PENCEMARAN AIR
Aura Addina 1*, Ariqoh Muhammad Firdaus 2*, Fherin Julia Fortuna 3*, Muhammad Abizar Rizky Putra 4*
1,2,3,4 Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut
Teknologi Bandung
[email protected] *1, [email protected] *2, [email protected] *3, [email protected] *4
ABSTRAK
Air merupakan sumber daya yang vital bagi kehidupan makhluk di bumi, baik manusia hewan, tumbuhan dan ekosistemnya. Kualitas air yang baik sangat penting untuk memenuhi kebutuhan manusia. Terlebih air yang sering digunakan ialah air tanah dari sumur pompa sebagai sumber air yang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan sehari-hari. Namun, pertumbuhan populasi yang cepat di banyak daerah telah menyebabkan peningkatan kepadatan penduduk, yang pada gilirannya dapat memberikan perubahan signifikan pada kualitas air. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kepadatan penduduk terhadap kualitas air di wilayah perkotaan Bandung dekat fokus 8 titik yang berada di lokasi kecamatan Bandung Wetan, Coblong, dan Cidadap. Pada penelitian ini dilakukan uji secara fisik meliputi rasa, bau, dan warna, maupun kimia dari sample. Analisis kadar logam menggunakan instrumen Inductively Coupled Plasma. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa air tanah masuk dalam kategori tercemar sedang dan terdapat korelasi erat antara kualitas air tanah dengan kepadatan penduduk.
Kata Kunci : Air Tanah, Kualitas Air Tanah, Pencemaran Air ABSTRACT
Water is a vital resource for the existence of life on Earth, including humans, animals, plants, and ecosystems. Good water quality is crucial to meet human needs. Groundwater from pump wells is often used as a water source for various daily purposes. However, rapid population growth in many areas has led to increased population density, which in turn can significantly impact water quality. This study aims to analyze the relationship between population density and water quality in the urban areas of Bandung, focusing on 8 points located in the Bandung Wetan, Coblong, and Cidadap districts. The study conducted physical tests, including taste, odor, and color, as well as chemical analysis of the samples.
Metal content analysis was performed using the Inductively Coupled Plasma instrument.
Based on the research findings, it can be concluded that the groundwater falls into the moderately polluted category, and there is a close correlation between groundwater quality and population density.
Key words: Groundwater, Groundwater quality, Water pollution
1. Pendahuluan
Air merupakan salah satu sumber daya alam abiotik di muka bumi ini yang paling dibutuhkan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya. Ketersediaan air tidak terlepas dari adanya siklus hidrologi yang mana air merupakan komponen penting dalam siklus tersebut. Di samping itu, air juga sangat diperlukan bagi kegiatan -kegiatan industri, pertanian, sanitasi, dll. Berdasarkan Undang - Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 yang berisi “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar- besarnya bagi kemakmuran rakyat secara adil dan merata”. Oleh karena itu, air beserta sumber - sumbernya harus dilindungi dan dijaga kelestariannya agar pemanfaatannya dapat dipakai untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat.
Air dapat ditemukan dalam berbagai sumber. Di antaranya dari air meteorik yang tersusun atas air yang ada di permukaan bumi, air magmatic atau juvenile yang terperangkap pada rongga batuan sebagai akibat dari pembekuan magma, serta air residual atau connate yang terperangkap sepanjang proses sedimentasi. Namun, dari ketiga sumber air ini sumber air yang paling umum ditemukan dan dimanfaatkan adalah air meteorik yang berasal dari air hujan ataupun sumber air lainnya yang terpresipitasi ke dalam tanah. Masalah utama yang berkaitan dengan sumber daya air meliputi jumlah air yang kurang mampu mencukupi kebutuhan manusia dan air tanah yang digunakan semakin menurun kualitasnya.
Sejalan dengan laju pertumbuhan dan pertambahan penduduk, kebutuhan air
akan semakin meningkat. Untuk mengimbangi angka pertumbuhan penduduk dan kebutuhan akan air bersih yang terus meningkat, maka harus segera mencari jalan keluar untuk memenuhi kebutuhan air bersih tersebut. Air tanah yang merupakan sumber utama air bersih penduduk lambat laun mulai tercemar oleh limbah - limbah berbahaya bagi kesehatan.
