See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/374674063
Kajian Ketahanan Pangan Atas Komoditas Gandum dan Tepung Terigu Dalam Perspektif Intelijen Reza Pahlevi
Preprint · October 2023
DOI: 10.13140/RG.2.2.23015.21921
CITATIONS
0
READS
980 1 author:
Reza Pahlevi
Directorate General of Customs and Excise 14PUBLICATIONS 2CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Reza Pahlevi on 13 October 2023.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
Kajian Ketahanan Pangan Atas Komoditas Gandum dan Tepung Terigu Dalam Perspektif Intelijen
Reza Pahlevi
Program Studi Magister Kajian Intelijen, Sekolah Tinggi Intelijen Negara Sumur Batu, Kec. Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat 16810
A. Ketahanan Pangan Nasional
Makanan (pangan) adalah satu dari tiga kebutuhan dasar manusia selain sandang (pakaian) dan papan (tempat tinggal). Ketersediaan pangan yang lebih kecil dibandingkan kebutuhannya dapat menciptakan ketidakstabilan ekonomi. Berbagai gejolak sosial dan politik dapat juga terjadi jika ketahanan pangan terganggu. Kondisi pangan yang kritis ini bahkan dapat membahayakan stabilitas ekonomi dan stabilitas nasional.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, terdapat beberapa pengertian atas istilah penting yang sangat erat dengan intelijen, yaitu antara lain:1 1. Ketahanan Pangan (Food Ressilance)
2. Kedaulatan Pangan (Food Sovereignity) 3. Kemandirian Pangan (Food Independency) 4. Keamanan Pangan (Food Security)
Istilah diatas merupakan hakikat dari pengaturan pangan, yang bertujuan untuk menjamin terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat sekaligus mewujudkan stablitas nasional.
B. Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting
Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan maka perlu dilakukan upaya untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan barang kebutuhan pokok dan barang penting yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2015 tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting, telah diatur jenis barang kebutuhan pokok yakni 1).
Barang Kebutuhan Pokok hasil pertanian: a) beras; b) kedelai bahan baku tahu dan tempe;
c) cabe; d) bawang merah. 2). Barang Kebutuhan Pokok hasil industri: a) gula; b) minyak goreng; c) tepung terigu. 3). Barang Kebutuhan Pokok hasil peternakan dan perikanan;
a) daging sapi; b) daging ayam ras; c) telur ayam ras; d) ikan segar yaitu bandeng, kembung dan tongkol/tuna/cakalang.2
1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, Pasal 1.
2 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2015 tentang Penetapan dan Penyimpanan
Dalam kesempatan ini sesuai dengan petunjuk soal maka fokus bahasan dibatasi atas satu jenis komoditi yaitu gandum. Namun jika berbicara terkait komoditi gandum maka tidak akan lepas dari komoditi tepung terigu, dimana gandum merupakan bahan baku utama pembuatan tepung terigu, sementara tepung terigu adalah salah satu bahan kebutuhan pokok.
Oleh karena itu, kajian ini akan menyertakan pembahasan terkait komoditi tepung terigu disamping komoditi gandum.
C. Profil Komoditas Gandum dan Tepung Terigu 1. Profil Komoditas Gandum
Gandum (Triticum spp) adalah sekelompok tanaman serealia dari suku padi- padian yang kaya akan karbohidrat. Secara umum gandum diklasifikasikan menjadi hard wheat, soft wheat dan durum wheat.3 Berdasarkan Standard International Trade Classification (SITC) 3-digit, gandum di klasifikasikan dalam pos 041- Wheat And Meslin, Unmilled, Sedangkan menurut Harmonized System (HS) Code 4 digit gandum di klasifikasikan ke dalam pos tarif 10.01 Gandum dan Meslin.
2. Profil Komoditas Tepung Terigu
Kata terigu dalam bahasa Indonesia diserap dari bahasa Portugis, trigo, yang berarti "gandum". Tepung terigu dapat dibedakan berdasarkan kandungan proteinnya dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu :1). Tepung berprotein tinggi (bread flour):
tepung terigu yang mengandung kadar protein tinggi lebih dari 12%. 2).Tepung berprotein sedang/serbaguna (all purpose flour): tepung terigu yang mengandung kadar protein sedang, sekitar 10%-11%. 3). Tepung berprotein rendah (pastry flour): mengandung protein sekitar 8%-9%.4
Sedangkan pengklasifikasian tepung terigu dapat juga dibedakan: 1). berdasarkan SITC 3-digit, gandum di klasifikasikan dalam pos 046-Meal And Flour Of Wheat And Flour Of Meslin, dan 2). menurut HS Code 4 digit gandum di klasifikasikan ke dalam pos tarif 11.01 Wheat or meslin flour.
