk Kabupaten Indramayu Tahun 2014. Jika dilihat dari rasio siswa per guru di Kabupaten Indramayu tahun 2014 menunjukkan rasio yang tidak seimbang.

Gambar 2-2.  Kepadatan  Penduduk  per  km 2   di  Kabupaten  Indramayu  Tahun  2014  (sumber: BPS Kabupaten Indramayu 2015)
Gambar 2-2. Kepadatan Penduduk per km 2 di Kabupaten Indramayu Tahun 2014 (sumber: BPS Kabupaten Indramayu 2015)

K ONDISI S OSIAL -E KONOMI

  • Kesehatan
    • Rasio Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Per Satuan Balita
    • Rasio Puskesmas, Poliklinik dan Puskesmas Pembantu (Pustu) Per
    • Rasio Rumah Sakit Per Satuan Penduduk
    • Jumlah Balita Gizi Baik
  • Sosial-Ekonomi

Jumlah penduduk Kabupaten Indramayu tahun 2015 sebanyak 1.718.495 jiwa, sehingga rasio 10.050 jiwa dilayani oleh 1 institusi (Puskesmas/Pustu/Pusling atau klinik). Rumah Sakit yang terdaftar di Kabupaten Indramayu pada tahun 2015 berjumlah 6 Rumah Sakit yang seluruhnya masuk dalam kategori Rumah Sakit Umum.

Gambar 2-6.  Produksi, Luas Panen dan Hasil per Hektar Padi di Kabupaten Indramayu  Tahun 2012 – 2014
Gambar 2-6. Produksi, Luas Panen dan Hasil per Hektar Padi di Kabupaten Indramayu Tahun 2012 – 2014

KONDISI IKLIM DAN PERUBAHAN IKLIM DI INDRAMAYU

K ONDISI I KLIM S AAT I NI /H ISTORIS

  • Suhu Udara
  • Curah Hujan

Berdasarkan pengamatan data historis, curah hujan di Kabupaten Indramayu mengalami penurunan yang tidak signifikan selama seratus tahun terakhir seperti terlihat pada Gambar 3-3. Curah hujan di Kabupaten Indramayu frekuensinya meningkat setiap tahun, sehingga pergantian musim hujan menjadi lebih sempit yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

Gambar 3-2. Sebaran suhu udara rata-rata di Kabupaten Indramayu (Jadmiko 2011)  3.1.2 Curah Hujan
Gambar 3-2. Sebaran suhu udara rata-rata di Kabupaten Indramayu (Jadmiko 2011) 3.1.2 Curah Hujan

A WAL M USIM

Curah hujan paling tinggi terjadi di bagian selatan seperti di Kecamatan Haurgeulis dan Cikedung yang berada pada ketinggian antara 7 sampai 18 meter, sedangkan daerah sekitar pantai utara memiliki curah hujan yang lebih rendah seperti di Kecamatan Anjatan, Kandanghaur dan Bongas. Di Indramayu bagian utara, penanaman November terancam banjir, sedangkan penanaman kedua terancam kekeringan.

Gambar 3-5.  Indeks  ENSO  Nino  3.4  (merah  atas)  dan  anomali  curah  hujan  di  Kab
Gambar 3-5. Indeks ENSO Nino 3.4 (merah atas) dan anomali curah hujan di Kab

P ROYEKSI I KLIM M ASA D EPAN

  • Suhu Udara
  • Curah Hujan

Tren anomali curah hujan (MH) dan proyeksi ke depan menggunakan skenario RCP4.5 dan RCP8.5. Tren anomali curah hujan musim kemarau (MK) dan proyeksi ke depan menggunakan skenario RCP4.5 dan RCP8.5.