Kualitas dan kuantitas air tanah pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor alami dan faktor buatan. Faktor alami yang berpengaruh terhadap kualitas air tanah antara lain kondisi batuan, topografi, curah, hujan, suhu udara, vegetasi dan waktu. Faktor buatan antara lain adalah limbah domestik, limbah industri, pupuk dan pestisida (Sudarmadji, 1991).
Pencemaran air tanah adalah suatu keadaan air tanah yang telah mengalami penyimpangan dari keadaan normalnya.
(Wardhana, 1995).
Pencemaran air tanah dapat disebabkan dari berbagai sumber. Sumber pertama ialah dari limbah industri yang menggunakan bahan kimia yang berbahaya dalam proses produksi mereka. Jika limbah industri ini tidak dikelola dengan benar, zat-zat kimia berbahaya dapat mencemari air tanah. Selanjutnya, selain limbah industry penggunaan pupuk, pestisida, dan herbisida dalam pertanian dapat mencemari air tanah jika tidak digunakan dengan benar atau jika terjadi limpasan akibat hujan. Zat-zat ini dapat meresap ke dalam tanah dan mencapai air tanah.
Selain itu, salah satu sumber pencemar air yang paling signifikan ialah akibat dari limbah domestik. Pembuangan limbah domestik, termasuk air limbah
rumah tangga dan septik tank yang bocor, dapat menyebabkan pencemaran air tanah.
Jika sistem pembuangan limbah tidak memadai, zat-zat kimia dan bakteri dari limbah rumah tangga dapat mencemari air tanah. Kemudian, adanya aktivitas pembuangan sampah yang tidak terkendali juga berpotensi menyebabkan terjadinya pencemaran air tanah. Jika sampah yang tidak terkendali atau limbah padat dibuang secara tidak benar, zat-zat berbahaya dapat meresap ke dalam tanah dan mencemari air tanah di sekitarnya.
Gambar 1 Mekanisme Pencemaran Air Tanah
Pada prinsipnya, air tanah yang ideal adalah air tanah mengisi air sungai (efluent) kini menjadi air tanah diisi oleh air sungai (influent) yang cenderung rawan terhadap pencemaran. Aliran air tanah yang influent ini terjadi karena pengambilan air tanah yang berlebihan untuk memenuhi kebutuhan pada daerah aliran sungai. Pengambilan air tanah yang berlebihan dapat mengakibatkan turunnya muka air tanah yang melebihi muka air sungai, sehingga polutan yang berasal dari sungai dengan mudah masuk ke dalam air tanah. Polutan yang mencemari air tanah dapat mengganggu kesehatan bagi yang mengonsumsinya (Anonim, 2004).
Gambar 2 Pencemaran Oleh Polutan Air Sungai
Penggunaan air yang tercemar memiliki dampak yang serius terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Ketika air yang tercemar digunakan untuk konsumsi atau kegiatan sehari-hari, dampaknya bisa menjadi berbahaya.
Pertama - tama, penggunaan air tercemar dapat menyebabkan penyakit dan gangguan kesehatan. Zat - zat berbahaya seperti bakteri, virus, dan parasit yang terkandung dalam air yang tercemar dapat menyebabkan infeksi saluran pencernaan, penyakit diare, keracunan makanan, dan masalah kesehatan lainnya. Terutama, anak-anak dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah lebih rentan terhadap dampak negatif ini. Selain itu, penggunaan air tercemar dapat mengancam keberlanjutan sumber daya air. Air yang tercemar dapat mengurangi ketersediaan air bersih yang dapat digunakan untuk konsumsi manusia, pertanian, dan kebutuhan industri. Ini dapat mempengaruhi produktivitas pertanian, menyebabkan kelangkaan air, dan mengganggu keseimbangan ekosistem air.
Pada penelitian ini, akan dilakukan pengambilan data di daerah penelitian yang terdapat di Kecamatan Bandung Wetan, Coblong, dan Cidadap, Kota Bandung dengan 8 titik sampel yang diambil. Penggunaan air untuk kebutuhan sehari-hari di daerah penelitian berasal dari air tanah dan beberapa kelurahan telah
terinstalasi air PDAM. Jaringan PDAM yang belum terinstalasi secara menyeluruh di beberapa daerah mengakibatkan penggunaan air tanah masih menjadi sumber kebutuhan air bersih sehari-hari.