D. Kebutuhan Nasional Gandum 1. Impor Gandum
a. Trend Impor Gandum 2017-2020
Indonesia belum mampu menghasilkan gandum sendiri sehingga masih sangat bergantung dari impor mengingat iklim di Indonesia yang tropis kurang cocok dengan iklim pembudidayaan tanaman gandum yang subtropik. Beberapa negara
Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting, Pasal 2 ayat (6).
3 Bappebti, Profil Komoditas Tepung Terigu, Jakarta, 2017.
4 (Bappebti 2017), Ibid.
produsen gandum dunia yang menjadi sumber impor gandum bagi Indonesia yaitu seperti Amerika Serikat, Argentina, Ukraina, India, Brazil, dan Australia. Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS)5, pada tahun 2016 Indonesia mengimpor gandum dengan jumlah sebanyak 10.534 ribu ton, kemudian naik menjadi 11.434 ribu ton pada tahun 2017. Pada 2018 terjadi penurunan, tetapi di tahun 2019 naik kembali menjadi 10.692 ribu ton. Pada tahun 2020, Indonesia tercatat sebagai salah satu importir terbesar gandum di dunia dengan total impor 10,3 juta ton. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 1 di dalam lampiran.
Impor gandum pada bulan April 2022 secara volume mengalami penurunan sebesar 13,94 persen dari bulan sebelumnya, dan dari sisi nilai juga turun 11,98 persen. Penurunan impor bahan baku ini tampaknya sebagai dampak adanya keterbatasan stok gandum di pasar global, sehingga pasokan gandum agak sulit diperoleh. Namun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya periode yang sama, impor gandum di April 2022 naik dari sisi volume dan nilai, masing-masing sebesar 26,63 dan 57,37 persen. Adapun perkembangan impor gandum bulan April 2022 dapat dilihat pada tabel berikut
Dalam Statistik Perdagangan Internasional, impor gandum ini dimasukkan kedalam 5 kelompok nomor HS. Namun secara rutin yang diimpor hanya 3 jenis masing-masing tergabung dalam nomor HS 1001.99.12 (Wheat grain without husk, fit for human consumption), 1001.99.19 (oth wheat, oth seed, fit for human consumption, oth than wheat) dan 1001.99.99 (oth meslin, not fit for human consumption).
Dari ketiga jenis tersebut yang paling banyak diimpor adalah yang bernomor HS 1001.99.12 yang pada tahun 2016 impornya tercatat sebesar 6.879 ribu ton, menigkat menjadi 8.269 ribu ton pada tahun 2017. Pada tahun 2018 turun menjadi 7.760 ribu ton, pada tahun 2019 naik menjadi 7.988 ribu ton tetapi di tahun 2020 mengalami penurunan lagi. Lihat tabel 2 dalam lampiran kajian ini.
b. Negara Asal Impor Gandum
Sebagai negara net importir gandum, aktivitas perdagangan Indonesia dalam komoditas tersebut cukup dinamis. Negara tradisional sumber impor gandum Indonesia yaitu Australia, Ukraina, Amerika, Argentina, dan Kanada. Selama 2 tahun terakhir, impor gandum terbesar Indonesia berasal dari Australia dan Ukraina dengan total impor mencapai 11 juta ton pada 2021.
Jika dilihat dari negara asalnya, gandum yang diimpor selama ini sebagian besar berasal dari Argentina. Pada tahun 2020 (Januari-Oktober) gandum yang diimpor dari
5 BPS RI, Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri-Impor Menurut Komoditi, Jakarta (2022).
negara tersebut tercatat adalah sebanyak 2.635 ribu ton dengan nilai US$ 627,6 juta.
Urutan kedua sebagai pemasok terbesar adalah Canada, pada tahun yang sama Negara ini berhasil memasok sebanyak 1.882 ribu ton dengan nilai US$ 515.8 juta.