Gambar  3-9  menunjukkan  proyeksi  perubahan  suhu  udara  di  Kabupaten  Indramayu  periode tahun 2011–2040, tahun 2041– 2070 dan tahun 2071–2099
Gambar 3-9 menunjukkan proyeksi perubahan suhu udara di Kabupaten Indramayu periode tahun 2011–2040, tahun 2041– 2070 dan tahun 2071–2099

KERENTANAN WILAYAH

I NDIKATOR K ERENTANAN D ESA

Pemilihan indikator tersebut didasarkan pada ketersediaan data dan kemampuannya untuk menggambarkan kondisi wilayah Indramayu, kawasan sentra pertanian, tambak dan juga kawasan pesisir. Selain itu, indikator tersebut juga harus dapat mencerminkan tingkat keterpaparan, kepekaan dan daya adaptasi desa dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Exposure-Sensitivity Indicator (IKS) dan Adaptive Capacity Indicator (IKA) dalam perhitungan tingkat kerentanan sistem (desa) di Kabupaten Indramayu.

Efektivitas upaya aksi adaptasi dapat diukur dengan menilai dampak positifnya terhadap beberapa aspek pembangunan (ekosistem, kemiskinan, pendidikan, kesehatan, infrastruktur, ekonomi, mata pencaharian dan tata kelola). Berdasarkan hal tersebut, setiap indikator kerentanan desa yang tercantum pada Tabel 4-1 akan dikelompokkan ke dalam aspek-aspek pembangunan yang sejalan dengan SDGs (pembangunan berkelanjutan). Hasil pengelompokan 20 indikator kerentanan desa untuk wilayah Kabupaten Indramayu dapat dilihat pada Tabel 4-2, sedangkan alasan pengelompokan masing-masing indikator tersebut dari segi pembangunan dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tabel 4-1. Indikator  Keterpaparan-Sensititvitas  (IKS)  dan  Indikator  Kapasitas  Adaptif  (IKA)  dalam  Perhitungan  Tingkat  Kerentanan  Sistem  (Desa)  di  Kabupaten  Indramayu
Tabel 4-1. Indikator Keterpaparan-Sensititvitas (IKS) dan Indikator Kapasitas Adaptif (IKA) dalam Perhitungan Tingkat Kerentanan Sistem (Desa) di Kabupaten Indramayu

T INGKAT K ETERPAPARAN , S ENSITIVITAS DAN K EMAMPUAN A DAPTIF D ESA

Berdasarkan Gambar 4-2 diketahui terdapat 5 indikator indeks keterpaparan dan sensitivitas yang menjadi pertimbangan yang menjadi penyumbang tingkat kerentanan tertinggi desa yaitu kepadatan penduduk, rutilahu (rumah tidak layak huni), rumah tangga miskin, sumber air termasuk areal persawahan. Sedangkan untuk indikator kapasitas adaptif yang perlu diperhatikan adalah jumlah pasar, IKM, jumlah TPI, drainase yang baik dan tim pest control. Dengan berusaha menurunkan nilai IKS (mendekati 0) dan meningkatkan nilai IKA (mendekati 1) melalui penyusunan program pembangunan terkait adaptasi, diharapkan keadaan kerentanan desa dapat diperbaiki.

Grafik laba-laba dapat digunakan untuk mengidentifikasi indikator sensitivitas paparan yang perlu ditingkatkan di setiap desa untuk mengurangi tingkat kerentanannya, seperti ditunjukkan pada Gambar 4-4 dan Gambar 4-5. Dalam kondisi kerentanan yang sangat rendah, aspek pembangunan infrastruktur dan kesehatan perlu dipertahankan, karena kondisinya cukup baik. Sedangkan pada kondisi kerentanan sangat tinggi terdapat 5 indikator sensitivitas paparan (KK dekat pantai, rutilah, MBR, sumber air dan areal persawahan) dan 4 indikator kapasitas adaptif (fasilitas kesehatan, listrik, panjang infrastruktur jalan, PAD ), yang perlu mendapat perhatian dalam rangka mengurangi tingkat kerawanan desa dengan memperhatikan aspek pembangunan berupa infrastruktur dan ekosistem.