Penelitian ini dilakukan dengan mengobservasi kualitas air tanah dan tingkat pencemaran air di setiap tingkat kepadatan permukiman yang dilihat dari kondisi lingkungan serta tingkat aktivitas penduduk di wilayah tersebut. Penelitian kualitas air tanah tersebut berdasarkan kondisi lingkungan dan tingkat kepadatan penduduk dengan membandingkan standar baku mutu air untuk air sanitasi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan PERMENKES RI No. 2 Tahun 2023 lalu membandingkan nilai indeks pencemaran air yang terjadi di setiap lokasi pengambilan sampel. Dengan adanya penelitian ini juga dapat terlihat apakah terdapat hubungan antara kepadatan dan aktivitas penduduk terhadap tingkat pencemaran pada air tanah atau tidak.
Kedelapan titik lokasi yang berada di Kecamatan Bandung Wetan, Coblong, dan Cidadap, Kota Bandung memiliki kepadatan penduduk yang berbeda-beda di antaranya Kecamatan Bandung Wetan sebanyak 29.042 jiwa, Kecamatan Coblong sejumlah 115.256 jiwa, Kecamatan Cidadap sebanyak 54.680 jiwa.
Dengan kepadatan Kecametan Bandung Wetan 84 jiwa/ha, Kecamatan Coblong sebesar 158 jiwa/ha, dan Kecamatan Cidadap sebesar 65 jiwa/ha.
2. Metode Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan dengan pengambilan data langsung di lapangan dan pengujian sampel di laboratorium.
Pengambilan data dilakukan di daerah penelitian yang secara administrasi terletak di Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat.
Secara geografis, Kecamatan Bandung Wetan berada pada koordinat 6 ° 53’49,1’’ S dan 107 ° 36’33’’ E, Kecamatan Coblong berada pada koordinat 6 ° 51’55,5’’ S dan 107 ° 37’05,1’’ E dan Kecamatan Cidadap berada pada koordinat 6 ° 51’51,3’’ S dan 107 ° 36’05,6’’ E. Pengambilan sampel untuk pengujian laboratorium sebanyak delapan titik yang diambil dari sumur warga (dengan nama sampel 10.1 – 10.8) dengan tujuan untuk mengetahui kualitas air tanah yang digunakan warga untuk kegiatan sehari-hari. Adapun lokasi pengambilan sample dapat dilihat dari gambar 3 berikut.
Gambar 3 Lokasi Pengambilan Sampel
Pengujian Sampel
Pengujian sampel dilakukan sebanyak dua kali yaitu di lapangan dan di laboratorium. Pengujian sampel di lapangan meliputi pengujian sifat fisik menggunakan alat water quality meter yang mencakup pengujian temperatur, pH, Oksigen terlarut (DO), Total Dissolved Solid (TDS), Salinitas dan konduktivitas dari sampel air terkait.
Selain parameter sifat fisik dari sampel air, perlu dilakukan analisis kandungan logam dan kualitas air tanah untuk dilakukan pengecekan dengan dengan standar baku mutu yang ditetapkan
pada PERMENKES RI No. 2 Tahun 2023.
Pengujian laboratorium pada penelitian ini menggunakan alat Inductively Coupled Plasma (ICP) yang dapat menganalisa sampel air tanah terhadap mineral untuk mengetahui kadar logam sampai satuan ppb (part per billion).
Alat ini mengukur kandungan unsur-unsur logam dalam contoh atau sampel dengan menggunakan plasma sebagai sumber energinya.
Analisis Baku Mutu Air
Analisis kualitas air tanah berdasarkan parameter kimia air tanah menggunakan metode analisis kesesuaian baku mutu air minum berdasarkan parameter menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2 Tahun 2023 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi. Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi meliputi parameter fisik, biologi, dan kimia yang dapat berupa parameter wajib dan parameter tambahan. Parameter wajib merupakan parameter yang harus diperiksa secara berkala sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, sedangkan parameter tambahan hanya diwajibkan untuk diperiksa jika kondisi geohidrologi mengindikasikan adanya potensi pencemaran berkaitan dengan parameter tambahan. Tabel 1 berisi Parameter Fisik dan Kimia yang harus diperiksa untuk keperluan hygiene sanitasi.