Sedangkan urutan ketiga adalah Ukraine yang berhasil memasok sebanyak 1.848 ribu ton dengan nilai US$ 439,4 juta dalam tahun yang sama. Data lebih rinci dapat dilihat pada tabel 3 dalam lampiran.
c. Importir Gandum
Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020 kurang lebih ada sekitar 9 perusahaan yang secara rutin melakukan impor gandum ini masing- masing adalah PT Indofood Sukses Makmur, PT Bungasari Flour Mills Indonesia, PT Manunggal Perkasa, PT Pundi Kencana, PT Sriboga Flour Mills, PT Golden Grand Mills, PT Horizon Investment dan PT Nutrindo Bogarasa. Daftar selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4 dalam lampiran kajian ini.
2. Produksi Gandum
Pengembangan produksi gandum di dalam negeri sampai saat ini belum bisa memenuhi kebutuhan bahan baku bagi industri dan baru sebatas tanaman pangan alternatif masyarakat. Produski gandum mengalami beberapa hambatan dan kendala yaitu antara Lain: (a). gandum merupakan tanaman kering dan lahannya tak bisa ditumbuhi padi, (b). produksi gandum membutuhkan lahan yang luas, untuk bisa mencapai produksi gandum sebanyak 1 juta ton dibutuhkan lahan seluas 350.000 hektar, dan (c).
prioritas pemerintah dan petani saat ini adalah memproduksi tanaman pangan berupa padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar.
3. Ekspor Gandum
Menurut catatan Badan Pusat Statistik, dalam 5 tahun terakhir ini Indonesia melakukan ekspor gandum hanya di tahun 2016 dan 2018. Pada tahun 2016 volume ekspor gandum Indonesia tercatat ada sebanyak 19.075 ton dengan nilai US$ 6,1 juta.
Kemudian ekspor di tahun 2018 tercatat sebanyak 1.337 ton dengan nilai US$ 0,5 juta.6 Akan tetapi sejak tahun 2019 tidak terdapat lagi adanya catatan ekspor gandum dari Indonesia.7
6 BPS RI, Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri-Ekspor Menurut Kelompok Komoditi, (2022).
7 Sumber data: https://www.bps.go.id/indicator/53/22/1/produktivitas.html, diakses pada tanggal 8 Oktober 2022.
4. Dinamika Harga dan Konsumsi Gandum a. Dinamika Harga Gandum 2020-2022
Pergerakan harga gandum internasional terus berfluktuasi sejak invasi rusia terhadap ukraina pada bulan Februari 2022 lalu. Harga gandum di bulan Mei 2022 sebagaimana data CBOT ditutup pada level USD 426/ton, atau menguat USD 29/ton bila dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar USD397/ton8 (lihat grafik 1).
Pasokan gandum untuk Indonesia sempat berada dalam posisi aman paska kunjungan Presiden Joko Widodo ke Ukraina dan Russia, ditambah kesepakatan untuk menjadikan Turki sebagai negara antara untuk mendapatkan pasokan gandum.
Namun, pada tanggal 20 September 2022, SRW Wheat CVOL (WVL) melonjak lebih dari sembilan pegangan vol dalam satu hari dengan berita geopolitik lanjutan yang keluar dari Laut Hitam. Ini adalah perubahan satu hari (one day change) terbesar kelima untuk indeks, empat besar lainnya terjadi selama akhir Februari dan awal Maret (lihat grafik 2 dan grafik 3).
b. Konsumsi Gandum 2016-2020
Data kebutuhan nasional akan gandum dapat diperoleh dari data konsumsi dalam negeri. Konsumsi dalam negeri didapatkan dari perhitungan sebagai berikut:
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 = (𝐼𝑚𝑝𝑜𝑟 + 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖) − 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑜𝑟
Dari data impor tersebut dapat diketahui dengan jelas bahwa konsumsi gandum di Indonesia pada tahun 2016 kurang lebih mencapai 10.515 ribu ton, kemudian naik menjadi 11.434 ribu ton tahun 2017. Pada tahun 2018 turun menjadi 10.094 ribu ton, di tahun 2019 naik lagi menjadi 10.692 ribu ton tetapi di tahun 2020 mengalami penurunan lagi. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 5 dalam lampiran.
c. Proyeksi Konsumsi Gandum 2021-2025
Seperti diketahui dalam beberapa tahun terakhir ini konsumsi gandum Indonesia rata-rata mengalami peningkatan sebesar 0,09%. Apabila diasumsikan dalam 5 tahun mendatang rata-rata konsumsi gandum Indonesia mengalami kenaikan sebesar 1,0%, dengan demikian dapat diketahui bahwa konsumsi gandum di Indonesia pada tahun 2021 kurang lebih akan mencapai 10.526 ribu ton kemudian akan naik terus dan mencapai 10.953 ribu ton tahun 2025. Data proyeksi dapat dilihat selanjutnya di tabel 6 lampiran ini.