Gambar 4-2.  Jumlah desa di Kabupaten Indramayu dengan nilai indikator IKS lebih  dari 0.5 (mengindikasikan tingkat keterpaparan dan sensitivita suatu desa  tinggi)
Gambar 4-2. Jumlah desa di Kabupaten Indramayu dengan nilai indikator IKS lebih dari 0.5 (mengindikasikan tingkat keterpaparan dan sensitivita suatu desa tinggi)

T INGKAT K ERENTANAN D ESA

ANCAMAN IKLIM

Kondisi indeks RX5DAY secara keseluruhan menunjukkan akumulasi curah hujan selama lima hari berturut-turut rata-rata antara 200-250 mm. Namun, kondisi tersebut akan cenderung menurunkan curah hujan di masa mendatang berdasarkan data proyeksi curah hujan. Kondisi ini menunjukkan bahwa kemungkinan terjadinya banjir akibat curah hujan yang tinggi akan berkurang selama 5 hari berturut-turut di masa mendatang.

Mengacu pada indeks RX1DAY, terlihat potensi curah hujan harian yang cukup tinggi pada periode forecast 2041-2070, sedangkan pada periode lainnya cenderung tidak terlalu banyak berubah dibandingkan kondisi saat ini. Indeks R20MM menunjukkan indikasi bahwa curah hujan harian dengan intensitas 20 mm/hari akan cenderung lebih kecil di masa mendatang dibandingkan dengan kondisi saat ini. Oleh karena itu berdasarkan indeks yang menunjukkan potensi banjir di Indramayu dapat disimpulkan bahwa potensi banjir akibat curah hujan yang tinggi kemungkinan akan tetap ada di masa yang akan datang, meskipun pada periode tertentu akan cenderung meningkat.

Gambar 5-1.  Kondisi CDD pada periode historis dan proyeksi menggunakan skenario  RCP4.5 dan RCP8.5
Gambar 5-1. Kondisi CDD pada periode historis dan proyeksi menggunakan skenario RCP4.5 dan RCP8.5

RISIKO IKLIM

B ANJIR

K EKERINGAN

Berdasarkan kedua gambaran tersebut, dapat dilihat bahwa desa-desa di bagian barat Kabupaten Indramayu akan mengalami perubahan keadaan di masa yang akan datang.

Gambar 6-5.  Tingkat risiko kekeringan di Kabupaten Indramayu kondisi saat ini
Gambar 6-5. Tingkat risiko kekeringan di Kabupaten Indramayu kondisi saat ini

K ENAIKAN M UKA A IR L AUT

Kemungkinan banjir permanen tahun proyeksi 2050: (a1) skenario rendah dengan periode ulang 1 tahun, (a2) skenario rendah dengan periode ulang 5 tahun, (b1) skenario tinggi dengan periode ulang 1 tahun, dan (b2) skenario tinggi dengan periode ulang 5 tahun. Pada tahun proyeksi 2100, luasan potensi banjir di lokasi studi untuk skenario rendah akan mencapai sekitar 9.213 ha pada periode ulang 1 tahun (Gambar 6-8 bagian a1), sementara dapat mencapai 16.302 ha pada 5 tahun mendatang. periode ulang (Gambar 6-8 bagian a2). Pada tahun proyeksi yang sama, namun untuk skenario tinggi, potensi banjir pada periode ulang 1 tahun mencapai sekitar 21.361 ha (Gambar 6-8 bagian b1), sedangkan pada periode ulang 5 tahun luas banjir mencapai 24.969 Ha. ha (Gambar 6-8 bagian b2).

Pada proyeksi tahun 2050, muka air laut di pesisir Indramayu diperkirakan akan naik sekitar 0,65 m dpl dengan periode ulang 1 tahun. Ini berarti sekitar 30% area tambak berada di bawah 1 m di atas permukaan laut dan akan terendam saat kenaikan permukaan laut mencapai 1,02 m di atas permukaan laut selama periode ulang 100 tahun. Probabilitas banjir bandang permanen tahun proyeksi 2100: (a1) skenario rendah dengan periode ulang 1 tahun, (a2) skenario rendah dengan periode ulang 5 tahun, (b1) skenario tinggi dengan periode ulang 1 tahun, dan (b2 ) skenario tinggi dengan periode pengembalian 5 tahun peringatan 5 tahun.