Tabel 1 Tabel Parameter Fisik dan Kimia dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk Media Air untuk
Keperluan Higiene Sanitasi
Perhitungan Indeks Pencemaran Air Langkah selanjutnya setelah didapatkan hasil parameter fisika dan kimia dari sampel yang di ambil, kemudian dilakukan perhitungan indeks pencemaran air. Indeks pencemaran air dinyatakan sebagai Indeks Pencemaran (Pollution Index) yang digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran relatif terhadap parameter kualitas air yang diizinkan (Nemerow, 1974). IPj ditentukan dari resultan nilai maksimum dan nilai rerata rasio konsentrasi per-parameter terhadap nilai baku mutunya yang kemudian dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut :
Dimana :
- IPj : Indeks pencemaran air - Ci : Konsentrasi parameter i - Li : Baku mutu parameter i - M : Maksimum
- A : Average
Dari nilai IP ini kemudian sampel digolongkan berdasarkan nilai IPj dalam empat kategori yaitu :
0 ≤ IPj ≤ 1 : Good
1 ≤ IPj ≤ 5 : Slightly polluted
5 ≤ IPj ≤ 10 : Fairly polluted
IP > 10 : Heavily polluted 3. Hasil dan Pembahasan
Dilakukan pengambilan sampel untuk tiga lokasi penelitian dimana masing- masing lokasi diambil 2 – 3 buah sampel untuk dilakukan pengujian kualitas air tanah berdasarkan parameter sifat fisik dan kimiawinya. Hasil dari uji kandungan fisik dan kimia dari sampel dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Hasil uji sifat fisik dan kimia sampel
*Parameter yang tidak memenuhi baku mutu PERMENKES No. 2 Tahun 2023
Berdasarkan hasil uji yang dilakukan, dapat diketahui bahwa secara umum parameter baku mutu air untuk keperluan sanitasi dan hygiene dapat terpenuhi. Pada sampel di lokasi pertama, diketahui bahwa untuk parameter sifat fisik hampir seluruh parameter terpenuhi kecuali untuk komponen TDS dimana,
tingkat TDS pada sumber air di lokasi pertama ada di angka 485 dan 1117 yang menunjukkan bahwa air memiliki konsentrasi padatan terlarut yang tinggi melebihi batas baku mutu yang ditetapkan oleh PERMENKES No. 2 tahun 2023.
Namun, diluar parameter TDS dapat diketahui bahwa kualitas air di lokasi ini sudah memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan.
Selanjutnya, untuk sampel di lokasi kedua menunjukkan hasil yang cenderung lebih buruk dibandingkan dengan sampel pada lokasi pertama. Dimana, pada lokasi ini terdapat lebih dari satu parameter kualitas air yang tidak memenuhi standar baku mutu pada PERMENKES No. 2 tahun 2023. Adapun parameter pertama yang tidak memenuhi yaitu parameter pH. Dapat dilihat, pada sampel 10-6 pH air tanah ada di angka 6.38 yang mana angka ini ada di bawah standar baku mutu yaitu di angka 6.5 – 8.5. Selain itu, parameter lain yang tidak memenuhi baku mutu ialah parameter TDS dan kandungan nitrat pada sampel yang masih ada di atas angka baku mutu. Untuk parameter TDS diketahui bahwa sampel 10-4 dan 10-6 memiliki kandungan TDS di angka 949 dan 262 mg/L. Sedangkan untuk parameter kandungan nitrat diketahui sampel 10-6 memiliki kandungan nitrat di angka 46.37 mg/L sehingga dapat dikatakan bahwa sampel air pada lokasi kedua masih di bawah standar baku muru.
Untuk sample terakhir,
menunjukkan kondisi yang kurang lebih mirip dengan lokasi-lokasi sebelumnya dimana masih terdapat beberapa parameter kualitas air yang masih di bawah standar baku mutu yang ditetapkan oleh Permenkes no. 2 tahun 2023. Adapun parameter yang tidak memenuhi standar
baku mutu ialah parameter pH yang masih di bawah rentang 6.5 – 8.5 serta parameter TDS yang masih di atas kadar maksimum yang diperbolehkan. Untuk parameter pH diketahui bahwa sampel 10-5 dan 10-7 memiliki pH di angka 6.35 dan 6.45.
Sedangkan untuk parameter TDS diketahui bahwa sampel 10-5 dan 10-7 masing – masing memiliki TDS dengan kandungan 597 dan 697 mg/L.