E. Kebutuhan Nasional Tepung Terigu
8 Kementerian Perdagangan RI, Analisis Perkembangan Harga Bahan Pangan Pokok, Barang Penting, Ritel Modern dan E-commerce di Pasar Domestik dan Internasional, Pusat Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri (2022).
1. Impor Tepung Terigu
a. Trend Impor Tepung Terigu 2016-2020
Sekalipun produksi tepung terigu dalam beberapa tahun terakhir ini sudah cukup besar dan terus mengalami kenaikan, namun ternyata sampai sekarang Indonsia belum bisa membendung masuknya tepung terigu dari luar negeri.
Menurut catatan BPS, impor tepung terigu pada tahun 2016 tercatat sebanyak 148.061 ton, setelah itu anjlog menjadi 48.677 ton, dua tahun berikutnya terus mengalami kenaikan tetapi relatif kecil, bahkan di tahun 2020 adalah impor yang paling kecil.
Jika selama ini yang paling banyak diekspor adalah fortified wheat flour, sementara kalau yang diimpor sebagain besar adalah not fortified wheat flour.
Pada tahun 2016 impor tepung terigu jenis ini volume nya sebanyak 83.728 ton turun menjadi 40.179 ton setelah itu naik terus dan mencapai 75.381 ton, tetapi di tahun 2020 turun drastis menjadi 30.014 ton.
b. Negara Asal Impor Tepung Terigu
Menurut catatan Badan Pusat Statistik, tepung terigu yang diimpor tersebut seluruhnya berasal dari 12 negara yaitu Australia, Japan, Malaysia, Singapore, Turkey, Egypt, Korea Selatan, Philipina, Thailand, Ukraine, Amerika Serikat dan Vietnam. Dari 12 negara tersebut yang paling banyak memasok adalah Turkey. Pada tahun 2020 (Januari-Oktober) lalu Negara ini berhasil mensupplai tepung terigu ke Indonesia sebanyak 17.725 ton dengan nilai US$ 5,2 juta. Negara lainnya yang juga tergolong banyak mensupplai adalah Korea Selatan dengan jumlah 4.044 ton dengan nilai US$ 1,6 juta (lihat tabel 13).
c. Importir Tepung Terigu
Jumlah perusahaan yang selama ini rutin mengimpor tepung terigu ini juga cukup banyak setidaknya ada 15 perusahaan yang secara rutin mengimpor tepung terigu ini masing-masing adalah PT Kabulindo Jaya, PT Interindo Kharisma, PT Pangan Lestari Sentosa, PT Cerestar Flour Mills, PT Sojitz Indonesia, CV Eka Jaya Lestari, PT Sabang Merauke Trading, PT Pandaa Rezeki Semesta, PT Indo Fermex, PT Central Proteina Prima, PT CF Feed Jombang, PT Central Pangan Pertiwi dan PT DJ Cheiljedang Feed Lampung. Data selengkapnya dapat dilihat di tabel 4.
2. Produksi Tepung Terigu a. Produsen Tepung Terigu
Menurut Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) saat ini
ada sekitar 22 perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan tepung terigu.9 Dari 22 perusahaan yang ada, sekitar 6 perusahaan berlokasi di Jawa Timur, masing- masing 3 buah perusahaan berlokasi di Banten, Jawa Tengah dan Sumatera Utara. Kemudian masing-masing 2 buah perusahaan di Jakarta dan Sulawesi Selatan. Sebuah di Kalimantan Timur dan 4 buah lainnya tersebar di beberapa daerah.
Dari 22 perusahaan tersebut menurut Direktur Eksekutif Aptindo Ratna Sari Loppies ternyata hanya 18 perusahaan yang beroperasi dengan kapasitas penuh, selebihnya ada yang beroperasi tapi tidak rutin, dan ada juga yang masih dalam tahap pembangunan. Ke-17 perusahaan yang aktif berproduksi masing-masing adalah PT ISM Bogasari Floor Mills masing-masing berlokasi di Jakarta dan Surabaya dengan kapasitas 3.357.500 ton dan 1.040.00 ton. Kedua perusahaan ini adalah perusahaan terbesar tepung terigu di Indonesia. Urutan ketiga terbesar diduduki oleh PT Sriboga Raturaya dengan kapasitas 740.00 ton pertahun. Sedangkan urutan keempat sebagai produsen terbesar adalah PT Eastern Pearl Flour Mills dengan kapasitas 720.00 ton per tahun. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 7 di lampiran.