Gambar 6-7.  Potensi  genangan  banjir  permanen  pada  tahun  proyeksi  2050:  (a1)  skenario  rendah  dengan  periode  ulang  1  tahun,  (a2)  skenario  rendah  dengan periode ulang 5 tahun, (b1) skenario tinggi dengan periode ulang  1 tahun, dan (b2) sk
Gambar 6-7. Potensi genangan banjir permanen pada tahun proyeksi 2050: (a1) skenario rendah dengan periode ulang 1 tahun, (a2) skenario rendah dengan periode ulang 5 tahun, (b1) skenario tinggi dengan periode ulang 1 tahun, dan (b2) sk

RENCANA AKSI DAERAH ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

P RIORITAS L OKASI

Lokasi prioritas ditentukan dengan memprioritaskan lokasi risiko iklim, melihat hubungan antara risiko iklim saat ini dan risiko iklim di masa mendatang dengan menggunakan sistem matriks (Tabel 7-1). Oleh karena itu, kondisi kekeringan ekstrim yang menyebabkan kekeringan merupakan bencana yang lebih sering terjadi di Indramayu dibandingkan bencana ekstrim basah seperti banjir. Lokasi yang terpapar bahaya bahaya basah ekstrim dan bahaya kering ekstrim harus diprioritaskan di atas area dengan hanya satu bahaya bahaya.

Oleh karena itu, penentuan lokasi prioritas risiko iklim juga dilakukan berdasarkan gabungan dari kedua ancaman tersebut sehingga penentuan lokasi prioritas risiko iklim lebih terkait dengan ancaman yang akan dihadapi. Penentuan lokasi prioritas selain berdasarkan risiko iklim juga harus mempertimbangkan kondisi lingkungan seperti tata guna lahan. Perpaduan ketiga informasi tersebut digunakan sebagai dasar penentuan lokasi prioritas aksi adaptasi perubahan iklim di Kabupaten Indramayu.

Gambar 7-3. Prioritas risiko iklim pada kondisi ekstrim kering
Gambar 7-3. Prioritas risiko iklim pada kondisi ekstrim kering

T AGGING P RIORITAS R ENCANA A KSI

Menilai dampak langsung atau tidak langsung dari setiap aksi dan program terhadap aspek kerentanan dan dampak perubahan iklim, dimana penilaian tersebut berupa skor. Gabungkan skor dari hubungan antara adaptasi iklim dan hubungan dengan masalah pembangunan menurut matriks di bawah ini. Proses pelabelan dilakukan melalui Focus Group Discussion (FGD) yang diikuti oleh beberapa perwakilan dari berbagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Indramayu.

Melalui serangkaian FGD dengan berbagai SKPD di Kabupaten Indramayu seperti Bappeda, BPBD, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Perikanan dan Kelautan, BLH, Dinas Cipta Karya, Dinas Pertanian, BKP3 dan BPMD, teridentifikasi sekitar 64 kegiatan/aksi yang telah dilaksanakan. terkait adaptasi iklim dari dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 2017 dan 27 usulan kegiatan/aksi dari beberapa SKPD. Daftar kegiatan/tindakan yang telah diidentifikasi dan penilaian dalam proses pelabelan dapat dilihat pada Lampiran 5. Melalui tahapan berikut, dipilih sekitar 15 kegiatan/tindakan RKPD prioritas utama (Tabel 7-3) dan 16 usulan prioritas utama kegiatan/tindakan (Tabel 7-4).

Gambar 7-7.  Matrik  Kombinasi  hubungan  penanganan  kerentanan  dan  dampak  perubahan iklim dengan penanganan masalah pembangunan
Gambar 7-7. Matrik Kombinasi hubungan penanganan kerentanan dan dampak perubahan iklim dengan penanganan masalah pembangunan

A NALISIS S ENJANG

Pengembangan kultivar padi toleran kekeringan, salinitas dan hama Menerapkan pola tanam pada data prakiraan iklim Program Perlindungan Petani. Pembersihan saluran drainase dan sarana irigasi Pengoperasian dan pemeliharaan jaringan irigasi di daerah. Program pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai, danau dan sumber daya air lainnya Renovasi, peningkatan dan pembangunan fasilitas dan.