Berdasarkan hasil pengujian sampel di ketiga lokasi, dapat diketahui bahwa kualitas air di setiap lokasi masih menunjukkan adanya beberapa parameter yang tidak memenuhi baku mutu air untuk keperluan hygiene dan sanitasi yang ditetapkan oleh PERMENKES No. 2 tahun 2023.
Salah satu parameter yang menjadi perhatian adalah tingginya kandungan Total Dissolved Solid (TDS) pada sampel air. TDS sendiri merupakan tingkatan kandungan zat terlarut (baik itu zat organik, anorganik, atau material lainnya) dengan diameter < 10-3 µm yang terdapat pada sebuah larutan yang terlarut dalam air (Mukhtasor, 2007). Sumber utama untuk TDS dalam perairan adalah limpahan dari pertanian, limbah rumah tangga, dan industri. Perubahan dalam konsentrasi TDS dapat berbahaya karena akan menyebabkan perubahan salinitas, perubahan komposisi ion-ion, dan toksisitas masing-masing ion.
Tingginya kadar TDS diakibatkan karena banyaknya terkandung senyawa- senyawa organik dan anorganik yang larut dalam air, mineral dan garam. Pada air laut nilai TDS yang tinggi dikarenakan banyak mengandung senyawa kimia, yang juga mengakibatkan tingginya nilai salinitas dan daya hantar listrik (Effendi, 2003).
Nilai TDS perairan sangat dipengaruhi oleh pelapukan batuan, limpasan dari tanah dan pengaruh antropogenik (berupa limbah domestik dan industri). Pada kondisi sampel di ketiga lokasi, kenaikan nilai TDS kemungkinan besar diakibatkan oleh adanya limbah yang dihasilkan dari aktivitas penduduk pada kawasan – lawasan tersebut dan limbah dari aktivitas rumah tangga lain yang cukup berpengaruh terhadap ekosistem dan akan sangat berbahaya bagi kesehatan masyarakat di sekitar kawasan.
Jika digunakan dalam jumlah banyak pada kegiatan sehari – hari, air yang memiliki kadar TDS yang tinggi dapat berakibat buruk bagi Kesehatan dan aktivitas masyarakat di antaranya penurunan efektivitas pembersihan, pengaruh negatif pada kesehatan kulit, kerusakan peralatan rumah tangga, serta gangguan pada sistem pipa dan plumbing.
Penting untuk mengendalikan kadar TDS dengan menggunakan teknologi pengolahan air yang tepat guna menjaga kualitas air sanitasi yang digunakan oleh masyarakat.
Selain pengamatan terhadap kondisi fisik sampel air, juga dilakukan perhitungan indeks pencemaran air (Nemerow dan Sumitomo, 1980) dengan hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Hasil Perhitungan Indeks Pencemaran (IPj)
Berdasarkan hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa untuk ketiga lokasi sampel air menunjukkan tingkat pencemaran sedang (fairly polluted) dengan nilai IPj ada di rentang 5.6 – 7.2.
Pencemaran air ini tentu dapat disebabkan oleh beberapa hal, namun factor utamanya adalah tingginya aktivitas penduduk yang menyebabkan tingginya limbah rumah tangga yang dibuang sehingga terjadinya pencemaran air di wilayah tersebut.
Pembuangan limbah domestik yang tidak benar merupakan salah satu penyebab utama.
Jika dihubungkan dengan jumlah dan kepadatan penduduk, jumlah penduduk yang tinggi menyebabkan volume limbah domestik yang dihasilkan juga semakin besar. Jika sistem pengolahan limbah tidak memadai atau jika penduduk secara ilegal membuang limbah langsung ke perairan, zat-zat kimia, bakteri, dan nutrisi berlebih dari limbah domestik dapat mencemari air. Hal ini relevan dengan hasil pengamatan dimana daerah dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi memiliki nilai indeks pencemaran paling tinggi dan begitupun sebaliknya. Adapun keterkaitan antara kedua parameter tersebut dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4 Grafik hubungan antara kepadatan penduduk dan pencemaran air
Gambar 5 Grafik regresi hubungan antara kepadatan penduduk dan pencemaran air
Dapat dilihat pada grafik di gambar 5, diketahui bahwa terdapat hubungan linear dan erat antara tingkat kepadatan penduduk dengan nilai indeks pencemaran air. Dimana, semakin tinggi tingkat kepadatan penduduk semakin tinggi nilai indeks pencemaran air. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa terdapat suatu hubungan antara tingkat kepadatan dan aktivitas penduduk dengan nilai indeks pencemaran air yang juga didukung dengan nilai R2 yang mendekati 1 menunjukkan terdapat suatu korelasi yang erat antara kedua parameter.