Pemain utama:
1. PT Bogasari Flour Mills 2. PT Eastern Pearl Flour Mills 3. PT Sriboga Flour Mills b. Kapasitas Produksi Tepung Terigu
Menurut Aptindo tepung terigu yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan tersebut tampak terus mengalami kenaikan dalam setiap tahunnya.10 Apabila pada tahun 2016 tercatat sebesar 5.831 ribu ton naik terus dan mencapai 6.924 ribu ton tahun 2019. Pada tahun 2020 naik lagi menjadi 7.332 ribu ton. Data dapat dilihat pada tabel 8 dalam lampiran.
Dari sisi ketersediaan, keberadaan tepung terigu di Indonesia tidak lepas dari berkembangnya industri pengolahan gandum nasional. Pada tahun 2020, APTINDO mencatat setidaknya telah ada 22 perusahaan yang bergerak di bidang tersebut dibandingkan tahun 1970, dimana kala itu baru berdiri 5 perusahaan.
Bertambahnya perusahaan produsen terigu ini juga meningkatkan kapasitas produksi dari 21.750 MT/hari menjadi 35.000 MT/hari, di mana sebagian besar lokasi produksi terletak di Pulau Jawa.
c. Jenis Hasil Produksi Tepung Terigu
9 APTINDO (2014), Ibid.
10 APTINDO (2014), Ibid.
Pada umumnya tepung terigu yang diproduksi selama ini dikelompokkan ke dalam tiga jenis berdasarkan kadar proteinnya yaitu terigu protein tinggi, minimal 11%, tepung terigu protein sedang 9,5 -11 % dan tepung terigu protein rendah 7 -8
%. Sementara itu untuk pemilihan penggunaan produk tepung terigu bukanlah tergantung pada kadar protein semata, lebih tinggi bukan berarti lebih bagus, namun tergantung dari aplikasi untuk produk makanan apakah tepung terigu ini dipakai. Misalnya untuk jenis tepung terigu protein tinggi umumnya dipakai pada industri roti/bakery dan industri mie. Jenis tepung terigu protein sedang dipakai oleh industri mie, donat, pastry, cake, kue-kue basah, goreng-gorengan, pemakaian rumah tangga, sedangkan tepung terigu protein rendah umumnya dikonsumsi oleh industri aneka kue kering/cookies, wafer, pau dan cake halus.
Sampai sekarang belum ada catatan resmi baik dari Kementerian Perindustrian atau instansi pemerintah lainnya yang mencatat berapa besarnya produksi tepung terigu menurut masing-masing jenis tersebut, tetapi berdasarkan penelitian data sekunder, diketahui bahwa proporsi produksi jenis tepung terigu berprotein tinggi selama ini sekitar 49%, yang berprotein sedang sekitar 30% dan sisanya 21%
berprotein rendah.
Dengan komposisi sebesar itu maka dengan demikian dapat diketahui bahwa produksi jenis tepung terigu protein tinggi pada tahun 2020 kurang lebih mencapai 3.592 ribu ton, protein sedang sebesar 2.199 ribu ton dan protein rendah sebesar 1.541 ribu ton. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 9 dalam lampiran.
3. Ekspor Tepung Terigu
a. Trend Ekspor Tepung Terigu 2016-2020
Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) perkembangan ekspor tepung terigu dalam beberapa tahun terakhiri ini cenderung terus mengalami penurunan.
Apabila pada tahun 2016 Indonesia sudah berhasil mengekspor sebanyak 72.280 ton dengan nilai US$ 27,8 juta, naik menjadi 91.466 ton dengan nilai US$ 32,2 juta tahun 2017, tetapi di tahun 2018 turun drastis menjadi 51.792 ton. Kalaupun pada tahun 2019 ada kenaikan tetai relatif kecil demikian halnya di tahun 2020.