PENENTUAN LOKASI DAN PELAKSANAAN TINDAKAN PRIORITAS Pilihan aksi adaptasi prioritas yang dilaksanakan harus mampu menjawab permasalahan.

Tabel 7-5. Hasil Analisis Senjang
Tabel 7-5. Hasil Analisis Senjang

PENETAPAN LOKASI DAN PELAKSANAAN AKSI PRIORITAS

Oleh karena itu, diharapkan opsi adaptasi prioritas utama dapat dimasukkan dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Indramayu.

INTERVENSI KEBIJAKAN

Salah satu keterlibatan pemerintah adalah penguatan kebijakan dan sejenisnya dalam mendukung dan melaksanakan rencana aksi daerah. Mengintegrasikan adaptasi perubahan iklim ke dalam pembangunan daerah dan nasional harus dilakukan dalam konteks pembangunan berkelanjutan yang beradaptasi dengan perubahan iklim. Oleh karena itu, perlu dikembangkan strategi adaptasi perubahan iklim berdasarkan rekomendasi dari hasil kajian kerentanan dan risiko serta adaptasi perubahan iklim di daerah dan memasukkannya ke dalam penyusunan rencana pembangunan berkelanjutan di daerah.

Sehubungan dengan itu, dalam pembangunan dan pelaksanaan pembangunan tangguh iklim, intervensi kebijakan terkait perubahan iklim harus sampai ke tingkat desa. Oleh karena itu, perlu dilakukan perubahan orientasi kebijakan pembangunan yang menitikberatkan pada asas desa dan implementasi segera kebijakan rencana pembangunan kawasan perdesaan yang memperhatikan bentuk bentang wilayah, kerawanan wilayah, dll. Data tersebut dapat digunakan dalam proses penyusunan rencana pembangunan desa yang tahan iklim, termasuk model kemitraan dan juga model pembiayaan melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

PENUTUP

Berdasarkan uraian tersebut, dampak positif upaya peningkatan indikator Rutihu pada aspek kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan aspek pembangunan lainnya. Berdasarkan uraian tersebut, dampak positif upaya peningkatan indikator penduduk miskin terhadap kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan aspek pembangunan lainnya. Berdasarkan uraian tersebut, dampak positif peningkatan indikator institusi pelayanan kesehatan terhadap kesehatan jauh lebih besar dibandingkan dengan aspek pembangunan lainnya.

Berdasarkan uraian tersebut, dampak positif indikator peningkatan fasilitas pendidikan terhadap pendidikan jauh lebih besar dibandingkan aspek pembangunan lainnya. Berdasarkan uraian tersebut, dampak positif dari indikator pecahan saluran drainase yang layak pada aspek infrastruktur jauh lebih besar dibandingkan dengan aspek pembangunan lainnya. Berdasarkan uraian tersebut, dampak positif indikator kelistrikan pada aspek infrastruktur lebih besar dibandingkan aspek pembangunan lainnya.

Berdasarkan uraian tersebut, dampak positif indikator wilayah DAS dalam aspek ekonomi jauh lebih besar dibandingkan aspek pembangunan lainnya. Berdasarkan uraian tersebut, dampak positif indikator jumlah pasar terhadap aspek ekonomi/kehidupan jauh lebih besar dibandingkan dengan aspek pembangunan lainnya.

Gambar

Gambar 2-2.  Kepadatan  Penduduk  per  km 2   di  Kabupaten  Indramayu  Tahun  2014  (sumber: BPS Kabupaten Indramayu 2015)
Tabel 2-3. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Kabupaten Indramayu Pada Aspek Pendidikan  N
Gambar 2-6.  Produksi, Luas Panen dan Hasil per Hektar Padi di Kabupaten Indramayu  Tahun 2012 – 2014
Tabel 2-4. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Kabupaten Indramayu Aspek Daya Saing Daerah
+7

Referensi

Dokumen terkait

3 DATA COLLECTION AND METHODOLOGY According to [26], [27], [28], [29], [30], [31], the application of the Lean Six Sigma method-ology serves to help improve quality, reduce