Pada kawasan padat penduduk, terdapat banyak faktor yang memengaruhi kualitas air dan memicu peningkatan indeks pencemaran air. Kepadatan penduduk yang tinggi membawa dampak signifikan terhadap sumber air di sekitarnya. Semakin banyak orang yang tinggal di suatu wilayah, semakin banyak pula aktivitas manusia dan limbah yang dihasilkan.
Dalam daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi, infrastruktur pengelolaan limbah sering kali tidak memadai. Hal ini mengakibatkan limbah domestik dan industri yang tidak terkelola dengan baik, akhirnya mencemari sumber air seperti sungai atau danau. Aktivitas industri yang meningkat untuk memenuhi
kebutuhan penduduk juga dapat menjadi penyumbang pencemaran air. Penggunaan bahan kimia berbahaya dan pembuangan limbah industri yang tidak terkendali meningkatkan risiko pencemaran air yang signifikan.
Selain itu, tingkat konsumsi air yang tinggi di daerah dengan kepadatan penduduk yang padat juga memberikan tekanan tambahan pada sumber daya air.
Jika pasokan air tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, ada kemungkinan masyarakat akan bergantung pada sumber air yang tercemar atau tidak aman. Hal ini akan berdampak buruk pada indeks pencemaran air, karena sumber air yang terkontaminasi akan menyebar ke seluruh wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi.
Secara keseluruhan, hubungan antara indeks pencemaran air dengan kepadatan penduduk adalah kompleks dan saling terkait. Kepadatan penduduk yang tinggi berdampak pada peningkatan risiko pencemaran air melalui aktivitas manusia, infrastruktur yang tidak memadai, konsumsi air yang tinggi, dan praktik pertanian yang tidak ramah lingkungan.
Oleh karena itu, perlunya kesadaran lingkungan, pengelolaan limbah yang efektif, serta kebijakan lingkungan yang kuat untuk menjaga kualitas air di daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi.
4. Penutup
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa kualitas sampel air di tiga lokasi pengamatan menunjukkan adanya beberapa parameter yang tidak memenuhi nilai baku mutu yang ditetapkan oleh PERMENKES No. 2 Tahun 2023 yaitu TDS, dan beberapa sampel dengan nilai pH dan kandungan
nitrat yang tidak memenuhi standar baku mutu.
Selain itu, berdasarkan hasil perhitungan indeks pencemaran diketahui bahwa ketiga sampel memiliki angka IPj
masing masing 5.604 untuk kecamatan Cidadap, 6.404 untuk kecamatan Bandung Wetan, dan 7.207 untuk kecamatan Coblong. Angka ini membawa kepada kesimpulan bahwa ketiga sampel tersebut termasuk ke kategori fairly polluted.
Kemudian, jika dihubungkan dengan tingkat [
5. Daftar Pustaka
Ananda, P. S. (2017). STUDI ANALISIS RISIKO KONSENTRASI NITRAT, NITRIT, MANGAN, BESI DALAM AIR TANAH RUMAH TANGGA DI KOTA BANDUNG.
Kurniawan, B., Usulan Metode Penentuan Indeks Kualitas Air (IKA) di Indonesia Tahun 2020-2024.
Putranto, T. T., & Kusuma, K. I. (2009).
PERMASALAHAN AIRTANAH PADA DAERAH URBAN.
TEKNIK, 30(1).
Rinawati, Hidayat, D., Suprianto, R., &
Dewi, P. S. (2016). PENENTUAN KANDUNGAN ZAT PADAT (TOTAL DISSOLVE SOLID DAN TOTAL SUSPENDED SOLID)DI PERAIRAN TELUK LAMPUNG.
Analytical and Environmental Chemistry, 1(1).
Saktiyawan. (2016). PENGARUH
KONDISI LINGKUNGAN
PERMUKIMAN TERHADAP
KUALITAS AIR TANAH DI KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKARTA.
6. Lampiran
Dokumentasi Pengambilan Data