Dalam Statistik Perdagangan Internasional, ekspor tepung terigu ini dimasukkan dalam 2 kelompok nomor HS yaitu 11010011 (Fortified wheat flour) dan 11010019 (not fortified wheat flour). Dari kedua jenis tepung terigu tersebut yang paling banyakdiekspor adalah Fortified wheat flour yang pada tahun 2016 volume ekspornya mencapai 69.076 ton, pada tahun 2017 melonjak menjadi 74.267 ton tetapi setelah itu turun terus dan pada tahun 2020 realisasinya hanya sebesar 31.271
ton.
b. Eksportir Tepung Terigu
Jumlah perusahaan yang terdaftar sebagai eksportir tepung terigu di dalam negeri cukup sedikit. Ada 14 perusahaan yang secara rutin melakukan ekspor tepung terigu ini masing-masing adalah PT Agri First Indonesia, PT Bungasari Flour Mills Indonesia, TK Drima, PT Eastern Pearl Flour Mills, PT. Golden Grand Mills, CV Golden Star, Nusa Food Prima Lestari, PT Sriboga Flour Mills, PT Harvest Star Flour Mills, PT Indofood CBP Sukses Makmur, PT Indonesia Nisshin Technomic, PT Sumber Pangan Abadi dan PT Wilmar Nabati Indonesia. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 12.
c. Negara Tujuan Ekspor Tepung Terigu
Tepung terigu yang diekspor tersebut seluruhnya ditujukan ke 21 negara.
Diantara sekian banyak Negara tersebut yang paling banyak membeli tepung terigu dari Indonesia adalah Papua New Guinea. Pada tahun 2020 (Januari- Oktober) lalu tepung terigu yang dibeli ada sebanyak 21.992 ton dengan nilai US$ 8,6 juta. Negara lainnya yang juga banyak mengimpor adalah East Timor 14.388 ton dengan nilai US$ 5,9 juta (lihat tabel 11).
5. Pergerakan Harga dan Konsumsi Tepung Terigu a. Pergerakan Harga Tepung Terigu 2011-2022
Berdasarkan data BPS pemantauan harga dilakukan terhadap 10 kota besar di Indonesia (grafik 4) di dalam lampiran, memperlihatkan perkembangan harga rata-rata tepung terigu pada bulan Mei 2022. Hampir seluruh kota pantauan mengalami kenaikan harga, dengan Kota Palangkaraya yang tertinggi. Hanya Bandung yang mengalami penurunan harga. Secara nasional, harga rata-rata harga terigu di 34 kota besar di Indonesia pada bulan Mei naik 1,2% dari bulan sebelumnya. Sedangkan dibandingkan periode yang sama di tahun 2022, tingkat harga ini juga masih lebih tinggi sebesar 10,88%.
Harga tepung terigu dalam negeri dipengaruhi beberapa hal, yaitu:
- harga gandum internasional,
- biaya produksi oleh produsen domestik,
- keseimbangan antara permintaan dan penawaran di dalam negeri,
- nilai tukar kurs dollar terhadap rupiah karena bahan baku tepung asal impor, dan - biaya distribusi juga sedikit banyak memberikan andil terhadap harga akhir terigu
di tangan konsumen.
b. Kebutuhan Konsumsi Nasional Tepung Terigu 2016-2020
Dari data produksi maupun data ekspor impor terlihat jelas bahwa konsumsi tepung terigu di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini tampak terus mengalami kenaikan. Dengan cara menjumlah antara produksi dengan impor kemudian dikurangi ekspor, dapat diketahui bahwa pada tahun 2016 lalu konsumsi tepung terigu di Indonesia kurang lebih mencapai 5.907 ribu ton, kemudian naik terus hingga mencapai 6.949 ribu ton pada tahun 2019. Pada tahun 2020 naik lagi menjadi 7.314ribu ton. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 17.
Berdasarkan data APTINDO11, pada tahun 2020 konsumsi terigu Indonesia sudah mencapai 6,66 juta ton atau rata-rata setiap bulannya sebesar 500 ribu ton. Jumlah ini tumbuh tipis sebesar 0,47% dibandingkan konsumsi tahun sebelumnya. Pertumbuhan konsumsi terigu nasional juga telah menempatkan Indonesia menjadi salah satu importir gandum terbesar di dunia. Data dari Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa pertumbuhan konsumsi per kapita tepung terigu 2014-2018 terus bertumbuh per tahunnya mencapai 19,92%.Konsumen tepung terigu nasional terdiri dari dua kelompok, yaitu UMKM dan industri besar. UMKM mengambil porsi terbesar yaitu sebesar 66% dari total konsumsi.
Kelompok kedua yaitu industri makanan olahan besar sebanyak 34%. Oleh karena itu, fluktuasi harga terigu akan berdampak langsung terhadap kelangsungan usaha UMKM khususnya pangan berbasis terigu. Konsumsi terigu nasional hampir seluruhnya berasal dari tepung terigu produksi lokal, yaitu 99,97%, dan sisanya dari impor.
c. Proyeksi Kensumsi Tepung Terigu 2021-2025
Seperti diketahui dalam beberapa tahun terakhir ini konsumsi tepung terigu Indonesia rata-rata mengalami peningkatan sebesar 5,49%. Apabila diasumsikan dalam 5 tahun mendatang rata-rata konsumsi tepung terigu Indonesia mengalami kenaikan sebesar 5,5%, dengan demikian dapat diketahui bahwa konsumsi tepung terigu di Indonesia pada tahun 2021 kurang lebih akan mencapai 7.716 ribu ton kemudian akan naik terus dan mencapai 9.559 ribu ton tahun 2025 (lihat tabel 18).
Faktor-faktor kritis yang mempengaruhi konsumsi tepung terigu sebagai berikut:
1. Peningkatan jumlah penduduk.
2. Perayaan hari-hari besar keagamaan..
3. Peningkatan pendapatan perkapita masyarakat.
F. Struktur Pasar dan Distribusi Domestik 1. Struktur Pasar Domestik
11 APTINDO (2014), Ibid.
Struktur pasar lokal tepung terigu dapat dikategorikan sebagai pasar oligopoli, yaitu suatu bentuk persaingan pasar yang didominasi oleh beberapa produsen atau penjual yang menguasai sebagian besar pasar (70% -80%) dari seluruh pasar. Di pasar ini, keputusan harga berada di segelintir pemain, walaupun berada di banyak pemain.
Sebagai price leaders, segelintir pemain ini bisa membuat skema sebagai berikut:
- Perusahaan oligopoli berkonspirasi dan berkolaborasi untuk membuat harga monopoli dan mendapatkan keuntungan dari harga monopoli ini,
- Pemain oligopoli akan berkompetisi dalam harga, sehingga harga dan keuntungan menjadi sama dengan pasar kompetitif,
- Harga dan keuntungan oligopoli akan berada antara harga di pasar monopoli dan pasar kompetitif,
- Harga dan keuntungan oligopoli tak dapat ditentukan, indeterminate.
Struktur pasar lokal tepung terigu sebagai pasar oligopoli, didasarkan pada data Asosiasi Pengusaha Tepung Terigu Indonesia (APTINDO) dimana Bogasari menguasai 60 persen pasar tepung terigu. Bahkan, diduga penguasaan Bogasari mencapai 75 persen jika dikonsolidasikan dengan perusahaan afiliasinya. Berdasarkan sinyalemen dari KPPU, industri tepung terigu praktis dimonopoli karena pemain utama menguasai hampir 80 persen pangsa pasar. Berdasarkan data APTINDO, struktur perusahaan importir penguasa tepung terigu nasional adalah Bogasari sebesar 57%, Eastern Pearl (10,3 %), Sriboga (5,5%), Pangan Mas (3,2%), Pundi Kencana (0,4%), perusahaan lain-lain (7,8 %), dan pangsa pasar impor sebesar 15,5 %.
2. Jalur Distribusi Domestik
a. Jalur Disribusi Produksi Dalam Negeri
Sistem distribusi tepung terigu dibedakan antara tepung terigu produksi domestic dan tepung terigu impor. Pada umumnya, tepung terigu produksi domestic dikirim langsungsecara langsung ke distributor. Distributor mendistribusikan lagi ke pedagang besar, pedagang grosir, agen, pasar swalayan atau melalui operasi pasar. Untuk memperlancar dan kontinuitas pendistribusian, produsen tepung terigu memiliki beberapa distributor utama
Adapun, pasar swalayan yang mendapat pasokan langsung dari distributor dapat menjualnya kepada konsumen tanpa melalui pengecer lagi. Hal ini dikarenakan pasar swalayan memiliki potensi besar untuk membeli tepung terigu dalam jumlah besar dan sekaligus memiliki pasar tersendiri yang cukup luas untuk menjualnya kembali dan itu berlangsung secara berkesinambungan.
Pola distribusi tepung terigu dapat dibedakan menjadi 2 yaitu pola distribusi yang dibangun produsen dan pola distribusi yang terbangun secara
alami akibat mekanisme pasar. Pola distribusi tepung terigu yang dibangun produsen menurut APTINDO secara umum dari tingkat produsen hingga konsumen akhir adalah digambarkan sebagai berikut: produsen memasarkan langsung kepada distributor dan usaha industri pengolahan dengan skala usaha besar. Kemudian distributor memasarkan ke pedagang grosir dan usaha industri pengolahan dengan skala usaha menengah/kecil. Grosir memasarkan ke pedagang eceran (retail) dan usaha industri pengolahan dengan skala usaha mikro dan kecil (usaha rumah tangga). Pada tingkat paling bawah yaitu pedagang eceran menjual langsung ke konsumen akhir.Menurut APTINDO (2010), margin distribusi tepung terigu untuk masing-masing saluran distribusi yaituProdusen sebesar 18%; Distributor sebesar 10%; dan Retail sebesar 5%.
b. Jalur Distribusi Impor
Sementara sistem distribusi tepung terigu asal impor relatif lebih sederhana dibandingkan dengan tepung terigu produksi domestik. Sejak dibebaskan sistem tataniaganya maka tepung terigu dapat langsung diimpor oleh importir umum kemudian didistribusikan kepada konsumen. Menurut APTINDO, sekitar 80% dari total impor terigu tersebut diserap oleh importir pedagang dan sisanya sekitar 20% diserap oleh importir produsen. Kemudian importir pedagang menjual tepung terigu impor itu kepada industri pangan modern non importir sekitar 70% dan 10% dijual kepada importir produsen.
G. Kebijakan Tata Niaga Tepung Terigu
Kebijakan Pemerintah terkait distribusi tepung terigu, adalah sebagai berikut:
1. Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor: 21/MPP/Kep/1/1998, tentang:
Pencabutan Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 407/MPP/KEP/11/1997 Tentang Pengadaan Dan Penyaluran Tepung Terigu Di Dalam Negeri
2. Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 546/MPP/Kep/7/2002, tentang : Pembentukan Tim Bea Masuk Anti-Dumping Terhadap Impor Tepung Terigu.
3. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No 1 Tahun 2020 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia Tepung Terigu sebagai Bahan Makanan Secara Wajib.
H. Analisis Intelijen Terhadap Ancaman Krisis Pangan: Gandum dan Tepung Terigu 1. Penilaian Ancaman Komoditas Gandum dan Tepung Terigu
2. Permasalahan Komoditas Gandum dan Tepung Terigu
a. Sebagai net importer gandum, Indonesia sangat bergantung kepada impor gandum.
b. Indonesia belum dapat memproduksi gandum untuk memenuhi kebutuhan nasional akan gandum.
c. Pasokan gandum terganggu akibat adanya perang antara Ukraina dan Rusia serta
d. India sebagai negara produsen gandum menerapkan pembatasan ekspor gandum, keduanya akan sangat berpengaruh terhadap harga dan ketersediaan terigu nasional.
e. Harga tepung terigu nasional 3 bulan terakhir menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan. Kondisi ini akan berimbas terhadap pelaku usaha pangan olahan berbasis tepung terigu.
f. Permasalahan yang muncul lainnya di dalam distribusi. Stok pangan yang tersedia sebagian besar di daerah produksi harus didistribusikan antar daerah/antar pulau.
Namun tidak jarang sarana dan prasaran distribusi masih terbatas dan kadang lebih mahal daripada distribusi dari luar negeri.
g. Dari sisi tataniaga, sudah menjadi rahasia umum akan panjangnya rantai pasokan yang mengakibatkan perbedaan harga tingkat produsen dan konsumen yang cukup besar dengan penguasaan perdagangan pangan pada kelompok tertentu (monopoli, kartel dan oligopoli).
h. Sedangkan dari sisi konsumsi, pangan merupakan pengeluaran terbesar bagi rumah tangga (di atas 50% dari jumlah pengeluaran). Yang disayangkan adalah fenomena substitusi pangan pokok dari pangan lokal ke bahan pangan impor.
i.
3. Analisis Kebijakan Pemerintah atas Gandum dan Tepung Terigu terhadap Ketahanan Pangan
4. Analisis Kausalitas Komoditas Gandum dan Tepung Terigu terhadap Perekonomian Nasional
5. Analisis Aktor Terkait Komoditas Gandum dan Tepung Terigu 6.
I. Kesimpulan 1. Judgement 2. Early Detection 3. Early Warning 4. Forecasting J. Rekomendasi
1. Problem Solving
View publication stats